• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Badak Jawa

Badak jawa termasuk ke dalam ordo Perissodactyla. Ordo ini terdiri atas 3 famili, 6 genus, dan 17 spesies. Ordo Perissodactyla dibagi menjadi 2 subordo, yaitu Hippomorpha (famili Equidae) dan Ceratomorpha (famili Tapiridae dan Rhinocerotidae) (Nowak 1999). Famili Rhinocerotidae awalnya tersebar di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Utara (Hillson 2005).

Klasifikasi badak jawa adalah sebagai berikut (Lekagul dan McNelly 1977): Ordo : Perissodactyla

Super famili : Rhinocerotidea Famili : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros

Spesies : Rhinoceros sondaicus

Menurut etiologinya, Rhinoceros berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhino yang berarti ‘hidung’ dan ceros yang berarti ‘cula’, sedangkan Sondaicus berasal dari kata Sunda yang berarti ‘Jawa’ dan icusberarti ‘lokasi’ (Endah 2009). Badak jawa memiliki tiga subspesies, yaitu Rhinoceros sondaicus annamiticus, Rhinoceros sondaicus inermis, Rhinoceros sondaicus sondaicus. Namun, dua subspesies badak jawa sudah dinyatakan punah, yaitu Rhinoceros sondaicus inermis dan Rhinocerossondaicusannamiticus (Brook et al. 2011).

Ciri khas badak jawa, yaitu memiliki satu cula di dorsal os nasale dengan panjang sekitar 27 cm (Hoogerwerf 1970). Cula badak jawa jantan berbentuk kerucut yang disebut cula melati, sedangkan pada betina berupa tonjolan yang disebut cula batok (TNUK 2013). Tubuhnya ditutupi oleh kulit dengan pola mozaik mirip baju baja, dengan panjang kurang lebih 392 cm dan tingginya mencapai 168-175 cm (Hoogerwerf 1970). Berat badak jawa dapat mencapai 900-2300 kg (WWF 1986), dengan daya hidup dapat mencapai 30 tahun (Hoogerwerf 1970). Hewan ini memiliki indera penciuman dan pendengaran yang baik, tetapi penglihatannya relatif kurang.

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik anatomi skelet kaki depan badak jawa dibandingkan dengan skelet kaki depan badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) dan hewan domestik lain yang memiliki kedekatan secara anatomis dan filogenetik.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya data biologi badak jawa khususnya mengenai karakteristik anatomi skelet kaki depan. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat menjadi data dasar untuk penelitian lebih lanjut.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Morfologi Badak Jawa

Badak jawa termasuk ke dalam ordo Perissodactyla. Ordo ini terdiri atas 3 famili, 6 genus, dan 17 spesies. Ordo Perissodactyla dibagi menjadi 2 subordo, yaitu Hippomorpha (famili Equidae) dan Ceratomorpha (famili Tapiridae dan Rhinocerotidae) (Nowak 1999). Famili Rhinocerotidae awalnya tersebar di Eropa, Afrika, Asia, dan Amerika Utara (Hillson 2005).

Klasifikasi badak jawa adalah sebagai berikut (Lekagul dan McNelly 1977): Ordo : Perissodactyla

Super famili : Rhinocerotidea Famili : Rhinocerotidae Genus : Rhinoceros

Spesies : Rhinoceros sondaicus

Menurut etiologinya, Rhinoceros berasal dari bahasa Yunani, yaitu rhino yang berarti ‘hidung’ dan ceros yang berarti ‘cula’, sedangkan Sondaicus berasal dari kata Sunda yang berarti ‘Jawa’ dan icusberarti ‘lokasi’ (Endah 2009). Badak jawa memiliki tiga subspesies, yaitu Rhinoceros sondaicus annamiticus, Rhinoceros sondaicus inermis, Rhinoceros sondaicus sondaicus. Namun, dua subspesies badak jawa sudah dinyatakan punah, yaitu Rhinoceros sondaicus inermis dan Rhinocerossondaicusannamiticus (Brook et al. 2011).

Ciri khas badak jawa, yaitu memiliki satu cula di dorsal os nasale dengan panjang sekitar 27 cm (Hoogerwerf 1970). Cula badak jawa jantan berbentuk kerucut yang disebut cula melati, sedangkan pada betina berupa tonjolan yang disebut cula batok (TNUK 2013). Tubuhnya ditutupi oleh kulit dengan pola mozaik mirip baju baja, dengan panjang kurang lebih 392 cm dan tingginya mencapai 168-175 cm (Hoogerwerf 1970). Berat badak jawa dapat mencapai 900-2300 kg (WWF 1986), dengan daya hidup dapat mencapai 30 tahun (Hoogerwerf 1970). Hewan ini memiliki indera penciuman dan pendengaran yang baik, tetapi penglihatannya relatif kurang.

3

Gambar 1 Morfologi eksterior badak jawa (Rhinocerossondaicus). Memiliki satu cula dan lipatan kulit pada daerah leher sebagai ciri khasnya

(WWF 2008)

Habitat dan Perilaku Badak Jawa

Habitat hidup badak jawa di hutan tropis dataran rendah sampai ketinggian 100 m di atas permukaan laut, tempat basah banyak kubangan lumpur, dan rawa-rawa (Hoogerwerf 1970). Namun di Taman Nasional Ujung Kulon, badak jawa dapat ditemukan sampai di ketinggian 600 m, yaitu di daerah Gunung Honje. Kondisi habitat yang disukai oleh badak jawa antara lain hutan yang rimbun, daerah semak, dan perdu yang rapat, tetapi jarang ditemukan di tempat yang terbuka (Muntasib et al. 2013).

Hewan ini memiliki sifat yang pemalu dan soliter (Muntasib 2000). Kadang-kadang badak jawa ditemukan dalam bentuk kelompok kecil, yang terdiri atas dua atau tiga ekor badak, terutama pada musim kawin dan mengasuh

anaknya. Badak jawa jantan mencapai dewasa kelamin pada sekitar umur 6 tahun, sedangkan pada badak jawa betina terjadi sekitar umur 3-4 tahun. Saat

musim kawin, pada sekitar bulan Agustus (Daryan 2013) badak jawa betina dewasa mengalami peningkatan urinasi dan kontak fisik dengan badak jawa jantan dewasa (Riyanto et al. 2013).

Badak jawa sering melakukan aktivitas berkubang pada siang hari dengan ketinggian tempat kubangan pada 10-87 m di atas permukaan laut, suhu udara 27-29 oC dengan kelembaban antara 75-82% (Santosa et al. 2010a), dan kerapatan pohonnya 25-174 individu/ha (Santosa et al. 2010b). Umumnya, kubangan yang digunakan untuk satu ekor badak jawa berukuran panjang sekitar 3-4 m dan lebar 2-3 m (Santosa et al. 2010a). Aktivitas berkubang ini bertujuan untuk menjaga kelembaban kulit, mencegah gigitan serangga (Hoogerwerf 1970), tempat istirahat, dan tempat minum (Muntasib 2000).

4

Badak jawa termasuk ke dalam hewan browser, yang mendapatkan makanannya dengan cara memangkas (tumbuhan perdu), merobohkan (tumbuhan tinggi), dan menarik (tumbuhan merambat) (Daryan 2013) dan dilakukan pada pagi dan sore hari (Muntasib 2000). Makanan badak jawa berupa pucuk-pucuk daun, tunas-tunas pohon, kulit kayu, dan beberapa jenis buah (Hoogerwerf 1970; Suhono dan Muntasib 2001). Selain itu, badak jawa juga melakukan saltlick (mengasin) untuk mendapatkan mineral yang diperoleh dari air laut, menjilat tanah atau lumpur, kulit pohon, dan permukaan daun (Daryan 2013). Perilaku defekasi dan urinasi pada badak jawa dapat digunakan sebagai penanda batas wilayahnya. Tempat defekasi yang paling sering ditemukan di daerah aliran sungai, jalur pergerakan, dan tempat makan. Cara urinasi badak jawa, yaitu dengan membuang urin ke belakang yang mengarah ke semak-semak dan kaki belakangnya menggaruk-garuk tanah sehingga pada semak-semak tersebut ditemukan urin bercampur tanah (Riyanto etal. 2013).

Skelet Appendikular

Sistem skeletal memiliki fungsi untuk penunjang tubuh, tempat penyimpanan mineral, tempat produksi sel darah, serta pelindung organ vital (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Skelet appendikular terdiri atas tulang ekstremitas, yaitu kaki depan dan kaki belakang. Skelet kaki depan (ossamembrithoracici) mempunyai fungsi sebagai penunjang tubuh serta sebagai alat gerak pasif, terutama gerakan maju. Tulang-tulang penyusun kaki depan dikelompokkan menjadi empat, yaitu cingulum membri thoracici (tulang gelang bahu), skeleton brachii (tulang lengan atas), skeleton antebrachii (tulang lengan bawah), dan skeletonmanus (tulang telapak tangan). Cingulummembrithoracici terdiri atas os scapula, os coracoideus, dan os clavicula. Skeleton brachii terdiri atas os humerus, sedangkan skeleton antebrachii terdiri atas ossa radius et ulna. Skeleton manus meliputi ossa carpi, ossa metacarpalia, serta ossa digitorum manus. Ossa digitorum manus terdiri atas ossa phalanges dan ossa sesamoidea (Getty 1975).

Os scapula merupakan tulang paling proksimal dari kaki depan yang

berbentuk pipih menyerupai segitiga (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) memiliki

os scapula yang kokoh dan kompak. Fossa supraspinata pada badak sumatra memiliki permukaan yang bergelombang, sedangkan fossa infraspinata menjulur ke kaudal (Lestari 2009). Pada badak sumatra (Lestari 2009), kuda, ruminansia, dan babi (Getty 1975) memiliki fossa supraspinata lebih sempit dibandingkan dengan fossa infraspinata. Sebaliknya, pada anjing dan kucing fossa

supraspinata lebih lebar dibandingkan dengan fossa infraspinata (Akers dan Denbow 2008). Di ujung distal spina scapulae terdapat penjuluran,

yang disebut acromion. Acromion ini absen pada badak sumatra, kuda, dan babi (Akers dan Denbow 2008). Di bagian medial (facies costalis) osscapula terdapat fossa subscapularis yang berupa lekuk dan memisahkan dua permukaan yang kasar dan berbentuk segitiga, yaitu facies serrata (Akers dan Denbow 2008). Namun, pada badak sumatra faciesserrata tidak terbagi dua dan terletak di dorsal fossasubscapularis (Lestari 2009).

5 Os humerus merupakan tulang paling besar dari kaki depan yang disebut juga dengan tulang brachial (Akers dan Denbow 2008). Pada badak sumatra (Lestari 2009), ruminansia, karnivora, dan babi (Getty 1970) tidak terdapat tuberculum intermedium. Berbeda pada kuda yang memiliki tuberculum intermedium dan terletak di antara tuberculum majus pars cranialis dan tuberculum minus (Colville dan Bassert 2002). Extremitas distalis terdapat dua condylus, yaitu condylus medialis et lateralis yang dipisahkan oleh trochlea humeri (bentukan mirip katrol).

Os radius bersama os ulna, mengadakan persendian dengan os humerus pada bagian proksimal, sedangkan bagian distal membentuk sendi antebrachiocarpal joint dengan ossa carpi. Ossa radius et ulna dipisahkan oleh suatulekahyangdisebutdengan spatium interosseum antebrachii. Lekahini pada badak sumatra memanjang dari proksimal sampai ke sepertiga distal ossa radius-ulna (Lestari 2009). Pada kuda lekah ini hanya memanjang di sepertiga proksimal dari ossa radius-ulna (Budras et al. 2005), sedangkan pada karnivora lekah ini

luas yang memanjang dari proksimal sampai ke distal ossa radius-ulna (Akers dan Denbow 2008).

Jumlah ossa carpi setiap spesies berbeda-beda. Badak sumatra (Lestari 2009) dan babi memiliki delapan tulang dan pada ruminansia mempunyai enam tulang (Getty 1970). Anjing dan kucing memiliki tujuh tulang, sedangkan pada kuda memiliki tujuh sampai delapan tulang (Akers dan Denbow 2008). Ossa carpi tersusun dalam dua baris, yaitu proksimal dan distal. Baris proksimal secara berurutan dari medial adalah os carpi radiale, os carpi intermedium, os carpi ulnare, dan os carpi accessorium. Di baris distal dari medial adalah os carpale I, os carpale II, os carpale III, dan os carpale IV. Pada kerbau susunan ossa carpi adalah empat tulang di baris proksimal dan dua tulang di baris distal (Getty 1975).

Os metacarpale terletak di antara ossa carpi dan ossa digitorum manus. Badak sumatra memiliki os metacarpale sebanyak empat buah (Lestari 2009), seperti pada babi. Kuda mempunyai tiga os metacarpale, tetapi hanya satu yang fungsional (Budras et al. 2005). Karnivora mempunyai lima osmetacarpale, dan

ruminansia mempunyai dua os metacarpale (Colville dan Bassert 2002; Akers dan Denbow 2008). Ossa digitorum manus terdiri atas ossa phalanges

proximalis, media etdistalis. Ossa sesamoidea pada setiap hewan berbeda-beda. Badak sumatra memiliki dua ossa sesamoidea yang terletak di kaudal ossa metacarpalia pada persendian gelang puyuh (Lestari 2009). Kuda memiliki dua

tulang ossa sesamoidea, yaitu ossa sesamoidea proximale et distale (Akers dan Denbow 2008). Pada babi memiliki tiga ossa sesamoidea yang

terletak pada articulationes metacarpophalangeae III et IV dan dua ossa sesamoidea pada articulationes interphalangeae distales manus (Getty1975).

6

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan satu set preparat tulang kaki depan badak jawa. Badak jawa yang digunakan berjenis kelamin jantan dengan umur sekitar 8-12 tahun yang diperoleh dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Alat yang digunakan adalah alat bedah minor, penggaris, kamera Canon® EOS 700D, dan software Adobe Photoshop CS3.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati, mencatat hasil pengamatan serta membandingkan preparat skelet kaki depan badak jawa dengan skelet kaki depan badak sumatra dan hewan domestik lain, dikaitkan dengan fungsi serta kebiasaan hidupnya. Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan skelet kaki depan badak jawa meliputi bentuk bagian skelet yang khas dan pengukuran bagian tulang yang terpanjang dan terlebar. Masing-masing skelet selanjutnya dipotret menggunakan kamera Canon® EOS 700D dan gambar yang diperoleh diolah menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan skelet kaki depan badak jawa dilakukan berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Badak jawa memiliki susunan tulang kaki depan yang kokoh dan kuat. Kaki depan badak jawa tersusun oleh beberapa tulang, yaitu cingulum membri thoracici (os scapula), skeleton brachii (os humerus), skeleton antebrachii (ossa radius et ulna), dan skeleton manus (ossa carpi, ossa metacarpalia, dan ossa digitorum manus).

Tulang Gelang Bahu (Cingulum Membri Thoracici)

Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm dan mengarah ke cranioventral. Margo cranialis os scapula memiliki permukaan yang kasar dan di bagian proksimal berbentuk konveks, sedangkan di bagian distal berbentuk konkaf. Margo dorsalis os scapula badak jawa menyatu dengan cartilago scapulae, sedangkan margo

6

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2014 bertempat di Laboratorium Anatomi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Penelitian ini menggunakan satu set preparat tulang kaki depan badak jawa. Badak jawa yang digunakan berjenis kelamin jantan dengan umur sekitar 8-12 tahun yang diperoleh dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Provinsi Banten. Alat yang digunakan adalah alat bedah minor, penggaris, kamera Canon® EOS 700D, dan software Adobe Photoshop CS3.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengamati, mencatat hasil pengamatan serta membandingkan preparat skelet kaki depan badak jawa dengan skelet kaki depan badak sumatra dan hewan domestik lain, dikaitkan dengan fungsi serta kebiasaan hidupnya. Data dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan skelet kaki depan badak jawa meliputi bentuk bagian skelet yang khas dan pengukuran bagian tulang yang terpanjang dan terlebar. Masing-masing skelet selanjutnya dipotret menggunakan kamera Canon® EOS 700D dan gambar yang diperoleh diolah menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan skelet kaki depan badak jawa dilakukan berdasarkan Nomina Anatomica Veterinaria 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Badak jawa memiliki susunan tulang kaki depan yang kokoh dan kuat. Kaki depan badak jawa tersusun oleh beberapa tulang, yaitu cingulum membri thoracici (os scapula), skeleton brachii (os humerus), skeleton antebrachii (ossa radius et ulna), dan skeleton manus (ossa carpi, ossa metacarpalia, dan ossa digitorum manus).

Tulang Gelang Bahu (Cingulum Membri Thoracici)

Os scapula badak jawa memiliki bentuk yang pipih menyerupai kipas dengan panjang 40.7 cm, lebar 28.8 cm dan mengarah ke cranioventral. Margo cranialis os scapula memiliki permukaan yang kasar dan di bagian proksimal berbentuk konveks, sedangkan di bagian distal berbentuk konkaf. Margo dorsalis os scapula badak jawa menyatu dengan cartilago scapulae, sedangkan margo

7 caudalisnya tebal berbentuk konveks di bagian proksimal dan konkaf di bagian distal. Spina scapulae membagi facies lateralis menjadi fossa supraspinata dan fossa infraspinata. Fossa supraspinata memiliki permukaan yang halus dan lebih sempit dibandingkan fossa infraspinata. Pada spina scapulae terdapat bungkul yang sangat besar berbentuk menyerupai segitiga, yaitu tuber spinae scapulae. Di facies medialis os scapula ditemukan fossa subscapularis yang memiliki permukaan halus dan bergelombang. Bagian dorsal fossa subscapularis terdapat facies serrata dengan permukaan yang kasar dan bergerigi. Fossasubscapularis badak jawa tidak memisahkan facies serrata menjadi dua permukaan.

Di bagian distal os scapula terdapat cavitas glenoidalis yang memiliki permukaan licin dan relatif dangkal. Selain itu, ditemukan juga tuberculum supraglenoidale yang relatif besar dan kasar. Di medial bungkul ini terdapat processuscoracoideus yang kurang subur (Gambar 2).

Tulang Lengan Atas (Skeleton Brachii)

Os humerus badak jawa memiliki bentuk yang kompak dan berukuran besar dengan panjang 45.2 cm serta lebar 14.4 cm. Di facieslateralis ditemukan sulcus musculi brachialis yang beraspek halus dengan lekukan seperti spiral. Selain itu, ditemukan juga tuberositas deltoidea, berupa bungkul besar dan kasar yang mengarah ke distolateral. Di bagian proksimal tuberositas ini terdapat crista humeri berupa rigi yang kasar. Crista humeri pada badak jawa relatif tidak berkembang. Facies medialis memiliki permukaan kasar dan ditemukan tuberositas teres major yang relatif tidak berkembang. Caput humeri os humerus

Gambar 2 Struktur os scapula kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B)

1. fossa supraspinata; 2. fossa infraspinata; 3. tuber spinae scapulae;

4. spina scapulae; 5. tuberculum supraglenoidale; 6. cavitas

glenoidalis; 7. fossa subscapularis; 8. facies serrata; 9. processus

8

mengadakan persendian dengan cavitas glenoidalis os scapula. Caput humeri memiliki permukaan luas, licin, dan berbentuk konveks. Pada ekstremitas proksimal os humerus ditemukan dua tuberculum, yaitu tuberculum minus dan tuberculummajus. Tuberculum minus os humerus berada di bagian medial yang melengkung ke arah craniolateral. Tuberculummajusoshumerus terdiri atas dua bagian, yaitu pars cranialis dan caudalis. Tuberculum majus pars cranialis sedikit meninggi dan melengkung ke craniomedial, sedangkan tuberculum majus pars caudalis relatif lebar dan mengarah ke proximolateral. Badak jawa tidak memiliki tuberculum intermedium. Di antara tuberculum minus dan tuberculum majus pars cranialis terdapat sulcus intertubercularis yang lebar. Ekstremitas distalis os humerus terdiri atas dua bungkul, yaitu condylus medialis et lateralis. Condylus medialis et lateralis ini membentuk lekukan seperti katrol, yaitu trochlea humeri. Condylus medialis ini memiliki permukaan yang halus dan berukuran lebih besar daripada condylus lateralis. Di tepi kedua condylus ini terdapat penebalan, yaitu epicondylus medialis et lateralis, yang memiliki bungkul besar dan kasar.

4

1

3’

3’’

2

5 5

2 3’ 3’’ 2

1

6

7

11

11

8

8 9 10

13 12

9

A B

B’

6

10

Gambar 3 Struktur os humerus kiri badak jawa tampak kranial (A) dan kaudal (B)

Bˈ: caput humeri tampak proksimal

1.Caput humeri, 2. tuberculum minus, 3´. tuberculum majus pars

cranialis, 3´´. tuberculum majus pars caudalis, 4. sulcus

intertubercularis, 5.tuberositas deltoidea; 6. sulcus musculi brachialis;

7. foramen nutrisia; 8. condylus medialis et lateralis; 9. epicondylus lateralis; 10. epicondylus medialis; 11. crista epicondylus lateralis; 12. fossa olecrani; 13. fossa radialis (bar : 5 cm).

9 2 2 3 2 3 6 1 5 5 6 1 a b a 4 4 b 5 7 8 7 3 A B B’

Gambar 4 Struktur ossa radius et ulna kiri badak jawa tampak lateral (A) dan medial (B)

Bˈ: Ekstremitas proksimalis ossa radius et ulna tampak dorsal

a. os ulna; b. os radius; 1. olecranon; 2. tuberolecrani; 3. processus anconeus; 4. incisura trochlearis; 5. toberositas radii; 6. spatium interosseum antebrachii; 7. extremitas distalis os ulna; 8. processus styloideus (bar : 5 cm).

Di bagian proksimal dari epicondylus lateralis terdapat rigi, yaitu crista epicondylus lateralis. Selain itu, ditemukan fossa olecrani yang terletak di

antara epicondylus lateralis et medialis berupa legok dangkal dan kasar, sedangkan fossa radialis ditemukan di proksimal condylus lateralis et medialis yang berupa legok dangkal(Gambar 3).

Tulang Lengan Bawah (Skeleton Antebrachii)

Skeleton antebrachii terdiri atas os radius dan os ulna, pada badak jawa kedua tulang ini terpisah dari proksimal sampai ke distal.

1. Os radius

Os radius atau tulng pengumpil pada badak jawa memiliki panjang 32.3 cm, lebar 10.8 cm, dan berbentuk bulat. Facies cranialis et caudalis tulang ini memiliki permukaan yang halus, di bagian proksimal relatif kasar, sedangkan di bagian distalnya menempel dengan os ulna. Fovea capitis radii dari os radius mengadakan persendian dengan os humerus. Tuberositas radii relatif kurang subur pada badak jawa (Gambar 4).

10

2. Os ulna

Os ulna badak jawa terpisah dengan os radius. Os ulna memiliki panjang 44.3 cm dan lebar 14.1 cm. Ekstremitas proksimal os ulna memiliki olecranon berupa penjuluran yang besar ke arah medial. Pada olecranon terdapat bungkul yang kasar, yaitu tuber olecrani. Di kranial olecranon terdapat penjuluran yang runcing, yaitu processus anconeus, sedangkan di distal procesuss anconeus terdapat lekukan setengah lingkaran, yaitu incisura trochlearis. Bersama-sama dengan os radius, lekah ini mengadakan persendian dengan os humerus, sedangkan ekstremitas distalis os ulna dengan os radius membentuk persendian dengan ossa carpi (Gambar 4).

Tulang Telapak Kaki Depan (Skeleton Manus)

Ossa carpi badak jawa terdiri dari delapan tulang. Pada baris proksimal dari

medial, yaitu os carpi radiale (os scaphoideum), os carpi intermedium (os lunatum), os carpi ulnare (os triquetrum), os carpi accessorium (os pisiforme). Di baris distal dari medial, yaitu os carpale I (os trapezium),

os carpale II (os trapezoideum), os carpale III (os capitatum), dan ossa carpale IV et V yang bergabung (os hamatum). Os carpi accessorium

memiliki bentuk pipih yang menempel pada os carpi ulnare dan menjulur mengarah ke medial. Os carpale I berada di bagian volar dari os carpi radiale. Os carpale III dan ossa carpale IV et V memiliki penjuluran yang mengarah ke mediodistal.

Ossa metacarpalia badak jawa terdiri dari empat buah tulang secara

berurutan dari mediovolar, yaitu os metacarpale II, os metacarpale III, os metacarpale IV, dan os metacarpale V. Os metacarpale II memiliki panjang

15.4 cm yang terletak di bagian mediovolar. Os metacarpale III terletak di medial yang memiliki panjang 16.9 cm dan berukuran paling besar. Os metacarpale IV memiliki panjang 12.8 cm yang terletak di bagian laterovolar. Ossa metacarpale II et III et IV memiliki bentuk pipih. Os metacarpale V mengalami rudimenter yang berukuran kecil seperti segitiga dan melekat di kaudal os metacarpale IV dan os carpale IV et V. Os metacarpale V memiliki panjang 3.1 cm dan lebar 2.7 cm.

Ossa digitorum manus badak jawa terdiri dari tiga buah tulang, yaitu digit II, digit III, dan digit IV. Setiap digit dibentuk oleh tiga tulang, yaitu os phalanx proximalis (os compedale), os phalanx media (os coronale), dan os phalanx distalis (os ungulare). Os phalanx proximalis memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan os phalanx media. Os phalanx proximalis dan os phalanx media berbentuk menyerupai kubus dan lebar. Os phalanx distalis dari digit III berbentuk radius di dorsal dan melebar ke lateral dan medial, sedangkan os phalanx distalis dari digit II dan digit IV berbentuk segitiga, menjulur masing-masing ke medial dan lateral. Selain itu, terdapat dua ossa sesamoidea yang terletak di kaudal masing-masing persendian gelang puyuh (articulationesmetacarpophalangeae) (Gambar 5).

11 5 1 2 3 6 7 8 9 10

A

4 3 2 1 11 7 6 5 10 9 8

B

12 13 1 144

C

12 13 1 144 12 13 1 144

a b c

Gambar 5 Struktur skeleton manus kiri badak jawa tampak dorsal (A & C) dan volar (B)

a. digit II; b. digit III; c. digit IV

1. os carpi radiale; 2. os carpi intermedium; 3. os carpi ulnare; 4. os carpi accessorium; 5. os carpale II; 6. os carpale III; 7. os carpale IV et V; 8. os metacarpale II; 9. os metacarpale III;

10. os metacarpale IV; 11. os metacarpale V; 12. os phalanx

proximalis; 13. os phalanx media; 14. os phalanx distalis

12

Pembahasan

Badak jawa merupakan salah satu badak Asia bercula satu, ukuran tubuh

Dokumen terkait