• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinc

Kelinci (Oryctologus cuniculus) diklasifikasikan dengan dunia Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Legomorpha, famili Leporidae,genus Oryctologus dan spesies cuniculus (Muslih et al., 2006). Kelinci dikembangkan untuk tujuan penghasil daging, kesayangan, hias, fur dan pets (Brahmantiyo & Raharjo, 2005).

Kromosom kelinci berjumlah 44 buah, umur selama hidupnya (life span) 5-10 tahun dengan umur produktif 2-3 tahun dan jumlah beranak 10 kali per tahun. bobot lahir kelinci antara 30-100 g/ekor (rataan 50-70 g/ekor), bobot dewasa 5-10 kg per ekor, laju pertumbuhan sampai umur 8 minggu sebesar 15-20 g/ekor/hari dan umur 8-16 minggu mencapai 100-150 g/minggu/ekor (Brahmantiyo & Raharjo, 2005). Suhu tubuh kelinci mencapai 38-40oC, dengan bobot tulang sebesar 7-8 persen dari bobot tubuh. Kelinci beraktivitas secara umum pada tengah malam dan dikala hari mulai senja tetapi dapat menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan (Muslih et al., 2006).

Pada umur empat bulan kelinci sudah dapat mencapai dewasa kelamin dan dapat dikawinkan, tiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-10 betina dengan tingkat kesuksesan pembuahan 95 persen (Brahmantiyo dan Raharjo, 2005). Lama bunting kelinci rata-rata 31-32 hari, rataan jumlah anak per kelahiran 6-7 ekor dengan tingkat keselamatan 85-95 persen, anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada umur 6-8 minggu, segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan kembali (Cheeke et al., 1987).

Hasil penelitian Raharjo (1988) menyatakan bahwa kelinci memiliki kemampuan beranak setiap 40 hari dengan jumlah anak sekelahiran (litter size at birth) lebih dari 8 ekor. Tingginya tingkat kematian (23-43%) masih saja terjadi pada masa menyusui. Pemeriksaan post-mortem membuktikan kejadian yang tertinggi akibat enteritis.

Pemilihan Bibit Ternak

Pemilihan bibit ternak sebaiknya adalah bibit ternak yang baik. Bibit ternak yang baik berasal dari keturunan, penampilan produksi, reproduksi, dan kesehatan- nya yang baik. Data dan informasi tersebut dapat diketahui dari recording dan brosur

4 yang dikeluarkan pembibit (Rahardi et al., 1993). Menurut Sarwono (2002), bibit kelinci yang baik memiliki tato pada telinga serta sertifikat kelahiran. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternak jujur dalam mempertanggungjawabkan kemurnian bibitnya. Menurut Raharjo (2005), pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, turunan, dan postur. Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan kinerja tetuanya dengan kriteria-kriteria baku dari bibit tersebut dan sesuai harapan konsumen. Bibit harus tidak mengandung penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembangbiak sebaik tetuanya. Ciri-ciri kelinci yang sehat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri Kelinci yang Sehat

Bagian Tubuh Karakteristik

Kepala Seimbang dengan ukuran badannya

Telinga Tegak, bersih, tebal, panjang, dan tampak seimbang Mata Bulat bercahaya, bersih, pandangan mata cerah dan

jernih

Kaki Kuat, kokoh, berkuku pendek, dan lurus tidak bengkok Badan Bulat, berdada lebar, dan padat

Bulu Bersih, licin, halus, mengkilat dan rata

Ekor Tegak, lurus ke atas, menempel pada punggung Hidung, moncong dan Mulut Kering dan bersih

Dubur Bersih kering dan tidak terdapat tanda bekas diare

Sumber : Sarwono, 2002

Perkandangan

Bangunan kandang dan peralatan perlu direncanakan untuk menghemat tenaga kerja. Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada lokasi peternakan kelinci, besar peternakan dan besar modal dalam investasi (Herman, 2002). Kandang yang baik memiliki ciri-ciri sirkulasi udara lancar, lantai tidak lembab, atap tidak kotor, tiang penyangga kokoh dan cukup lama daya tahannya, sederhana dan murah, disesuaikan dengan jenis ternak, dapat melindungi ternak dari pengaruh kurang menguntungkan, dan dapat mempermudah penanganan ternak (Rahardi et al., 1993).

Berdasarkan penempatannya, kandang kelinci dibedakan atas kandang di dalam ruangan, kandang di luar ruangan, dan kandang yang bisa dipindah-pindah.

5 Sedangkan berdasarkan pengelolaannya dapat dibedakan menjadi kandang battery, postal, dan ranch. Kandang battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu ekor kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang beranak dan mengasuh anak, untuk mengawinkan kelinci betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang jantan dan untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga anak kelinci lepas sapih. Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa kelinci kandang ini diisi untuk anak kelinci lepas sapih atau kelinci yang seumur dan besarnya seragam, jenis dan rasnya juga sama. Kandang ranch adalah kandang yang ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain (Sarwono, 2002).

Pakan

Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan (Suryani, 2002). Ternak membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kebutuhan hidup pokok dan produksi, kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrisi untuk memenuhi proses- proses hidup tanpa adanya produksi, sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja (Blakely & Bade, 1991). Kebutuhan nutrien kelinci dalam berbagai status fisiologis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis

Nutrien Status fisiologis kelinci

Pertumbuhan Pemeliharaan Bunting Laktasi

Protein Kasar (%) 15 13 18 18 Lemak (%) 3 3 3 5 Serat Kasar (%) 14 15-16 14 12 Kalsium (%) 0.5 0.6 0.8 1.1 Pospor (%) 0.3 0.4 0.5 0.8 TDN (%) 65 55 58 70 DE (kkal/kg) 2500 2200 2500 2700

6 Produktivitas

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Lukefahr & McNitt, 1983). Suhu, kelembaban udara dan curah hujan merupakan faktor penting karena berhubungan erat dengan iklim yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang terlihat langsung pada ternak seperti menurunnya nafsu makan ternak dikarenakan terjadi kenaikan suhu lingkungan yang menyebabkan suhu tubuh ternak meningkat sehingga ternak merasa panas. Kenaikan suhu tubuh ini mengakibatkan ternak depresi sehingga mengganggu proses reproduksi. Pengaruh tidak langsung pada ternak seperti kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia bagi ternak, perkandangan, penyakit dan manajemen pemeliharaan. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan akan menyebabkan menurunnya produktivitas (Williamson & Payne, 1993).

Dewasa Kelamin

Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan tergantung pada bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci yang mendapat makanan dengan kualitas baik dapat mencapai dewasa kelamin yang lebih dini. Kelinci betina tipe ringan mencapai dewasa kelamin pada umur enam bulan, tipe sedang 5-6 bulan dan untuk tipe berat 7-8 bulan (Herman, 1995).

Dewasa kelamin betina dicapai ketika pertumbuhan tubuhnya mencapai 70- 75% dari dewasa tubuhnya, tetapi biasanya perkawinan ditunda sampai bobot hidupnya 80% dari bobot hidup dewasa. Kelinci jantan lebih lambat mencapai dewasa kelamin meskipun telah memperlihatkan aktivitas seksual pada umur dini, perkawinan yang fertile tidak tercapai sebelum 8-10 minggu (Herman, 1995).

Kebuntingan

Lama bunting dihitung sejak betina kawin sampai beranak. Lamanya berkisar antara 29-33 hari dengan rata-rata 31 hari. tetapi terdapat juga anak yang lahir pada hari ke 28 dan kadang-kadang setelah hari ke 35. Kebuntingan yang lebih dari 35 hari tidak umum, kecuali terjadi kesulitan pada induk. Terdapat korelasi negatif antara lama bunting dan jumlah anak yang dilahirkan. Jumlah anak yang banyak menyebabkan masa bunting menjadi lebih singkat dan sebaliknya jumlah anak yang rendah menyebabkan masa bunting lebih lama (Herman, 1995).

7 Litter size

Litter size adalah banyaknya anak yang hidup dengan jumlah berkisar antara 1-13 ekor (Lebas et al., 1986). Jumlah anak perkelahiran yang dihasilkan induk kelinci berbeda-beda, menurut Fielding (1991), umumnya 8-10 ekor. Litter size ini bervariasi karena faktor genetik, musim, umur induk, dan periode beranak dewasa. Musim dingin induk kelinci menghasilkan litter size lebih banyak dan bobot hidup yang lebih berat, sedangkan musim panas induk kelinci menghasilkan litter size lebih menurun. Rendahnya litter size banyak dipengaruhi oleh umur induk yang mudah dan karena induk beranak pertama (Syaifullah, 1993).

Induk pada periode beranak pertama menghasilkan litter size yang rendah (Rathor et al., 2000). Litter size dipengaruhi oleh parameter yang sangat umum, diantaranya rata-rata ovulasi, fertilisasi dan ketahanan embrio (Fortune, 1998). (Soeparman S, 1996) hasil studi litter size pada kelinci dengan perbaikan mana- jemen, menunjukkan bahwa kelinci persilangan yang diberi pakan 25,50 g dan 75 g konsentrat dengan rumput lapang (ad libitum), rataan jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 4,50±1,91 sampai 5,50±1,29 ekor, bobot sapih yang dicapai dengan penambahan konsentrat 25 g adalah 506,6±157,3 g; 521,3±138,0 g dengan penambahan 50 g konsentrat dan 531,85±59,5 pada penambahan konsentrat 75 g.

Sex ratio

Pada umumnya perbandingan kelinci jantan dan betina yang dianjurkan adalah 1:10 (Damron, 2003). Sex ratio merupakan faktor penting untuk manajemen pengganti induk dan pejantan yang sudah tidak produktif, karena dengan mengetahui sex ratio maka petani dapat menentukan jumlah ternak unggul yang akan digunakan sebagai pengganti. Sex ratio tidak berpengaruh pada bobot lahir, pertumbuhan bobot harian dan bobot sapih (Adjisoedarmoet al., 1985; Lukefahr & McNitt, 1983).

Penyapihan

Penyapihan anakkelinci pada umur 6-9 minggu menghasilkan yang terbaik (Arrington dan Kelly, 1976). Menurut Cheeke et al., (1982), penyapihan sebaiknya dilakukan pada umur anak kelinci 28 hari. Penyapihan dilakukan dengan mem- biarkan anak kelinci dikandang awal dan membawa induk kelinci ke kandang baru sehingga dapat mengurangi stres pada anak kelinci saat penyapihan, karena kelinci hewan teritorial yang biasa menetapkan daerah tempat tinggalnya.

8 Penyakit Kelinci

Penyakit kelinci dapat timbul akibat kelengahan dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti lesu, nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun, kelinci yang menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe syndrome, scabies, dan coccidiosis (Farrell & Raharjo, 1984). Penyakit lain yang biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, kanker telinga, ringworm, favus, radang mata, cacingan, kaki bengkok, makan bulu, dan kanibal. Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak lainnya (Suryani, 2002; Febriliany, 2008).

Bobot Lahir

Bobot lahir dipengaruhi oleh jumlah anak sekelahiran, umur induk dan lama bunting, serta pakan yang diberikan (Sanford & Woodgate, 1979). Herman (1989) menyatakan bahwa anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki tenaga yang cukup kuat untuk mengisap air susu dalam jumlah yang banyak. Anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki daya hidup yang tinggi, kondisi tubuh menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap serangan penyakit (Khalil & Soliman,1989). Rata-rata bobot lahir untuk setiap individu akan turun dengan bertambahnya jumlah anak yang dilahirkan, tetapi bobot lahir total akan meningkat (Afifi et al., 1989). Soeparman (1996) melaporkan bahwa rataan bobot lahir pada beranak pertama sebesar 50,36±6,36 g.

Pemasaran

Pemasaran adalah sebuah proses kemasyarakatan dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan mencipta- kan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Pemasaran ini menentukan sekali sukses atau tidaknya sebuah usaha, dimana kesuksesan finansial sering bergantung pada kemampuan pemasaran. Finansial, operasi, akuntansi, dan fungsi lainnya tidak akan berarti jika tidak ada

9 cukup permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan bisa menghasilkan keuntungan (Kotler & Keller, 2009).

Analisis Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antar penerimaan total dan biaya-biaya. Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani yang diperoleh selama satu periode yang dihitung dari hasil penjualan dan penaksiran kembali (Soekartawi et al.,1986).

Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiaan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu yang meliputi biaya sewa, biaya penyusutan, pajak, dan lain sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan yang meliputi bahan baku dan tenaga kerja langsung (Boediono, 1998). Biaya tetap meliputi penyusutan bangunan, peralatan, dan bibit ternak sedangkan biaya variabel meliputi pakan, perlengkapan, asuransi, dan biaya lainnya McNitt et al.,(2002).

Besarnya biaya pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal meliputi umur petani; pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan; jumlah tenaga kerja keluarga; luas lahan; dan modal. Faktor eksternal meliputi input seperti ketersediaan dan harga serta output seperti permintaan dan harga. Faktor manajemen meliputi penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut akan diperoleh manfaat setinggi-tingginya (Febriliany, 2008).

Tingkat pendapatan petani untuk setiap komoditas pertanian yang diusahakan berbeda-beda. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi, salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan R/C ratio (Pasaribu, 2007).

10 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011 di peternakan kelinci Sejahtera Farm yang berlokasi di Kelurahan Pabuaran Sawah, Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 201 ekor kelinci (Oryctologus cunicuus), terdiri atas 83 ekor kelinci Lokal (umur ≤ 50 hari), 13 ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), 14 ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan), 10 ekor kelinci jantan dewasa dan 70 ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Rex terdiri atas tiga ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), satu kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan dua ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Angora terdiri atas satu ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), tiga ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan satu ekor kelinci betina dewasa.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 5 kg (skala 20 g), alat tulis, lembar kuesioner, dan kamera.

Prosedur

Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan pemilik peternakan kelinci Sejahtera Farm. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi data keadaan geografis dan topografis lokasi meliputi peta lokasi, suhu, kelembaban, curah hujan, dan data kependudukan. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik peternak, produksi ternak dan manajemen pemeliharaan kelinci. Secara rinci data yang akan dikumpulkan adalah:

1. Identitas peternak meliputi nama, umur, latar belakang pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan.

2. Identitas kelinci, meliputi kelinci, jenis kelamin, umur, dan jenis kelinci (selain kelinci lokal).

3. Jumlah pakan dan air minum yang diberikan, meliputi sistem pemberian air minum, jenis pakan (hijauan maupun konsentrat), perbandingan antara

11 pemberian hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang diberikan per hari.

4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (battery, postal, dan ranch), ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan bedding, volume bedding, frekuensi penambahan dan penggantian bedding, keberadaan kandang dari pemukiman penduduk, peralatan yang tersedia di kandang dan biaya pembuatan serta perawatan kandang.

5. Pengelolaan limbah ternak, meliputi cara pembersihannya, waktu pem- bersihan, frekuensi pembersihan, dan jumlah rata-rata feses.

6. Proses pengolahan feses yang meliputi produksi (berkaitan dengan pembersihan kandang), pengumpulan feses, pengangkutan feses, pengolahan feses, penyimpanan, dan penggunaannya

7. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, meliputi kebersihan dalam kandang (pembersihan kandang kelinci, peralatan yang digunakan, pembersihan lantai kandang, frekuensi pembersihan) dan kebersihan di sekitar kandang (letak pembuangan limbah ternak, pembersihan tanaman disekitar kandang, frekuensi pembersihan).

Rancangan dan Analisis Data Rancangan

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus. Kasus yang diteliti adalah Peternakan kelinci Sejahtera Farm. Peternakan ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki populasi kelinci paling banyak dari seluruh peternakan kelinci di wilayah Kecamatan Ciampea.

Analisis data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan kelinci secara keseluruhan.

Data juga dianalisis secara statistik sederhana menggunakan rumus berikut (Walpole, 1995):

12 Keterangan: = Rataan sampel µ i = Data sejumlah i = Ukuran sampel Keterangan: S = Simpangan Baku X1 = Data = Rata-rata

n = Jumlah data ke-i

Analisis Pendapatan

Analisis ini dikalukan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh usaha ternak selama satu tahun. Besarnya pendapatan diperoleh dari pengurangan peneriman dan biaya-biaya yang dikeluarkan dari usaha ternak kelinci.

Tabel 3. Form Analisis Pendapatan

Uraian Nilai (Rupiah)

Penerimaan usaha ternak Biaya variabel (-)

Biaya tetap (-)

Pendapatan usaha ternak

Sumber: Soekartawi et al,.(1986)

Selanjutnya dilakukan analisis R/C ratio untuk mengetahui tingkat pendapatan usahaternak kelinci yang dijalankan menguntungkan atau mengalami kerugian karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Analisis ini menggunakan rumus:

13 R/C > 1 Maka usaha tersebut menguntungkan R/C = 1 maka usaha tersebut impas

R/C < 1 maka usaha tersebut mengalami kerugian Dengan Kriteria :

14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sejahtera Farm Lokasi Peternakan

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pabuaran Sawah, Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Dramaga, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Rancabungur. Luas kecamatan Ciampea ± 2800 ha, ketinggian 300 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu berkisar antara 25-280C. Dirjen Peternakan (2008) mengemukakan bahwa suhu optimum untuk beternak kelinci adalah 15-20oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu di Kecamatan Ciampea belum sesuai untuk mengembangbiakkan ternak kelinci. Sari (2007) dalam penelitiannya menyatakan suhu lingkungan di lima Kecamatan di Magelang dalam kisaran 26-27oC, suhu tersebut tidak ideal untuk pemeliharaan ternak kelinci, tercatat bahwa jumlah populasi kelinci di Magelang sebesar 524 ekor. Hal ini juga menjadi penyebab sedikitnya peternak kelinci di Kecamata Ciampea.

Melimpahnya sumber pakan hijauan adalah faktor pendukung utama yang memungkinkan bagi peternak pemula yang ingin memulai usaha ternak kelinci. Potensi tersebut tidak diikuti dengan jumlah bibit kelinci, dimanabibit kelinci cukup sulit didapatkan karena keterbatasan peternak kelinci di wilayah Ciampea yang hanya berjumlah empat peternak saja.

15 Lokasi kandang berimpitan dengan rumah pemilik peternakan. Dirjen Peternakan (2008) menyatakan lokasi usaha peternakan kelinci hendaknya berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah penduduk. Letak, luas dan topografi lokasi terhadap wilayah sekitarnya memperhatikan kesehatan lingkungan, sehingga kotoran dan limbah cair yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Lokasi kandang kelinci di Sejahtera Farm ini terlalu dekat dengan tempat tinggal, dikhawatirkan akan mempengaruhi kesehatan keluarga, apalagi kurangnya sanitasi terhadap lingkungan peternakan.

Sanitasi terhadap lingkungan peternakan tidak pernah dilakukan oleh peternak, karena menurut peternak tidak pernah terjadi kasus adanya anggota keluarga atau penduduk sekitar terjangkit penyakit disebabkan oleh ternak kelincinya. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dirjen Peternakan (2008) yang menyatakan bahwa disuatu peternakan harus ada tindakan pengamanan penyakit, antara lain: 1) melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap kuman-kuman lainnya dengan menggunakan desinfeksi yang ramah lingkungan atau terdaftar, 2) melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang baik terhadap kandang yang dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke dalam kandang, 3) menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higiene yang dapat dipertanggungjawabkan dan 4) melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit sesuai dengan tatacara yang berlaku.

Suhu dan Kelembaban

Pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Maret dan April. Hasil pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di lokasi penelitian yaitu 00,00-34,00 mm dengan rataan 5,19 mm pada bulan Maret dan bulan April 00,00-60,00 mm dengan rataan 9,40 mm, sedangkan rataan umum curah hujan bulan Maret sampai April adalah 7,26 mm. Curah hujan ini termasuk cukup kecil karena pengukuran curah hujan dilakukan pada musim pancaroba, yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan sehingga intensitas cahaya matahari relatif tinggi.

Hasil pencatatan suhu udara di lokasi penelitian yaitu 24-26oC dengan rataan 25,7oC pada bulan Maret dan pada bulan April 25-26oC dengan rataan 25,8oC,

16 sedangkan rataan umum suhu udara adalah 25,8oC. Pencatatan kelembaban udara di lokasi penelitian sekitar 76-91% pada bulan Maret dengan rataan 82% dan pada bulan April berkisar 73-92% dengan rataan 84%. Rataan kelembaban secara umum dilokasi penelitian adalah 83%. Kisaran suhu dan kelembaban tersebut lebih tinggi dari suhu dan kelembaban hasil penelitian Limbong (2008) yang ideal untuk beternak kelinci di daerah tropis yaitu 18-21oC dengan kelembaban 60-90%. Data hasil pencatatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian

Pengukuran Bulan Rataan Minimum Maksimum

Curah Hujan (mm) Maret 5,19±8,13 00,00 34,00 April 9,40±12,84 00,00 60,00 Rataan 7,26±11,07 00,00 60,00 Suhu (oC) Maret 25,70±0,73 23,80 27,00 April 25,80±0,63 24,90 26,90 Rataan 25,80±0,68 23,80 27,00 Kelembaban (%) Maret 82,00±3,31 76,00 91,00 April 84,00±4,67 73,00 92,00 Rataan 83,00±4,06 73,00 92,00

Usaha peternak untuk mengatasi masalah suhu dan kelembaban ini adalah dengan memodifikasi lingkungan mikro (kandang) agar dapat mengurangi cekaman suhu dan kelembaban yaitu mendesain atap bangunan kandang lebih tinggi yang terbuat dari fiber dan kayu, di tengah kandang dibiarkan terbuka, sehingga menjamin sirkulasi udara dengan baik, didukung juga dengan dinding bangunan yang terbuat dari bilik bambu. Saat malam hari atau saat suhu sekitar kandang dingin (ketika hujan deras) maka tirai (terpal) dipasang di setiap sisi kandang, gunanya untuk menjaga perubahan suhu agar tetap nyaman bagi ternak.

Populasi Ternak di “Sejahtera Farm”

Total populasi ternak kelinci di Sejahtera Farm saat dilakukannya penelitian ini adalah 201 ekor yang terdiri atas 10 ekor pejantan, 24 ekor induk laktasi, 49 ekor induk bunting, 35 ekor lepas sapih dan kelinci muda 83 ekor.

17 Kelinci yang diamati sebagai calon induk dalam program replacement stock biasanya diseleksi semenjak umur 1,5- 2 bulan, seleksi dilakukan oleh pemilik. Peternak sudah mempunyai kriteria calon bibit yang ada di peternakannya.

Ternak pejantan di Sejahtera Farm umumnya berasal dari luar peternakan, biasanya berasal dari daerah Tenjolaya, Depok, Ciawi, Cibatok dan Cimanggis. Hal ini dilakukan dengan alasan agar tidak ada kasus inbreeding sehingga faktor genetik dan performa kelinci tetap terjaga.

Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Kelinci

Pemilihan Bibit. Pada awal usahanya, peternak membeli bibit kelinci jantan dan betina dewasa dari peternak lain yang sudah lama berkecimpung di usaha peternakan kelinci di luar lokasi penelitian. Bibit tersebut berasal dari daerah Tenjolaya, Ciawi, dan Cibatok. Kadang-kadang memperoleh kelinci secara cuma-

Dokumen terkait