• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of Rabbit Farming in Sejahtera Farm District Ciampea Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of Rabbit Farming in Sejahtera Farm District Ciampea Bogor"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHA TERNAK KELINCI SEJAHTERA FARM

KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

SKRIPSI KUSWANTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

i RINGKASAN

Kuswanto. D14070293. 2012. Analisis Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si. Pembimbing Anggota : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si.

Kelinci dikenal sebagai ternak penghasil daging bergizi tinggi dengan produktivitas memadai dan sumber pendapatan peternak di pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai karakterisitik produksi dan pemasaran kelinci di Sejahtera Farm, Desa Gunung Leutik, Kelurahan Pabuaran Sawah, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Pengamatan dilakukan pada 201 ekor kelinci, 190 ekor kelinci lokal, 6 ekor kelinci Rex dan 5 ekor kelinci Angora. Manajemen pemeliharan, produktivitas, dan pemasaran dianalisis secara deskriptif. Pemeliharaan kelinci memperhatikan kondisi lingkungan dengan melakukan modifikasi desain atap kandang lebih tinggi, dinding terbuat dari bambu sehingga sirkulasi udara cukup baik. Pemberian pakan disesuaikan dengan status ternak. Jumlah pakan untuk kelinci pejantan sama dengan kelinci betina dewasa yaitu sebesar 120g/ekor/hari konsentrat, serta rumput sebanyak 500g/ekor/hari, pakan untuk kelinci bunting sama dengan kelinci laktasi, sebesar 250g/ekor/hari konsentrat serta rumput 500g/ekor/hari. Kelinci muda diberikan konsentrat 70g/ekor/hari. Bobot badan rataan pejantan, induk laktasi dan induk bunting berturut-turut sebesar 1,73±0,10 kg, 1,77±0,15 kg dan 2,05±0,26 kg. Produk kelinci yang dihasilkan adalah anakan kelinci, kelinci dara dan kelinci dewasa serta pupuk kandang (urine dan feces). Penerimaan yang diperoleh peternak selama setahun besarnya Rp140.125.000,00, sedangkan pengeluaran (biaya) besarnya Rp69.727.166,00. Pendapatan peternak Sejahtera Farm adalah Rp70.397.834,00. Nilai penerimaan berbanding pengeluaran (R/C ratio) pada peternakan kelinci Sejahtera Farm adalah 1,99 artinya usaha tersebut layak untuk dilanjutkan.

(3)

ii ABSTRACT

Analysis of Rabbit Farming in Sejahtera Farm District Ciampea Bogor Kuswanto, H. Nuraini, and L. Cyrilla

Rabbits are known as producer of highly nutritious meat with adequate productivity and income of rural farmers. This study aimed to explore the characteristics of rabbit production and marketing at Sejahtera Farm, Gunung Leutik Village, Pabuaran Sawah, District Ciampea, Bogor Regency. Observations were carried outon 201 rabbits that consist of 190 heads of local rabbits, 6 heads Rex rabbits and 4 heads Angora rabbits. Maintenance management, productivity, and marketing were analyzed descriptively. Maintenance of rabbits considering the environment by roof design modifying so the enclosure is higher,walls made of bamboo so that air circulation was good enough. Feeding adjusted with status of livestock. Feeding for buck same as a doe about of 120g/head/day for concentrates and forage about of 500g/head/day. Feeding for pregnancy same as a lactation about of 250g/head/day for concentrates and farages 500g/head/day. Feeding form of concentrates were given about of70g/head/day for kits. The average body weight of male, lactation doe and pregnancy doe were 1.73±0.10kg, 1.77±0.15kgand2.05±0.26kg, respectively. The products of rabbit farm were rabbit pups, young and adults rabbits as well as manure (urine and feces).This product provided R/C ratio1.99.

(4)

iii

ANALISIS USAHA TERNAK KELINCI SEJAHTERA FARM

KECAMATAN CIAMPEA BOGOR

KUSWANTO D14070293

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

v Judul : Analisis Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm Kecamatan

Ciampea Bogor Nama : Kuswanto NIM : D14070293

Menyetujui, Pembimbing Utama

(Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si) NIP. 19640202 198903 2 001

Pembimbing Anggota

(Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M.Si) NIP. 19630705 198803 2 001

Mengetahui Ketua Departemen,

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc.) NIP: 19591212 198603 1 004

(6)

vi RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Nopember 1987 di Gresik, Jawa Timur. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Yadi dan Ibu Karti.

Penulis mengawali pendidikan dasar di SDN 1 Tambak Rejo pada tahun 1994 dan diselesaikan pada tahun 2000. Pendidikan Lanjutan Menengah Pertama di-tempuh Penulis pada tahun 2000 dan diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 1 Duduk Sampeyan. Pendidikan Menengah Atas ditempuh Penulis di SMAN 1 Manyar Gresik pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2006.

(7)

vi KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim

Puji syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga Penulis memperoleh kemudahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm Kecamatan Ciampea Bogor. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Sejahtera Farm merupakan salah satu tempat peternakan kelinci dimana usahanya berperan meningkatkan gizi masyarakat yang diperoleh dari daging kelinci hasil pemeliharaannya. Selain sumber protein hewani yang diperoleh dari daging kelinci, ternak kelinci juga bisa menambah pendapatan masyarakat hasil penjualan ternak kelinci.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dan menganalisa manajemen pemeliharaan kelinci yang dilakukan di Sejahtera Farm. Sehingga harapannya tulisan ini dapat menjadi bahan atau referensi yang dapat memberikan informasi bagi pembaca, khususnya yangtertarik untuk beternak kelinci.

Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sehingga Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh daripada sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk peternak khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Bogor, September 2012

(8)

vi

Pemilihan Bibit Ternak ……….. 3

(9)

vii

Analisis Data ……….. 11

Analisis Pendapatan ………... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 14

Keadaan Umum Sejahtera Farm ……… 14

Lokasi Peternakan ……….. 14

Suhu dan Kelembaban ………... 15

Total Populasi Ternak di Sejahtera Farm ... 16

Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Kelinci ... 17

Pemilihan Bibit ………... 17

Perkawinan dan Reproduksi ………... 18

Pakan ……….. 20

Perkandangan ………... 22

Bobot Badan dan Konsumsi Pakan ………... 24

Penanganan Kesehatan Kelinci ……….. 26

Penanganan Limbah ………... 27

Pemasaran ………... 27

Analisis Pendapatan ………... 29

Penerimaan Usaha Ternak Kelinci ………... 29

Biaya Usaha Ternak Kelinci ……….. 30

KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 33

Kesimpulan ………. 33

Saran ………... 33

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. 34

DAFTAR PUSTAKA ……… 35

(10)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Ciri-ciri Kelinci yang Sehat ……….. 4

2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis …... 5

3. Form Analisis Pendapatan ……….... 12

4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian…….. 16

5. Kriteria Calon Bibit ……….. 17

6. Kadar Nutrien Ransum Kelinci di Sejahtera Farm………... 20

7. Kebutuhan Nutrien Pakan Kelinci………... 21

8. Ukuran-ukuran Kotak dan Jumlah Kandang Kelinci di Sejahtera

Farm ………..

23

9. Rataan Bobot Badan Kelinci di Sejahtera Farm ………... 24

10. Rataan Konsumsi Pakan Kelinci di Sejahtera Farm ………….... 25

11. Jenis Antibiotik yang Diberikan pada Kelinci ……….. 26

12. Kisaran Harga Kelinci di Sejahtera Farm ………. 28

13. Rata-rata Penerimaan per Tahun Usaha Ternak Kelinci di

Sejahtera Farm ………...

30

14. Rata-rata Biaya Usaha Ternak Kelinci per Tahun di Sejahtera

Farm ………..

31

15. Rata-rata Pendapatan Keluarga dan Nilai R/C Ratio dari Usaha

Ternak Kelinci ………..

(11)

ix DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(12)

x DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lembar Kuisioner……… 39

2. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan

Maret……… 42

3. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan

April ……… 43

4. Foto Selama PenelitianFoto Selama Penelitian (a) Ternak Kelinci (b) Kandang Kelinci (c) Kebun diSamping Peternakan (d) Rumah Pemilik Peternakan (e) Sungai di Samping Lokasi Peternakan (f) Lingkungan Sekitar Peternakan .………

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan peternakan kelinci di Indonesia saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat, namun sebagian besar masih dalam bentuk peternakan rakyat skala kecil. Padahal sebenarnya ternak kelinci merupakan sumber protein hewani yang cukup menjanjikan. Daging kelinci yang bernilai gizi tinggi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, terutama bagi masyarakat pedesaan yang ekonominya lemah. Selain itu, dari peternakan tersebut masyarakat dapat memperoleh tambahan pendapatan yang berasal dari hasil penjualan kelinci, baik kelinci hidup maupun berupa daging.

Cara pemeliharaan kelinci relatif cukup mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas. Pemeliharaan ternak ini dapat dilakukan di pekarangan rumah. Efisiensi lahan tersebut dapat dimaksimalkan apabila kandang dibangun dengan tipe battery (kandang yang tiap satu ruangan hanya diisi satu ekor kelinci) sehingga masyarakat dapat membangun tipe kandang tersebut di sekitar rumah yang memiliki lahan sempit.

Peternak di pedesaan sebagian besar masih menganggap beternak kelinci sebagai usaha sampingan, yaituhanya sebatas tambahan pendapatan diluar sumber penghasilan utama sebagai petani. Manajemen pemeliharaan ternak kelinci pada umumnya dilakukan secara sederhana, yaitu kelinci dimasukkan ke dalam kandang atau kotak yang terbuat dari kayu dan bambu tanpa memperhatikan kenyamanan ternak. Pakan yang diberikan berasal dari lingkungan sekitar yaitu berupa rumput lapang dan hijauan limbah pertanian dan kadang-kadang diberi limbah pabrik berupa dedak padi atau ampas tahu.

(14)

2 dijadikan dasar pengambilan keputusan bahwa usaha tersebut layak dilanjutkan atau tidak.

Tujuan

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci

Kelinci (Oryctologus cuniculus) diklasifikasikan dengan dunia Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Legomorpha, famili Leporidae,genus Oryctologus dan spesies cuniculus (Muslih et al., 2006). Kelinci dikembangkan untuk tujuan penghasil daging, kesayangan, hias, fur dan pets (Brahmantiyo & Raharjo, 2005).

Kromosom kelinci berjumlah 44 buah, umur selama hidupnya (life span) 5-10 tahun dengan umur produktif 2-3 tahun dan jumlah beranak 10 kali per tahun. bobot lahir kelinci antara 30-100 g/ekor (rataan 50-70 g/ekor), bobot dewasa 5-10 kg per ekor, laju pertumbuhan sampai umur 8 minggu sebesar 15-20 g/ekor/hari dan umur 8-16 minggu mencapai 100-150 g/minggu/ekor (Brahmantiyo & Raharjo, 2005). Suhu tubuh kelinci mencapai 38-40oC, dengan bobot tulang sebesar 7-8 persen dari bobot tubuh. Kelinci beraktivitas secara umum pada tengah malam dan dikala hari mulai senja tetapi dapat menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan (Muslih et al., 2006).

Pada umur empat bulan kelinci sudah dapat mencapai dewasa kelamin dan dapat dikawinkan, tiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-10 betina dengan tingkat kesuksesan pembuahan 95 persen (Brahmantiyo dan Raharjo, 2005). Lama bunting kelinci rata-rata 31-32 hari, rataan jumlah anak per kelahiran 6-7 ekor dengan tingkat keselamatan 85-95 persen, anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada umur 6-8 minggu, segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan kembali (Cheeke et al., 1987).

Hasil penelitian Raharjo (1988) menyatakan bahwa kelinci memiliki kemampuan beranak setiap 40 hari dengan jumlah anak sekelahiran (litter size at birth) lebih dari 8 ekor. Tingginya tingkat kematian (23-43%) masih saja terjadi pada masa menyusui. Pemeriksaan post-mortem membuktikan kejadian yang tertinggi akibat enteritis.

Pemilihan Bibit Ternak

(16)

4 yang dikeluarkan pembibit (Rahardi et al., 1993). Menurut Sarwono (2002), bibit kelinci yang baik memiliki tato pada telinga serta sertifikat kelahiran. Hal tersebut menunjukkan bahwa peternak jujur dalam mempertanggungjawabkan kemurnian bibitnya. Menurut Raharjo (2005), pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, turunan, dan postur. Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan kinerja tetuanya dengan kriteria-kriteria baku dari bibit tersebut dan sesuai harapan konsumen. Bibit harus tidak mengandung penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembangbiak sebaik tetuanya. Ciri-ciri kelinci yang sehat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri-ciri Kelinci yang Sehat

Bagian Tubuh Karakteristik

Kepala Seimbang dengan ukuran badannya

Telinga Tegak, bersih, tebal, panjang, dan tampak seimbang

Mata Bulat bercahaya, bersih, pandangan mata cerah dan jernih

Kaki Kuat, kokoh, berkuku pendek, dan lurus tidak bengkok

Badan Bulat, berdada lebar, dan padat

Bulu Bersih, licin, halus, mengkilat dan rata

Ekor Tegak, lurus ke atas, menempel pada punggung

Hidung, moncong dan Mulut Kering dan bersih

Dubur Bersih kering dan tidak terdapat tanda bekas diare

Sumber : Sarwono, 2002

Perkandangan

Bangunan kandang dan peralatan perlu direncanakan untuk menghemat tenaga kerja. Bangunan kandang dan peralatan yang diperlukan tergantung pada lokasi peternakan kelinci, besar peternakan dan besar modal dalam investasi (Herman, 2002). Kandang yang baik memiliki ciri-ciri sirkulasi udara lancar, lantai tidak lembab, atap tidak kotor, tiang penyangga kokoh dan cukup lama daya tahannya, sederhana dan murah, disesuaikan dengan jenis ternak, dapat melindungi ternak dari pengaruh kurang menguntungkan, dan dapat mempermudah penanganan ternak (Rahardi et al., 1993).

(17)

5 Sedangkan berdasarkan pengelolaannya dapat dibedakan menjadi kandang battery, postal, dan ranch. Kandang battery adalah kandang yang tiap ruangan diisi satu ekor kelinci. Kandang ini biasa digunakan bagi induk yang beranak dan mengasuh anak, untuk mengawinkan kelinci betina yang sewaktu-waktu dimasukkan ke kandang jantan dan untuk tempat pembesaran secara berkelompok hingga anak kelinci lepas sapih. Kandang postal adalah kandang yang tiap ruangannya diisi beberapa kelinci kandang ini diisi untuk anak kelinci lepas sapih atau kelinci yang seumur dan besarnya seragam, jenis dan rasnya juga sama. Kandang ranch adalah kandang yang ruangannya terbagi-bagi menjadi tempat tidur dan tempat bermain (Sarwono, 2002).

Pakan

Keberhasilan suatu usaha ternak ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya genetik, pakan dan manajemen pemeliharaan (Suryani, 2002). Ternak membutuhkan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu kebutuhan hidup pokok dan produksi, kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan nutrisi untuk memenuhi proses-proses hidup tanpa adanya produksi, sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja (Blakely & Bade, 1991). Kebutuhan nutrien kelinci dalam berbagai status fisiologis dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis

Nutrien Status fisiologis kelinci

Pertumbuhan Pemeliharaan Bunting Laktasi

Protein Kasar (%) 15 13 18 18

Lemak (%) 3 3 3 5

Serat Kasar (%) 14 15-16 14 12

Kalsium (%) 0.5 0.6 0.8 1.1

Pospor (%) 0.3 0.4 0.5 0.8

TDN (%) 65 55 58 70

DE (kkal/kg) 2500 2200 2500 2700

(18)

6 Produktivitas

Produktivitas ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Lukefahr & McNitt, 1983). Suhu, kelembaban udara dan curah hujan merupakan faktor penting karena berhubungan erat dengan iklim yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang terlihat langsung pada ternak seperti menurunnya nafsu makan ternak dikarenakan terjadi kenaikan suhu lingkungan yang menyebabkan suhu tubuh ternak meningkat sehingga ternak merasa panas. Kenaikan suhu tubuh ini mengakibatkan ternak depresi sehingga mengganggu proses reproduksi. Pengaruh tidak langsung pada ternak seperti kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia bagi ternak, perkandangan, penyakit dan manajemen pemeliharaan. Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan akan menyebabkan menurunnya produktivitas (Williamson & Payne, 1993).

Dewasa Kelamin

Kelinci mencapai dewasa kelamin pada umur 4-8 bulan tergantung pada bangsa, makanan dan kesehatan. Kelinci yang mendapat makanan dengan kualitas baik dapat mencapai dewasa kelamin yang lebih dini. Kelinci betina tipe ringan mencapai dewasa kelamin pada umur enam bulan, tipe sedang 5-6 bulan dan untuk tipe berat 7-8 bulan (Herman, 1995).

Dewasa kelamin betina dicapai ketika pertumbuhan tubuhnya mencapai 70-75% dari dewasa tubuhnya, tetapi biasanya perkawinan ditunda sampai bobot hidupnya 80% dari bobot hidup dewasa. Kelinci jantan lebih lambat mencapai dewasa kelamin meskipun telah memperlihatkan aktivitas seksual pada umur dini, perkawinan yang fertile tidak tercapai sebelum 8-10 minggu (Herman, 1995).

Kebuntingan

(19)

7 Litter size

Litter size adalah banyaknya anak yang hidup dengan jumlah berkisar antara 1-13 ekor (Lebas et al., 1986). Jumlah anak perkelahiran yang dihasilkan induk kelinci berbeda-beda, menurut Fielding (1991), umumnya 8-10 ekor. Litter size ini bervariasi karena faktor genetik, musim, umur induk, dan periode beranak dewasa. Musim dingin induk kelinci menghasilkan litter size lebih banyak dan bobot hidup yang lebih berat, sedangkan musim panas induk kelinci menghasilkan litter size lebih menurun. Rendahnya litter size banyak dipengaruhi oleh umur induk yang mudah dan karena induk beranak pertama (Syaifullah, 1993).

Induk pada periode beranak pertama menghasilkan litter size yang rendah (Rathor et al., 2000). Litter size dipengaruhi oleh parameter yang sangat umum, diantaranya rata-rata ovulasi, fertilisasi dan ketahanan embrio (Fortune, 1998). (Soeparman S, 1996) hasil studi litter size pada kelinci dengan perbaikan mana-jemen, menunjukkan bahwa kelinci persilangan yang diberi pakan 25,50 g dan 75 g konsentrat dengan rumput lapang (ad libitum), rataan jumlah anak yang dilahirkan berkisar antara 4,50±1,91 sampai 5,50±1,29 ekor, bobot sapih yang dicapai dengan penambahan konsentrat 25 g adalah 506,6±157,3 g; 521,3±138,0 g dengan penambahan 50 g konsentrat dan 531,85±59,5 pada penambahan konsentrat 75 g.

Sex ratio

Pada umumnya perbandingan kelinci jantan dan betina yang dianjurkan adalah 1:10 (Damron, 2003). Sex ratio merupakan faktor penting untuk manajemen pengganti induk dan pejantan yang sudah tidak produktif, karena dengan mengetahui sex ratio maka petani dapat menentukan jumlah ternak unggul yang akan digunakan sebagai pengganti. Sex ratio tidak berpengaruh pada bobot lahir, pertumbuhan bobot harian dan bobot sapih (Adjisoedarmoet al., 1985; Lukefahr & McNitt, 1983).

Penyapihan

(20)

8 Penyakit Kelinci

Penyakit kelinci dapat timbul akibat kelengahan dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan yang kurang dalam jumlah maupun gizinya, tertular kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti lesu, nafsu makan kurang, mata sayu, dan suhu badan naik turun, kelinci yang menunjukkan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di kandang karantina untuk dirawat terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurellosis, young doe syndrome, scabies, dan coccidiosis (Farrell & Raharjo, 1984). Penyakit lain yang biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, kanker telinga, ringworm, favus, radang mata, cacingan, kaki bengkok, makan bulu, dan kanibal. Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit, sebaiknya dipisahkan dari ternak lainnya (Suryani, 2002; Febriliany, 2008).

Bobot Lahir

Bobot lahir dipengaruhi oleh jumlah anak sekelahiran, umur induk dan lama bunting, serta pakan yang diberikan (Sanford & Woodgate, 1979). Herman (1989) menyatakan bahwa anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki tenaga yang cukup kuat untuk mengisap air susu dalam jumlah yang banyak. Anak dengan bobot lahir yang tinggi memiliki daya hidup yang tinggi, kondisi tubuh menjadi lebih baik dan lebih tahan terhadap serangan penyakit (Khalil & Soliman,1989). Rata-rata bobot lahir untuk setiap individu akan turun dengan bertambahnya jumlah anak yang dilahirkan, tetapi bobot lahir total akan meningkat (Afifi et al., 1989). Soeparman (1996) melaporkan bahwa rataan bobot lahir pada beranak pertama sebesar 50,36±6,36 g.

Pemasaran

(21)

9 cukup permintaan akan produk dan jasa sehingga perusahaan bisa menghasilkan keuntungan (Kotler & Keller, 2009).

Analisis Pendapatan

Pendapatan adalah selisih antar penerimaan total dan biaya-biaya. Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani yang diperoleh selama satu periode yang dihitung dari hasil penjualan dan penaksiran kembali (Soekartawi et al.,1986).

Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiaan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu yang meliputi biaya sewa, biaya penyusutan, pajak, dan lain sebagainya. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan yang meliputi bahan baku dan tenaga kerja langsung (Boediono, 1998). Biaya tetap meliputi penyusutan bangunan, peralatan, dan bibit ternak sedangkan biaya variabel meliputi pakan, perlengkapan, asuransi, dan biaya lainnya McNitt et al.,(2002).

Besarnya biaya pendapatan usahatani dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal serta faktor manajemen. Faktor internal meliputi umur petani; pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan; jumlah tenaga kerja keluarga; luas lahan; dan modal. Faktor eksternal meliputi input seperti ketersediaan dan harga serta output seperti permintaan dan harga. Faktor manajemen meliputi penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga dengan memperhatikan ketiga faktor tersebut akan diperoleh manfaat setinggi-tingginya (Febriliany, 2008).

(22)

10 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2011 di peternakan kelinci Sejahtera Farm yang berlokasi di Kelurahan Pabuaran Sawah, Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 201 ekor kelinci (Oryctologus cunicuus), terdiri atas 83 ekor kelinci Lokal (umur ≤ 50 hari), 13 ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), 14 ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan), 10 ekor kelinci jantan dewasa dan 70 ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Rex terdiri atas tiga ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), satu kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan dua ekor kelinci betina dewasa. Kelinci Angora terdiri atas satu ekor kelinci muda jantan (umur 1,5-2 bulan), tiga ekor kelinci muda betina (umur 1,5-2 bulan) dan satu ekor kelinci betina dewasa.

Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah timbangan kapasitas 5 kg (skala 20 g), alat tulis, lembar kuesioner, dan kamera.

Prosedur

Pengambilan data primer dilakukan melalui wawancara langsung dengan pemilik peternakan kelinci Sejahtera Farm. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait meliputi data keadaan geografis dan topografis lokasi meliputi peta lokasi, suhu, kelembaban, curah hujan, dan data kependudukan. Data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik peternak, produksi ternak dan manajemen pemeliharaan kelinci. Secara rinci data yang akan dikumpulkan adalah:

1. Identitas peternak meliputi nama, umur, latar belakang pendidikan, jumlah anggota keluarga dan pekerjaan.

2. Identitas kelinci, meliputi kelinci, jenis kelamin, umur, dan jenis kelinci (selain kelinci lokal).

(23)

11 pemberian hijauan dan konsentrat, frekuensi pemberian, dan jumlah yang diberikan per hari.

4. Sistem perkandangan, meliputi bentuk kandang (battery, postal, dan ranch), ukuran kandang, keadaan sekitar kandang, jenis bahan bedding, volume bedding, frekuensi penambahan dan penggantian bedding, keberadaan kandang dari pemukiman penduduk, peralatan yang tersedia di kandang dan biaya pembuatan serta perawatan kandang.

5. Pengelolaan limbah ternak, meliputi cara pembersihannya, waktu pem-bersihan, frekuensi pempem-bersihan, dan jumlah rata-rata feses.

6. Proses pengolahan feses yang meliputi produksi (berkaitan dengan pembersihan kandang), pengumpulan feses, pengangkutan feses, pengolahan feses, penyimpanan, dan penggunaannya

7. Kebersihan kandang dan lingkungan sekitar, meliputi kebersihan dalam kandang (pembersihan kandang kelinci, peralatan yang digunakan, pembersihan lantai kandang, frekuensi pembersihan) dan kebersihan di sekitar kandang (letak pembuangan limbah ternak, pembersihan tanaman disekitar kandang, frekuensi pembersihan).

Rancangan dan Analisis Data Rancangan

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus. Kasus yang diteliti adalah Peternakan kelinci Sejahtera Farm. Peternakan ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena memiliki populasi kelinci paling banyak dari seluruh peternakan kelinci di wilayah Kecamatan Ciampea.

Analisis data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan kelinci secara keseluruhan.

(24)

12 Keterangan:

= Rataan sampel µ i = Data sejumlah i

= Ukuran sampel

Keterangan:

S = Simpangan Baku X1 = Data

= Rata-rata

n = Jumlah data ke-i

Analisis Pendapatan

Analisis ini dikalukan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh usaha ternak selama satu tahun. Besarnya pendapatan diperoleh dari pengurangan peneriman dan biaya-biaya yang dikeluarkan dari usaha ternak kelinci.

Tabel 3. Form Analisis Pendapatan

Uraian Nilai (Rupiah)

Penerimaan usaha ternak Biaya variabel (-)

Biaya tetap (-)

Pendapatan usaha ternak

Sumber: Soekartawi et al,.(1986)

Selanjutnya dilakukan analisis R/C ratio untuk mengetahui tingkat pendapatan usahaternak kelinci yang dijalankan menguntungkan atau mengalami kerugian karena pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Analisis ini menggunakan rumus:

(25)

13 R/C > 1 Maka usaha tersebut menguntungkan R/C = 1 maka usaha tersebut impas

(26)

14 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sejahtera Farm Lokasi Peternakan

Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pabuaran Sawah, Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar 1). Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Dramaga, Kecamatan Tenjolaya, Kecamatan Pamijahan, Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Rancabungur. Luas kecamatan Ciampea ± 2800 ha, ketinggian 300 m diatas permukaan laut (dpl) dengan suhu berkisar antara 25-280C. Dirjen Peternakan (2008) mengemukakan bahwa suhu optimum untuk beternak kelinci adalah 15-20oC. Hal tersebut menunjukkan bahwa suhu di Kecamatan Ciampea belum sesuai untuk mengembangbiakkan ternak kelinci. Sari (2007) dalam penelitiannya menyatakan suhu lingkungan di lima Kecamatan di Magelang dalam kisaran 26-27oC, suhu tersebut tidak ideal untuk pemeliharaan ternak kelinci, tercatat bahwa jumlah populasi kelinci di Magelang sebesar 524 ekor. Hal ini juga menjadi penyebab sedikitnya peternak kelinci di Kecamata Ciampea.

Melimpahnya sumber pakan hijauan adalah faktor pendukung utama yang memungkinkan bagi peternak pemula yang ingin memulai usaha ternak kelinci. Potensi tersebut tidak diikuti dengan jumlah bibit kelinci, dimanabibit kelinci cukup sulit didapatkan karena keterbatasan peternak kelinci di wilayah Ciampea yang hanya berjumlah empat peternak saja.

(27)

15 Lokasi kandang berimpitan dengan rumah pemilik peternakan. Dirjen Peternakan (2008) menyatakan lokasi usaha peternakan kelinci hendaknya berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah penduduk. Letak, luas dan topografi lokasi terhadap wilayah sekitarnya memperhatikan kesehatan lingkungan, sehingga kotoran dan limbah cair yang dihasilkan tidak mencemari lingkungan. Lokasi kandang kelinci di Sejahtera Farm ini terlalu dekat dengan tempat tinggal, dikhawatirkan akan mempengaruhi kesehatan keluarga, apalagi kurangnya sanitasi terhadap lingkungan peternakan.

Sanitasi terhadap lingkungan peternakan tidak pernah dilakukan oleh peternak, karena menurut peternak tidak pernah terjadi kasus adanya anggota keluarga atau penduduk sekitar terjangkit penyakit disebabkan oleh ternak kelincinya. Hal ini tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dirjen Peternakan (2008) yang menyatakan bahwa disuatu peternakan harus ada tindakan pengamanan penyakit, antara lain: 1) melakukan desinfeksi kandang dan peralatan, penyemprotan terhadap serangga, lalat dan pembasmian terhadap kuman-kuman lainnya dengan menggunakan desinfeksi yang ramah lingkungan atau terdaftar, 2) melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang baik terhadap kandang yang dikosongkan maupun sebelum dimasukkan ternak baru ke dalam kandang, 3) menjaga kebersihan dan sanitasi seluruh komplek lokasi peternakan sehingga memenuhi syarat higiene yang dapat dipertanggungjawabkan dan 4) melakukan tindakan pencegahan (vaksinasi) terhadap penyakit-penyakit sesuai dengan tatacara yang berlaku.

Suhu dan Kelembaban

Pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Maret dan April. Hasil pencatatan curah hujan, suhu dan kelembaban penelitian menunjukkan bahwa curah hujan di lokasi penelitian yaitu 00,00-34,00 mm dengan rataan 5,19 mm pada bulan Maret dan bulan April 00,00-60,00 mm dengan rataan 9,40 mm, sedangkan rataan umum curah hujan bulan Maret sampai April adalah 7,26 mm. Curah hujan ini termasuk cukup kecil karena pengukuran curah hujan dilakukan pada musim pancaroba, yaitu peralihan dari musim kemarau ke musim hujan sehingga intensitas cahaya matahari relatif tinggi.

(28)

16 sedangkan rataan umum suhu udara adalah 25,8oC. Pencatatan kelembaban udara di lokasi penelitian sekitar 76-91% pada bulan Maret dengan rataan 82% dan pada bulan April berkisar 73-92% dengan rataan 84%. Rataan kelembaban secara umum dilokasi penelitian adalah 83%. Kisaran suhu dan kelembaban tersebut lebih tinggi dari suhu dan kelembaban hasil penelitian Limbong (2008) yang ideal untuk beternak kelinci di daerah tropis yaitu 18-21oC dengan kelembaban 60-90%. Data hasil pencatatan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian

Pengukuran Bulan Rataan Minimum Maksimum

Curah Hujan

Usaha peternak untuk mengatasi masalah suhu dan kelembaban ini adalah dengan memodifikasi lingkungan mikro (kandang) agar dapat mengurangi cekaman suhu dan kelembaban yaitu mendesain atap bangunan kandang lebih tinggi yang terbuat dari fiber dan kayu, di tengah kandang dibiarkan terbuka, sehingga menjamin sirkulasi udara dengan baik, didukung juga dengan dinding bangunan yang terbuat dari bilik bambu. Saat malam hari atau saat suhu sekitar kandang dingin (ketika hujan deras) maka tirai (terpal) dipasang di setiap sisi kandang, gunanya untuk menjaga perubahan suhu agar tetap nyaman bagi ternak.

Populasi Ternak di “Sejahtera Farm”

(29)

17 Kelinci yang diamati sebagai calon induk dalam program replacement stock biasanya diseleksi semenjak umur 1,5- 2 bulan, seleksi dilakukan oleh pemilik. Peternak sudah mempunyai kriteria calon bibit yang ada di peternakannya.

Ternak pejantan di Sejahtera Farm umumnya berasal dari luar peternakan, biasanya berasal dari daerah Tenjolaya, Depok, Ciawi, Cibatok dan Cimanggis. Hal ini dilakukan dengan alasan agar tidak ada kasus inbreeding sehingga faktor genetik dan performa kelinci tetap terjaga.

Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Kelinci

Pemilihan Bibit. Pada awal usahanya, peternak membeli bibit kelinci jantan dan betina dewasa dari peternak lain yang sudah lama berkecimpung di usaha peternakan kelinci di luar lokasi penelitian. Bibit tersebut berasal dari daerah Tenjolaya, Ciawi, dan Cibatok. Kadang-kadang memperoleh kelinci secara cuma-cuma dari teman atau kerabat peternak. Kelinci yang dibeli rata-rata berumur enam sampai tujuh bulan. Karena umur tersebut sudah mencapai dewasa kelamin dan siap untuk dikawinkan.

Bibit kelinci tersebut kemudian dipelihara sampai menghasilkan anak. Anakan tersebut setelah mencapai umur jual (satu sampai satu setengah bulan) dipilih satu sampai dua ekor untuk dijadikan bibit sehingga jumlah ternaknya terus bertambah. Anak yang akan dijadikan bibit oleh peternak berasal dari induk yang mempunyai litter size minimal enam ekor, sifat maternal ability yang bagus, anak memiliki postur tubuh paling besar diantara anak-anak yang lain. Kriteria calon bibit kelinci yang dibeli atau berasal atau dari peternakan lain ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Calon Bibit Jantan dan Betina Jenis Lokal

Bagian Tubuh Karakteristik

Telinga Bersih, lebar dan tegak

Badan Dada lebar

Mata Bersih dan cerah

Bulu Bersih, halus dan licin

Ekor Tegak dan lurus ke atas

Kaki Kuku pendek dan lurus tidak bengkok

(30)

18 Tabel 5 menunjukan bahwa kriteria calon bibit kelinci dari Sejahtera Farm sudah sesuai dengan pernyataan Sarwono (2002) mengenai ciri-ciri kelinci sehat.

Perkawinan dan Reproduksi. Kelinci yang dihasilkan merupakan silangan antara pejantan lokal dengan betina lokal, betina Rex atau betina Angora. Pergantian induk betina dilakukan apabila sudah mencapai umur 3,5 tahun, induk juga akan diganti ketika litter size yang dihasilkan kurang dari empat ekor dalam dua kali periode beranak dan ada induk yang dijual ke konsumen.

Peternak mengawinkan kelinci pertama kali pada umur enam bulan untuk betina dan tujuh bulan untuk pejantan. Menurut Abidin (2003) menyatakan bahwa kelinci biasa dikawinkan kapan saja asal sudah dewasa kelamin (berumur 4-6 bulan). Menurut Sarwono (2002) kelinci mempunyai dewasa kelamin berbeda-beda ter-gantung dari jenis kelamin dan tipe kelinci. Kelinci betina lebih cepat dewasa kelamin dibandingkan dengan kelinci jantan. Kelinci tipe kecil (bobot 0,9-1 kg) mempunyai umur dewasa kelamin berkisar 3-4 bulan, tipe sedang (bobot 2-4 kg) berkisar 5-6 bulan, dan tipe besar (bobot 5-8 kg) berkisar 7-8 bulan. Pemeriksaan birahi dilakukan dengan melihat pada bagian kelamin betina yaitu vulva membengkak, basah dan berwarna merah, ini menunjukkan bahwa kelinci betina sudah siap dikawinkan. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan teliti agar periode birahi tidak terlewat. Jika birahi terlewat maka harus menunggu sampai siklus berikutnya. Hal ini merugikan peternak karena menambah biaya produksi. pemeriksaan birahi dilakukan kembali pada induk yang baru menyapih dan saat masa menyusui.

Proses mengawinkan di peternakan ini adalah dengan cara alami dan dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00-08.00 WIB), sore hari (pukul 16.00-17.00 WIB) dan kadang-kadang pada malam hari. Frekuensi kawin dilakukan sebanyak dua kali per tiap birahi. hal ini sesuai dengan Sarwono (2002) bahwa perkawinan yang ideal dilakukan pada malam, pagi, atau sore hari karena saat itu suhu udara sejuk dan merupakan kondisi terbaik untuk aktifitas kelinci. Menurut Limbong (2008), pengulangan perkawinan sekitar delapan jam kemudian baik hasilnya, karena pembuahan sel telur berlangsung sekitar 1-2 jam setelah ovulasi.

(31)

19 waktu melahirkan (partus), pemberian ransum selama kebuntingan dan persiapan induk menjelang kelahiran. Selama kebuntingan harus diberikan pakan yang mampu memenuhi kebutuhan induk dan fetus yang sedang berkembang dengan cepat. Induk kelinci yang telah bunting tersebut segera dipindahkan dari kandang koloni ke kandang individu 7-3 hari sebelum beranak dan pemberian kotak sarang. Hal tersebut bertujuan agar induk tidak mengalami stres dan tertindih oleh induk itu sendiri dengan indukan lain. Pemeliharaan induk yang akan beranak harus diperhatikan setiap saat untuk mencegah kematian anak kelinci yang baru lahir akibat tertindih oleh induk, terserang oleh semut dan kanibalisme oleh induk.

Setelah pengawinan kelinci selanjutnya dilakukan pemeriksaan kebuntingan seminggu setelah pengawinan. Tujuannya adalah untuk memastikan apakah penga-winan yang dilakukan berhasil atau kelinci tersebut bunting. Cara yang dilakukan adalah memasukkan kembali induk kelinci kedalam kandang pejantan, apabila induk betina tersebut tidak mau dikawini berarti kemungkinan besar betina tersebut bunting (Limbong, 2008).

Apabila induk akan beranak, biasanya akan menunjukkan tanda-tanda seperti gelisah, nafsu makan berkurang, vulva merah dan bengkak serta mengeluarkan lendir, dan puting susu membesar. Tata Laksana yang dilakukan setelah anak kelinci lahir yaitu menunggu lendir kering setelah anak lahir dan kemudian ditaruh di kotak anakan setelah mendapatkan kolostrum.

Indukan di lokasi penelitian dapat melahirkan anak antara 6-9 ekor namun yang paling sering terjadi 6-8 ekor. Anak kelinci yang baru lahir akan dipisahkan dari induknya dan ditempatkan pada kotak anakan sampai umur 20-30 hari. Pemisahan ini bertujuan untuk menghindari serangan semut pada anak kelinci yang baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian. Anak kelinci di lokasi penelitian disapih pada umur 30-40 hari. Menurut peternak kelinci lepas sapih sudah kuat daya tahan tubuhnya bila disapih pada umur 30-40 hari.

(32)

20 tanpa melakukan pencatatan. Namun dikhawatirkan inbreeding berpeluang besar terjadi akibat recording yang kurang baik.

Pakan. Pakan yang digunakan di lokasi penelitian yaitu konsentrat dan hijauan. Jenis pakan dibedakan berdasarkan kelas kelinci dan umur kelinci yaitu kelinci muda, dewasa, pejantan, induk bunting dan laktasi. Pemberian pakan pada kelinci dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan pada pagi hari (08.00 WIB) setelah pembersihan kandang dan rumput diberikan pada sore hari (16.00 WIB). Rumput yang akan diberikan terlebih dahulu dilayukan dengan cara dijemur atau diangin-anginkan di atas kandang kelinci atau di samping pakan konsentrat. Hal ini dikawatirkan akan mempengaruhi kualitas konsentrat karena air dari rumput bisa masuk ke pakan dan nantinya dapat menimbulkan jamur pada konsentrat. Tidak adanya bangunan sebagai gudang pakan dapat menjadi penyebab turunnya kualitas pakan kelinci. Pelayuan bertujuan untuk menurunkan kadar air hijauan yang masih segar, hijauan yang masih segar dapat mengakibatkan kembung dan mencret (enteritis) pada kelinci (Belanger, 1977).

Jumlah pakan untuk kelinci pejantan sama dengan kelinci betina dewasa yaitu sebesar 120g/ekor/hari untuk konsentrat, serta rumput sebanyak 500g/ekor/hari, pakan untuk kelinci bunting sama dengan kelinci laktasi, sebesar 250g/ekor/hari konsentrat serta rumput 500g/ekor/hari. Kelinci muda diberikan konsentrat 70g/ekor/hari. Air minum tidak diberikan menurut peternak kebutuhan air terpenuhi dari rumput lapang dengan kadar air masih cukup tinggi. Sanford (1979) menyatakan air sangat diperlukan untuk melancarkan makanan dalam saluran pencernaan, terlebih lagi terkait dengan produksi susu bagi induk yang sedang menyusui. Nutrien pakan kelinci disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kadar Nutrien Pakan Kelinci di Sejahtera Farm

Bahan

(33)

21 Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode pemeliharaan berturut-turut kelinci muda bobot badan (1,8-3,2 kg) 112-173 g/ekor/hari, dewasa bobot badan (2,3-6,8 kg) 92-204 g/ekor/hari, induk bunting bobot badan (2,3-6,8 kg)115-251 g/ekor/hari dan induk laktasi dengan tujuh anak bobot badan 4,5 kg (520 g/ekor/hari). (National Research Council, 1977 dalam Ensminger, 1991). Menurut Cheekeet al. (1987), kebutuhan protein kelinci berkisar antara 12-18%, tertinggi pada fase laktasi (18%) dan terendah pada dewasa (12%), kebutuhan serat kasar induk menyusui, bunting dan muda adalah (10-12%), kebutuhan serat kasar kelinci dewasa (14%) sedangkan kebutuhan lemak pada setiap periode pemeliharaan tidak berbeda (2%). Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa pakan kelinci yang digunakan pada lokasi penelitian sudah memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci, mengingat bobot badan kelinci tersebut berkisar antara 1,7-2,3 kg. Kebutuhan nutrien kelinci dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kebutuhan Nutrien Pakan Kelinci

Status

Kebutuhan gizi (%)

Protein Lemak Serat kasar

Bunting 18(1) 3(1) 14(1)

(34)

22 yang luasnya terbatas. Kandang tersebut difungsikan induk betina untuk melahirkan dan mengasuh anak, bagi pejantan digunakan untuk mengawini betina dan pem-besaran secara kelompok bagi anak lepas sapih. Hal ini sesuai pernyataan Sarwono (2002) bahwa kandang tersebut mempunyai keuntungan yaitu mempermudah melakukan sanitasi, mencegah perkelahian dan kanibalisme, program pengem-bangbiakan dan pemuliaan dapat diatur lebih mudah, memperkecil kematian anak kelinci karena tidak ada gangguan dari kelinci lain, biaya murah dan peman-faatannya ekonomis.

(a) (b)

(c)

Gambar 2. Kandang Kelinci di Sejahtera Farm, (a) Kandang tipe battery, (b) Kandang beranak, (c) Kandang anak kelinci

(35)

23 kandang seperti kotak sarang (Gambar 2b) dan kotak anak kelinci (Gambar 2c). Jumlah kotak beranak di Sejahtera Farm yaitu 19 buah dengan ukuran 40x25x20cm sedangkan kotak anak kelinci ada empat buah yang dibuat dari bekas kotak/dus buah-buahan dengan ukuran 35x47x15cm.

Kotak beranak digunakan pada waktu kelinci memasuki usia kebuntingan tua dan menjelang beranak atau ketika induk kelinci terlihat merontokkan rambutnya sebagai ciri akan beranak. Ketika anak kelinci yang lahir pada kulitnya sudah terlihat kering kemudian dipindahkan ke kotak anak kelinci. Fungsi kotak anak kelinci ini untuk menghindari gigitan semut yang akan menyerang bayi kelinci yang baru lahir dan menghindari bayi kelinci dari injakan induk kelinci. Anak-anak kelinci ini akan disatukan kembali dengan induk-induk mereka pada waktu menyusui dan akan ditempatkan di kandang pada saat usia lepas sapih. Ukuran-ukuran kotak dan jumlah kandang kelinci di Sejahtera Farm ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Ukuran-ukuran Kotak dan Jumlah Kandang Kelinci di Sejahtera Farm

Ternak Kelinci Ukuran

(36)

24 sehat. Kelinci yang memperlihatkan gejala sakit dipindahkan dan ditukar tempatnya dengan kelinci yang sehat, karena di Sejahtera Farm tidak ada kandang karantina.

Bobot Badan dan Konsumsi Pakan. Bobot badan kelinci di Sejahtera Farm tergolong kecil karena jenis kelinci yang dibudidayakan adalah kelinci lokal, dimana kelinci jenis ini memiliki bobot badan berkisar antara 1,8-2,3 kg (Adjisoedarmo et al. 1985), sedangkan konsumsi pakan masing-masing kelompok ternak berbeda-beda sesuai status fisiologisnya, konsumsi pakan ini dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas, sedangkan palatabilitas pakan tergantung pada bau, rasa, tekstur dan temperatur pakan yang diberikan (Church & Pond, 1988). Rataan bobot badan kelinci diperlihatkan pada Tabel 9.

Table 9. Rataan Bobot Badan Kelinci di Sejahtera Farm

Kelompok Ternak Rataan Bobot Badan (Kg) Minimum Maksimum

Pejantan 1,73±0,10 1,58 1,82

(37)

25 kebuntingan tua atau tujuh hari sebelum kelahiran (H-7). Konsumsi pakan harian kelinci di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 10.

Table 10. Rataan Konsumsi Pakan Kelinci di Sejahtera Farm

Kelompok ternak Rataan Konsumsi pakan (g/hari)

(38)

26 kelinci muda penanganan yang dilakukan adalah dengan pemberian pakan yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit. Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik yang disuntikkan ke tubuh kelinci, antara lain Tirex, Permethyl 5%, Wormectin, Vitamin B Kompleks, dan intertrim LA sedangkan antibiotik melalui oral adalah Rebung-k. Jenis antibiotik yang diberikan pada kelinci disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jenis Antibiotik yang Diberikan pada Kelinci

Merk Antibiotik Dosis per kg Bobot Badan

Muda Dewasa Bunting Laktasi Jantan T-rexml 0 1-2 0 1-2 1-2

Kegunaan dari masing-masing antibiotik yaitu, T-rex digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mengurangi stress, Permethyl 5% dan Rebung-k digunakan untuk mengatasi kembung, Wormectin digunakan untuk obat cacing dan scabies, dan Vit. B Kompleks digunakan untuk mempercepat penyembuhan dari sakit. Penyakit yang biasa menyerang kelinci di lokasi penelitian adalah kembung, enteritis complex dan scabies. Enteritis complex atau yang biasa dikenal oleh peternak adalah diare disebabkan karena cuaca yang tidak bagus dan hijauan yang terlalu basah. Penyakit ini biasa menyerang saat musim hujan dan banyak menyerang anak kelinci. Ciri-ciri kelinci terserang penyakit ini adalah kotoran yang dikeluarkan cair dan umumnya pada bagian dubur kotor serta bau yang terlalu. Tidak ada obat khusus yang digunakan untuk penyakit tersebut, peternak mengatasinya dengan memberikan daun singkong. Kembung atau bloat sering menyerang anak kelinci dengan ciri-ciri perut membesar, nafsu makan turun, susah buang kotoran dan lemas. Obat yang sering digunakan peternak adalah Rebung-K.

(39)

27 terlihat bengkak akibat timbunan kutu penyebab scabies. Apabila terlalu lama dibiarkan akan menyebabkan kematian karena nafsu makan menurun. Peternak mengatasi penyakit ini dengan obat Ivomex dan Wormectin dengan cara disuntikan di bawah kulit (subcutan). Antibiotik tersebut tidak diberikan untuk kelinci yang berumur muda dan induk yang sedang bunting, menurut peternak kelinci yang masih muda masih rentan terhadap obat antibiotik sehingga peternak lebih sering memberikan obat yang alami daripada antibiotik sedangkan kelinci bunting akan mengalami keguguran apabila diberikan antibiotik.

Penanganan Limbah. Pembersihan kandang kelinci di Sejahtera Farm dilakukan sehari sekali pada waktu pagi hari (06.00 - 07.00 WIB). Kegiatan yang dilakukan adalah pembersihan limbah padat (feses), sisa rumput yang menempel di dalam kandang, kotoran yang ada di lantai kandang serta tempat pakan kelinci. Lama pekerjaan yang dilakukan kira-kira 1-1,5 jam oleh dua orang pekerja. Kemudian limbah ini dikumpulkan di samping kandang dekat dengan kebun pemilik Sejahtera farm.

Limbah yang sudah dikumpulkan kemudian dipergunakan sebagai pupuk untuk kebun yang terletak disebelah kandang. Pemupukan yang dilakukan sekitar dua minggu sekali menunggu proses penguraian yang terjadi pada limbah tersebut. Pupuk yang digunakan adalah bagian yang paling bawah dari tumpukan limbah kelinci tersebut karena penguraian oleh bakteri waktunya lebih lama dari tumpukan yang paling atas. Penanganan limbah cair yang berupa urin kelinci dilakukan saat-saat tertentu saja, yaitu apabila ada pesanan dari konsumen yang membutuhkan untuk pembuatan pupuk cair. Penanganan yang dilakukan dengan menampung urin kelinci dalam ember yang diletakan di samping kandang. Kemudian urin tersebut dimasukkan dalam jerigen plastik berukuran 20 liter atau dalam botol bekas airmineral ukuran 1,5 liter menggunakan corong yang diberi saringan.

(40)

28 terdapat pasar khusus untuk ternak kelinci.Selain menjadi penjual, peternak juga berperan sebagai pedagang pengumpul. Hal ini dilakukan apabila jumlah kelinci yang ada dipeternakan belum memenuhi pesanan, sehingga peternak harus membeli dari peternak lain untuk memenuhi permintaan tersebut.

Konsumen yang berasal dari luar kecamatan Ciampea umumnya peternak lain yang tinggal di sekitar Darmaga, pedagang kelinci diKebun Raya Bogor dan Depok, dan pedagang sate kelinci. Permintaan terbesar datang dari pedagang pengumpul kelinci yang berupa kelinci anak. Peternak menjual kelinci dewasa dijual hanya apabila ada permintaan, sedangkan kelinci afkir dijual ke pedagang sate kelinci. Umumnya konsumen di daerah Bogor banyak datang ke peternakan pada hari Sabtu dan Minggu, serta saat musim liburan anak sekolah.

Harga kelinci ditetapkan melalui tawar menawar antara peternak dan pembeli dan sangat bervariasi antara peternak satu dengan lainnya. Hal ini terjadi karena belum adanya standar harga untuk kelinci. Harga kelinci ditentukan dari bangsa dan umur ternak. Tabel 12 menyajikan harga beli dan harga jual kelinci di Sejahtera Farm.

Tabel 12. Kisaran Harga Kelinci di Sejahtera Farm

Kelompok umur Harga Beli (Rp/ekor) Harga Jual (Rp/ekor) Anak 28-45 hari

Lokal 40.000-55.000 55.000*-60.000

Hias 100.000-150.000 170.000*-250.000

Sumber: Sejahtera Farm, 2011

Keterangan: * harga beli dari peternak lain

(41)

29 Angora yang mencapai harga Rp 250.000 terutama untuk kelinci Angora dengan kualitas bulu yang bagus.

Potensi ternak kelinci sebagai penghasil daging, kulit-bulu (fur) dan pupuk organiik di lokasi penelitian belum banyak digali. Begitu juga dengan kotoran dan urin kelinci belum dikembangkan pasarnya lebih lanjut. Padahal penjualanproduk-produk sampingan tersebut dapat meningkatkan penerimaan peternak.

Begitu banyak peluang pasar dari produk hasil ternak kelinci di lokasi penelitian yang belum dapat dimanfaatkan dengan optimal, itu disebabkan karena peternak hanya fokus pada penjualan kelinci anakan, tidak adanya insentif bagi peternak untuk pembesaran anak kelinci, kurangnya pengetahuan dalam mengolah hasil ternak kelinci, belum adanya pasar untuk kulit-bulu dan pupuk organik (urin) dari ternak kelinci, serta masih kurangnya pembinaan dari instansi terkait khususnya dinas peternakan setempat.

Analisis Pendapatan

Pendapatan bersih usaha ternak kelinci adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak kelinci selama satu tahun. Penerimaan dan total biaya tersebut terdiri atas komponen tunai (yang diterima atau dikeluarkan dalam bentuk uang tunai) maupun komponen yang diperhitungkan atau tidak tunai.

Penerimaan Usaha Ternak Kelinci. Sumber penerimaan tunai berasal dari penjualan kelinci hidup, kelinci afkir, dan urin bila ada pesanan. Nilai penjualan kelinci didapat dari rata-rata jumlah kelinci yang dijual dikalikan dengan rata-rata harga jual kelinci dalam kurun waktu satu tahun. Kelinci yang dijual terdiri dari anakan non hias dan hias,dewasa non hias dan hias, serta kelinci afkir. Rincian penerimaan yang diterima peternak per tahun dapat dilihat pada Tabel 13.

(42)

30 kelinci hidup tidak semuanya hasil produksi pembesaran dari Sejahtera Farm. Sebanyak 60% kelinci yang dijual adalah kelinci yang dibeli dari peternakan lain.

Tabel 13.Penerimaan per Tahun Usaha Ternak Kelinci di Sejahtera Farm

Uraian Jumlah Nilai (Rp)

Penjualan kelinci (ekor)

Kelinci Anak non Hias 2125 31.875.000,00

Kelinci Dewasa non Hias 1500 90.000.000,00

Kelinci Dewasa Hias 6 1.350.000,00

Subtotal (A) 123.225.000,00

Penjualan Urin (liter) 3380 16.900.000,00

Total Penerimaan (A+B) 140.125.000,00

Biaya Usaha Ternak Kelinci

Biaya usaha ternak kelinci dikelompokkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi biaya pembelian kenci dari peternak lain, biaya pakan, perlengkapan, serta obat dan vitamin sedangkan biaya tetap meliputi upah tenaga kerja luar keluarga serta penyusutan kandang dan peralatan. Kepemilikan lahan dalam usaha ternak kelinci adalah milik sendiri, sehingga tidak dimasukkan sebagai nilai sewa lahan.

Biaya pakan tunai terdiri dari biaya pembelian kelinci dan biaya pembelian konsentrat.Harga beli kelinci disajikan pada Tabel 12. Biaya rumputdiperhitungkan dari upah tenaga pengarit atau pencari rumput dan hijauan lainnya. Harga konsentrat adalah Rp 3000/kg dan harga rumput diperhitungkan Rp 200/kg. Rumput termasuk biaya pakan tunai karena peternak memperoleh rumput tersebut dengan cara membeli. Biaya pakan merupakan biaya terbesar, hal ini disebabkan pakan me-rupakan kebutuhan biologis yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup kelinci.

(43)

31 Biaya tenaga kerja luar keluarga dimasukkan ke dalam biaya tetap karena berapa pun jumlah kepemilikan ternak dan output yang dihasilkan, jumlah pekerja yang digunakan tidak bertambah yaitu dua orang. Biaya ini hanya dikeluarkan oleh peternak yaitu sebesar Rp 600.000,00/bln. Aktivitas yang dilakukan pekerja dalam mengurus ternaknya meliputi membersikan kandang, memberi pakan, mengawinkan untuk mengecek kebuntingan, merawat kebun dan mengawasi ternak.

Tabel 14. Biaya Usaha Ternak Kelinci per Tahun di Sejahtera Farm

Uraian Jumlah Nilai (Rp)

Biaya Variabel Pembelian kelinci

Pakan (kg) 38.887.500,00

Konsentrat 7200 21.600.000,00

Rumput 1065 213.000,00

Total Biaya Variabel (A) 61.009.500,00

Biaya Tetap

Tenaga kerja luar keluarga 2 7.200.000,00

Penyusutan kandang (kotak) 90 1.500.000,00

Penyusutan peralatan

Sabit 1 8.333,00

Dus bekas tempat buah 4 4.000,00

Tempat pakan tambahan 16 5.333,00

Subtotal 17.666,00

Total Biaya Tetap (B) 8.717.666,00

Total Biaya (A+B) 69.727.166,00

(44)

32 dan peralatan diakhir umur ekonomisnya sama dengan nol. Umur ekonomis kandang yang digunakan adalah tiga tahun dengan biaya pembuatan sebesar Rp 80.000,00/kotak. Umur ekonomis tersebut didasarkan pada jenis bahan yang di-gunakan dan pengalaman peternak. Peralatan yang didi-gunakan adalah, arit/ sabit, tempat buah bekas, dan tempat untuk pakan tambahan masing-masing berharga Rp 25.000,00, Rp 16.000,00, dan Rp 3.000,00 dengan umur ekonomis masing-asing adalah dua tahun untuk arit dan tempat pakan tambahan sedangkan tempat buah bekas umur ekonomisnya empat tahun. Rincian biaya yang dikeluarkan peternak per tahun disajikan pada Tabel 14.

Tabel 15. Rata-rata Pendapatan Keluarga dan Nilai R/C Ratio Usaha Ternak Kelinci Sejahtera Farm

Uraian

Penerimaan 140.125.000,00

Biaya Variabel 61.009.500,00

Biaya Tetap 8.717.666,00

Total Biaya (B+C) 69.727.166,00

Pendapatan keluarga(A-B-C) 70.397.834,00

R/C Rasio 1,99

(45)

33 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Secara keseluruhan penanganan ternak kelinci di Sejahtera Farm masih perlu ditingkatkan. Faktor yang penting bagi perkembangan kelinci yang belum mendapat perhatian antara lain tidak adanya bangunan gudang pakan permanen, karena akan mempengaruhi kualitas pakan, serta kebersihan kandang belum diperhatikan dengan baik. Pertambahan bobot badan ternak kelinci masih dapat ditingkatkan. Nilai R/C ratio yaitu 1,99 menunjukkan bahwa usaha ternak kelinci layak dijalankan.

Saran

(46)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdullillahirobbil’alamin, puji syukur senantiasa tercurah kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang tulus dan tak terhingga khusus dipersembahkan kepada kedua orang tua, yaitu Bapak Yadi dan Ibu Karti tercinta yang selalu memberikan doa yang tulus bagi Penulis serta membimbing pada setiap langkah hidup.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si selaku pembimbing utama dan Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MS selaku pembimbing anggota serta Bapak Ahmad Yani, S.TP, M.Si selaku pembimbing akademik, yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan curahan tenaga, pikiran serta waktunya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih atas saran yang telah diberikan kepada Ir. Sri Rahayu, M.Si sebagai dosen pembahas seminar, Dr. Ir. Heri A. Sukria, M.Sc. Agr. sebagai dosen penguji sidang,dan M. Sriduresta S., S.Pt. M.Sc. sebagai dosen penguji dan sebagai panitia sidang.

Terima kasih kepada Mat Sholeh sebagai pemilik peternakan.Terima kasih kepada Hasan afif, Edys Kamaludin, Annisa Oktaviarini dan Gilang Ayu dalam pengabdian di peternakan kelinci Istiqomah Farm. Sahabat Agung Heri Susantho, Ari Pradana, Riki Arwarsyam, Bedi Ferlangga, Ihsan Adi Putra, Achmad Kautsar, Irvan Arasyid dan teman-teman Laboratorium Pemuliaan Genetika. Terima kasih kepada teman-teman IPTP’44 atas doanya. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan, semoga Allah SWT membalasnya. Tidak lupa Penulis memohon maaf yang setulusnya atas semua kesalahan selama menyelesaikan studi sarjana. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia pendidikan dan peternakan.

Bogor, September 2012

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2003. Bisnis daging kelinci mulai gurih. Infovet 103 : 48-49.

Adjisoedarmo, S., B. Purnomo., S. Haryati., A. Marmono., D. Purwati & A. Sudewo. 1985. Performans produksi dan Reproduksi Kelinci local (bukan ras). Prosiding seminar peternakan dan Forum Peternak Unggas dan aneka Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balibangtan. Bogor.

Afifi, E. A., M. E. Emara & A. E. H. Kadry.1989. Bilth weight in purebred and croosbreed rabbits, J. Appl Rabbit Research.10 : 133-137.

Arrington, L. R & K. C. Kelly. 1976. Domestic Rabbit Biology and Production. University of Florida Book. The University Press of Florida Gaiienviile. P :52 Belanger, J. 1977. Raising Small Livestock. Rodale Press. Inc. Book Division,

Emmaus, Pensylvania 18049.

Blakely, J &D. H. Bade, 1998. Ilmu Peternakan. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.

Blakely, J & D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadja Mada University, Yogyakarta

Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. BPPE, Yogyakarta.

Brahmantiyo B & Raharjo Y. C. 2005. Pengembanagan pembibitan kelinci di pedesaan dalam menunjang potensi dan prspek agibisnis kelinci. Lokakarya nasional potensi dan peluang pengembangan usaha agibisnis kelinci. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr & J.I. McNitt. 1987. Rabbit Production. 6th Edition. The Interstate Printers and Publishers, Inc., Danville. Illinois. Cheeke, P. R., N. M. Patton & G. S. Templeton. 1982. Rabbit Production. The

Interstate Printers and Publisher, Inc. Danvile, Illinois.

Church, D. C. & W. G. Pond. 1988. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd . Edition. John Wiley & Sonc, Inc., Canada.

Damron, W. S. 2003. Introduction to Animal Science: global, biological, social, and industry perspectives. 2nd Ed. Person Education, Inc. New Jersey, USA

Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Pedoman Budidaya Kelinci yang Baik (Good Farming Practice). Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia. Jakarta Ensminger, M.E. 1991. Animal Science. 9th edition. The Interstate Printers. And

Publishers. Inc. Denville, Illinois. USA.

Farrell & Y. C. Raharjo. 1984. Potensi Peternakan Kelinci sebagai Penghasil Daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Febriliany, V. 2008. Potensi pengembangan usaha ternak kelinci di kecamatan Ciawi kabupaten Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(48)

36 Fortune, L. L. 1998. Effect of pre mating energy intake on reproduction performance

of rabbit does. J. Anm. Sci. 66: 263-269

Herman, R. 2002. Pengenalan Kandang dan Peralatan Ternak Kelinci. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Herman, R. 1995. Reproduksi Marmot dan Kelinci. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Herman, R. 1989. Produksi Kelinci. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Khalil, M. H., & A. M. Soliman. 1989. Genetic analysis for sme reproductive traits in femael rabbits, J. Appl. Rabbit Rsc. 12 : 205-209.

Kotler, P & Keller K. L. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-13. Erlangga. Jakarta.

Lebas, F., P. Courdert, R. Rouvier & H. de Rochanbeau. 1986. The Rabbit Husbandry Heal and Production. Food And Agriculture Organization of the United Nation. Rome.

Limbong, S.R. 2008. Pengaruh frekuensi perkawinan dan Sex Rasio terhadap lamabunting dan litter size pada kelinci persilangan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Sumatera Utara, Medan

Lukefarh, S. D. & J. L. Mcnitt. 1983. The Effect of environment on conception rate and litter size of domestic Rabbit in Oregon and Malawi. J.of. Appl. Rabbit Rsc. 6(1) ; 18-20

McNitt, J. L., N. M. Patton, S. D. Lukefarh, & P. R. Cheeke. 2002. Rabbit Production. Eight Editions. Interstate Publishers, Inc, U.S.A.

Muslih, D., I.W. Pasek., Rossuartini dan B Brahmantiyo. 2006. Tatalaksna pemberian pakan untuk menunjang agribisnis ternak kelinci. Lokakarya nasional potensi dan peluang pengembangan usaha kelinci. Balai Penelitian Ternak. Bogor

National Research Council. 1977. Nutient Requerement of Rabbits. 2nd. National Academy of science. Washington., D. C.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.Institut Pertania Bogor, Bogor.

Pasaribu, P. 2007. Analisis pendapatam dan fakto-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani wortel di Kabupaten Tegal kasus di Desa Rembul, Kecamatan Bijong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Rahardi, F., I. Satyawibawa & R. N. Setyowati. 1993. Agribisnis Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

(49)

37 Raharjo, Y.C. 1988. Breed Alternative untuk Pengembangan Kelinci. Balai

Penelitian Ternak. Bogor

Rathor, Y.S., Y.P. Thaker, N.K. Manuja, S. Katock & K. Gupta. 2000. Performance of different meat rabbit breeds for litter fraits. Indian Vet. J. 77: 592-594 Sanford, J. C. 1979. The Domestic Rabbit. 3nd Ed. Granada London, Toronto,

Sydney, New York.

Sanford, J. P. & Woodgate. 1979. Domestic Rabbit Third Edition NPR Past, Chairman The British Rabbit Comersial Assosiation, London. 258p.

Sari, K. M. 2007. Pola pembibitan kelinci rakyat di paguyuban peternak kelinci di Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sarwono. 2002. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustaka, Jakarta.

Soekartawi, A Soeharo, J. L. Dillon, & J. B. Hardaker. 1986. Ilm Usahatani dan Penelitian utuk Perkembangan Petani Kecil. UI-Press, Jakarta.

Soeparman, S. 1996. Studi littersizepada kelinci dengan perbaikan manajemen. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertania Bogor, Bogor.

Suryani, I. 2002. Studi pertumbuhan kelinci peranakan New Zealand White sejak lahir sampai dewasa. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Syaifulah. 1993. Performan produksi dan reproduki tiga varieta kelinci Rek ( White rek, Black rex, dan Blue rex) hasil dari proses kawin bantu (Force mating) Karya Ilmiah. Fakultas Peernakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Walpole, R. G. 1995. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(50)
(51)

39 Lampiran 1. Lembar Kuisioner

1. Identitas pemilik :

- Nama pemiliki :...

- Umur :... - Tingkat pendidikan terakhir pemilik : SD/ SMP/ SMA/ PT (D3/ S1/ S2)/

lainnya...(lingkari salah satu)

- Sudah berapa lama menjadi peternak di Sejahterah Farm :... - Pekerjaan/ tanggung jawab yang di Sejahterah Farm :...

... - Kendala selama beternak apa saja :... - Selain beternak adakah usaha lain :... 2. Perkandangan kelinci - Lay out kandang dan peternakan (gambar) :... - Lokasi kandang dekat perumahan :...

a. Ya* b. tidak

Ket : * (lanjut ke pertanyaan berikutnya)

 Apakah tidak mengganggu kenyamanan penduduk?...  Pernahkah mendapat teguran dari masyarakat terhadap

peternakan?...  Pernahkah mengalami ganggun dari hewa lain?...

3. Penanganan kesehatan :

(52)

40 - Penyakit yang sering dialami dan penanganannya :... - Apakah penyakit kelinci tersebut pernah menular kemanusia :

a. Ya* b. tidak

Ket : * lanjut ke petanyaan berikutnya

 Jenis penyakit apa?...  Apakah menular ke keluarga?...  Pernahkah mendapat teguran dari masyarakat? ...

- Cara pencegahannya :

- Penanganan lain yang diberikan pada kelinci : 4. Penanganan limbah

Limbah padat :

- Jumlah limbah yang dihasilkan : ...kg/hari

- Tehnik penumpulan :... - Tehnik pengangkutan :... - Tehnik penyimpanan :... - Tehnik penanganan :... - Penyaluran hasil olahan limbah :... 5. Keadaan Umum Sejahretah Farm (SF)

- Suhu :...

- Apa saja peralatan yang digunakan :... - Berapa sering mengganti peralatan tersebut :... - Apakah peralatan tersebut aman bagi ternak :... - Apakah peralatan sering di bersihkan :... 7. Pakan

(53)

41 - apakah disesuaikan dengan umur ternak :...

a. ya* b. tidak

ket : * (lanjut ke pertanyaan berikutnya)

 berapa jumlah yang di berikan untuk masing-masing umur:

laktasi, bunting, pertumbuhan, dan pemeliharaan?... 8. Bibit kelinci

(54)

42 Lampiran 2. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan Maret Tanggal Curah Hujan Temperatur Udara Kelembaban Udara

(55)

43 Lampiran 3. Data Curah Hujan, Temperatur dan Kelembaban Udara Bulan April Tanggal Curah Hujan Temperatur Udara Kelembaban Udara

(mm) ( ̊oC) (%)

(56)

44 Lampiran 4. Foto Selama Penelitian (a) Ternak Kelinci (b) Kandang Kelinci (c)

Kebun di Samping Peternakan (d) Rumah Pemilik Peternakan (e) Sungai di Samping Lokasi Peternakan (f) Lingkungan Sekitar Peternakan

(a) Ternak kelinci (b) Kandang kelinci

(c) Kebun disamping peternakan (d) Rumah pemilik peternakan

Gambar

Tabel 1.  Ciri-ciri Kelinci yang Sehat
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis
Gambar 1. Lokasi Peternakan Sejahtera Farm
Tabel 4. Curah Hujan, Suhu dan Kelembaban di Lokasi Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelo mpok siswa yang diajar dengan metode pembela jaran Jigsaw (eksperimen I) me miliki hasil belaja r ketera mpilan menulis resensi

Sehubungan dengan kegiatan Pembukaan dan Evaluasi Dokumen File I (Administrasi dan Teknis) e-Lelang Umum Pengadaan Jasa Pemborongan Pekerjaan Penataan Lansekap Ruas Halim

[r]

Jika antrian di salah satu teller jumlahnya lebih banyak dari teller yang lain, maka akan di lakukan jockeying yaitu orang paling belakang pindah antrian (dari Teller yang

Tujuan unluru penelitian ini adalah untuk menipelajari keikutsertaan pasangan usia subur dalam program Keluarga Berencana pada saat krisis ekonomi. Secara khusus tujuan

Perbedaan dengan judul penelitian “Representasi Konsumerisme dalam Film “Confessions of a Shopaholic” (Studi Analisis Semiotika Representasi Konsumerisme dalam Film

Pendekatan yang digunakan penulis yaitu kualitatif dan metode deskriptif untuk menemukan tujuan dari penelitian ini yaitu diantaranya mengetahui komunikasi persuasif yang

Bab ini membahas langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses penelitian, yaitu proses pengumpulan data, analisa sistem, perancangan sistem dan implementasi beserta pengujian