• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Dalam dokumen KONSEP SYAFAAT DALAM AL-QUR AN (Halaman 30-33)

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Pustaka

Bagian ini merupakan penyajian data berupa hasil-hasil penelitian terdahulu terkait masalah sejenis sebagaiamana judul yang penulis angkat. Untuk menghasilkan hasil penelitian yang komprehensif dan tidak adanya pengulangan dalam penelitian, maka sebelumnya dilakukan upaya pra-penelitian terhadap pra-penelitian terdahulu yang sejenis atau serupa, dalam hal ini, penelitian yang setidaknya berkaitan dengan judul penelitian penulis.

Pada zaman sekarang ini banyak penelitian atau studi ilmiah menjadikan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai objek penelitian, seperti Ahmad bin „Abd Allâh al-Zahrânî dalam kitabnya al-Tafsîr al-Maudhûi wa

Namâdzij Minh, hanya saja konesp syafaat tidak dibahas dalam kitab ini.

Ada beberapa buku yang di dalamnya dibicarakan masalah syafâ‟at. Misalnya, Irsyâd al-„Ibâd karya „Abd al-Rahmân bin Nâshir al-Barrâk.

Syarh „Aqâid „Adhudiyyah karya Husain bin Syihâb Dîn

Kailânî, Raudhah Wâ‟idzîn karya Muhammad bin Fattâl al-Naysabûrî, al-„Aqâ‟id al-Islâmiyyah karya Sayyid Sâbiq, Kitâb al-Ushûl

Dîn karya Abî Manshûr „Abd Qâhir bin Thâhir Tamîmî

al-Bagdâdî. Semua buku-buku ini tidak membicarakan masalah syafaat dalam tinjauan al-Qur‟an secara utuh dan kajiannya bersifat parsial.

Selanjutnya, Ja‟far Subhani dengan karyanya Adakah Syafaat Dalam

Islam? Antara Pro dan Kontra yang diterjemahkan oleh Ahsin

Muhammad, Bandung: Pustaka Hidayah, 2011. buku ini berisi penjelasan para ulama tentang syafaat baik yang menerima maupun yang menolak. Disamping itu, Ja‟far Subhani mencoba untuk membujuk para pembaca dengan dalil-dalil „aqli maupun naqli agar meyakini kebenaran adanya syafaat di akhirat. Namun penulis buku ini terlihat cenderung pada aliran syiah. Hal ini terlihat pada pembahasannya ketika mencantumkan hadis-hadis syafaat di kalangan Imamiyah, ucapan Imam Ali tentang syafaat dan ucapan Imam-imam Ahl al-Bayt tentang syafaat.29Adapun yang membedakan dengan penilitian penulis adalah hasil penelitiannya seputar dampak syafaat.

Syams al-Dîn Abû „Abd Allâh Muhammad bin Ahmad bin Utsmân bin Qaymâz al-Dzahabî dalam buku Kitâb Itsbât al-Syafa‟ât li al-Dzahabi t.tp: Adhwâ‟ al-Salâf, 2000, menuturkan bahwa syafaat itu berlaku bagi pelaku dosa besar dari umat Muhammad SAW yang beriman. Barangsiapa menolak syafaat maka sebenarnya ia dalam kesesatan karena ia telah menolak hadis-hadis Nabi.30 Dalam kitabnya, al-Dzahabi lebih berfokus pada jenis-jenis syafaat kemudian menguraikan hadis-hadisnya. Yang membedakan dengan penelitian penulis adalah dari segi pendekatannya. Jika penulis perspektif al-Quran maka buku ini perspektif hadis.

Abû Muhammad „Abd Karîm bin Shâlih bin „Abd Karîm al-Hamîd dalam buku al-Syafâ‟at „alâ Man Radd Ahâdits al-Syafâ‟at (Radd

„alâ Mushthafa Mahmûd) t.tp: t.p, 2000, menjelaskan beberapa ayat dan

hadis untuk membuktikan adanya syafaat di hari akhirat. Seperti perkataan beliau bahwa syafaat yang ditolak di akhirat kelak hanyalah syafaat yang tidak mendapatkan izin dan ridha Allah SWT.31 Fokus kitab ini mengkritik argumen Mushthafa Mahmud tentang konsep syafaat sedangkan Penelitian penulis, fokus membahas syafaat dalam al-Qur‟an untuk melerai perdebatan para mufassir.

Abû „Abd Rahmân Muqbil bin Hâdî bin Muqbil bin Qâidah al-Hamdânî al-Wâdi‟î dalam buku Kitâb al-Syafâ‟at, Yaman: Dâr al-Âtsâr, 1999, menjelaskan bahwa anggapan yang mengatakan syafaat tidak diperuntukkan bagi pelaku dosa besar adalah perkataan yang tak

29 Ja‟far Subhani, Adakah Syafaat Dalam Islam? Antara Pro dan Kontra, diterjemahkan oleh Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka Hidayah, 2011, hal. 9.

30

Syams al-Dîn Abû „Abd Allâh Muhamamd bin Ahmad bin Utsmân bin Qaymâz al-Dzahabî, Kitâb Itsbât al-Syafa‟ât li al-Ddzahabî, t.tp: Adhwâ‟ al-Salâf, 2000, hal. 20.

31 Abû Muhammad „Abd karîm bin Shâlih bin „Abd Karîm Hamîd. al-Syafâ‟at „alâ Man Radd Ahâdits al-al-Syafâ‟at (Radd „alâ Mushthafa Mahmûd), t.tp: t.p, 2000, hal. 26.

berdasar.32 Buku ini berisi bantahan terhadap aliran yang mengkhususkan definisi syafaat (Mu‟tazilah dan Khawarij). Awal kitab membahas tentang syafaat yang diterima dan syafaat yang ditolak. Selanjutnya membahas sebuah anggapan bahwa syafaat itu dapat diminta pada selain pemiliknya. Adapun perbedaan kitab ini dengan penelitian penulis diantaranya adalah, al-Wadi‟i lebih memfokuskan kajiannya pada siapa penerima dan pemberi syafaat. sedangkan penulis, lebih kepada konsep syafaat.

Muhammad Choirul Anam, “Syafaat Dalam Islam (Studi Komparasi Konsep Syafaat Menurut Ibnu Taimiyah Dan Imam Al-Ghazali)” Skripsi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011. Fokus penelitian skripsi ini adalah menjelaskan bagaimana konsep syafaat menurut Ibnu Taimiyah dan Imam al-Ghazali, apa persamaan dan perbedaan konsep syafaat menurut Ibnu Taimiyah dan Imam al-Ghazali dan Bagaiamana syafaat dalam Islam.33 Adapun yang membedakan dengan penelitian penulis adalah dari metode yang digunakan.

Fahruddien, “Syafaat Dalam Al-Qur‟an (Suatu Kajian Atas Tafsir Al-Maraghi)” Tesis, Surakarta: Pascasarjana IAIN Surakarta, 2017. Fokus pembahsan tesis ini adalah menguraikan siapa saja pemberi, penerima dan yang tidak menerima syafaat dalam tafsîr al-Marâgi.34 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada pendekatan penelitian dan permasalahan yang akan diselesaikan. Adapun permasalahan yang akan diselesaikan penulis adalah melerai pro kontra konsep syafaat kemudian menjelaskan bagaimana dampak syafaat. Disamping itu, penulis tidak hanya membahas kronologis, makkiyah dan korelasi ayat-ayat, tapi juga melibatkan kaidah (tafsir) lain yang dianggap penting oleh penulis seperti kaidah isim dan fiil serta kaidah nafi. Perbedaan selanjutnya adalah terletak pada sikap penulis dalam memposisikan tafsîr al-Marâgi. Penulis melihat, bahwa tafsir ini tidak jauh berbeda dengan tafsîr al-Manâr, dalam membahas konsep syafaat. Yaitu, mempersamakan syafaat dunia dengan syafaat di akhirat.

Nurliana Damanik, “Konsep Syafaat Perspektif Qur‟an dan al-Hadis” dalam Jurnal Kewahyuan Islam, Vol. 01 No. 01 Tahun 2018, menuturkan bahwa syafaat ialah permohonan ampun oleh seseorang yang memiliki hak syafaat untuk orang yang berhak mendapatkannya. Barangsiapa di dunia tidak pernah berusaha mendapatkan syafaat Nabi

32 Abû „Abd Rahmân Muqbil bin Hâdî bin Muqbil bin Qâ‟idah Hamdânî al-Wâdi‟î. Kitâb al-Syafâ‟at, Yaman: Dâr al-Âtsâr, 1999, hal. 22.

33

Muhammad Choirul Anam, “Syafaat Dalam Islam (Studi Komparasi Konsep Syafaat Menurut Ibnu Taimiyah Dan Imam al-Ghazali)”, Skripsi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2011, hal. 9.

34 M. Fahruddien, “Syafaat Dalam Qur‟an (Suatu Kajian Atas Tafsir al-Maraghi)”, Tesis, Surakarta: Pascasarjana IAIN Surakarta, 2017, hal. 6.

SAW dengan jalan bertawassul kepada beliau, berarti sedikitpun tidak akan mendapatkan syafaat tersebut di akhirat.35 Jurnal ini membahas definisi syafaat, macam-macam syafaat, hakikat syafaat, cara untuk meraih syafaat, kenikmatan bermunajat dari segi akal dan naql, pemberi syafaat. Berdasarkan pengamatan penulis, konsep syafaat yang dibahas masih bersifat parsial sehingga masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Diantaranya, pemberi syafaat.

Dari kajian pustaka ini, penulis tidak mencantumkan semua penelitian terdahulu tentang syafaat, dikarenakan penelitian yang telah disebutkan di atas, penulis anggap sudah mewakili. Dalam penelusuran ini, penulis belum menemukan karya tulis yang mengkaji lebih rinci “Konsep Syafaat Dalam Al-Qur‟an” sehingga menurut penulis, penelitian ini layak untuk diangkat.

Dalam dokumen KONSEP SYAFAAT DALAM AL-QUR AN (Halaman 30-33)

Dokumen terkait