• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Mazidah (2010) melakukan penelitian mengenai Tingkat Perkembangan Pembiayaan Mudharabah pada BMT ANDA Salatiga, menunjukkan bahwa ternyata pembiayaan Mudharabah di BMT ANDA Salatiga tidak mengalami peningkatan akan tetapi mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi setiap tahunnya semakin bertambah. Faktor-faktor yang menjadi penyebab penurunan tersebut adalah pertama, kebutuhan anggota yang cenderung untuk pembelian barang bukan untuk modal usaha, dari pihak BMT sendiri pembiayaan Mudharabah mempunyai risiko yang tinggi karena pada pembiayaan Mudharabah ini bagi hasil setiap bulannya tidak selalu sama tergantung keuntungan yang diperoleh. Jika nasabah yang diberi pembiayaan tidak benar-benar orang yang mempunyai karakter baik maka akan mengakibatkan kerugian bagi BMT. Bertambahnya pesaing juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi menurunnya jumlah nasabah pembiayaan Mudharabah. Kedua, berkurangnya dana dari pihak ketiga dan keadaan perekonomian pada tahun yang bersangkutan juga sedikit banyak mempengaruhi jumlah pembiayaan Mudharabah. Ketiga, faktor ekternal lain yang tidak kalah pengaruhnya terhadap pertumbuhan jumlah nasabah Mudharabah adalah karena ketika itu pada akhir tahun 2002 BMT ANDA Salatiga sedang

membuka dua kantor cabang di Karanggede dan Ampel serta satu kantor kas di Ngablak maka keuangan kantor pada saat itu sedang di fungsikan sebagian untuk biaya perkantoran dan dengan demikian sedikit banyak mengurangi dana yang dialokasikan untuk pembiayaan Mudharabah

Penelitian kedua oleh Sutrisno (2011), mengenai prosedur pembiayaan Mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran Kab.Semarang dengan hasil penelitian bahwa pada BMT Sumber Usaha Tengaran menerapkan sistem penilaian terhadap calon nasabah pembiayaan

Mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data yang dikenal dengan prinsip 5C.Pengajuan pembiayaan Mudharabah nasabah berhak membawa syarat-syarat yang ditentukan oleh BMT.Pengembalian pembiayaan

Mudharabah pada BMT Sumber Usaha Tengaran dilakukan secara mengangsur pada tiap bulan dan pembayarannya tidak boleh melebihi waktu jatuh tempo yang ditentukan. Kemudian untuk proses perhitungan bagi hasil dalam pembiayaan Mudharabah di BMT Sumber Usaha Tengaran Menggunakan cara penghitungan flate rate dan anuitas menurun. Perhitungan flate rate bagi hasil dimulai dari 1,5% s/d 1,8%. Sedangkan untuk perhitungan anuitas menurun bagi hasil dimulai dari 20% s/d 28%.

Penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2015) mengenai Implementasi Mudharabah pada pembiayaan di Bank Syariah dapat menghasilkan kesimpulan bahwa Bank syariah akan lebih ideal apabila menyalurkan pembiayaan dengan skema bagi hasil kepada nasabahnya sehingga bank syariah akan berbagi risiko (sharing risk) dengan

17

para nasabah penerima pembiayaan, bukan tranfer risk sebagaimana yang terjadi pada pembiayaan berbasis jual beli. Ada agency problem dan moral hazard yang melekat pada pembiayaan berbasis bagi hasil. akan tetapi ada dua perjanjian yang dapat dilakukan untuk mengatasi

agency problem : (i) Mudharib diminta untuk memberikan kontribusi modal. (ii) Mudharib diminta untuk berbagi dalam kerugian sampai batas tertentu. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya moral hazard, maka bank syariah menerapkan batasan-batasan tertentu ketika menyalurkan pembiayaan kepada mudharib yaitu menerapkan batasan agar porsi modal dari pihak mudharib-nya lebih besar dan /mengenakan jaminan, menerapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang risiko operasinya lebih rendah, menetapkan syarat agar

mudharib melakukan bisnis dengan arus kas yang transparan, dan menetapkan syarat agar mudharib melakukan bisnis yang biaya tidak terkontrolnya rendah.

Susana dan Prasetyanti (2011), tentang Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil Pembiayaan Al- Mudharabah pada Bank Syariah memperoleh hasil bahwa penyaluran pembiayaan Mudharabah pada BMI cabang Malang pada dasarnya sudah tepat dan sesuai dengan pedoman analisis pembiayaan yang berdasarkan prinsip syariah. Pengambilan keputusan pembiayaan ini didasarkan pada analisis 6C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of economy, dan Contains) dan dalam mewujudkannya dituangkan dalam analisis kelayakan pembiayaan yang

terdiri dari analisis terhadap Aspek Legalitas, Aspek Manajemen, Aspek Teknis, Aspek Pemasaran, dan Aspek Jaminan. Bank Muamalat berimplementasi pada Kopkar, KPRI, dan BMT.Sehingga tidak secara langsung melakukan pembiayaan kepada wirausaha untuk meminimalkan risiko.Untuk mengetahui nisbah bagi hasil dalam suatu pembiayaan prosentase keuntungan yang diharapkan dalam satu tahun dikalikan dengan pendapatan rata-rata bulanan mitra kerja dalam satu tahun, kemudian besarnya taksiran pendapatan atas pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan.Nisbah bagi hasil dapat diketahui dengan cara 100% di kurangi nisbah bagi hasil bank.

Istahadi (2014), dalam penelitiannya mengenai Investasi Bagi Hasil dalam Pembiayaan Akad Mudharabah Perbankan Syariah menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Operasional investasi pembiayaan Mudharabah belum dilakukan secara maksimal karena tingginya risiko pembiayaan pada jenis ini, dibandingkan dengan produk pembiayaan lainnya. Bank syariah selaku shahibul maal melakukan risk averse (penghindaran risiko) sebagai tindakan melindungi asetnya terhadap moral hazard mudharib.Sikap risk averse tersebut merupakan bentuk ketidakpastian menanggung kerugian terhadap produk investasi pembiayaan Mudharabah dengan memberlakukan prinsip kehati-hatian, yang pada dasarnya bank syariah akan menghentikan langkah syariah hanya sampai pada tahap aman dan tidak beresiko. Sehingga pengaruh pola pikir konvensional yang mengedepankan keuntungan semata masih

19

tersirat dibalik aturan-aturan pelaksanaan operasionalisai perbankan syariah.Bentuk ketidakpastian bank syariah dapat dipahami sebagai infant industry (dalam tahap pertumbuhan) memiliki sumber daya insani yang belum memadai dalam menangani produk pembiayaan bagi hasil. Hal tersebut menimbulkan situasi ketidakjelasan dan ketidakseimbangan dalam informasi sehingga sulit melihat level usaha mudharib serta terbatasnya informasi mengenai produktifitas suatu usaha, yang mengakibatkan

absolute riskaversion dilakukan bank syariah.

Proses pengajuan investasi Mudharabah yang berbelit-belit akan berakibat masyarakat kecil sebagai pangsa pasar potensial akan berpaling kembali pada bank konvensional.Pemberlakuan jaminan dan pola bagi hasil dengan sistem bagi hasil revenue sharing yang dilakukan bank-bank syariah pada skema penyaluran dana khususnya investasi pembiayaan

Mudharabah sebenarnya merupakan suatu cerminan prinsip kehati-hatian yang masih bernuansa konvensional. Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan keberadaan bank syariah di Indonesia bersifat taktis strategis dengan memanfaatkan situasi dan kondisi ekonomi global saat ini sebagai salah satu cara untuk menggerakan roda perekonomian, sehingga para pelaku usaha dapat menentukan pilihan diantara dua sistem perbankan yang berlainan namun pada dasarnya dalam implementasi pelaksanaan baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional tidak jauh berbeda.

Yaningwati dan Zahroh (2014), mengenai analisis pengaruh pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas (Return On Equity) pada Bank umum syariah yang terdaftar di bank Indonesia periode 2009-2012, hasil penelitiannya menunjukan bahwa pembiayaan Mudharabah dan musyarakah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat ROE secara simultan dan pembiayaan

Mudharabah berpengaruh signifikan dan negatif terhadap tingkat ROE secara parsial. Pembiayaan Mudharabah merupakan pembiayaan bagi hasil yang dominan dalam mempengaruhi tingkat ROE, sehingga pihak bank diharapkan bisa lebih berhati-hati dalam memilih nasabah yang akan bekerja sama dengan mengguanakan pembiayaan Mudharabah,

dikarenakan pembiayaan ini lebih memiliki risiko yang lebih tinggi dari pada pembiayaan Musyarakah dan pihak bank juga seharusnya lebih mengembangkan pembiayaan Mudharabah agar lebih menarik minat nasabah dalam bekerjasama sehingga mempengaruhi pendapatan bank.

Melihat beberapa referensi diatas mengenai pembiayaan

Mudharabahmaka penulis memutuskan untuk mengkaji ulang pembiayaan

Mudharabahdengan fokus penelitian yang berbeda dengan beberapa hasil penelitian di atas. Penelitian ini akan terfokus pada praktik penghitungan bagi hasilnya pada pembiayaan Mudharabahdi BPRS Artha Amanah Ummat.

21

B. Kerangka Teoritik

Dokumen terkait