• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Pupuk adalah zat yang ditambahkan pada tumbuhan agar berkembang dengan baik. Pupuk dapat dibuat dari bahan organik ataupun non-organik. Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos (Wikipedia Indonesia, 2009).

Pupuk memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor dalam peningkatan produksi komoditas pertanian. Hal ini menjadikan pupuk sebagai sarana produksi yang strategis. Untuk menyediakan pupuk ditingkat petani diupayakan memenuhi azas 6 tepat yaitu : tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu dan harga yang layak sehingga petani dapat menggunakan pupuk sesuai kebutuhan.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Peraturan Menteri Perdagangan RI Permendag RI No.03/M-DAG/PER/2/2006 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian BUMN pupuk penanggung jawab pengadaan pupuk bersubsidi di Sumatera Utara adalah PT. Pupuk Sriwijaya sejak April 2006 yang sebelumnya dipegang oleh PT. Pupuk Iskandar Muda. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi (Urea, SP-36,ZA, dan NPK) di Indonesia telah diterbitkan peraturan Menteri Perdagangan No.03/M-DAG/PER/2/2006 tanggal 16 Februari 2006 memutuskan bahwa : Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah di sektor pertanian dan produsen, distributor, dan pengecer bertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan 6 (enam) tepat yaitu jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu mulai dari lini I sampai dengan lini IV sesuai dengan tugas dan kewajiban masing-masing (PT. PUSRI, 2009).

Lalu usulan penggantinya adalah mengembalikan distribusi pupuk kepada perusahaan induk yaitu PT. Pusri. Selanjutnya BUMN tersebut yang menerapkan kebijakan distribusi pupuk satu atap ditangan satu pihak. Karena dalam kenyataannya kebutuhan riil di suatu wilayah yang dimaksud jauh lebih besar dari kuota Departemen Pertanian. Inilah yang kemudian dikenal sebagai konsep distribusi Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Setiap kelompok tani boleh mengajukan kebutuhan defenitif pupuk (Anonimus, 2006).

Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

anggota kelompoktani, meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta modal kerja, untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang merupakan pesanan kelompoktani kepada gabungan kelompoktani atau lembaga lain (distributor sarana produksi dan perbankan). Rencana Definitif Kelompok (RDK), adalah rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk 1 (satu), yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani.

Untuk mewujudkan program ketahanan pangan, khususnya penyediaan pangan, perlu disusun rencana/sasaran setiap tahun. Petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian melalui musyawarah menyusun Rencana Definitif Kelompok (RDK) yang merupakan rencana kerja usahatani dari kelompoktani untuk satu periode 1 (satu) tahun berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani.

RDK hendaknya dijabarkan lebih lanjut oleh kelompoktani dalam suatu Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) yang merupakan alat perumusan untuk memenuhi kebutuhan sarana produksi dan alat mesin pertanian, baik yang berdasarkan kredit/permodalan usahatani bagi anggota kelompoktani yang memerlukan maupun dari swadana petani. Pesanan berupa RDKK yang disusun melalui musyawarah anggota kelompoktani hendaknya disampaikan kepada Gabungan kelompoktani, Perusahaan Mitra (distributor pupuk dan benih) serta Perbankan (khusus untuk keperluan kredit) selambat-Iambatnya 1 (satu) bulan sebelum Musim Tanam, sehingga teknologi dapat diterapkan sesuai anjuran.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Oleh karena itu penyusunan RDKK yang dilaksanakan oleh kelompoktani secara serentak dan tepat waktu merupakan kegiatan strategis, sehingga perlu suatu gerakan untuk mendorong petani/ kelompoktani menyusun RDKK. Mekanisme penyusunan RDKK harus memperhatikan keinginan para petani, namun mengingat kemampuan petani dalam menyusun perencanaan masih terbatas, maka penyuluh pertanian perlu mendampingi dan membimbing petani/kelompok dalam menyusunnya, sehingga rencana yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani dalam menjalankan kegiatan usahataninya.

RDKK sebagai dasar rencana pengadaan dan pelayanan dari GAPOKTAN. Dalam pelaksanaan penyusunan RDKK mengacu kepada RDK masing-masing kelompok. Penyusunan Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pertemuan pengurus kelompoktani yang didampingi oleh Penyuluh Pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDKK.

2. Pertemuan anggota kelompoktani dipimpin oleh Ketua Kelompoktani yang didampingi penyuluh pertanian untuk membahas, menyusun dan menyepakati daftar kebutuhan sarana produksi 6 tepat (tepat jenis, jumlah, waktu, tempat, harga dan mutu) yang akan dibiayai secara swadana maupun kredit dari tiap anggota kelompoktani. Daftar yang disusun akan berfungsi sebagai pesanan kelompoktani kepada GAPOKTAN. RDKK selesai paling lambat 1 bulan sebelum jadual tanam.

3. Meneliti kelengkapan RDKK dan penandatanganan RDKK oleh Ketua kelompoktani yang diketahui oleh Penyuluh Pertanian.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

RDKK itu sebenarnya secara teoritis itu baik. Sebab kebutuhan pupuk bersubsidi dihitung berdasarkan kebutuhan setahun untuk suatu wilayah kabupaten tertentu. Perhitungan kebutuhan tersebut juga mendekati kenyataan. Pada sisi lain tidak menyulitkan BUMN pupuk menyalurkan pupuk sesuai dengan demand dan supply. Antara kebutuhan dan pasokan bisa dicocokan. Ini kelebihan dari konsep RDKK (Anonimus, 2006).

Perlu diketahui bahwa sistem distribusi yang berlaku terdahulu bersifat terbuka dan pasif. Yang dimaksud bersifat pasif adalah bahwa penyaluran pupuk bersubsidi dilakukan oleh produsen mulai dari pabrik sampai ketingkat pengecer yang selanjutnya dijual dipasar secara pasif dalam arti siapapun baik petani yang berhak maupun bukan secara sendiri-sendiri maupun berkelompok dapat membeli pupuk dengan cara dating kekios pengecer yang berlokasi di kecamatan atau desa. Yang dimaksud bersifat terbuka adalah bahwa sistem distribusi hanya memiliki

delivery system (sistem distribusi dari produsen sampai pengecer) dan tidak

memiliki receving system (sistem penerimaan oleh petani). Akibatnya, pengecer resmi dapat menjual pupuk bersubsidi kepada siapa saja termasuk kepada mereka yang tidak berhak yaitu pihak-pihak yang tidak berhak menerima pupuk bersubsidi, antara lain petani yang tidak tergabung dalam kelompok tani, petani yang mempunyai lahan lebih dari 2 ha, perusahaan perkebunan, dll.

Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebut meyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidi sesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebut seringkali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya langka pasok berarti

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

sejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti jumlah, jenis, mutu, waktu dan tempat, akan dilanggar. Ketersediaan pupuk seringkali lebih kecil daripada kebuthan petani. Dengan demikian, langka pasok akan semakin mengurangi ketersediaan pupuk bersubsidi dan pada gilirannya akan semakin memicu terjadi peningkatan harga pupuk bersubsidi. Akibatnya, tingkat penggunaan pupuk di tingkat usahatani menurun dan pada gilirannya kuantitas produksi pun juga menurun.

Bertitik tolak dari fakta diatas muncul wacana untuk mengubah sistem distribusi pupuk bersubsidi dari bersifat terbuka dan pasif menjadi tertutup dan aktif. Yang dimaksud bersifat aktif adalah bahwa ada kewajiban secara eksplisit bagi pengecer resmi untuk menyalurkan/menjual habis pupuk bersubsidi yang sudah diterima dari distributor kepada petani dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud bersifat tertutup adalah bahwa sistem distribusi pupuk bersubsidi paling tidak terdiri dari delivery system (sistem distribusi dari produsen sampai pengecer) dan receiving system (penerimaan oleh petani). Kedua segmen tersebut harus menyatu agar aliran pupuk dari produsen kepada petani tidak bocor terutama dari pengecer ke patani. Pengalaman kebijakan subsidi harga pupuk yang dilakukan pada era 1980 – 1990-an menunjukkan bahwa penerapan sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat tertutup terbukti efektif dalam mencegah langka pasok dan menjamin HET (Simatupang dkk, 2004).

Landasan Teori

Sistem distribusi pupuk di Indonesia selama ini diatur oleh Menteri Perdagangan dan Industri yang sekarang menjadi Menteri Perdagangan. Pengaturan sistem

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

distribusi pupuk dengan harapan agar petani dapat memperoleh pupuk dengan enam azas tepat, yaitu : tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga.

Distribusi merupakan penambahan kegunaan waktu, tempat, dana pemilikan barang yang mencakup juga pengangkutan barang-barang dari tempat asal atau produksi manajemen khusus seperti penjualan, pengiklanan, keuangan, pengangkutan dan pergudangan (Taff. C.A, 1994).

Dalam upaya penyaluran distribusi pupuk bersubsidi yang efisien maka Departemen Pertanian mengadakan kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi. Dalam kegiatan Sosialisasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi tersebut menghasilkan rumusan-rumusan sebagai berikut :

1. Pemerintah memberikan subsidi pupuk (insentif) untuk sektor pertanian sejak tahun 2003 dan masih dilanjutkan sampai tahun 2009 supaya petani dapat memperoleh pupuk sesuai 6 (enam) azas tepat (jenis, jumlah, harga, tempat, waktu dan mutu) untuk mendukung ketahanan pangan nasional. 2. Kebutuhan pupuk disusun berdasarkan kebutuhan riil ditingkat lapangan

(RDKK) dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan Gubernur untuk alokasi masing-masing Kabupaten/ Kota dan Peraturan Bupati/ Walikota untuk masing-masing Kecamatan.

3. Pemerintah melalui Kementerian Negara BUMN menugaskan BUMN

Pupuk untuk memproduksi pupuk bersubsidi dan menjamin pengadaan dan penyalurannya sampai ke tangan petani bekerjasama dengan distributor dan pengecer.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

4. Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi :

- Diatur dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21 tahun 2008 mulai dari tingkat produsen (lini I) sampai dengan pengecer (lini IV) dan dalam kondisi tertentu bila distributor dan pengecer tidak dapat menyalurkan pupuk bersubsidi penyalurannya dapat dilakukan langsung dari produsen ke petani.

- Pengecer hanya melayani petani / kelompok tani terdaftar (pola tertutup berbasis RDKK)

(Inspektorat Jenderal, 2009).

Program kebijakan pupuk sudah amat komprehensif.

- Pertama, malalui jangka panjang, industri pupuk dibangun dengan kapasitas produksi jauh melebihi kebutuhan pupuk domestik tersebar diberbagai wilayah, dan sepenuhnya dikuasai oleh hanya lima pabrik pupuk badan usaha milik negara (BUMN) sehingga mampu dan dapat diarahkan untuk mengemban misi sebesar-besarnya mendukung pembangunan pertanian nasional. Dari segi bahan baku, industri pupuk didukung oleh sektor minyak dan gas bumi yang cukup besar sehingga mestinya memiliki keunggulan komparatif dalam menghadapi pesaing dari negara lain.

- Kedua, Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag) meminta pabrikan pupuk untuk senantiasa mendahulukan pemenuhan kebutuhan domestik. Ekspor pupuk diawasi dan dikendalikan melalui sistem perizinan.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

- Ketiga, melalui surat keputusan Menperindag, distribusi pupuk domestik diatur dengan sistem rayonisasi pasar. Setiap pabrik pupuk wajib menjamin kecukupan pasokan pupuk sesuai harga eceran tertinggi (HET) di kios pengecer resmi dirayon pasar yang menjadi tanggung jawabnya. - Keempat, HET dan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi menurut wilayah

pemasaran dan waktu ditetapkan oleh Menteri Pertanian. HET yang ditetapkan cukup rendah, leboh rendah dari harga pasar bebas atau mengandung subsidi yang bervariasi menurut jenis pupuk. Pupuk bersubsidi hanya dijual kepada petani keluarga kecil. Usaha pertanian skala besar (umumnya perkebunan) membeli pupuk sesuai dengan harga pasar bebas.

- Kelima, sebagai imbalan dalam melaksanakan distribusi pupuk hingga kios pengecer sesuai HET, pabrik pupuk memperoleh subsidi gas, bahan baku utama produksi pupuk. Subsidi gas ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan pertimbangan bahwa pabrikan pupuk bersubsidi dijamin memperoleh laba normal.

- Keenam, subsidi dibayarkan kepada pabrikan pupuk sesuai dengan besaran subsidi gas dan volume pupuk bersubsidi yang disalurkan. Dana subsidi berasal dari anggaran belanja pemerintah pusat berdasarkan kesepakatan dengan DPR sebesar 1,3 triliun unntuk tahun 2003 dan akan ditingkatkan menjadi 1,5 triliun pada tahun 2004.

- Ketujuh, pelaksanaan distribusi pupuk bersubsidi tersebut dimonitor, dievaluasi, dan diawasi terus-menerus oleh suatu tim pemerintah antar departemen bersama.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Kebijakan distribusi pada dasarnya adalah mengatur barang agar dapat tersebar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Indonesia misalnya adalah suatu contoh yang baik. Negara ini terdiri dari ratusan pulau sehingga kebijaksanaan distribusi menjadi amat penting. Kesulitan paling besar dalam kaitannya dengan kebijaksanaan distribusi adalah transportasi dan segala prasarananya, gudang, yang harusnya ada disetiap tempat dan pengaturan waktu (Soekartawi, 2002).

Saluran distribusi, kadang-kadang disebut saluran perdagangan atau saluran pemasaran, dapat didefinisikan dalam beberapa cara. Umumnya definisi yang ada memberikan gambaran tentang saluran distribusi ini sebagai satu rute atau satu jalur (Swastha.B, 1999).

Saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Anggota-anggota saluran pemasaran secara garis besar dibagi kedalam dua golongan, yaitu agen dan pedagang. Proses penyaluran produk sampai ke tangan konsumen akhir dapat menggunakan saluran yang panjang ataupun pendek sesuai dengan kebijaksanaan saluran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan (Angipora, 1999).

Secara luas, terdapat dua golongan besar lembaga-lembaga pemasaran yang mengambil bagian dalam saluran distribusi. Mereka ini disebut :

1. Perantara pedagang 2. Perantara agen

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Istilah pedagang digunakan disini untuk memberikan gambaran bahwa usahanya mempunyai hubungan yang erat dalam pemilikan barang. Mereka berhak memiliki barang-barang yang dipasarkan, meskipun pemilikannya tidak secara fisik. Pedagang dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Produsen, yang membuat sekaligus menyalurkan barang ke pasar. b. Pedagang besar, yang menjual barang kepada pengusaha lain. c. Pengecer, yang menjual barang kepada konsumen akhir.

(Swastha. B, 1999).

Saluran distribusi langsung umumnya jauh lebih efektif daripada saluran distribusi tidak langsung. Manajemen saluran distribusi mudah dilakukan apabila pemasaran menjual langsung kepada pengecer atau konsumen. Distribusi langsung ini memberikan kemungkinan untuk mengendalikan saluran distribusi lebih leluasa, memungkinkan pemasar menanggapi setiap pembelian kondisi pasar secara fleksibel, serta memperoleh informasi dan umpan balik dari pasar secara akurat dan cepat. Oleh karena itu banyak pemasar internasional yang lebih tertarik untuk menggunakan saluran distribusi langsung (Budiarto dan Ciptono, 1997).

Secara luas terdapat lima macam saluran dalam pemasaran barang-barang konsumsi. Pada masing-masing saluran, produsen mempunyai alternatif untuk menggunakan kantor dan cabang penjualan. Selain itu juga terdapat kemungkinan penggunaan agen pada pedagang besar dan pengecer (gambar 1). Kelima macam saluran tersebut adalah:

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Ini merupakan saluran distribusi yang paling pendek dan paling sederhana untuk barang-barang konsumsi. Sering juga disebut saluran langsung karena tidak melibatkan pedagang besar. Produsen dapat menjual barang yang dihasilkannya melalui pos atau mendatangi rumah konsumen (dari rumah ke rumah).

b. Produsen – Pengecer – Konsumen Akhir

Dalam saluran ini, beberapa pengecer besar membeli secara langsung dari produsen. Ada juga beberapa produsen yang mendirikan toko pengecer untuk melayani penjualan langsung pada konsumennya; tetapi kondisi saluran ini tidak umum dipakai.

c. Produsen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Akhir

Saluran ini disebut juga saluran tradisional, dan banyak digunakan oleh produsen. Di sini, produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada pedagang besar.

d. Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen Akhir

Selain menggunakan pedagang besar, produsen dapat pula menggunakan agen pabrik, mekelar, atau perantara agen lainnya untuk mencapai pengecer, terutama pengecer besar.

e. Produsen – Agen – Pedagang Besar – Pengecer – Konsumen Akhir

Untuk mencapai pengecer kecil, produsen sering menggunakan agen sebagai perantara dalam penyaluran barangnya kepada pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Gambar 1. Saluran Distribusi untuk Produsen Barang Konsumsi (Swastha. B, 1999).

Distribusi pupuk bersubsidi dengan sistem tertutup yang mulai diberlakukan saat ini mengandung harapan bahwa pupuk bersubsidi tersebut akan tepat sasaran, yakni dinikmati langsung oleh petani tanaman pangan. Akan tetapi, ada beberapa isu potensial menjadi penghambatnya. Dari sisi pengguna pupuk bersubsidi, agar tepat sasaran haruslah didahului dengan identifikasi secara tepat petani tanaman pangan sebagai penerimanya dan jumlah aktual kebutuhannya (sesuai dengan jenis tanaman pangan yang diusahakan, luas lahan yang dikelola, dan intensitas pertanaman). Artinya, petani yang tergabung dalam kelompok tani haruslah petani yang tepat dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) juga ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata. Keberhasilan penyusunan RDKK selain menjadi indikator keberhasilan kelompok tani yang bersangkutan, juga menjadi indikator kinerja unit kerja pemerintah kabupaten/kota yang berperan sebagai pembinanya.

AGEN PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR PEDAGANG BESAR AGEN PENGECER PENGECER PENGECER

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Hal yang perlu diwaspadai adalah adanya kecenderungan dalam menyusun RDKK untuk mengajukan volume kebutuhan pupuk yang melebihi kebutuhan nyata kelompok tani. Alasan yang mungkin menjadi latar belakangnya adalah pandangan bahwa lebih baik kelebihan dari pada kekurangan atau karena alasan lain yang curang, yakni sengaja dilebihkan agar kelebihannya bisa “dialihkan” untuk tanaman perkebunan.

Mengingat bahwa kemampuan produksi pupuk nasional yang masih defisit, maka penyusunan RDKK harus betul-betul dilakukan secara bertanggung jawab. Unit kerja pemerintah daerah yang terkait harus mengambil peran penuh dan menjalankan prinsip good governance. Penyusunan RDKK jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan cermat, memang akan butuh curahan tenaga dan waktu yang lumayan lama. Mudah-mudahan ini yang menjadi alasan beberapa kabupaten/kota dan provinsi yang sampai sekarang belum menetapkan surat keputusannya tentang kebutuhan pupuk bersubsidi untuk masing-masing wilayahnya (M. Suparmoko, 2003).

Agus Pakpahan, Deputi Menneg BUMN, menyebutkan bahwa harga pupuk bersubsidi lebih murah 2,67 kali lipat dibandingkan dengan harga pupuk di pasar internasional, lebih murah 3,46 kali lipat dibanding pupuk impor, dan lebih murah 2,18 kali lipat dibanding harga pupuk nonsubsidi dalam negeri. Dengan kesenjangan harga yang berlipat ganda ini, tentu akan membuat beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab tergoda untuk melakukan penyelewengan. Jika niat untuk menyelewengkan tersebut ada maka banyak modus operandi yang mungkin muncul.

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Tanpa dedikasi yang tinggi dari aparatur yang bertugas mengawasi dan penyiapan langkah-langkah antisipatif yang tepat, penyimpangan distribusi pupuk bersubsidi akan tetap terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya. Pupuk bersubsidi untuk petani pangan akan kembali mengalir secara ilegal ke lahan-lahan perkebunan, diselundupkan ke negara tetangga, atau dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan lainnya (Benyamin. L, 2009).

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 93/MPP/Kep/3/2001 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk untuk sektor

pertanian ditunjuk lima industri pupuk yang bertugas dalam pengadaan dan penyaluran pupuk yaitu PT.Pupuk Srwijaya, PT.Petrokimia Gresik, PT.Pupuk Kujang, PT.Kalimantan Timur dan PT.Pupuk Iskandar Muda, dan yang bertanggung jawab dalam pengadaan dan penyaluran pupuk di Sumatera Utara yaitu PT.Pupuk Sriwijaya.

PT. Pupuk Sriwidjaja (Persero), yang lebih dikenal sebagai PT. Pusri, merupakan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang produksi dan pemasaran pupuk. Secara legal, PT. Pusri resmi didirikan berdasarkan Akta Notaris Eliza

Posma Ulinita Sibarani : Evaluasi Distribusi Pupuk Bersubsidi Dengan Konsep Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok Pada Petani Padi Sawah Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, 2009.

Pondaag nomor 177 tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960. PT. Pusri, yang memiliki kantor pusat dan pusat produksi berkedudukan di Palembang, Sumatera Selatan, merupakan produsen pupuk urea pertama di Indonesia.

Peraturan Menteri Perdagangan RI (Permendag RI) No: 03/M-DAG/PER/2/2006 tetntang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sector pertanian

Dokumen terkait