• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat serta buku-buku acuan yang relevan, atau yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti.

Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat dari beberapa peneliti.

Menurut Mahsun,(1995:115) “Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (kerabat)”.

Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu tehnik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdsarakan prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.

Dalam skripsi Verawati meneliti di Desa Pardomuan 1 Kecamatan Pangururan untuk bahasa Batak Toba, dan bahasa Karo di Desa Seberaya, sedangkan Peneliti sendiri meneliti di Desa Panampangan untuk bahasa Batak Toba, bahasa Pakpak Dairi di Kelurahan Sidiangkat. Dalam hal ini Verawati memakai 809 kosa kata yang dikutip dari buku Mahsun dan Swades, sedangkan Peneliti sendiri memakai 809 kosa kata yang di kutip dari buku Mahsun dan Keraf. Walaupun kedua Peneliti tersebut membahas tentang perbedaan bahasa, namun banyak perbedaan dan kesamaan antara skripsi kedua peneliti tersebut.

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arahan dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Adapun teori penulis gunakan adalah teori Linguistik Historis Komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perumpunan, penemuan, dan perekonstruksian bahasa purba yang menurunkan bahasa tersebut. Dalam pembahasan penulis menggunakan buku Keraf yang berjudul Linguistik Historis Bandingan, sebagai dasar pembahasan penulis mencakup semua prosedur yang terdapat dalam buku tersebut.

Sedangkan untuk daftar pertanyaan atau kuesioner, penulis menggunakan daftar pertanyaan yang disusun oleh Mahsun dalam bukunya berjudul Dialektologi Diakronis,

1. Mengumpulkan kosa kata

karena penulis melihat daftar pertanyaan tersebut sudah digunakan oleh Mahsun dan terbukti dapat memperlihatkan hasil yang sangat akurat jumlah glos yang disusun oleh Mahsun ada sebanyak 809 kosa kata (glos).

Teknik leksikostatistik yaitu:

2. Menghitung kata kerabat 3. Menghitung waktu pisah 4. Menghitung jangka kesalahan

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan

prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf : 1984 : 121).

Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.

2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya dan bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123)

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.

Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.

Kosa kata dasar itu meliputi : 1. Bagian tubuh

2. Kata ganti, sapaan, dan acuan 3. Sistem kekerabatan

4. Kehidupan desa dan masyarakat 5. Rumah dan bagian-bagiannya 6. Peralatan dan perlengkapan 7. Makanan dan minuman

8. Tumbuh-tumbuhaan, bagian, buah, dan hasil olahannya 9. Binatang dan bagiannya

10.Waktu, musim, keadaan alam, benda, alam dan arah 11.Gerak dan kerja

12.Perangai, sifat, dan warna 13.Penyakit

14.Pakaian dan perhiasan 15.Bilangan dan ukuran

Penulis mengusulkan sekitar 809 kosa kata dasar yang dianggap universal, artinya dianggap ada pada kedua bahasa tersebut.

2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 809 kosa kata, sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah 1.000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama

Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%.

Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80.5% x N. di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 809 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 809 kata = 651,245, dibulatkan menjadi 651 kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 651 kata = 524,1 kata atau dibulatkan menjadi 524 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5% x 524 kata = 421,82 kata atau dibulatkan menjadi 422 kata.pada 1000 tahun keempat kosa kata dasar tinggal 80,5% x 422 kata = 339,71 kata atau dibulatkan menjadi 340 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000 tahun kelima maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% x 340 kata = 273,7 kata atau dibulatkan menjadi 274 kata dan seterusnya.

4. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi kalau diketahiu prosentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing –masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam prosentase yang sama, maka waktu pisah dalam kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya prosentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf: 1984: 125):

Tabel 1

Prosentase Kata Kerabat Jumlah kata kerabat antara bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi ( N x 19% - N)

Porsentase kata kerabat (N: 2 x 19% - N)

Usia (waktu pisah) antara bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi sekian tahun yang lalu ( dibagi 2) 809-655 655-530 530-429 429-347 347-281 281-227 277-184 184-149 149-121 121-98 98-79 79-64 64-52 405-328 328-265 265-215 215-174 174-141 141-114 114-92 92-75 75-61 61-49 49-40 40-32 32-26 0-500 500-1000 1000-1500 1500-2000 2000-2500 2500-3000 3000-3500 3500-4000 4000-4500 4500-5000 5000-5500 5500-6000 6000-6500

52-42 42-38 38-31 31-25 25-20 20-16 16-13 13-10 10-8 8-6 6-5 5-4 4-3 3-2 26-21 21-19 19-16 16-13 13-10 10-8 8-7 7-5 5-4 4-3 3-3 3-2 2-2 2-1 6500-7000 7000-7500 7500-8000 8000-8500 8500-9000 9000-9500 9500-10000 10000-10500 10500-11000 11000-11500 11500-12000 12000-12500 12500-13000 13000-13500

Prosentase retensi kata kerabat setiap seribu tahun dibulatkan menjadi 81%. Usia pisah dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing bahasa dalam seribu tahun akan kehilangan 19%.

2.4 Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil langkah yang merupakan teknik metode leksikostatistik seperti :

a. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar

Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti. Pada kesempatan ini penulis menggunakan daftar yang disusun oleh Mahsun yang

berisi 845 kata. Sebenrnya daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata sudahlah yang merupakan daftar yang baik. Namun, kecenderungan dan kajian ini adalah semakin singkat suatu daftar semakin besar pula peluang untuk membuat kesalahan. Atau dengan kata lain, semakin banyak daftar yang kita susun maka semakin kecil peluang kesalahnya. Oleh karena itulah penulis menggunakan daftar Mahsun, selain daftarnya lebih banyak, kosa katanya juga terdiri atas kata-kata yang sesuai dengan keadaan cultural kedua bahasa yang dibandingkan

b. Menghitung Kata Kerabat

Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi benar-benar berbeda seperti contoh berikut ini:

Tabel 1

1. Gloss yang tidak diperhitungkan

Glos Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi

Pintar (Men) ---- Menggolong

Surau ---- ----

Kasau ---- ----

Klenteng ---- ----

Tabel 2

2. Pengesolasian morfem terikat

Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi

Tabel 3

3. Penetapan kata kerabat a. Pasangan itu identik

Tabel 4

b. Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi

Bukit Dolok Delleng

Hudon Koden Periuk

Panas Mohop Mukup

Takut Mabiar Mbiar

Tabel 5

c. Kemiripan serta fonetis

Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa PakpakDairi

Terbang Habang Kabang

Mengapung Mumbang Mombang

Jurang Lombang lumbang

Gloss Bahasa BatakToba Bahasa Pakpak Dairi

Betis Bitis Bitis

Tubuh Daging Daging

Tabel 6

d. Satu fonem berbeda

Gloss Bahasa Toba Bahasa Pakpak

Tungku Dalihan Dalihen

Pancing Hail Kail

Batang Bona Benna

Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya prosentase kekerabatan antara kedua bahasa itu.prosentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa, yaitu 809 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak dapat diperhitungkan karena kosong atau pinjaman. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi hanya terdapat 736 pasangan kata yang lengkap, 73 gloss tidak mempunyai pasangan. Dari 736 pasangan yang ada terdapat 305 pasangan kata kerabat, atau hanya 37,70 % kata kerabat. Dengan selesainya menetapkan prosentase kata kerabat, maka akan dapat dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari perhitungan kata kerabat yaitu : 37,70 % kata kerabat, dan 736 pasangan kata yang ada.

c. Menghitung Waktu Pisah

Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut :

W =

r

C

.

log

2

.

log

Dimana :

W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.

r : Retensi, atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga indeks

C : Prosentase kerabat log : logaritma dari

Dokumen terkait