• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pembiayaan di Perbankan

Salah satu peran perbankan adalah mengalokasikan dana dalam bentuk pinjaman atau kredit. Alokasi dana ini sering disebut sebagai pembiayaan pada perbankan syariah dan kredit pada perbankan konvensional. Sistem yang digunakan pada kedua perbankan tersebut berbeda. Sebelumnya akan diuraikan beberapa istilah perbankan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Pembiayaan, merupakan pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit atau membutuhkan dana. Istilah ini digunakan dalam perbankan syariah

b. Kredit, merupakan fasilitas perbankan konvensional untuk peminjaman dana kepada pihak/masyarakat yang membutuhkan biaya

c. Debitur, merupakan nasabah yang mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank dengan bunga atau margin atau bagi hasil kepada bank sebagai kompensasinya d. Nisbah bagi hasil, merupakan cerminan imbalan yang berhak diterima oleh

kedua pihak yang bermudharabah/musyarakah yaitu nasabah (pengelola usaha) dan bank (pemodal).

e. Netto Present Value (NPV), merupakan riil return (pendapatan) yang diterima dalam melakukan usaha/investasi

Menurut Antonio (2002), pembiayaan syariah banyak jenisnya dan berdasarkan tujuan penggunaannya dibedakan menjadi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, prinsip jual beli dan prinsip sewa. Selama ini masyarakat beranggapan bahwa bank syariah adalah bank dengan sistem bagi hasil dalam memberi imbalan jasa produknya. Hal ini tidak sepenuhnya benar karena ada produk lain seperti prinsip jual beli atau sewa yang tidak menggunakan sistem bagi hasil. Sementara itu pada transaksinya dibedakan menjadi usaha yang berbasis natural certainty contract (NCC), yaitu akad bisnis yang memiliki kepastian keuntungan dan pendapatan (return), dan usaha berbasis natural uncertainty contracts (NUC), yaitu akad bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing).

Prinsip bagi hasil umumnya digunakan untuk pembiayaan modal kerja dengan basis usaha natural uncertainty contract (NUC). Pada prinsip bagi hasil ini terdapat 4 jenis akad utama yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah dan musaqah. Namun demikian, prinsip yang paling banyak digunakan adalah musyarakah dan mudharabah, sedangkan muzara’ah dan musaqah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Perbedaan essensial dari kedua jenis akad yang paling banyak digunakan tersebut, terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan atau keuangan yang diberikan. Pada musyarakah modal berasal dari dua pihak atau lebih (bank dan debitur), sedangkan pada mudharabah modal hanya berasal dari satu pihak (bank). Sementara dalam pembagian hasil, untung atau rugi dibagi bersama sehingga terasa ada keadilan dalam menghadapi resiko usaha. Bila terjadi keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian pada musyarakah berdasarkan kontribusi penyertaan modal dan pada mudharabah ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal (bank) dengan catatan usaha yang dijalankan rugi bukan dikarenakan kesengajaan (Karim A, 2001).

Penentuan nisbah bagi hasil dapat dilakukan dengan dua cara atau pendekatan, yaitu berdasarkan keuntungan usaha/proyek (profit sharing) dan berdasarkan pendapatan usaha/proyek (revenue sharing). Nisbah ini harus dinyatakan dalam bentuk prosentase. Perhitungannya dilakukan dengan mempertimbangkan : (1) referensi tingkat (margin) keuntungan yang ditetapkan atau diinginkan oleh bank, dan (2) perkiraan tingkat keuntungan usaha/proyek yang dibiayai yang dihitung dengan mempertimbangkan perkiraan penjualan, biaya langsung dan tidak langsung.

Tahapan perhitungan nisbah dan besarnya bagi hasil dapat digambarkan dengan hubungan antara actual return bank dengan nisbah seperti berikut ini : Tahap 1.

• Bank menentukan margin keuntungan yang diinginkan • Bank menghitung nisbah bagi hasil dengan rumus :

Nisbah bank = margin diinginkan bank x 100% expected return bisnis yang dibiayai

Tahap 2.

• Bank menghitung actual return dengan rumus :

Actual return bank = nisbah bank x actual return usaha

• Pengembalian ke bank = jumlah pinjaman + bagi hasil untuk bank

Dalam percobaan ini besarnya margin yang diinginkan bank sebesar 13.5% pertahun, dan diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,- yang berarti debitur dapat melakukan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Prinsip jual beli merupakan prinsip yang ditujukan untuk memiliki barang. Tingkat keuntungan bank (margin) ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Harga jual yang dicantumkan dalam akad dan telah disepakati tersebut tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Produk pembiayaan yang termasuk dalam kelompok ini dan telah banyak dikembangkan dalam pembiayaan modal kerja dan investasi adalah murabahah, salam dan istishna’ dengan basis usaha natural certainty contract (NCC). Produk murabahah merupakan produk yang paling popular digunakan oleh perbankan syariah.. Perbedaan antara murabahah, salam dan istishna’ terletak pada cara penyerahan barang dan pembayaran. Pada murabahah saat transaksi barang sudah ada, dan pembayaran dilakukan secara cicilan. Pada salam saat transaksi barang belum ada dan akan diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayaran dilakukan tunai di depan. Sementara pada ishtina’ seperti pada salam, namun pembayaran dilakukan per-termin.

Perhitungan pengembalian ke bank pada sistem jual beli tergantung dari margin keuntungan yang diinginkan oleh bank dan besarnya pembiayaan. Bank dapat melakukan prediksi keuntungan aktual yang akan dicapai :

• Keuntungan aktual = margin diinginkan bank (%) x jumlah pembiayaan • Pengembalian ke bank = jumlah pembiayaan (pinjaman) + keuntungan aktual

Sekilas perhitungan pembiayaan ini sama dengan sistem perhitungan di bank konvensional, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan prinsip, antara lain : 1. Proses yang terjadi adalah proses jual beli sebagaimana sering terjadi di sektor

riil. Proses terpenting yang terjadi adalah adanya perpindahan kepemilikan yang jelas

2. Angsuran tidak berubah meskipun terjadi perubahan suku bunga perbankan. Hal ini sangat berbeda dengan perbankan konvensional yang tingkat suku bunganya sangat fluktuatif mengikuti tingkat suku bunga pasar.

Seperti pada prinsip bagi hasil, dalam percobaan ini besarnya margin yang diinginkan bank adalah 13.5% pertahun dan diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,-. Artinya debitur bisa menjalankan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Di perbankan konvensional, semua bentuk kredit menggunakan sistem bunga (interest) dalam memperhitungkan imbalan atau kompensasi atas produk perbankan yang diberikan. Sistem ini sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat karena bank konvensional lebih awal keberadaannya di masyarakat. Bunga kredit bervariasi antar bank, bergantung pada kebijakan manajemen. Perhitungan pengembalian bunga oleh debitur yang menggunakan jasa bank konvensional dalam membiayai usahanya mencerminkan keuntungan aktual bank. Adapun perhitungan keuntungan bank dan pengembalian ke bank oleh debitur seperti berikut ini :

• Keuntungan bank = bunga bank (%) x jumlah pinjaman ke bank • Pengembalian ke bank = jumlah pinjaman + keuntungan bank

Besarnya bunga bank dalam percobaan ini adalah 12.75% pertahun, juga diasumsikan total cost lebih dari Rp 7000,- yang berarti debitur dapat melakukan usaha bila modalnya lebih dari Rp 7000,- (TC > Rp 7000,-).

Prinsip Dasar dan Klasifikasi Percobaan

Percobaan merupakan salah satu metode untuk mendapatkan data dalam penelitian. Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode observasi langsung dan survei, diantaranya adalah :

1. Peneliti mempunyai keleluasaan untuk melakukan pengawasan terhadap lingkungan dan sumber-sumber keragaman data.

2. Jenis perlakuan dapat disesuaikan dengan keinginan peneliti untuk mendapatkan respon yang akan diamati.

3. Telaahnya bersifat analitik, bertujuan untuk menjelaskan sebab akibat faktor. Data percobaan yang dianalisis statistika dikatakan sah atau valid bila dalam percobaan tersebut memenuhi tiga prinsip dasar yaitu harus ada

pengulangan, pengacakan dan pengendalian lingkungan. Pengulangan bertujuan untuk menduga ragam galat percobaan, galat baku dari rataan perlakuan, meningkatkan ketepatan percobaan dan memperluas presisi kesimpulan. Pengacakan memberi peluang yang sama pada setiap unit

percobaan yang diberi perlakuan tertentu. Sedangkan pengendalian lingkungan dimaksudkan untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat

keheterogenan kondisi lingkungan (Mattjik AA dan Sumertajaya IM, 2002). Dalam suatu rancangan percobaan antara rancangan perlakuan, rancangan lingkungan dan rancangan pengukuran harus merupakan satu kesatuan.

Rancangan perlakuan berkaitan dengan bagaimana perlakuan-perlakuan dibentuk. Rancangan lingkungan berkaitan dengan bagaimana perlakuan ditempatkan, dapat diacak secara langsung terhadap seluruh unit percobaan atau dapat diacak pada setiap blok percobaan. Sementara rancangan

pengukuran berkaitan dengan bagaimana respons percobaan diambil dari unit-unit percobaan yang diteliti. Menurut Mattjik AA dan Sumertajaya IM (2002), secara garis besar rancangan percobaan dapat diklasifikasikan :

1. Rancangan perlakuan, terdiri atas : (a) satu faktor; (b) dua faktor : faktorial (bersilang atau tersarang), split plot, split blok; (c) tiga faktor : faktorial (berulang, tersarang, campuran), spli-split plot, split-split blok

2. Rancangan lingkungan, terdiri atas : (a) rancangan acak lengkap (RAL); (b) rancangan acak kelompok lengkap (RAKL); (c) rancangan bujur sangkar latin (RBSL) dan (d) rancangan Lattice

Penamaan suatu rancangan merupakan kombinasi dari rancangan perlakuan dan rancangan lingkungan yang digunakan.

Bila suatu percobaan dengan dua faktor atau perlakuan diaplikasikan dalam unit-unit percobaan secara berkelompok, maka rancangannya sering disebut sebagai rancangan faktorial RAKL. Rancangan acak kelompok lengkap sangat baik digunakan jika keheterogenan unit percobaan berasal dari satu sumber keragaman. RAKL juga cukup baik untuk mengatasi kesulitan dalam mempersiapkan unit percobaan homogen dalam jumlah besar. Pengacakan atau penempatan perlakuan dilakukan pada masing-masing kelompok (blok). Satu

hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa kelompok yang dibentuk hendaknya tidak berinteraksi dengan perlakuan.. Model linier aditif dari rancangan ini adalah :

Y

ijk

= µ + α

i

+ β

j

+ (αβ)

ij

+ ρ

k

+ ε

ijk

dimana :

Yijk = nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan

kelompok ke-k.

µ, α

i,

β

j = merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh utama faktor A

dan pengaruh faktor B

αβ

ij = merupakan komponen interaksi faktor A dan faktor B

ρ

k = merupakan pengaruh aditif kelompok dan diasumsikan tidak berinteraksi dengan perlakuan.

ε

ijk = merupakan pengaruh acak yang menyebar normal (0, ó2

).

Asumsi komponen acak dan model aditif yang perlu diperhatikan adalah : 0 ) ( ) ( ; 0 ; 0 1 1 1 1 = = = =

∑ ∑ ∑

= = = = j ij i ij j j i i β αβ αβ α

Banyak percobaan yang dilakukan di lapangan maupun laboratorium, kadangkala pengukuran responsnya dilakukan berulang pada waktu yang berbeda-beda. Percobaan seperti ini diharapkan mampu melihat perkembangan atau pertumbuhan respons selama penelitian berjalan, sehingga pengaruh waktu akan sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan. Percobaan seperti ini sering dinamai dengan rancangan dasar yang dipakai ditambah dalam waktu (in time), misalnya faktorial dalam waktu (factorial in time), split plot in time dan sebagainya. Model liniernya seperti

model linier dalam rancangan blok terbagi (split block). Sebagai contoh untuk rancangan faktorial A x B dalam waktu dengan rancangan lingkungan

rancangan acak lengkap (RAL) dapat dituliskan :

ijkl ijl jl il kl l ijk ij j i ijkl = µ+α +β +αβ +δ +ω +γ +αω +βω +αβω +ε Υ dimana : ijkl

Υ = nilai respons pada faktor A taraf i, faktor B taraf j, ulangan ke-k

dan waktu pengamatan ke-l

µ = rataan umum

i

α = pengaruh faktor A taraf ke-i

j

β = pengaruh faktor B taraf ke-j

ij

αβ = pengaruhinteraksi faktor A dengan faktor B

ijk

δ = komponen acak perlakuan

l

ω = pengaruh waktu pengamatan ke-l

kl

γ = komponen acak waktu pengamatan

il

αω = pengaruh interaksi waktu dengan faktor A

jl

βω = pengaruh interaksi waktu dengan faktor B

ijl

αβω = pengaruh interaksi faktor A, faktor B dengan waktu

ijkl

ε = komponen acak dari interaksi waktu dengan perlakuan

Tabel analisis ragam untuk model tersebut seperti tercantum pada Tabel 1, dimana sebagai faktor A terdiri dari a taraf, faktor B terdiri dari b taraf, setiap perlakuan diulang sebanyak r kali serta pengamatan dilakukan sebanyak c kali.

Sumber Keragaman db Jumlah kuadrat (JK) Kuadrat tengah (KT) F-hitung

Faktor A a-1 JKA KTA KTA/KTG (a)

Faktor B b-1 JKB KTB KTB/KTG (a)

Interaksi A*B (a-1)(b-1) JKAB KTAB KTAB/KTG(a)

Galat (a) ab(r-1) JKG (a) KTG (a)

Waktu W c-1 JKC KTC KTC/KTG(b)

Galat (b) c(r-1) JKG (b) KTG

(b)

Interaksi A*W (a-1)(c-1) JKAC KTAC KTAC/KTG(c)

Interaksi B*W (b-1)(c-1) JKBC KTBC KTBC/KTG(c)

Interaksi A*B*W

(a-1)(b-1)(c-1) JKABC KTABC KTABC/KTG(c)

Galat (c)

(abc-ab-c)(r-1) JKG (r) KTG (c)

Total abcr-1 JKT

Percobaan Ekonomi

Pada percobaan ekonomi, pengendalian lingkungan sulit dilakukan karena pelaku ekonomi yang sangat beragam dan sulit dikontrol. Tetapi dengan munculnya teori Induce Value telah dimungkinkan untuk mengontrol karakteristik pelaku ekonomi tersebut. Namun demikian perlu diperhatikan penentuan asal kelompok pelaku atau peserta percobaan serta penyusunan instruksi percobaan yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Induced Value Theory dikembangkan oleh Smith (1976) dalam Davis dan Holt (1993). Dasar pemikiran teori ini adalah pemberian imbalan (reward) yang tepat yang memungkinkan peneliti untuk memunculkan (induced) karakteristik pelaku ekonomi dan karakteristik bawaan menjadi tidak berpengaruh lagi. Apabila karakteristik dasar pelaku ekonomi telah sama (homogen) maka peneliti dapat melakukan percobaan ekonomi. Dalam memunculkan karakteristik dasar subyek (unit experiment), ada tiga kondisi yang diperlukan dalam percobaan yaitu :

1. Monotocity. Subyek atau pelaku percobaan harus dapat dipengaruhi agar menyukai imbalan yang terbesar dan tidak merasa puas akan imbalan yang mereka peroleh, kondisi ini mudah dipenuhi dengan cara pemberian imbalan dengan uang domestik

2. Salience. Imbalan yang diterima pelaku percobaan tergantung dari tindakan mereka (dan pelaku lainnya) yang sesuai dengan peraturan yang ada dalam percobaan, sehingga ada hubungan antara tindakan dan imbalan yang akan berimplementasi kepada tujuan dan hubungan antar subyek penelitian

3. Dominance. Adanya dominasi kepentingan subyek penelitian dalam percobaan yaitu lebih mengutamakan imbalan dan mengabaikan hal-hal lain.

Menurut Friedman dan Sunder (1994), percobaan ekonomi harus dilakukan dalam lingkungan yang terkontrol. Lingkungan ekonomi itu sendiri adalah lingkungan yang terdiri dari individu atau pelaku ekonomi dan aturan yang berlaku dalam suatu institusi sebagai tempat bertransaksinya para pelaku ekonomi tersebut. Disini pelaku ekonomi bisa sebagai pembeli (debitur) dan penjual (jasa pembiayaan), sedangkan institusi bisa sebagai bank. Pada umumnya kelompok yang terpilih menjadi subyek penelitian atau pelaku percobaan di bidang ekonomi berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Alasan digunakannya pelaku percobaan ekonomi dari kalangan pelajar atau mahasiswa adalah :

a. Pelajar atau mahasiswa dinilai paling siap masuk dalam kelompok eksperimen b. Berasal dari kampus tempat munculnya peneliti

c. Biaya imbalan relatif murah

Instruksi percobaan berisi deskripsi tentang tujuan penelitian, ketentuan percobaan, pilihan tindakan yang harus dilakukan subyek penelitian dan yang

terpenting adalah aturan pemberian imbalan (reward) kepada subyek sesuai tindakan yang mereka lakukan (Friedman & Sunder 1994). Instruksi percobaan ini diberikan kepada subyek peneliti pada saat percobaan akan dilaksanakan sehingga subyek memahami prosedur dan aturan yang berlaku. Instruksi dapat dilengkapi dengan contoh ilustrasi sederhana untuk lebih memperjelas permasalahan. Isi instruksi dibuat sedemikian rupa sehingga mendekati kondisi realitas di lapangan. Berdasarkan referensi dari beberapa nara sumber, jumlah pinjaman maksimum yang dibolehkan adalah sekitar 70% - 80% dari nilai asset usaha atau nilai proyek yang akan dibiayai. Asset usaha bisa dalam bentuk mesin atau uang tunai. Informasi ini menjadi dasar dalam pemberian modal awal kepada pelaku percobaan ekonomi. Disamping itu kondisi suku bunga di perbankan konvensional dan margin bank di perbankan syariah yang berlaku pada saat penelitian juga menjadi dasar dalam merancang simulasi percobaan ekonomi. Imbalan yang diberikan pada akhir percobaan merupakan nilai riilnya (pendekatan net present value), sebagaimana realitas dalam suatu usaha dalam menghitung penerimaan.

Risiko adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian atau suatu keadaaan yang tidak pasti. Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan ada risiko apabila hasil keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnya dengan pasti, tetapi tahu probablitasnya (nilai kemungkinannya). Ketidakpastian (uncertainty) tersebut dapat diukur dengan probabilitas (Supranto J, 2004). Dalam setiap jenis usaha pasti memiliki risiko dan tidak mudah dalam mengukurnya. Walaupun demikian, pengukuran tersebut harus tetap dilakukan agar dapat dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat perolehan atau pendapatan. Umumnya semakin besar kisaran ketidakpastian dikatakan semakin tinggi risikonya (high risk) dan sebaliknya. Pada percobaan ini risiko usaha dibedakan dalam risiko tinggi (high risk) dan risiko rendah (low risk). Risiko juga mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Menurut Supranto J (2004), pada dasarnya manusia bisa dibedakan menjadi 3 kelompok dalam menanggapi risiko yaitu :

1. Kelompok yang berani mengambil risiko disebut pengambil atau pencari risiko (risk seeker)

3. Kelompok yang senang menghindar dari risiko (risk avoider/risk averter). Meskipun risiko bagi setiap orang memiliki arti yang berbeda, namun terdapat hal-hal umum yang bisa diterima oleh sebagian besar orang, yaitu antara lain : orang umumnya akan menghindari risiko atau berusaha memperkecilnya, perolehan return atau pendapatan yang diterima akan bervariasi sesuai dengan risiko, semakin tinggi risiko diharapkan semakin tinggi pula tingkat perolehan atau pendapatannya.

Dokumen terkait