• Tidak ada hasil yang ditemukan

Babi

Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay

et al. 2004).

Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii

et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.

2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos

et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,

patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).

Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner

et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),

Huntington’s disease (Uchida et al. 2001). Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ, atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan

ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar

daripada frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia antara 20-20.000 Hz. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan USG dengan frekuensi yang semakin tinggi (>13 MHz) memungkinkan detail resolusi gambar yang dihasilkan menjadi semakin baik. Namun aplikasi USG dengan frekuensi yang rendah 2-5 MHz tetap diperlukan untuk diagnosis organ- organ atau jaringan tubuh yang terletak lebih profundal (Noviana et al. 2012).

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica).

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay

et al. 2004).

Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii

et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.

2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos

et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,

patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).

Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner

et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),

Huntington’s disease (Uchida et al. 2001). Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ, atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan

ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar

daripada frekuensi suara yang dapat didengar oleh manusia antara 20-20.000 Hz. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan USG dengan frekuensi yang semakin tinggi (>13 MHz) memungkinkan detail resolusi gambar yang dihasilkan menjadi semakin baik. Namun aplikasi USG dengan frekuensi yang rendah 2-5 MHz tetap diperlukan untuk diagnosis organ- organ atau jaringan tubuh yang terletak lebih profundal (Noviana et al. 2012).

3 Alat USG bekerja berdasarkan prinsip pulse-ekho. Pulse merupakan getaran/gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang akan ditransmisikan mengenai jaringan yang akan dicitrakan, sedangkan ekho merupakan gelombang suara pantul yang dihasilkan akibat interaksi antara pulse

dengan jaringan tersebut. Gelombang pantulan ini akan diterima kembali oleh transduser, lalu oleh transduser getaran pantul ini akan diterjemahkan menjadi gambar yang akan ditampilkan lewat layar USG. Kejelasan gambar yang timbul sangat tergantung besarnya ekho yang dihasilkan dan berhasil ditangkap kembali oleh transduser (McCurnin 2002).

Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga derajat ekhogenitas yang dapat dilihat pada hasil gambar USG adalah hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic.

Hyperechoic menunjukkan ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan

banyak sehingga terlihat warna putih pada hasil USG, contohnya tulang, udara, kolagen, dan lemak. Hypoechoic menunjukkan ekhogenitas rendah, artinya ekho yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna abu-abu pada hasil USG, contohnya semua jaringan lunak. Anechoic menunjukkan tidak ada ekho yang dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil USG, contohnya cairan, urin, dan darah.

Gelombang suara yang dihasilkan oleh alat USG sangat tergantung terhadap keberadaan kristal piezoelectric yang berada pada transduser. Kristal piezoelectric

akan mengubah gelombang listrik yang disambungkan ke mesin USG menjadi gelombang suara akibat adanya getaran dari kristal. Frekuensi dari transduser USG juga dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kristal piezoelektric yang ada di transduser, semakin tipis kristal piezoelektric, semakin besar frekuensi transdusernya (McCurnin 2002). Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga tipe utama transduser, yaitu linear, sector/curved, dan phased array.

Sistem Urinari

Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra. Organ utama yang berperan aktif dalam sistem urinari adalah ginjal dan kantung kemih, sedangkan ureter bertindak sebagai saluran yang menghubungkan keduanya, dan uretra sebagai saluran pembuangan terakhir dari kantung kemih keluar tubuh. Material terlarut dalam plasma darah disaring oleh ginjal sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat yang terbentuk direabsorbsi untuk memisahkan bahan-bahan yang masih berguna untuk tubuh dan disekresikan bahan-bahan tambahan menjadi suatu bentuk cairan. Cairan tersebut disalurkan melalui pipa- pipa tubular nefron ke pelvis ginjal dan masuk ke kantung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin (Akers & Denbow 2008).

Ginjal

Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam, yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Pelvis merupakan area pusat yang merupakan lokasi dari masuk dan keluarnya pembuluh darah arteri dan vena ginjal, begitu juga dengan ureter yang akan menyalurkan urin dari ginjal ke kantung kemih (Akers & Denbow 2008).

4

Ginjal berfungsi sebagai penyaring (filtrasi) darah dan penyerapan kembali atau reabsorpsi zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kegiatan penyaringan dan penyerapan kembali ini dilakukan oleh unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (Akers & Denbow 2008).

Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal yang berupa tabung/saluran multiseluler kompleks yang hanya dapat terlihat secara mikroskopik. Nefron merupakan pemegang peranan terpenting dalam menjalankan fungsi ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektifa. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah, tubuli proksimal dan distal berfungsi sebagai tempat penyerapan kembali air dan zat-zat terlarut, lengkung henle berfungsi menjaga tonisitas dari jaringan medula dan sebagai tempat penyerapan kembali ion-ion Na+, K+, Cl-, sedangkan duktus kolektifa berfungsi mengontrol ekskresi elektrolit, air, dan menjaga keseimbangan pH. Darah yang masuk ke dalam nefron akan mengalami penyaringan dan penyerapan kembali pada masing masing bagian nefron (Akers & Denbow 2008).

Ginjal babi memiliki bentuk seperti kacang merah, dibanding dengan ginjal pada anjing, ginjal babi memiliki bentuk yang lebih pipih, panjang, dan lebih kecil pada bagian ekstremitas. Ginjal kiri dan ginjal kanan terletak hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat lumbal pertama, namun ginjal kiri biasanya terletak lebih kranial dari pada ginjal kanan. Ekstremitas posterior dari ginjal biasanya terletak pada pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Ekstremitas anterior dari ginjal kiri biasanya terletak pada bagian ventral dari tulang rusuk terakhir. Ginjal kiri biasanya berada di bagian ventral dari kolon asenden, bagian basal sekum, dan pankreas. Ginjal kanan biasanya berada di bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan domestik lain (Dyce et al. 2002).

KantungKemih

Kantung kemih memiliki letak yang bervariasi dan sangat tergantung dari volume urin yang terdapat di dalamnya. Kantung kemih yang kosong memiliki ukuran yang kecil, oval, dan kuat yang terletak di rongga pubis. Kantung kemih yang terisi penuh berbentuk lebih bulat dan terletak hampir seluruhnya di rongga abdomen (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi

B-Mode untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung kemih, dan

kelenjar prostat (Holt 2008). Ultrasonografi sangat bermanfaat dalam memeriksa ukuran medula, korteks, dan pelvis ginjal, mengidentifikasi perubahan dari ureter dan ginjal akibat adanya urolithiasis, mengetahui terjadinya pyelonefritis, hidronefrosis, dan amiloidosis, membantu mengarahkan dalam proses biopsi ginjal, dan memeriksa keadaan kantung kemih beserta isinya (Braun 2004). Menurut Schöppler G et al. (2012) teknik diagnosa dengan menggunakan USG sangat berperan dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari kronis seperti torsio

5 testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker.

Teknik ultrasonografi (USG) pada ginjal sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal pada hewan. Gambaran hasil USG ginjal dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim ginjal. Ultrasonografi (USG) sering digunakan sebagai alat diagnosa adanya deposit calculi di dalam kantung kemih maupun adanya penyumbatan pada saluran uretra. Seluruh bagian dari sistem urinaria harus diperiksa dengan USG untuk mengetahui keberadaan calculi (Radostits et al. 2005). Penggunaan USG dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012).

METODE

Bahan Penelitian

Babi (Sus scrofa domestica) dengan umur empat bulan sebanyak enam ekor yang terdiri dari tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31

kg, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, dan obat

bius tiletamin 2.5% -zolazepam 2.5% (zoletil®). Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), probe convex, meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian Persiapan Hewan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah mendapatkan anamnesa dan pemeriksaan fisik babi yang akan digunakan. Pemeriksaan fisik meliputi penghitungan denyut jantung, respirasi, capillary refill time (CRT), dan pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan fisik diawali dengan penimbangan bobot

5 testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker.

Teknik ultrasonografi (USG) pada ginjal sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal pada hewan. Gambaran hasil USG ginjal dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim ginjal. Ultrasonografi (USG) sering digunakan sebagai alat diagnosa adanya deposit calculi di dalam kantung kemih maupun adanya penyumbatan pada saluran uretra. Seluruh bagian dari sistem urinaria harus diperiksa dengan USG untuk mengetahui keberadaan calculi (Radostits et al. 2005). Penggunaan USG dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012).

METODE

Bahan Penelitian

Babi (Sus scrofa domestica) dengan umur empat bulan sebanyak enam ekor yang terdiri dari tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31

kg, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, dan obat

bius tiletamin 2.5% -zolazepam 2.5% (zoletil®). Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), probe convex, meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian Persiapan Hewan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah mendapatkan anamnesa dan pemeriksaan fisik babi yang akan digunakan. Pemeriksaan fisik meliputi penghitungan denyut jantung, respirasi, capillary refill time (CRT), dan pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan fisik diawali dengan penimbangan bobot

6

badan dengan menggunakan timbangan hewan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan frekuensi nadi dengan menggunakan stetoskop, pemeriksaan frekuensi nafas dengan melihat pergerakan pernafasan abdominal, pemeriksaan suhu tubuh dengan menggunakan termometer rectal, dan pemeriksaan CRT dengan menekan mukosa gusi. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi pengukuran complete blood cell (CBC), kadar ureum, dan kreatinin. Pemeriksaan fisik dan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi babi yang digunakan dalam keadaan sehat. Rambut dicukur pada daerah yang akan di USG untuk memaksimalkan proses pencitraan.

Pengambilan Darah

Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5% -

zolazepam 2.5% (zoletil®) 8mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi.

Pengambilan darah dilakukan melalui vena auricularis yang ada di telinga dengan

menggunakan syringe 10 ml. Darah yang diambil 5 ml lalu dimasukkan ke

vacutainer EDTA untuk kemudian dilakukan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan Sonografi

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pemindaian dilakukan saat hewan dalam keadaan tenang, tanpa gangguan, dan pencahayaan ruangan yang tidak terlalu terang. Alat diletakkan sedemikian rupa sehingga operator dapat melihat monitor dengan baik tanpa mengganggu pergerakan dalam memindai. Transduser diatur pada frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110. Penyesuaian nilai gain atau derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan visualisasi yang optimal. Transduser dilapisi dengan gel akustik sebagai media yang meningkatkan penetrasi ultrasound pada kulit.

Ginjal dan Aorta Abdominalis

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan berbaring lateral-

recumbency. Pencitraan organ ginjal dilakukan dengan meletakkan transduser

pada posisi tepat di ventral prosesus transversus empat lumbal pertama atau di sekitar pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae dengan bidang pindaian diarahkan ke dorsal tubuh sampai gambaran ginjal tercitrakan dengan optimal. Pemindaian dilakukan pada ginjal kiri dan ginjal kanan dengan posisi transduser tegak lurus terhadap bidang pindaian. Pemeriksaan aorta abdominalis dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ginjal kiri, hanya saja pada pemeriksaan aorta abdominalis menggunakan ultrasonografi dengan aplikasi color flow Doppler.

Aplikasi color flow Doppler digunakan dalam konfirmasi pembuluh darah yang diperiksa dengan ultrasonografi.

Kantung Kemih

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency atau hewan diposisikan terlentang. Pencitraan organ kantung kemih dilakukan dengan meletakkan transduser pada posisi mamae ke 5-6 diantara kiri dan kanan sampai gambaran kantung kemih yang berupa kantung tercitrakan dengan optimal.

7 Interpretasi Sonogram

Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram dengan memperhatikan posisi, bentuk, ekhogenitas, dan ukuran ginjal dan kantung kemih.

Analisis Sonogram

Gambaran sonogram yang terkumpul diukur menggunakan software

MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009) kemudian dianalisis secara deskriptif.

Pengukuran ginjal dilakukan terhadap panjang ginjal, lebar ginjal, tinggi ginjal, panjang medula, dan tinggi medula. Pengukuran aorta dilakukan terhadap lebar diameter aorta. Pengukuran kantung kemih dilakukan terhadap tebal dinding kantung kemih. Pengukuran panjang dan tinggi ginjal serta panjang dan tinggi medula dilakukan pada sonogram ginjal potongan sagital, sedangkan lebar ginjal dan lebar korteks dilakukan pada potongan transversal. Pengukuran korteks ginjal dilakukan pada empat titik yang berbeda yaitu pada bagian atas, bawah, kiri, dan kanan lapisan korteks sonogram ginjal. Pengukuran tebal dinding kantung kemih dilakukan pada empat titik yang berbeda baik pada potongan sagital maupun transversal. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap pengukuran untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Panjang maksimum ginjal dan diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio panjang ginjal dengan diameter aorta abdominalis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Pemeriksaan fisik babi dilakukan agar diketahui status kesehatan untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian adalah hewan yang sehat. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik.

Babi Parameter Jenis kelamin Bobot badan (kg) Frekuensi nadi (kali/menit) Frekuensi napas (kali/menit) Suhu (°C) CRT (s) 1 Jantan 27 116 35 38.8 < 2 3 Jantan 27 60 17 36.0 < 2 4 Jantan 30 68 22 39.5 < 2 6 Betina 31 72 22 35.3 < 2 7 Betina 27 72 27 35.7 < 2 8 Betina 25 88 28 37.9 < 2 Rataan 27.3 79.33 25.17 37.2 < 2 EVS, LLC (2012) - 60-120 15-30 37.3-38.6 <2

Keterangan : kg= kilogram; CRT= capillary refill time; °C= derajat celcius; s=detik.

7 Interpretasi Sonogram

Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram dengan memperhatikan posisi, bentuk, ekhogenitas, dan ukuran ginjal dan kantung kemih.

Analisis Sonogram

Gambaran sonogram yang terkumpul diukur menggunakan software

MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009) kemudian dianalisis secara deskriptif.

Pengukuran ginjal dilakukan terhadap panjang ginjal, lebar ginjal, tinggi ginjal, panjang medula, dan tinggi medula. Pengukuran aorta dilakukan terhadap lebar diameter aorta. Pengukuran kantung kemih dilakukan terhadap tebal dinding kantung kemih. Pengukuran panjang dan tinggi ginjal serta panjang dan tinggi medula dilakukan pada sonogram ginjal potongan sagital, sedangkan lebar ginjal dan lebar korteks dilakukan pada potongan transversal. Pengukuran korteks ginjal dilakukan pada empat titik yang berbeda yaitu pada bagian atas, bawah, kiri, dan kanan lapisan korteks sonogram ginjal. Pengukuran tebal dinding kantung kemih dilakukan pada empat titik yang berbeda baik pada potongan sagital maupun transversal. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap pengukuran untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Panjang maksimum ginjal dan diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio panjang ginjal dengan diameter aorta abdominalis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Pemeriksaan fisik babi dilakukan agar diketahui status kesehatan untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian adalah hewan yang sehat. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik.

Babi Parameter Jenis kelamin Bobot badan (kg) Frekuensi nadi (kali/menit) Frekuensi napas (kali/menit) Suhu (°C) CRT (s) 1 Jantan 27 116 35 38.8 < 2 3 Jantan 27 60 17 36.0 < 2 4 Jantan 30 68 22 39.5 < 2 6 Betina 31 72 22 35.3 < 2 7 Betina 27 72 27 35.7 < 2 8 Betina 25 88 28 37.9 < 2 Rataan 27.3 79.33 25.17 37.2 < 2 EVS, LLC (2012) - 60-120 15-30 37.3-38.6 <2

Keterangan : kg= kilogram; CRT= capillary refill time; °C= derajat celcius; s=detik.

8

Menurut Eastampton Veterinary Services, LLC (2012), babi dengan kondisi kesehatan yang baik memiliki kisaran frekuensi nadi 60-120 kali/menit, frekuensi napas 15-30 kali/menit, suhu tubuh 37.3-38.6 ºC, dan CRT < 2 detik dengan warna mukosa merah muda. Hasil pemeriksaan fisik babi yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria di atas, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa babi yang digunakan dalam keadaan sehat.

Hasil Pemeriksaan Darah Babi

Pemeriksaan darah merupakan suatu analisa laboratorium yang berguna dalam menentukan status kesehatan hewan terutama kesehatan organ dalam. Pemeriksaan darah terdiri dari pemeriksaan darah rutin dan kimia darah (Little 2008). Hasil pemeriksaan darah dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah. Nama

Tindakan

Babi Rata-rata Thrall et

al(2004) 1 3 4 6 7 8 Hb (g/dL) 9.9 10.3 9.9 10.1 9.3 10.9 10.1 9.0-14.0 Leukosit( x103/µL) 32.7 28.1 9.7 23.0 9.3 10.5 17.5 8.7-37.9 Trombosit (x104/µL) 35.4 22.6 15.4 32.4 25.7 46.8 28.5 14.9-66.9 RBC (x106/µL) 3.3 3.5 3.0 3.2 3.3 3.6 3.3 5.0-8.0 PCV (%) 30.0 31.0 30.0 30.0 28.0 32.0 30.2 26.0-41.0

Hitung jenis sel darah putih Eosinofil (%) 2.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0-10.0 Batang (%) 1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 0.7 0.0-3.3 Segmen (%) 46.0 45.0 9.0 50.0 52.0 62.0 44.0 4.4-62.1 Limfosit (%) 49.0 51.0 71.0 48.0 43.0 35.0 52.8 19.2-72.0 Monosit (%) 2.0 4.0 0.0 0.0 5.0 2.0 2.2 0.0-17.0 Basofil (%) 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0-0.5 Kimia klinik Ureum (mg/dL) 23.0 19.0 22.0 20.0 20.0 21.0 20.8 9.2-29.2 Kreatinin (mg/dL) 0.8 1.0 1.0 1.0 0.7 0.9 0.9 0.5-1.3 Keterangan: mg= miligram; g= gram; µL= mikroliter; dL= desiliter.

Hasil pemeriksaan darah babi penelitian secara keseluruhan menunjukkan hasil yang baik. Pemeriksaan darah rutin menunjukkan hasil berada pada kisaran

9 normal, meskipun terlihat adanya penurunan jumlah eritrosit dari referensi normal. Hal ini dapat dikarenakan, hasil pemeriksaan darah sangat dipengaruhi oleh ras, kondisi lingkungan, umur, jenis kelamin, nutrisi pakan, dan imunisasi (ACRIA 2004). Pemeriksaan kimia klinik darah dilakukan untuk mengetahui kadar ureum dan kreatinin yang merupakan produk sisa metabolisme yang normal ada pada darah dalam jumlah sedikit. Pengeluaran ureum dan kreatinin dilakukan oleh ginjal, sehingga peningkatan kadar ureum dan kreatinin menjadi petunjuk adanya gangguan ginjal (Little 2008). Hasil pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin pada babi penelitian berada pada referensi normal.

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal Babi

Ginjal merupakan sepasang organ vital yang mempunyai fungsi menjaga kebersihan dan keseimbangan kimia darah. Ginjal kiri babi biasanya berada di bagian ventral dari kolon asenden, bagian basal sekum, dan pankreas, sedangkan ginjal kanan biasanya berada di bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan domestik lain (Dyce et al. 2002). Posisi ginjal kanan dan kiri pada babi hampir simetris walaupun ginjal kiri cenderung terletak lebih

cranial dari ginjal kanan, hal ini berbeda dengan kebanyakan posisi ginjal hewan

domestik seperti anjing dan kucing yang ginjal kirinya cenderung terletak lebih

caudal dari ginjal kanan (Sawitri 2008). Ginjal babi memiliki struktur internal

Dokumen terkait