• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung kemih pada Babi (Sus scrofa domestica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung kemih pada Babi (Sus scrofa domestica)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ADHI MEDIESYAH AHMAD. Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal organ ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa

domestica) sehingga dapat dijadikan data acuan untuk posisi pemeriksaan, bentuk,

ekhogenitas, dan ukuran organ. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada enam ekor babi, tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25.0-31.0 kg. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan babi dalam kondisi sehat. Ultrasonografi organ ginjal dan aorta abdominalis diamati pada posisi lateral recumbency, sedangkan organ kantung kemih diamati pada posisi

dorsal recumbency. Pemeriksaan USG menggunakan transduser tipe konveks

frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Hasil pengukuran ginjal kanan adalah panjang= 7.02±0.40 cm, tinggi= 2.74±0.08 cm, dan tebal= 4.51±0.27 cm, untuk ginjal kiri adalah panjang= 6.64±0.72 cm, tinggi= 2.59±0.09 cm, dan tebal= 3.44±0.32 cm. Hasil pengukuran diameter aorta abdominalis adalah 1.00±0.14 cm. Ukuran maksimum panjang ginjal dan diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio keduanya, didapatkan hasil 1:7.02 untuk ginjal kanan dan 1:6.64 untuk ginjal kiri. Hasil pengukuran ketebalan dinding kantung kemih secara sagital adalah 0.26±0.09 cm dan secara transversal adalah 0.25±0.10 cm. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data ukuran normal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi.

Kata kunci: ginjal, kantung kemih, morfometri, Sus scrofa domestica, ultrasonografi

ABSTRACT

ADHI MEDIESYAH AHMAD. The Internal Structure Morphometry of the Kidney, Abdominal Aorta, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.

(2)

cm. The maximum length of the kidneys and the diameter of the abdominal aorta were compared to get the ratio value. The ratio value results was 1:7.02 for the right kidney and 1:6.64 for the left kidney. Wall thickness results of bladder in sagittal view was 0.26±0.12 cm and in transversal view was 0.25±0.10 cm. The results of this research can be a normal data for the size of the kidneys, abdominal aorta, and bladder on a pig.

(3)

MORFOMETRI STRUKTUR INTERNAL GINJAL,

AORTA ABDOMINALIS, DAN KANTUNG KEMIH PADA

BABI

(Sus scrofa domestica)

ADHI MEDIESYAH AHMAD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2013

Adhi Mediesyah Ahmad

(6)

ABSTRAK

ADHI MEDIESYAH AHMAD. Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal organ ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa

domestica) sehingga dapat dijadikan data acuan untuk posisi pemeriksaan, bentuk,

ekhogenitas, dan ukuran organ. Ultrasonografi (USG) dilakukan pada enam ekor babi, tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25.0-31.0 kg. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah dilakukan untuk memastikan babi dalam kondisi sehat. Ultrasonografi organ ginjal dan aorta abdominalis diamati pada posisi lateral recumbency, sedangkan organ kantung kemih diamati pada posisi

dorsal recumbency. Pemeriksaan USG menggunakan transduser tipe konveks

frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Hasil pengukuran ginjal kanan adalah panjang= 7.02±0.40 cm, tinggi= 2.74±0.08 cm, dan tebal= 4.51±0.27 cm, untuk ginjal kiri adalah panjang= 6.64±0.72 cm, tinggi= 2.59±0.09 cm, dan tebal= 3.44±0.32 cm. Hasil pengukuran diameter aorta abdominalis adalah 1.00±0.14 cm. Ukuran maksimum panjang ginjal dan diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio keduanya, didapatkan hasil 1:7.02 untuk ginjal kanan dan 1:6.64 untuk ginjal kiri. Hasil pengukuran ketebalan dinding kantung kemih secara sagital adalah 0.26±0.09 cm dan secara transversal adalah 0.25±0.10 cm. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data ukuran normal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi.

Kata kunci: ginjal, kantung kemih, morfometri, Sus scrofa domestica, ultrasonografi

ABSTRACT

ADHI MEDIESYAH AHMAD. The Internal Structure Morphometry of the Kidney, Abdominal Aorta, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.

(7)

cm. The maximum length of the kidneys and the diameter of the abdominal aorta were compared to get the ratio value. The ratio value results was 1:7.02 for the right kidney and 1:6.64 for the left kidney. Wall thickness results of bladder in sagittal view was 0.26±0.12 cm and in transversal view was 0.25±0.10 cm. The results of this research can be a normal data for the size of the kidneys, abdominal aorta, and bladder on a pig.

(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

MORFOMETRI STRUKTUR INTERNAL GINJAL,

AORTA ABDOMINALIS, DAN KANTUNG KEMIH PADA

BABI

(Sus scrofa domestica)

ADHI MEDIESYAH AHMAD

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul Penelitian: Morfometri Struktur Internal Organ Ginjal, Aorta Abdominalis, dan Kantung kemih pada Babi (Sus scrofa domestica)

Nama : Adhi Mediesyah Ahmad NIM : B04080030

Disetujui oleh

drh Rr Soesatyoratih. MSi Pembimbing I

drh Deni Noviana. PhD Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono. MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(12)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat.

Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan beberapa pihak. Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Drh Rr Soesatyoratih. MSi dan drh Deni Noviana. PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

2. Kakek H. Abdul Aziz bin H. Muhayar, Nenek Hj. Fatimah binti H. Moh. Sholeh, Kedua orang tua Papa dan Mama, kedua adik Rahmat dan Rahmi, serta segenap keluarga penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan energi tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

3. Seluruh staf dosen dan pegawai di bagian Bedah dan Radiologi yang telah membantu studi dan penyelesaian skripsi ini.

4. PT. Karindo Alkestron atas kerjasamanya dalam pengadaan mesin ultrasonografi.

5. Trie Wiyata Lestary yang telah memberikan semangat, waktu, dan masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tulisan ini.

6. Teman-teman satu bimbingan, Tri Budiarti Nengsih, Lynn Kaat Laura Kurniawan, Ajeng Kandynesia, Andi Rahayu, Kurniawan Prasetya, Hastin Utami, Ruri Andriani, dan Kholis Afidatunnisa atas kebersamaan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat M. Yoga Suprayogi, Kadek Dwi Setiawan, Made Dwi Tanaya, Hafiz Furqonul Aziz, Ismi Wahyuniati, Rahmanitia Puhanda, Nurhayati Suwartiani yang selalu ada dalam suka dan duka yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan dan doa.

8. Teman-teman AVENZOAR dan seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah membantu kelancaran studi penulis.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran, dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 2

TINJAUAN PUSTAKA

Babi 2

Ultrasonografi 2

Sistem Urinari 3

Ultrasonografi Sistem Urinari 4

METODE

Bahan Penelitian 5

Peralatan Penelitian 5

Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 5

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi 7

Hasil Pemeriksaan Darah Babi 8

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal Babi 9 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta

Abdominalis 12

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Tebal Dinding Kantung

Kemih pada Babi 14

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

RIWAYAT HIDUP 21

DAFTAR GAMBAR

1 Sonogram Organ Ginjal Normal 9

2 Teknik Pengukuran Sonogram Ginjal Potongan Sagital dan Transversal 10 3 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta Abdominalis 12

4 Pengamatan Sonogram Kantung Kemih 15

(14)

DAFTAR TABEL

1 Hasil Pemeriksaan Fisik Babi 7

2 Hasil Pemeriksaan Darah Babi 8

3 Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal 11

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup produktif dan memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan ternak lain. Keuntungan beternak babi adalah pertumbuhannya cepat, beranak banyak antara 6 sampai 12 ekor, dapat melahirkan anak dua kali dalam setahun, bahkan lima kali dalam dua tahun (Aritonang 1993).

Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan untuk melakukan transplantasi organ dengan baik, namun ketersediaan sumber jaringan atau organ manusia untuk ditransplantasikan sangat sedikit. Karena itu banyak ahli memikirkan kemungkinan menggunakan hewan sebagai sumber organ dan jaringan untuk ditransplantasikan. Pengetahuan terhadap ukuran normal ini diperlukan, mengingat kemiripan anatomi dan fisiologi ginjal babi dengan ginjal manusia, kemiripan ini menjadikan ginjal babi sebagai organ potensial untuk ditransplantasikan ke manusia (Sampaio et al. 1998).

Pemanfaatan yang besar akan babi menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik semakin meningkat. Penggunaan alat penunjang diagnostik untuk pemeriksaan kesehatan seringkali dilakukan, salah satunya dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Ultrasonografi pada awalnya digunakan untuk menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi, hal ini dilakukan untuk melakukan program penggemukan babi dan juga menilai program manajemen nutrisi peternakan babi (See 1998). Dewasa ini, ultrasonografi seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan kebuntingan pada hewan, termasuk babi seperti evaluasi ovari, evaluasi embrio, prediksi waktu ovulasi, kelainan organ genital dan uterin, seperti memeriksa infeksi pada kantung kemih (Boulot 2010), mengevaluasi dan mengeluarkan batu dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound ( Shah et al. 2012).

Gangguan pada organ sangat berkaitan erat dengan morfometri baik bentuk dan ukuran dari organ yang bersangkutan. Data normal mengenai morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus

scrofa domestica) sampai saat ini belum ada. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui morfometri struktur internal organ tersebut pada babi

(Sus scrofa domestica), salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan

menggunakan USG.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)

(16)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica).

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay

et al. 2004).

Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii

et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.

2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos

et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,

patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).

Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner

et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),

Huntington’s disease (Uchida et al. 2001).

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ, atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan

ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar

(17)

3 Alat USG bekerja berdasarkan prinsip pulse-ekho. Pulse merupakan getaran/gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang akan ditransmisikan mengenai jaringan yang akan dicitrakan, sedangkan ekho merupakan gelombang suara pantul yang dihasilkan akibat interaksi antara pulse

dengan jaringan tersebut. Gelombang pantulan ini akan diterima kembali oleh transduser, lalu oleh transduser getaran pantul ini akan diterjemahkan menjadi gambar yang akan ditampilkan lewat layar USG. Kejelasan gambar yang timbul sangat tergantung besarnya ekho yang dihasilkan dan berhasil ditangkap kembali oleh transduser (McCurnin 2002).

Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga derajat ekhogenitas yang dapat dilihat pada hasil gambar USG adalah hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic.

Hyperechoic menunjukkan ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan

banyak sehingga terlihat warna putih pada hasil USG, contohnya tulang, udara, kolagen, dan lemak. Hypoechoic menunjukkan ekhogenitas rendah, artinya ekho yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna abu-abu pada hasil USG, contohnya semua jaringan lunak. Anechoic menunjukkan tidak ada ekho yang dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil USG, contohnya cairan, urin, dan darah.

Gelombang suara yang dihasilkan oleh alat USG sangat tergantung terhadap keberadaan kristal piezoelectric yang berada pada transduser. Kristal piezoelectric

akan mengubah gelombang listrik yang disambungkan ke mesin USG menjadi gelombang suara akibat adanya getaran dari kristal. Frekuensi dari transduser USG juga dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kristal piezoelektric yang ada di transduser, semakin tipis kristal piezoelektric, semakin besar frekuensi transdusernya (McCurnin 2002). Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga tipe utama transduser, yaitu linear, sector/curved, dan phased array.

Sistem Urinari

Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra. Organ utama yang berperan aktif dalam sistem urinari adalah ginjal dan kantung kemih, sedangkan ureter bertindak sebagai saluran yang menghubungkan keduanya, dan uretra sebagai saluran pembuangan terakhir dari kantung kemih keluar tubuh. Material terlarut dalam plasma darah disaring oleh ginjal sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat yang terbentuk direabsorbsi untuk memisahkan bahan-bahan yang masih berguna untuk tubuh dan disekresikan bahan-bahan tambahan menjadi suatu bentuk cairan. Cairan tersebut disalurkan melalui pipa-pipa tubular nefron ke pelvis ginjal dan masuk ke kantung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin (Akers & Denbow 2008).

Ginjal

(18)

4

Ginjal berfungsi sebagai penyaring (filtrasi) darah dan penyerapan kembali atau reabsorpsi zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kegiatan penyaringan dan penyerapan kembali ini dilakukan oleh unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (Akers & Denbow 2008).

Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal yang berupa tabung/saluran multiseluler kompleks yang hanya dapat terlihat secara mikroskopik. Nefron merupakan pemegang peranan terpenting dalam menjalankan fungsi ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektifa. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah, tubuli proksimal dan distal berfungsi sebagai tempat penyerapan kembali air dan zat-zat terlarut, lengkung henle berfungsi menjaga tonisitas dari jaringan medula dan sebagai tempat penyerapan kembali ion-ion Na+, K+, Cl-, sedangkan duktus kolektifa berfungsi mengontrol ekskresi elektrolit, air, dan menjaga keseimbangan pH. Darah yang masuk ke dalam nefron akan mengalami penyaringan dan penyerapan kembali pada masing masing bagian nefron (Akers & Denbow 2008).

Ginjal babi memiliki bentuk seperti kacang merah, dibanding dengan ginjal pada anjing, ginjal babi memiliki bentuk yang lebih pipih, panjang, dan lebih kecil pada bagian ekstremitas. Ginjal kiri dan ginjal kanan terletak hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat lumbal pertama, namun ginjal kiri biasanya terletak lebih kranial dari pada ginjal kanan. Ekstremitas posterior dari ginjal biasanya terletak pada pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Ekstremitas anterior dari ginjal kiri biasanya terletak pada bagian ventral dari tulang rusuk terakhir. Ginjal kiri biasanya berada di bagian ventral dari kolon asenden, bagian basal sekum, dan pankreas. Ginjal kanan biasanya berada di bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan domestik lain (Dyce et al. 2002).

KantungKemih

Kantung kemih memiliki letak yang bervariasi dan sangat tergantung dari volume urin yang terdapat di dalamnya. Kantung kemih yang kosong memiliki ukuran yang kecil, oval, dan kuat yang terletak di rongga pubis. Kantung kemih yang terisi penuh berbentuk lebih bulat dan terletak hampir seluruhnya di rongga abdomen (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi

B-Mode untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung kemih, dan

(19)

5 testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker.

Teknik ultrasonografi (USG) pada ginjal sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal pada hewan. Gambaran hasil USG ginjal dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim ginjal. Ultrasonografi (USG) sering digunakan sebagai alat diagnosa adanya deposit calculi di dalam kantung kemih maupun adanya penyumbatan pada saluran uretra. Seluruh bagian dari sistem urinaria harus diperiksa dengan USG untuk mengetahui keberadaan calculi (Radostits et al. 2005). Penggunaan USG dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012).

METODE

Bahan Penelitian

Babi (Sus scrofa domestica) dengan umur empat bulan sebanyak enam ekor yang terdiri dari tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31

kg, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, dan obat

bius tiletamin 2.5% -zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), probe convex, meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian

Persiapan Hewan

(20)

6

badan dengan menggunakan timbangan hewan, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan frekuensi nadi dengan menggunakan stetoskop, pemeriksaan frekuensi nafas dengan melihat pergerakan pernafasan abdominal, pemeriksaan suhu tubuh dengan menggunakan termometer rectal, dan pemeriksaan CRT dengan menekan mukosa gusi. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi pengukuran complete blood cell (CBC), kadar ureum, dan kreatinin. Pemeriksaan fisik dan darah dilakukan untuk mengetahui kondisi babi yang digunakan dalam keadaan sehat. Rambut dicukur pada daerah yang akan di USG untuk memaksimalkan proses pencitraan.

Pengambilan Darah

Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5%

-zolazepam 2.5% (zoletil®) 8mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi.

Pengambilan darah dilakukan melalui vena auricularis yang ada di telinga dengan

menggunakan syringe 10 ml. Darah yang diambil 5 ml lalu dimasukkan ke

vacutainer EDTA untuk kemudian dilakukan pemeriksaan darah.

Pemeriksaan Sonografi

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pemindaian dilakukan saat hewan dalam keadaan tenang, tanpa gangguan, dan pencahayaan ruangan yang tidak terlalu terang. Alat diletakkan sedemikian rupa sehingga operator dapat melihat monitor dengan baik tanpa mengganggu pergerakan dalam memindai. Transduser diatur pada frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110. Penyesuaian nilai gain atau derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan visualisasi yang optimal. Transduser dilapisi dengan gel akustik sebagai media yang meningkatkan penetrasi ultrasound pada kulit.

Ginjal dan Aorta Abdominalis

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan berbaring

lateral-recumbency. Pencitraan organ ginjal dilakukan dengan meletakkan transduser

pada posisi tepat di ventral prosesus transversus empat lumbal pertama atau di sekitar pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae dengan bidang pindaian diarahkan ke dorsal tubuh sampai gambaran ginjal tercitrakan dengan optimal. Pemindaian dilakukan pada ginjal kiri dan ginjal kanan dengan posisi transduser tegak lurus terhadap bidang pindaian. Pemeriksaan aorta abdominalis dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan ginjal kiri, hanya saja pada pemeriksaan aorta abdominalis menggunakan ultrasonografi dengan aplikasi color flow Doppler.

Aplikasi color flow Doppler digunakan dalam konfirmasi pembuluh darah yang diperiksa dengan ultrasonografi.

Kantung Kemih

(21)

7 Interpretasi Sonogram

Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram dengan memperhatikan posisi, bentuk, ekhogenitas, dan ukuran ginjal dan kantung kemih.

Analisis Sonogram

Gambaran sonogram yang terkumpul diukur menggunakan software

MacBiophotonics ImageJ© (NIH 2009) kemudian dianalisis secara deskriptif.

Pengukuran ginjal dilakukan terhadap panjang ginjal, lebar ginjal, tinggi ginjal, panjang medula, dan tinggi medula. Pengukuran aorta dilakukan terhadap lebar diameter aorta. Pengukuran kantung kemih dilakukan terhadap tebal dinding kantung kemih. Pengukuran panjang dan tinggi ginjal serta panjang dan tinggi medula dilakukan pada sonogram ginjal potongan sagital, sedangkan lebar ginjal dan lebar korteks dilakukan pada potongan transversal. Pengukuran korteks ginjal dilakukan pada empat titik yang berbeda yaitu pada bagian atas, bawah, kiri, dan kanan lapisan korteks sonogram ginjal. Pengukuran tebal dinding kantung kemih dilakukan pada empat titik yang berbeda baik pada potongan sagital maupun transversal. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap pengukuran untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Panjang maksimum ginjal dan diameter aorta abdominalis dibandingkan untuk mendapatkan nilai rasio panjang ginjal dengan diameter aorta abdominalis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Pemeriksaan fisik babi dilakukan agar diketahui status kesehatan untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian adalah hewan yang sehat. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik.

Babi Parameter

Jenis kelamin

Bobot badan (kg)

Frekuensi nadi (kali/menit)

Frekuensi napas (kali/menit)

Suhu (°C) CRT (s)

1 Jantan 27 116 35 38.8 < 2

3 Jantan 27 60 17 36.0 < 2

4 Jantan 30 68 22 39.5 < 2

6 Betina 31 72 22 35.3 < 2

7 Betina 27 72 27 35.7 < 2

8 Betina 25 88 28 37.9 < 2

Rataan 27.3 79.33 25.17 37.2 < 2

EVS, LLC (2012) - 60-120 15-30 37.3-38.6 <2

(22)

8

Menurut Eastampton Veterinary Services, LLC (2012), babi dengan kondisi kesehatan yang baik memiliki kisaran frekuensi nadi 60-120 kali/menit, frekuensi napas 15-30 kali/menit, suhu tubuh 37.3-38.6 ºC, dan CRT < 2 detik dengan warna mukosa merah muda. Hasil pemeriksaan fisik babi yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan kriteria di atas, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa babi yang digunakan dalam keadaan sehat.

Hasil Pemeriksaan Darah Babi

Pemeriksaan darah merupakan suatu analisa laboratorium yang berguna dalam menentukan status kesehatan hewan terutama kesehatan organ dalam. Pemeriksaan darah terdiri dari pemeriksaan darah rutin dan kimia darah (Little 2008). Hasil pemeriksaan darah dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah. Nama

Tindakan

Babi Rata-rata Thrall et

al(2004)

1 3 4 6 7 8

Hb (g/dL) 9.9 10.3 9.9 10.1 9.3 10.9 10.1 9.0-14.0 Leukosit(

x103/µL)

32.7 28.1 9.7 23.0 9.3 10.5 17.5 8.7-37.9 Trombosit

(x104/µL)

35.4 22.6 15.4 32.4 25.7 46.8 28.5 14.9-66.9 RBC

(x106/µL)

3.3 3.5 3.0 3.2 3.3 3.6 3.3 5.0-8.0 PCV (%) 30.0 31.0 30.0 30.0 28.0 32.0 30.2 26.0-41.0

Hitung jenis sel darah putih Eosinofil

(%)

2.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.3 0.0-10.0 Batang

(%)

1.0 0.0 0.0 2.0 0.0 1.0 0.7 0.0-3.3 Segmen

(%)

46.0 45.0 9.0 50.0 52.0 62.0 44.0 4.4-62.1 Limfosit

(%)

49.0 51.0 71.0 48.0 43.0 35.0 52.8 19.2-72.0 Monosit

(%)

2.0 4.0 0.0 0.0 5.0 2.0 2.2 0.0-17.0 Basofil

(%)

0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0-0.5 Kimia klinik

Ureum (mg/dL)

23.0 19.0 22.0 20.0 20.0 21.0 20.8 9.2-29.2 Kreatinin

(mg/dL)

0.8 1.0 1.0 1.0 0.7 0.9 0.9 0.5-1.3 Keterangan: mg= miligram; g= gram; µL= mikroliter; dL= desiliter.

(23)

9 normal, meskipun terlihat adanya penurunan jumlah eritrosit dari referensi normal. Hal ini dapat dikarenakan, hasil pemeriksaan darah sangat dipengaruhi oleh ras, kondisi lingkungan, umur, jenis kelamin, nutrisi pakan, dan imunisasi (ACRIA 2004). Pemeriksaan kimia klinik darah dilakukan untuk mengetahui kadar ureum dan kreatinin yang merupakan produk sisa metabolisme yang normal ada pada darah dalam jumlah sedikit. Pengeluaran ureum dan kreatinin dilakukan oleh ginjal, sehingga peningkatan kadar ureum dan kreatinin menjadi petunjuk adanya gangguan ginjal (Little 2008). Hasil pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin pada babi penelitian berada pada referensi normal.

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Ginjal Babi

Ginjal merupakan sepasang organ vital yang mempunyai fungsi menjaga kebersihan dan keseimbangan kimia darah. Ginjal kiri babi biasanya berada di bagian ventral dari kolon asenden, bagian basal sekum, dan pankreas, sedangkan ginjal kanan biasanya berada di bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan domestik lain (Dyce et al. 2002). Posisi ginjal kanan dan kiri pada babi hampir simetris walaupun ginjal kiri cenderung terletak lebih

cranial dari ginjal kanan, hal ini berbeda dengan kebanyakan posisi ginjal hewan

domestik seperti anjing dan kucing yang ginjal kirinya cenderung terletak lebih

caudal dari ginjal kanan (Sawitri 2008). Ginjal babi memiliki struktur internal

yang sangat mirip dengan manusia, yaitu memiliki struktur multipapillary

(Swindle 2004).

Posisi transduser yang sering digunakan pada pemeriksaan ginjal adalah posisi sagital dan transversal. Posisi transduser sagital atau sejajar dengan sumbu tubuh akan memberikan gambaran sonogram yang berbeda dengan posisi transduser transversal atau tegak lurus dengan sumbu tubuh. Hasil sonogram organ ginjal dengan posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.1.A dan hasil sonogram organ ginjal dengan posisi transduser transversal dapat dilihat pada gambar 4.1.B.

A

B

me ko me

ka ko ka

1 cm 1 cm

(24)

10

Gambar 4.1 menunjukkan adanya perbedaan gambaran ginjal yang terlihat apabila transduser diposisikan secara sagital dan transversal. Gambaran USG akan terlihat membentuk bentukan ginjal memanjang oval apabila transduser diposisikan secara sagital dan akan membentuk bulatan apabila transduser diposisikan secara transversal. Ginjal dibungkus oleh kapsula ginjal yang terlihat seperti selaput putih tipis yang membungkus ginjal. Kapsula ginjal memiliki ekhogenitas yang tinggi atau hyperechoic karena terdiri dari jaringan ikat. Bagian terdalam ginjal disebut sebagai medula yang terlihat seperti ruang kosong atau bersifat anechoic, hal ini dikarenakan medula ginjal terdiri dari saluran-saluran mikroskopik berisi cairan yang merupakan bagian nefron. Di antara kapsula ginjal dan medula ginjal terdapat korteks ginjal. Korteks ginjal terlihat sebagai lapisan

hypoechoic bergranul karena banyak terdapat glomerulus (Frandson 1995;

Noviana et al. 2012).

Ginjal memiliki ukuran yang sangat bervariasi pada masing-masing spesies hewan. Ukuran ginjal biasanya disajikan dalam bentuk panjang atau volume ginjal (Nyland et al. 2002). Pengamatan sonogram untuk mengetahui ukuran ginjal babi penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2.

A B

ko me ko

me

ka

ka

1 cm 1 cm

C D

me ko ko

me

ka ka

1 cm 1 cm

(25)

11 Gambar 4.2.A dan 4.2.C menunjukkan pengamatan sonogram potongan sagital ginjal. Pada gambar 4.2.A, dapat diamati panjang dan tinggi dari ginjal. Panjang ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna kuning dan tinggi ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna merah. Pada gambar 4.2.C, dapat diamati panjang dan tinggi medula ginjal. Panjang medula ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna hijau dan tinggi medula ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna hitam. Gambar 4.2.B dan 4.2.D menunjukkan pengamatan sonogram potongan transversal ginjal. Pada gambar 4.2.B, dapat diamati tebal ginjal dan tinggi ginjal. Tebal ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna biru dan tinggi ginjal ditunjukkan dengan garis berwarna merah. Pada gambar 4.2.D, dapat diamati tebal korteks ginjal yang ditunjukkan dengan garis berwarna jingga. Hasil pengukuran ginjal dapat dilihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4.

Tabel 4.3 Pengamatan sonogram terhadap ukuran ginjal.

Babi Bobot

Badan (kg)

Ginjal Kanan Ginjal Kiri

Panjang (cm) Tebal (cm) Tinggi (cm) Panjang (cm) Tebal (cm) Tinggi (cm)

1 27 6.83 4.35 2.82 6.34 3.90 2.74

3 27 6.78 4.90 2.81 6.05 3.14 2.51

4 30 7.38 4.79 2.68 7.11 3.39 2.48

6 31 6.74 4.21 2.64 7.13 3.49 2.58

7 27 7.68 4.39 2.66 7.53 3.70 2.59

8 25 6.73 4.41 2.81 5.67 3.04 2.62

Rataan 27.83 7.02 4.51 2.74 6.64 3.44 2.59

Standar deviasi 0.40 0.27 0.08 0.72 0.32 0.09 Sampaio et

al. (1998)

72 11.8 5.49 2.76

Penelitian ini menggunakan enam sampel babi dengan rata-rata bobot badan 28 kg, dari keenam sampel didapatkan ukuran ginjal kanan dan ginjal kiri. Tabel 4.3 menunjukkan, ginjal kanan memiliki ukuran rata-rata panjang yaitu 7.02±0.40 cm, lebar 4.51±0.27 cm, dan tinggi 2.74±0.08 cm, sedangkan ginjal kiri memiliki ukuran rata-rata panjang yaitu 6.64±0.72 cm, tebal 3.44±0.32 cm, dan tinggi 2.59±0.09 cm. Menurut Sampaio et al. (1998), babi dengan rata-rata bobot badan 72 kg memiliki ukuran ginjal dengan rata-rata panjang 11.8 cm, tebal 5.49 cm, dan tinggi 2.76 cm. Penelitian yang dilakukan oleh Murawski et al. (2010) menunjukkan adanya hubungan antara ukuran ginjal dan bobot badan, semakin besar bobot badan maka ukuran ginjal akan semakin besar.

(26)

12

Tabel 4.4 Pengamatan sonogram terhadap ukuran medula dan korteks pada ginjal

Babi Ginjal kanan Ginjal kiri

Medula Tebal korteks (cm)

Medula Tebal korteks (cm) Panjang

(cm)

Tinggi (cm)

Panjang (cm)

Tinggi (cm)

1 5.61 1.02 0.92 3.79 0.99 0.91

3 4.93 0.78 0.74 3.64 0.84 0.82

4 5.46 0.77 0.90 4.16 1.14 0.88

6 4.64 0.81 0.72 4.53 1.28 0.72

7 5.02 1.16 0.74 6.05 1.25 0.88

8 4.57 1.18 0.83 4.05 1.06 0.91

Rataan 5.04 0.95 0.81 4.37 1.09 0.85

Standar deviasi 0.42 0.19 0.08 0.87 0.16 0.07

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Diameter Aorta Abdominalis

Aorta abdominalis merupakan pembuluh darah arteri besar yang menyuplai darah ke organ bagian abdominal. Aorta abdominalis masuk ke dalam ginjal menjadi arteri renalis yang kemudian bercabang menjadi arteri arkuata dan akhirnya bercabang lagi menjadi arteri interlobularis yang akan menyuplai ke masing-masing glomerulus (Noviana et al. 2012). Pengamatan sonogram terhadap ukuran diameter aorta abdominalis dilakukan untuk dijadikan data normal dan sebagai data pendukung dalam mendiagnosa kelainan yang terjadi baik di ginjal maupun di aorta abdominalis. Hasil pengamatan sonogram terhadap aorta ginjal dapat dilihat pada gambar 4.3.

A B

gi ko me

ao ao

vc vc

1 cm 1 cm

Gambar 4.3 Pengamatan sonogram terhadap ukuran diameter aorta abdominalis tanpa aplikasi color flow Doppler (A), dengan aplikasi color flow

Doppler (B). (gi) ginjal kiri; (ao) aorta; (vc) vena cava caudalis; (ko)

korteks; (me) medula.

(27)

13 Teknik pengamatan yang pertama adalah mencari posisi transduser yang tepat dimana aorta terlihat pada monitor USG (gambar 4.3.A). Teknik pengamatan yang kedua adalah dengan menggunakan aplikasi color flow Doppler untuk melakukan konfirmasi bahwa yang terlihat pada layar adalah pembuluh darah (gambar 4.3.B). Warna yang muncul pada aplikasi color flow Doppler menunjukkan aliran pembuluh darah. Warna merah menunjukkan bahwa pembuluh darah yang terlihat merupakan pembuluh darah yang alirannya mendekati transduser, sedangkan warna biru menunjukkan pembuluh darah yang terlihat merupakan pembuluh darah yang alirannya menjauhi transduser (Noviana et al. 2012).

Gambar 4.3.A memperlihatkan aorta sebagai suatu saluran dengan ekhogenitas rendah atau hypoechoic dikarenakan pembuluh darah berisi cairan. Setelah dilakukan identifikasi pembuluh darah, selanjutnya dilakukan pengukuran diameter aorta. Diameter aorta diukur secara berulang pada tiga lokasi yang berbeda, kemudian dicari rata-rata dan simpangan bakunya untuk masing-masing babi. Hasil pengukuran diameter aorta dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Pengamatan sonogram terhadap ukuran diameter aorta ginjal

Babi Diameter

aorta (cm)

Georgen et al. (2007)

1 0.89

3 1.01

4 1.18

6 1.05

7 1.09

8 0.79

Rataan 1.00 0.95

Standar deviasi 0.14 0.13

Tabel 4.5 menunjukkan hasil pengukuran diameter aorta. Hasil pengukuran rata-rata diameter aorta yang didapat dari keenam sampel babi penelitian adalah 1.00±0.14 cm. Hasil pengukuran diameter aorta babi penelitian ini tidak terlalu jauh dengan hasil pengukuran diameter aorta babi penelitian yang dilakukan oleh Georgen et al. (2007), yaitu 0.95±0.13 cm. Pengamatan dan pengukuran diameter aorta ginjal sangat bermanfaat dalam mendiagnosa kelainan yang terjadi pada pembuluh darah ginjal, misalnya pada kasus stenosis aorta ginjal maupun sebagai data normal ukuran diameter aorta pada babi domestik.

Ukuran organ merupakan hal penting dalam mengetahui adanya gangguan dari suatu organ, termasuk organ ginjal. Pengamatan ultrasonografi saja dirasa tidak cukup untuk mendapatkan ukuran yang akurat dari sebuah ginjal. Hal ini dikarenakan besarnya variasi ukuran ginjal yang dapat terjadi dari individu yang

memiliki berat badan yang sama. Menurut d’Anjou et al. (2006), ada korelasi

antara ukuran diameter aorta ginjal pada anjing dengan panjang ginjal.

Perbandingan diameter aorta terhadap panjang ginjal pada anjing ras kecil (≤10

kg) berkisar antara 1:6.50 sampai 1:9.40, sedangkan pada ras anjing lain (≥10 kg) berkisar antara 1:5.30 sampai 1:8.30.

(28)

14

(Carvalho et al. 2010). Perbandingan antara ukuran diameter aorta ginjal dengan panjang ginjal babi dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perbandingan rata-rata antara ukuran diameter aorta ginjal dengan panjang ginjal kanan pada enam sampel babi dalam penelitian adalah 1:7.02, sedangkan untuk ginjal kiri perbandingannya adalah 1:6.64. Hasil perbandingan yang didapat dari penelitian ini bila dibandingkan

dengan hasil penelitian yang dilakukan d’Anjou et al. (2006) yang dilakukan

pada anjing menampilkan hasil yang memiliki kemiripan, dimana perbandingan ukuran diameter aorta ginjal dengan panjang ginjal pada anjing berkisar antara 1:5.30 sampai 1:9.40.

Tabel 4.6 Perbandingan ukuran diameter aorta terhadap panjang ginjal Babi Diametera

orta (cm)

Ginjal kanan (cm)

Diameter aorta:Ginjal

kanan

Ginjal kiri (cm)

Dimeter aorta:Ginjal

kiri

1 0.89 6.83 1:7.67 6.34 1:7.12

3 1.01 6.78 1:6.71 6.05 1:5.99

4 1.18 7.38 1:6.25 7.11 1:6.02

6 1.05 6.74 1:6.41 7.13 1:6.79

7 1.09 7.68 1:7.04 7.53 1:6.90

8 0.79 6.73 1:8.52 5.67 1:7.18

Rataan 1.00 7.02 1:7.02 6.64 1:6.64

Pengamatan Sonogram terhadap Ukuran Tebal Dinding Kantung Kemih pada Babi

Kantung kemih merupakan organ musculomembranous yang sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran, dan posisi. Variasi tersebut tergantung dari volume urin di dalamnya. Menurut Wilson (2005), letak kantung kemih berada di dekat os pubis. Kantung kemih memiliki dua fungsi penting dalam proses urinasi yaitu sebagai tempat penampungan dan pengeluaran urin. Pengamatan sonogram kantung kemih mudah dilakukan saat terisi penuh urin (Noviana et al. 2012). Pengamatan sonogram kantung kemih dapat dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 menunjukkan gambaran sonogram kantung kemih. Gambar 4.4.A merupakan potongan sagital dari kantung kemih. Pada potongan sagital kantung kemih terlihat lebih oval. Gambar 4.4.B merupakan potongan transversal dari kantung kemih. Pada potongan transversal kantung kemih terlihat lebih bulat. Lumen kantung kemih terlihat anechoic dengan dinding terlihat hyperechoic.

Lumen kantung kemih terlihat anechoic karena terisi oleh cairan (Noviana et al.

(29)

15

A B

lk lk

1 cm dk 1 cm dk

Gambar 4.4 Pengamatan sonogram kantung kemih. (A) Potongan sagital; (B) Potongan transversal. (lk) lumen kantung kemih; (dk) dinding kantung kemih.

Kantung kemih sebagai organ penampungan urin seringkali mengalami gangguan, diantaranya adalah berupa endapan batu (urolith) dan peradangan

(cystitis). Peradangan pada kantung kemih atau yang biasa kita kenal dengan

sebutan cystitis dapat terlihat dalam pengamatan sonogram. Gambaran yang terbentuk adalah berupa penebalan dinding kantung kemih (Noviana et al. 2012). Berdasarkan hal itu, pengamatan sonogram untuk mengetahui ukuran ketebalan dinding kantung kemih babi normal dirasa perlu untuk dilakukan. Gambar 4.5 menunjukkan pengamatan sonogram kantung kemih untuk mengetahui ukuran ketebalan dinding kantung kemih.

A B

lk lk

1 cm dk 1 cm dk

Gambar 4.5 Pengukuran tebal dinding kantung kemih. (A) Potongan sagital; (B) Potongan transversal; (lk) Lumen kantung kemih; (dk) Dinding kantung kemih. Garis hitam menunjukkan pengukuran ketebalan dinding kantung kemih.

(30)

16

Tabel 4.7 Pengamatan sonogram terhadap ukuran tebal dinding kantung kemih

Babi Tebal dinding kantung kemih

Sagital (cm) Transversal (cm)

1 0.15 0.14

3 0.17 0.15

4 0.29 0.28

6 0.31 0.32

7 0.24 0.23

8 0.39 0.40

Rata-rata 0.26 0.25

Standar deviasi 0.09 0.10

Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengukuran tebal dinding kantung kemih pada enam sampel babi domestik yang digunakan dalam penelitian. Hasil dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok potongan sagital dan transversal. Hasil pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa ketebalan dinding kantung kemih rata-rata dilihat dari potongan sagital adalah 0.26±0.09 cm, sedangkan apabila dilihat dari potongan transversal rata-rata ketebalan dindingnya adalah 0.25±0.10 cm. Ukuran ketebalan dinding kantung kemih babi yang didapat dari penelitian ini lebih besar bila dibandingkan ketebalan dinding kantung kemih pada hewan anjing. Menurut penelitian yang dilakukan Gessie et al. (2005) terhadap enam belas ekor anjing, ukuran ketebalan dinding kantung kemih normal dengan kondisi kantung kemih berdistensi minimal adalah 0.23cm dan kantung kemih berdistensi sedang adalah 0.14 cm. Perbedaan ketebalan dinding kantung kemih antara babi dan anjing ini dapat dikarenakan ketebalan dinding kantung kemih sangat dipengaruhi oleh bobot badan hewan dan ukuran distensi dari kantung kemih saat pemeriksaan ultrasonografi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Teknik ultrasonografi dapat digunakan dalam pemeriksaan struktur internal dari ginjal dan kantung kemih. Struktur internal ginjal berupa kapsula, korteks, dan medula ginjal dapat dibedakan baik posisi, bentuk, ekhogenitas, dan ukuran organnya. Dimensi ginjal dan ketebalan dinding kantung kemih juga dapat diukur dengan menggunakan ultrasonografi. Hasil pengukuran dimensi ginjal dan ketebalan dinding kantung kemih yang didapat menunjukkan hasil yang hampir seragam sehingga dapat dijadikan acuan data normal ukuran ginjal dan ketebalan dinding kantung kemih normal babi.

Saran

(31)

17 bangsa-bangsa babi yang lain untuk dapat dijadikan referensi ukuran ginjal dan ketebalan dinding kantung kemih normal.

DAFTAR PUSTAKA

ACRIA. 2004. Understanding Your Lab Result. Ortho Biotech Product, L. P.: New York.

Akers RM, Denbow DM. 2008. Anatomy and Physiology of Domestic Animal.

Blackwell Publishing Ltd.: USA.hlm 107-115.

Aritonang A. 1993. Babi, Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Bandung: Penebar Swadaya. hlm 18-20.

Beschorner W, Joshi SS, Prather R, Schieber T, Thompson SC, Yang T, Zhou L, Mirvish S. 2003a. Selective and conditional depletion of pig cells with transgenic pigs and specific liposomes. Xenotransplantation 10, 497.

Beschorner W, Prather R, Sosa C, Thompson SC, Schieber T, Yang T. 2003b. Transgenic pigs expressing the suicide gene thymidine kinase in the liver.Xenotransplantation 10, 530.

Boulot S. 2010. New application of imaging techniques in pig reproduction: from research to farm management. Proceedings of the Farm Animal Imaging Congress, Rennes: France.

Braun U. 2004. Diagnostic Ultrasonography in Bovine Internall Disease. Department of Farm Animals, University of Zurich, Winterthurerstrasse 260, CH-8057 Zurich, Switzerland.

Carvalho CF, Chammas MC. 2010. Normal dopplervelocimetry of renal vasculature in persiancats. Journal of Feline Medicine and Surgery June 2011 vol. 13 no. 6 399-404.

Critser KJ, Laughin MH, Prather RS, Riley LK. 2009. Proceeding of the conference on swine in biomedical research. Volume 50, Number 1 2009.

d’Anjou MA, Marechal A, Moreau M, Beauregard G, Alexander K. 2006.

Kidney-to-Aorta ratio: a new ultrasonographic method in estimating renal size in Dog. IVRA/ACVR Conference Proceedings.

Du ZQ, Vincent NS, Gilbert H, Vignoles F, Crechet F, Shimogiri T, Yasue H, Leplat JJ, Bouet S, Gruand J. 2007. Detection of novel quantitative trait loci for cutaneous melanoma by genome-wide scan in the MeLiM swine model.

Internaltional Journal of Cancer 120, 303-320.

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJ. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy 3rd ed. Saunders: USA. hlm 228-231.

Dyson MC, Alloosh M, Vuchetich JP, Mokelke EA, Sturek M. 2006. Components of metabolic syndrome and coronary artery disease in female Ossabaw swine fed excess atherogenic diet. Comp Med 56, 35-45.

Eastampton Veterinary Services, LLC.2012. Library: Large and Small Animal and Surgery. Eastampton Veterinary Services: New Jersey.

(32)

18

Geisse AL, Lowry JE, Schaeffer DJ, Smith CW. 2005. Sonographic evaluation of urinary bladder wall thickness in normal dogs. Veterinary Radiology & Ultrasound. Volume 38, Issue 2, pages 132–137.

Goergen CJ, Johnson LB, Greeve JM, Taylor CA, Zarins CK. 2007. Increased anterior abdominal aortic wall motion:possiblerole in aneurysm pathogenesis and design ofendovascular devices. J ENDOVASC THER.

2007;14:574–584.

Graham JS, Reid FM, Smith JR, Stotts RR, Tucker FS, Shumaker SM, Niemuth NA, Janny SJ. 2000. A cutaneous full-thickness liquid sulfur mustard burn model in weanling swine: Clinical pathology and urinary excretion of thiodiglycol. Journal of Applied Toxicology 20(Suppl 20, S161-S172.

Herkenne C, Naik A, Kalia YN, Hadgraft J, Guy RH. 2006. Pig ear skin ex vivo as a model for in vivo dermatopharmacokinetic studies in man.

Pharmaceutical Research 23, 1850-1856.

Holt P. 2008. Urological Disorders of the Dog & Cat Investigation, Diagnosis, &

Treatment. Manson Publishing: London.

Ishii A, Vinuela F, Murayama Y, Yuki I, Nien YL, Yeh DT, Vinters HV. 2006. Swine model of carotid artery atherosclerosis: Experimental induction by surgical partial ligation and dietary hypercholesterolemia. American Journal

of Neuroradiology 27, 1893-1899

Kragh PM, Li J, Du Y, Lin L, Schmidt M, Boegh IB, Bolund L,Nielsen AL, Holm IE, Joergensen AL. 2008. Establishment of pregnancies with handmade cloning porcine embryos reconstructed with fibroblasts containing an

Alzheimer’s disease gene. Reproduction Fertility & Development 20,

231-232.

Lai LX, KolberSD, Park KW, Cheong HT, Greenstein JL, Im GS, Samuel M, Bonk A, Rieke A, Day BN. 2002b. Production of alpha-1,3-galactosyl transferase knockout pigs by nuclear transfer cloning. Science 295, 1089-1092.

Lindsay M, Gil GC, Cadiz A, Velander WH, Zhang CM, Van CK. 2004. Purification of recombinant DNA-derived factor IX produced in transgenic pig milk and fractionation of active and inactive subpopulations. Journal of

Chromatography A. 1026, 149-157.

Little S. 2008. Blood &urine test for cats. The Winn Feline Foundation: Manasquan.

McCurnin DM. 2002. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. Saunders: USA.

Mucksavage P, Ramchandani P, Malkowicz SB, Guzzo TJ. 2012. Is ultrasound imaging inferior to computed tomography or magnetic resonance imaging

in evaluating renal mass size? Urology. 2012 Jan;79(1):28-31.

(33)

19 [NIH] National Institut of Health. 2009. Image J Software. [Terhubung Berkala].

http://rsbweb.nih.gov/ij/download.html.[15 Januari 2012].

Noviana D, Aliambar SH, Ulum MF, Siswandi R. 2012. Diagnosis ultrasonografi

pada hewan kecil. PT Penerbit IPB Press: Kampus IPB Taman Kencana.

hlm 41-43.

Nyland TG, Mattoon JS, Herrgesel EJ, Wisner ER. 2002. Small Animal

Diagnostic Ultrasound, 2nd Ed. Philadelphia: W. B. Saunders. hlm 30-31.

Radostits OM, Gay CC, Blood DC, Hinchcliff KW. 2005. Veterinary Medicine.

W.B. Saunders Company: Philadelphia. hlm 25-38

Randall SP, Miaoda S,Yifani D. 2008. Genetically Modified Pigs for Medicine

and Agriculture. Biotechnology and Genetic Engineering Reviews - Vol.

25, 245-266.

Renner S, Kebler B, Herbach N, Waldthausen DC, Wanke R, Hofmann R, Pfeifer A, Wolf E. 2008. Impaired incretin effect in transgenic piglets expressing a dominant negative receptor for glucose-dependent insulinotropic polypeptide in the pancreatic islets. Reproduction Fertility & Development

20, 82.

Sampaio FJB, Sampaio PAM, Favorito AL.1998. The pig kidney as an endourologic model: anatomic contribution. Journal of Endourology. Vol. 12, No. 1, February 1998. Mary Ann Liebert, Inc.

Sawitri DM. 2008. Diagnosa ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan pada organ urogenitalia anjing jantan. IPB: Bogor.

Schöppler G, Heinzelbecker J, Michaely HJ, Dinter D, Clevert DA, Pelzer AE. 2012. The impact of ultrasound in urology. Urologe A. 2012 Jan;51(1):81-98.

See MT. 1998. Evaluating machine and technician effects on ultrasonic measures of backfat and longissimus muscle depth in swine. Swine Health and

Production. 1998;6(2):61–66.

Shah A, Harper JD, Cunitz BW, Wang YN, Paun M, Simon JC, Lu W, Kaczkowski PJ, Bailey MR. 2012. Focused ultrasound to expel calculi from the kidney. J Urol. Feb;187(2):739-43.

Shatos MA, Klassen HJ, Schwartz PH, Doherty J, Ziacian B, Kirov I, Nethercott H, Samuel M, Prather RS, Young MJ. 2004. Isolation of progenitor cells from retina and brain of the GFP-transgenic pig.

InvestigativeOphthalmology & Visual Science 45, U647.

Swindle M. 2004. Comparative anatomy of the pig. Sinclair Research Center, Inc. All rights reserved. Rev. 10/05.

Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, DeNicola D, Fettman MJ, Lassen ED, Rebar A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Lippincott williams and wilkins: USA. hlm 226-228.

Turk JR, Laughlin MH. 2004. Physical activity and atherosclerosis: which animal model? Can J Appl Physiol 29, 657-83.

Uchida M, Shimatsu Y, Onoe K, Matsuyama N, Niki R, Ikeda JE, Imai H. 2001. Production of transgenic miniature pigs by pronuclear microinjection.

Transgenic Research 10, 577-582.

(34)

20

pigs and the effect on endogenous milk immunoglobulin and transferrin levels. Transgenic Research 10, 43-51.

Wilson B. 2005. The Manchester Handbook of Ultrasound Techniques.

Departement of Radiology Royal Manchester Children’s Hospital:

(35)

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1991 dari ayah Syahruddin dan ibu Eva Parwati. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 90 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti Himpunan minat dan profesi Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik (HKSA) pada divisi akuatik-eksotik pada tahun 2009 dan mendapat penghargaan sebagai pengurus dengan kinerja baik pada periode kepengurusan HKSA tahun 2009-2010 dan 2010-2011. Penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan, antara lain seminar nasional IMAKAHI pada tahun 2010, seminar Profesi Kedokteran Hewan tahun 2012, Metal Bio-degradable

Medical Implants tahun 2012. Penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan antara

(36)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup produktif dan memiliki berbagai keuntungan dibandingkan dengan ternak lain. Keuntungan beternak babi adalah pertumbuhannya cepat, beranak banyak antara 6 sampai 12 ekor, dapat melahirkan anak dua kali dalam setahun, bahkan lima kali dalam dua tahun (Aritonang 1993).

Kemajuan ilmu dan teknologi memungkinkan untuk melakukan transplantasi organ dengan baik, namun ketersediaan sumber jaringan atau organ manusia untuk ditransplantasikan sangat sedikit. Karena itu banyak ahli memikirkan kemungkinan menggunakan hewan sebagai sumber organ dan jaringan untuk ditransplantasikan. Pengetahuan terhadap ukuran normal ini diperlukan, mengingat kemiripan anatomi dan fisiologi ginjal babi dengan ginjal manusia, kemiripan ini menjadikan ginjal babi sebagai organ potensial untuk ditransplantasikan ke manusia (Sampaio et al. 1998).

Pemanfaatan yang besar akan babi menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik semakin meningkat. Penggunaan alat penunjang diagnostik untuk pemeriksaan kesehatan seringkali dilakukan, salah satunya dengan menggunakan ultrasonografi (USG). Ultrasonografi pada awalnya digunakan untuk menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi, hal ini dilakukan untuk melakukan program penggemukan babi dan juga menilai program manajemen nutrisi peternakan babi (See 1998). Dewasa ini, ultrasonografi seringkali digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan kebuntingan pada hewan, termasuk babi seperti evaluasi ovari, evaluasi embrio, prediksi waktu ovulasi, kelainan organ genital dan uterin, seperti memeriksa infeksi pada kantung kemih (Boulot 2010), mengevaluasi dan mengeluarkan batu dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound ( Shah et al. 2012).

Gangguan pada organ sangat berkaitan erat dengan morfometri baik bentuk dan ukuran dari organ yang bersangkutan. Data normal mengenai morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus

scrofa domestica) sampai saat ini belum ada. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui morfometri struktur internal organ tersebut pada babi

(Sus scrofa domestica), salah satu teknik yang dapat digunakan adalah dengan

menggunakan USG.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)

(37)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica).

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay

et al. 2004).

Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii

et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.

2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos

et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,

patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).

Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner

et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),

Huntington’s disease (Uchida et al. 2001).

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ, atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan

ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar

(38)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi morfometri struktur internal ginjal, aorta abdominalis, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica).

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi memiliki banyak kesamaan dengan manusia baik secara genetik maupun fisiologi, hal ini membuat babi menjadi hewan model yang sangat menjanjikan bagi manusia (Critser et al. 2009). Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia. Perkembangan dalam bidang farmaseutik, babi digunakan sebagai tempat produksi hemoglobin (Hb) manusia (Van et al. 2001 dan Lindsay

et al. 2004).

Babi menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii

et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al.

2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos

et al. 2004) dan penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein,

patobiologi saluran pencernaan, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b).

Selain itu, babi juga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber organ transplantasi (Randall S et al. 2008) dan hibrid organ (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b) bagi manusia. Menurut Dyce et al. (2002) struktur internal dari ginjal babi sangat mirip dengan yang dimiliki manusia. Babi juga digunakan sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti diabetes (Renner

et al. 2008), cystic fibrosis dan alzheimer’s disease (Kragh et al. 2008),

Huntington’s disease (Uchida et al. 2001).

Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) merupakan teknik diagnosis pencitraan struktur internal suatu organ atau jaringan yang dihasilkan akibat interaksi antara gelombang suara berfrekuensi sangat tinggi (ultrasound) dengan jaringan, organ, atau struktur lain yang terdapat pada tubuh hewan. Diagnosis USG menggunakan

ultrasound yang berkisar antara 2-13 MHz. Kisaran frekuensi ini jauh lebih besar

(39)

3 Alat USG bekerja berdasarkan prinsip pulse-ekho. Pulse merupakan getaran/gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang akan ditransmisikan mengenai jaringan yang akan dicitrakan, sedangkan ekho merupakan gelombang suara pantul yang dihasilkan akibat interaksi antara pulse

dengan jaringan tersebut. Gelombang pantulan ini akan diterima kembali oleh transduser, lalu oleh transduser getaran pantul ini akan diterjemahkan menjadi gambar yang akan ditampilkan lewat layar USG. Kejelasan gambar yang timbul sangat tergantung besarnya ekho yang dihasilkan dan berhasil ditangkap kembali oleh transduser (McCurnin 2002).

Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga derajat ekhogenitas yang dapat dilihat pada hasil gambar USG adalah hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic.

Hyperechoic menunjukkan ekhogenitas tinggi, artinya ekho yang dihasilkan

banyak sehingga terlihat warna putih pada hasil USG, contohnya tulang, udara, kolagen, dan lemak. Hypoechoic menunjukkan ekhogenitas rendah, artinya ekho yang dihasilkan sedikit sehingga terlihat warna abu-abu pada hasil USG, contohnya semua jaringan lunak. Anechoic menunjukkan tidak ada ekho yang dihasilkan sehingga terlihat warna hitam pada hasil USG, contohnya cairan, urin, dan darah.

Gelombang suara yang dihasilkan oleh alat USG sangat tergantung terhadap keberadaan kristal piezoelectric yang berada pada transduser. Kristal piezoelectric

akan mengubah gelombang listrik yang disambungkan ke mesin USG menjadi gelombang suara akibat adanya getaran dari kristal. Frekuensi dari transduser USG juga dipengaruhi oleh tebal dan tipisnya kristal piezoelektric yang ada di transduser, semakin tipis kristal piezoelektric, semakin besar frekuensi transdusernya (McCurnin 2002). Menurut Noviana et al. (2012), terdapat tiga tipe utama transduser, yaitu linear, sector/curved, dan phased array.

Sistem Urinari

Sistem urinari terdiri dari sepasang ginjal, ureter, kantung kemih, dan uretra. Organ utama yang berperan aktif dalam sistem urinari adalah ginjal dan kantung kemih, sedangkan ureter bertindak sebagai saluran yang menghubungkan keduanya, dan uretra sebagai saluran pembuangan terakhir dari kantung kemih keluar tubuh. Material terlarut dalam plasma darah disaring oleh ginjal sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat yang terbentuk direabsorbsi untuk memisahkan bahan-bahan yang masih berguna untuk tubuh dan disekresikan bahan-bahan tambahan menjadi suatu bentuk cairan. Cairan tersebut disalurkan melalui pipa-pipa tubular nefron ke pelvis ginjal dan masuk ke kantung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin (Akers & Denbow 2008).

Ginjal

(40)

4

Ginjal berfungsi sebagai penyaring (filtrasi) darah dan penyerapan kembali atau reabsorpsi zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Kegiatan penyaringan dan penyerapan kembali ini dilakukan oleh unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (Akers & Denbow 2008).

Nefron merupakan unit terkecil dari ginjal yang berupa tabung/saluran multiseluler kompleks yang hanya dapat terlihat secara mikroskopik. Nefron merupakan pemegang peranan terpenting dalam menjalankan fungsi ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektifa. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah, tubuli proksimal dan distal berfungsi sebagai tempat penyerapan kembali air dan zat-zat terlarut, lengkung henle berfungsi menjaga tonisitas dari jaringan medula dan sebagai tempat penyerapan kembali ion-ion Na+, K+, Cl-, sedangkan duktus kolektifa berfungsi mengontrol ekskresi elektrolit, air, dan menjaga keseimbangan pH. Darah yang masuk ke dalam nefron akan mengalami penyaringan dan penyerapan kembali pada masing masing bagian nefron (Akers & Denbow 2008).

Ginjal babi memiliki bentuk seperti kacang merah, dibanding dengan ginjal pada anjing, ginjal babi memiliki bentuk yang lebih pipih, panjang, dan lebih kecil pada bagian ekstremitas. Ginjal kiri dan ginjal kanan terletak hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat lumbal pertama, namun ginjal kiri biasanya terletak lebih kranial dari pada ginjal kanan. Ekstremitas posterior dari ginjal biasanya terletak pada pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Ekstremitas anterior dari ginjal kiri biasanya terletak pada bagian ventral dari tulang rusuk terakhir. Ginjal kiri biasanya berada di bagian ventral dari kolon asenden, bagian basal sekum, dan pankreas. Ginjal kanan biasanya berada di bagian ventral dari duodenum bagian desenden, jejunum, namun tidak bersentuhan dengan hati seperti pada anjing dan kebanyakan spesies hewan domestik lain (Dyce et al. 2002).

KantungKemih

Kantung kemih memiliki letak yang bervariasi dan sangat tergantung dari volume urin yang terdapat di dalamnya. Kantung kemih yang kosong memiliki ukuran yang kecil, oval, dan kuat yang terletak di rongga pubis. Kantung kemih yang terisi penuh berbentuk lebih bulat dan terletak hampir seluruhnya di rongga abdomen (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi

B-Mode untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung kemih, dan

(41)

5 testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker.

Teknik ultrasonografi (USG) pada ginjal sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit ginjal pada hewan. Gambaran hasil USG ginjal dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim ginjal. Ultrasonografi (USG) sering digunakan sebagai alat diagnosa adanya deposit calculi di dalam kantung kemih maupun adanya penyumbatan pada saluran uretra. Seluruh bagian dari sistem urinaria harus diperiksa dengan USG untuk mengetahui keberadaan calculi (Radostits et al. 2005). Penggunaan USG dalam mendiagnosa penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012).

METODE

Bahan Penelitian

Babi (Sus scrofa domestica) dengan umur empat bulan sebanyak enam ekor yang terdiri dari tiga ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31

kg, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, dan obat

bius tiletamin 2.5% -zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop

Gambar

Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah.
Gambar 4.1 Sonogram organ ginjal normal. (A) Sonogram dengan posisi transduser sagital; (B) sonogram dengan posisi transduser transversal; (me) medula; (ko) korteks; (ka) kapsula
Gambar 4.2 Teknik pengukuran sonogram ginjal pada potongan sagital (A-C) dan
Tabel 4.3 Pengamatan sonogram terhadap ukuran ginjal.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada aplikasi yang akan dibangun, mempunyai beberapa fitur yaitu pengenalan huruf arab beserta bunyi konsonan huruf arabnya, tata cara menulis huruf arab yang sesuai

Analisis potensi Kelurahan Situ Gede sebagai salah satu kawasan agrowisata di Kota Bogor berhasil dilakukan dengan hasil di antaranya, 34 % produksi talas di Kota Bogor berasal

CPMK7 Mahasiwa mampu menghitung busur lingkaran dan busur peralihan serta menggambar(S4,S12,KU1,KU2,KK1,KK2,KK3,KK5, P1,P2) Diskripsi Singkat MK Pada mata kuliah ini

Analisa koefisien Joule-Thomson ini di gunakan untuk mengetahui apakah kondisi di sumur x berpotensi terjadi hidrat gas atau tidak.adanya perbedaan tekanan dari

Metoda yang dipakai untuk menganalisa keseimbangan beban salah satunya dengan menghitung nilai losses dan drop voltage pada penghantar jaringan distribusi, diambil

Perusahaan Penerbangan/ Pelayaran LN (KMK 417/KMK.04/1996)  ); penghasilan  ); penghasilan neto sebesar 6% dari peredaran bruto dan pajak yang wajib dilunasi sebesar  neto

Keberpengaruhan Pertumbuhan Industri Strategis dan Stabilitas Makroekonomi secara positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan bahwa Stabilitas Keamanan dan

Memiliki pengetahuan sistem informasi manajemen rumah sakit, rekam medik, manajemen rumah sakit, manajemen sumber daya aparatur/kepegawaian, manajemen pemerintahan, manajemen