• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minat

Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan seseorang. Selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk suatu keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan disertai minat, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik daripada mereka tidak berminat.

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1983:30). Menurut Winkel (1983:31), perasaan senang akan menimbulkan minat yang diperkuat lagi dengan sikap positip. Yang mana diantara hal-hal itu timbul lebih dahulu, sukar ditentukan secara pasti. Mungkin pada umumnya berlaku urutan psikologis sebagai berikut: perasaan senang - sikap positip – minat. Munculnya minat tidak secara tiba-tiba melainkan terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan sosialisasi dan proses interaksi di sekolah, masyarakat, dan di dalam keluarga.

Hal yang perlu diperhatikan dalam minat seseorang (Sumardi, 1983:54) adalah:

1. Minat pembawaan

Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun lingkungan. Biasanya minat ini muncul berdasarkan bakat

yang ada. Misalnya, apabila seseorang mempunyai bakat di bidang pendidikan maka ia berminat masuk FKIP.

2. Minat yang muncul karena pengaruh luar

Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan. Misalnya, siswa yang teman-temannya banyak masuk fakultas hukum, maka ia terpaksa masuk fakultas hukum pula walaupun minatnya bukan ke fakultas hukum.

Purwanto (1984:59) mengatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan explorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama kelamaan timbul minat terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.

Berdasarkan pendapat di atas, maka minat melanjutkan ke perguruan tinggi dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk melanjutkan sekolah setelah lulus SMK, yang ditandai dengan adanya perasaan senang terhadap perguruan tinggi, perasaan tertarik, dan perasaan bahwa perguruan tinggi yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan perkembangan dunia kerja.

B. Status Sosial Ekonomi

Status adalah posisi dalam kelompok. Status sosial ekonomi merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang dimiliki seseorang (orang tua) dalam suatu kelompok masyarakat. Menurut Susanto (1983:79), status adalah konsep perbandingan peranan dalam masyarakat, status merupakan pencerminan

dari hak dan kewajiban dalam tindakan manusia. Sedangkan menurut Ralph Linton (Susanto, 1983:79) ada 2 jenis status :

1. ascribed status (= status yang diperoleh berdasarkan wewenang atau yang dinyatakan)

2. achieved status (= status yang diperoleh berdasarkan pengakuan orang lain atau keberhasilan)

Menurut Winkel (1983:37), status sosial adalah tinggi atau rendahnya prestise yang dimiliki seseorang berdasarkan posisi yang dipegangnya dalam suatu sistem sosial. Cakupan status sosial ekonomi keluarga antara lain meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan dan penghasilan orang tua, fasilitas khusus, dan barang-barang berharga yang ada di rumah (Mahmud, 1989:99). Remaja-remaja yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang tidak menguntungkan menghadapi problem-problem finansial sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Dengan demikian membatasi keinginannya untuk lebih maju. Menurut hasil penelitian Alwin dan Thornton (Purwanto, 1984:99), murid-murid yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi menunjukkan prestasi belajar lebih tinggi dan dapat bersekolah lebih lama ketimbang murid-murid yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi yang rendah.

Jadi pengertian status sosial keluarga dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, tingkat pendapatan orang tua, dan fasilitas yang tersedia bagi kebutuhan hidup.

C. Pendidikan Orang Tua

Pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:204), proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap (Syah, 1955:11). Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal disamping secara formal seperti sekolah, madrasah dan institut-institut lainnya.

Menurut Poerbakawatja dan Harahap (Syah, 1955:11), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik. Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses, yaitu proses pendewasaan anak didik. Proses ini dilakukan oleh pendidik dengan sadar, sengaja, dan penuh tanggung jawab. Fungsi pendidikan adalah menyediakan apa saja yang diperlukan untuk mengembangkan anak didik.

Sedangkan yang dimaksud dengan tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang dicapai yaitu SD, SLTP, SLTA (SMU) dan Perguruan Tinggi. Tingkat pendidikan formal yang dicapai akan membawa pengaruh luas kepada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya pengaruh pada pengetahuan atau wawasan tetapi juga

berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki pengetahuan dan wawasan luas daripada orang yang tidak berpendidikan. Demikian juga dari keluarga yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi pada umumnya lebih mengerti akan pentingnya sekolah bagi anak-anaknya. Sebaliknya keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan pada umumnya menganggap rendah arti pendidikan bagi anak-anaknya, yang penting anakanya ikut membantu bekerja membantu orang tua untuk mencukupi kebutuhan. Keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan memiliki informasi dan pengertian tentang segala hal serba terbatas, sehingga perkembangan anak-anaknya dihambat oleh keterbatasan itu. Mereka tidak memandang pendidikan sebagai tujuan yang bernilai, tetapi hanya menganggap sebagai jalan menuju keberhasilan kerja.

Senada dengan itu, remaja-remaja yang orang tuanya berpendidikan tinggi lebih mungkin melanjutkan pelajarannya ke perguruan tinggi daripada remaja yang orang tuanya tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi. Dan remaja-remaja yang orang tuanya berijazah sekolah lanjutan tingkat atas lebih mungkin melanjutkan studinya ke perguruan tinggi dibandingkan remaja-remaja yang orang tuanya tidak seperti itu. Lamanya seorang bersekolah merupakan indikator keberhasilan kerja. Artinya, setidaknya secara teoritis, lulusan perguruan tinggi akan mendapat pekerjaan lebih baik dan penghasilan lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan sekolah lanjutan tingkat atas (Purwanto, 1984:87-89).

Dapat diduga bahwa anak yang berasal dari orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai minat yang lebih besar untuk terus bersekolah karena dorongan orang tua dan bimbingan dari orang tua yang berpandangan bahwa sekolah itu penting bagi kehidupan daripada mereka yang orang tuanya tidak berpendidikan. Sedangkan tingkat pendidikan dalam peneletian ini artinya kurang lebih adalah jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh orang tua yang dibuktikan dengan adanya ijazah yang paling akhir diperolehnya. misalnya : SD, SMP, SMU, Sarjana Muda, dan Sarjana.

D. Pekerjaan Orang Tua

Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan dalam penelitian adalah bidang pekerjaan yang ditekuni oleh orang tuanya setiap hari. Menurut Riwanto (1994:166-167) jenis pekerjaan dapat dibagi kedalam 8 golongan yaitu sebagai berikut:

1. Tenaga profesional : teknisi dan yang sejenisnya 2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3. Tenaga tata usaha dan tenaga sejenisnya 4. Tenaga usaha penjualan

5. Tenaga usaha jasa

6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 7. Tenaga produksi, operator alat angkut, pekerja kasar

8. Lainnya

Jenis pekerjaan atau profesi orang tua berkaitan erat dengan pola pengasuhan anak. Di mana tipe pekerjaan yang digeluti orang tua ikut mempengaruhi perkembangan anak-anaknya. Hal itu berarti kalau orang tuanya sebagai pendidik, maka pola pengasuhan anak tidak ubahnya seperti profesinya

sebagai pendidik. Orang tua akan memberikan dorongan kuat supaya anak mempunyai minat yang tinggi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan digolongkan menjadi 2 yaitu: pekerjaan pendidik dan bukan pendidik. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui secara jelas melalui analisis besarnya pengaruh kedua golongan pekerjaan itu terhadap minat siswa SMK untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Jika orang tua siswa bekerja sebagai pendidik, apakah minat anak untuk melanjutkan studi akan lebih besar daripada minat anak yang orang tuanya bekerja bukan sebagai pendidik.

E. Pendapatan Orang Tua

Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai

imabalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. (Gilarso, 1991:63). Penghasilan keluarga menurut (Gilarso, 1991:63) dapat

bersumber pada :

1. Usaha sendiri (wiraswasta) - misalnya : berdagang, mengerjakan sawah. 2. Bekerja pada orang lain - misalnya : bekerja di kantor atau perusahaan

sebagai pegawai atau karyawan. 3. Hasil dari milik - misalnya : mempunyai sawah disewakan. Menurut (Sumardi dan Evers, 1982:323), ada 3 macam pendapatan :

1. Pendapatan formal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan pokok 2. Pendapatan informal adalah penghasilan yang diperoleh melaui pekerjaan

tambahan di luar pekerjaan pokok.

3. Pendapatan subsisten adalah penghasilan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang.

Tingkat pendapatan merupakan besarnya penghasilan yang diperoleh suatu keluarga baik bersumber dari pekerjaan pokok, pekerjaan sampingan, dan

pendapatan lain yang berupa uang maupun barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan (Sumardi dan Evers, 1982:122). Penghasilan keluarga dapat diterimakan dalam bentuk :

a. Uang : segala penghasilan berupa uang diperoleh melalui gaji dan upah.

b. Barang : segala penghasilan yang diperoleh dalam bentuk barang terhadap jasa yang diberikan. Misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah.

c. Fasilitas-fasilitas, misalnya mendapat rumah dinas, pengobatan gratis.

Menurut Maslina Bangun dan Anidal (Sumardi dan Evers, 1982:322), pendapatan rumah tangga adalah jumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam rumah tangga. Selain penghasilan (balas karya dan hasil milik), masih ada penerimaan atau uang masuk lainnya, misalnya :

1) Uang pensiun - bagi mereka uang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi.

2) Sumbangan atau hadiah - misalnya sokongan dari saudara atau famili, hadiah tabungan .

3) Pinjaman atau hutang - ini merupakan uang masuk tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan.

Pendapatan yang diterima oleh suatu keluarga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Penghasilan dalam jumlah besar akan memudahkan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan termasuk kebutuhan akan pendidikan. Bagian terbesar dari pendapatan keluarga atau uang masuk itu dibelanjakan lagi guna membeli segala sesuatu yang dipergunakan untuk hidup (konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja tetapi mencakup seluruh pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya: rekreasi dan pendidikan. Sebaliknya, penghasilan dalam jumlah kecil akan

mengakibatkan keluarga dalam keadaan kekurangan, sehingga dapat dikatakan rendah status sosialnya. Pemenuhan kebutuhan sering dirasa sukar dengan penghasilan yang kecil, padahal mereka dituntut untuk selalu mempertahankan kehidupan keluarganya.

Besarnya jumlah pengeluaran keluarga menurut (Gilarso, 1991:65) tergantung dari beberapa hal antara lain :

1. Besarnya jumlah penghasilan yang masuk 2. Besarnya keluarga

3. Tingkat harga kebutuhan hidup 4. Tingkat pendidikan keluarga

5. Lingkungan sosial ekonomi keluarga itu

6. Kebiasaan dalam mengelola dan mengendalikan keuangan keluarga

Dalam kaitannya dengan pendidikan, keadaan keluarga tentunya mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Dengan adanya kondisi ekonomi keluarga yang cukup maka anak-anaknya akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapannya. Ia akan memperoleh lebih banyak kesempatan untuk terus sekolah tanpa menemui kesulitan dalam hal biaya dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Kesempatan ini tidak akan diperoleh anak-anak dari keluarga yang tidak mampu karena anak-anak tersebut akan menghadapi problem-problem finansial sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah.

Dari uraian di atas dapat diduga bahwa anak yang berasal dari keluarga yang tingkat pendapatannya tinggi, akan mempunyai minat yang lebih besar untuk melanjutkan sekolah setelah lulus SMK nanti daripada mereka yang berasal dari keluarga yang tingkat pendapatannya rendah.

F. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap minat siswa SMK untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang dicapai atau diselesaikan oleh orang tua. Tingkat pendidikan formal yang akan membawa pengaruh luas kepada kehidupan seseorang, yaitu bukan hanya pengaruh pada pengetahuan atau wawasan tetapi juga berpengaruh pada jenjang pekerjaan formal, penghasilan, kekayaan, dan status sosial dalam masyarakat. Seseorang yang berpendidikan akan cenderung memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan. Demikian juga dengan keluarga yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi pada umumnya lebih mengerti akan pentingnya sekolah bagi anak-anaknya, sebaliknya keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan pada umumnya menganggap rendah arti pendidikan bagi anak-anaknya. Biasanya yang terpenting anak-anaknya ikut membantu orang tuanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Keluarga yang orang tuanya tidak berpendidikan memiliki informasi dan pengertian tentang segala hal yang serba terbatas, sehingga perkembangan anak-anaknya dihambat oleh keterbatasan itu (John, 1992:11). Dengan demikian dapat diduga bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

2. Pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap minat siswa SMK untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Jenis pekerjaan adalah suatu bentuk kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh penghasilan. Jenis pekerjaan orang tua siswa yang satu sudah tentu berbeda dengan yang lain. Secara umum jenis pekerjaan seseorang dibedakan ke dalam pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan. Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap, apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidup, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain diluar penghasilan pokok, yang disebut penghasilan tambahan. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan untuk memperoleh penghasilan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Sifat pekerjaan sambilan ini adalah melengkapi pekerjaan pokok. Pekerjaan ini sama seperti halnya pekerjaan pokok yaitu tidak sama untuk masing-nasing orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap penghasilan dan kekayaan seseorang, kemudian juga berpengaruh terhadap status sosial ekonomi orang yang bersangkutan.

Dalam hubungannya dengan pendidikan anak, orang tua dengan jenis pekerjaan yang berpenghasilan cukup atau besar biasanya lebih menginginkan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena tidak adanya kesulitan dalam hal biaya. Lain halnya dengan orang tua yang mempunyai jenis

pekerjaan yang berpenghasilan rendah biasanya akan berpikir dua kali sebelum mendorong anaknya melanjutkan ke perguruan tunggi karena untuk studi ke perguruan tinggi tentu diperlukan biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian dapat diduga bahwa ada hubungan antara jenis pekerjaan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

3. Pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap minat siswa SMK untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi (Gilarso, 1991:63). Jadi yang dimaksud denga pendapatan orang tua adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas karya atas sumbangan orang tua terhadap proses produksi. Pendapatan keluarga dapat bersumber pada usaha sendiri, bekerja pada orang lain, dan hasil dari milik. Pengertian pendapatan sangat erat hubungannya dengan penghasilan, bahkan banyak orang menyamakan kedua pengertian tersebut. Dalam penelitian ini penulis tidak membedakan arti atau pengertian antara pendapatan dengan penghasilan, keduanya mempunyai pengertian yang sama yaitu besarnya arus uang dan barang yang masuk dalam suatu keluarga.

Pendapatan yang diterima dari suatu keluarga dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan. Bagian terbesar dari pendapatan keluarga itu dibelanjakan lagi guna membeli segala sesuatu yang dipergunakan untuk hidup (konsumsi). Konsumsi disini bukan hanya persoalan makan saja tetapi mencakup seluruh

pemakaian barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup, contohnya: rekreasi dan pendidikan.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, keadaan keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Dengan adanya kondisi ekonomi yang cukup maka anak-anaknya akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapannya. Mereka akan banyak memperoleh kesempatan untuk terus sekolah tanpa menemui kesulitan dalam hal biaya. Kesempatan ini jarang ditemui anak-anak dari keluarga yang tidak mampu karena anak-anak tersebut akan menghadapi masalah-masalah keuangan sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Dengan demikian dapat diduga bahwa ada hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan minat siswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

H. Hipotesis

Berdasarkan deskripsi teoretik dalam penelitian ini, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap minat siswa sekolah menengah kejuruan untuk melanjutkan studi ke perguran tinggi.

2. Ada pengaruh jenis pekerjaan orang tua terhadap minat sekolah menengah kejuruan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

3. Ada pengaruh tingkat pendapatan orang tua terhadap minat siswa sekolah menengah kejuruan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.

Dokumen terkait