• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan berhubungan dengan modal

sosial antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Slamet Widodo (2012) yang

melihat tentang penguatan modal sosial untuk pengembangan mafkah

berkelanjutan dan berkeadilan. Dalam hasil penelitiannya,modal sosial yang ada

di lokasi penelitian berdasarkan ikatan kekerabatan, kekeluargaan dan

pertetanggaan. Kelembagaan tradisional yang masih hidup di Karang Agung

adalah sambatan, anjeng atau buwuhan dan mendarat. Sedangkan kelompok sosial

yang ada di lokasi penelitian antara lain, kelompok pengajian, arisan ibu-ibu dan

yaasinan. Modal sosial masih terbatas digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

jangka pendek (konsumtif), belum mengarah pada pemenuhan kebutuhan jangka

panjang (produktif). Penguatan modal sosial dilakukan melalui tiga tahap, yaitu

bonding social capital, bridging social capital dan linking social capital.

Masyarakat miskin yang ada dilokasi penelitian ini pada umumnya menafkahi

hidupnya dari sumberdaya laut yang ada disekitar dan sumberdaya laut ini tidak

selalu ada tetapi memiliki musiman untuk mendapatkannya.

Strategi sosial dilakukan dengan jalan memanfaatkan ikatan-ikatan sosial

yang ada di perdesaan baik berupa lembaga kesejahteraan lokal, hubungan

produksi hingga jejaring sosial berbasis kekerabatan atau pertemanan. Pada lokasi

penelitian terdapat beberapa lembaga kesejahteraan lokal yang masih bertahan

hingga kini. Laki-laki biasanya terlibat dalam kegiatan sambatan dan anjeng. Rasa

percaya antar warga (trust) sangat tinggi. Rasa percaya antar warga yang tinggi ini

Temuan Rotrigues et al. (2012), menegaskan pentingnya kepercayaan pribadi

dalam mempertahankan modal sosial. Hutang menjadi salah satu bentuk strategi

nafkah bagi rumah tangga miskin. Untuk berhutang mereka memanfaatkan

jejaring sosial yang ada, seperti ikatan kekerabatan, pertetanggaan atau

pertemanan. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau

kebutuhan yang mendesak seperti ketika anggota rumah tangga ada yang sakit.

Jarang sekali hutang digunakan untuk keperluan pembelian barang konsumtif.

Hutang juga dilakukan pada saat rumah tangga miskin akan melangsungkan

hajatan.

Modal sosial merupakan salah satu andalan bagi rumah tangga miskin.

Ikatan kekerabatan, pertetanggaan dan pertemanan yang kuat memberikan ruang

yang cukup bagi rumah tangga miskin untuk mengakses modal sosial ini. Menurut

Pranadji (2006), terdapat tiga aspek yang dapat menunjukkan penguatan modal

sosial, yaitu terbentuknya kerja sama, perluasan jaringan kerja dan peningkatan

daya saing kolektif secara berkelanjutan. Misalnya, Pelatihan keterampilan

diharapkan dapat menunjang peluang usaha baru maupun peningkatan kualitas

dari usaha yang sudah berjalan. Potensi yang telah ada seperti usaha krupuk udang

dapat lebih dikembangkan dengan pelatihan manajemen usaha dan keterampilan

teknis lainnya. Potensi hasil tangkap yang dapat dikembangkan menjadi produk

olahan perlu ditindaklanjuti dengan pelatihan keterampilan.

Meri Nurami (2013) yang meneliti tentang Peran Modal Sosial pada

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Dalam hasil penelitiannya, Modal sosial

merupakan wujud modal manusia yang paling menonjol untuk dapat

pemberdayaan masyarakat. Secara umum modal sosial adalah merupakan

hubungan-hubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas

dan kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat dalam spectrum yang luas, yaitu

sebagai perekat sosial (social glue) yang menjaga kesatuan anggota masyarakat

(bangsa) secara bersama-sama (Supriono, Flassy & Rais). Selain modal tenaga

kerja, usaha ini juga membutuhkan modal finansial dan modal fisik.

Modal fisik dapat berupa membantu secara langsung usaha yang sedang

dijalankan seperti dalam penelitian ini usaha yang dilakukan yaitu daur ulang

kardus misalnya membantu dengan alat pemotong kardus, pencetak pola, alat

transportasi dan sebagainya. Modal finansial sangat membantu pelaku usaha

untuk lebih mengembangkan bisnisnya. Modal sosial juga tidak kalah penting

peranannya, seperti yang disebutkan oleh Siregar (2011) menyebutkan bahwa

modal sosial ini merupakan salah satu bagian dari modal manusia di samping

modal-modal lainnya seperti kompetensi, motivasi, sikap kerja, dan budaya/etos

kerja.

Di antara macam-macam modal sosial yang ada, faktor kepercayaan,

jaringan dan norma tentu saja memiliki peranan penting dalam mengembangkan

usaha ini, terkait dengan adanya interaksi yang terjalin antara pelaku usaha yang

ada, antara pelaku usaha dengan penyedia bahan baku dan juga antara pelaku

dengan pembeli. Kepercayaan juga dapat ditimbulkan melalui kesepakatan untuk

saling menjaga komitmen dalam mengerjakan kontrak kerja. Kontrak kerja

dengan penyedia bahan akan memberikan jaminan pada ketersediaan bahan baku

produksi. Interaksi yang dilakukan manusia dalam tujuan pemenuhan

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan, manusia akan melakukan usaha

dengan memaksimalkan jaringan yang ia punya. Bukan hanya dalam kehidupan

pribadinya, namun juga demi kepentingan bisnis. Jaringan atau networking juga

memiliki peran dalam perkembangan usaha pengolahan kardus bekas di lokasi

penelitian tersebut. Jaringan sosial menciptakan peluang usaha baru melalui jalur

kekerabatan, pertemanan dan kolega, menjamin ketersediaan bahan dari menjaga

relasi dengan penyedia bahan, menambah variasi produk yang dikembangkan dari

permintaan konsumen, membuka informasi harga dari pelanggan; penyebaran

informasi diantara sesama pelaku usaha, menjaring pelanggan baru dan juga

menggaet sesama pelaku usaha menjadi mitra usaha.

Norma yang menjadi penyeimbang dalam iklim usaha yang hadir dalam

aturan untuk mengambil tepat waktu bahan baku yang telah disediakan oleh

penyedia bahan, hal ini untuk menghindari para pesaing dalam hal perolehan

bahan baku. Tak jarang para pesaing menerapkan praktek-praktek yang kurang

etis dalam menjatuhkan lawannya melalui penawaran harga yang lebih tinggi

kepada penyedia bahan.

Sisi negatif modal sosial dalam setiap usaha akan selalu menemui kendala-

kendala yang dihadapi bukan hanyasekedar sepinya permintaan produk,

terbatasnya jumlah pasokan bahan atau menipisnya modal finansial tetapi juga

naik-turunnya hubungan dengan rekan dan kolega bisnis. Permasalahan dapat

muncul dari penyedia bahan, konsumen, dan rekan bisnis. Keberadaan konsumen

nakal membuat produsen harus jeli dan bisa menilai karakteristik konsumen jika

tidak ingin rugi. Selain konflik dengan pelanggan, persaingan tidak sehat juga

pengusaha nakal ini merusak tatanan dan iklim usaha yang kondusif menjadi tidak

stabil dan tak terkendali. Misalnya dalam penentuan harga produk, pengusaha

nakal akan terus menerus menurunkan harga untuk mencari pelanggan, sedangkan

pengusaha yang lain akan melakukan hal yang sama untuk mempertahankan

pelanggannya.

Penelitian Slamet Santoso (2007) tentang Peran Modal Sosial terhadap

Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Ponorogo. Dalam penelitiannya dikatakan,

modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh

komunitas, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu

melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial hanya dapat dibangun

ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka

mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk

mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal

sosial sangat penting bagi komunitas karena mempermudah akses informasi bagi

anggota komunitas, menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan

dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan mobilisasi sumber

daya komunitas, memungkinkan pencapaian bersama dan membentuk perilaku

kebersamaam dan berorganisasi komunitas.

Modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu

atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan,

mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan

meminimalkan biaya transaksi. Modal sosial, dalam pengertian jaringan-jaringan

atau hubungan-hubungan sosial informal, turut menentukan proses menjadi

Pengalaman teman ataupun kerabat dekat yang telah menjadi pedagang

angkringan, misalnya, merupakan faktor penting dalam menjelaskan mengapa

seseorang akhirnya memulai usaha warung angkringan, termasuk melepaskan

pekerjaan sebelumnya. Usaha warung angkringan merupakan salah satu bentuk

kegiatan perekonomian kecil yang mampu bertahan di tengah sulitnya kondisi

perekonomian.

Kemampuan bertahan tersebut menandakan bahwa modal sosial telah

berperan baik pada para pedagang warung angkringan. Disebut modal sosial,

karena para pedagang tersebut saling memberikan informasi dan membantu, baik

menyangkut peluang usaha, tempat usaha, tempat tinggal, modal, kelompok usaha

dan lain-lain. Dengan adanya modal sosial tersebut, mereka menjadi mampu

Dokumen terkait