• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik

Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah dingin. Klasifikasi jangkrik adalah filum Arthopoda, kelas Hexapoda (Insecta), ordo Orthoptera, sub ordo Ensifera, famili Gryllidae (Jangkrik), sub famili Gryllinae(Jangkrik lapang/rumah), genus Gryllus, spesies Gryllus bimaculatus (Jangkrik Kalung), Gryllus mitratus (Jangkrik Cliring) dan Gryllus testaceus (Jangkrik Cendawang) (Sukarno, 1999).

Morfologi tubuh jangkrik Kalung sama dengan jangkrik-jangkrik pada umumnya yaitu terdiri atas tiga bagian utama kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut) serta setiap spesies jangkrik memiliki ukuran dan warna yang beragam (Borror et al., 1992).

Jangkrik kalung memiliki kulit dan sayap luar berwarna hitam atau agak kemerahan dan pada bagian punggung (pangkal sayap luar) terdapat garis kuning sehingga menyerupai kalung (Widiyaningrum, 2001). Jangkrik jantan dan betina dewasa dapat dibedakan dari ada atau tidaknya ovipositor pada ujung abdomen yang mencirikan jangkrik betina. Meskipun secara umum ukuran-ukuran tubuh jangkrik jantan lebih besar, jangkrik betina memiliki bobot badan lebih tinggi daripada jantan (Herdiana, 2001).

Perkembangbiakan Jangkrik

Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik

dewasa(imago) yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap (Borror et al., 1992).

Jangkrik dapat ditemui hampir disemua tempat, terutama pada daerah dengan dikisaran suhu 20 – 32o

Menurut Youdeowei (1974),sistem reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium yang berwarna krem dan sepasang ovarial, terletak di punggung bagian tengan diatas saluran pencernaan. Jangkrik betina memiliki ovipositor sebagai

C dengan kelembaban 65 – 85%, bertanah gembur atau berpasir serta memiliki banyak tumbuhan semak belukar (Sukarno, 1999).

Jankrik dewasa siap kawin pada usia ± 45 hari yang ditandai dengan telah lenyapnya sayap. Jangkrik jantan akan ngengkrik dengan suara nyaring yang merupakan isyarat bahwa jangkrik tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk dibuahi dan mengetahui isyarat tersebut akan mencari sumber suara dan mendekatinya. Dalam melakukan perkawinan, jangkrik jantan akan mengambil posisi dibawah dan jangkrik betina diatas. Setelah terjadi pembuahan, tujuh hari kemudian telur – telur didalam perut jangkrik betina telah tua dan jangkrik telah siap bertelur (Sukarno, 1999).

alat kelamin luar. Ovipositor brbentuk silindris dan meruncing seperti jarum dan berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan telur(Ros et al.,1982).

Jangkrik jantan memiliki sepasang testis berwarna putih krem yang terletak di atas saluran pencernaan. Masing-masing testis terdiri dari beberapa folikel yang berhubungan tipis memanjang ke belakang sampai mencapai saluran ejakulator. Sepasang kelenjar asesori yang terdiri dari seminali vesicle dan pembuluh yang berbelit cukup panjang terdapat di atas saluran ejakulator (Youdeowai, 1974). Alat genital jantan disebut clasper yang berfungsi sebagai alat kopulasi yang memindahkan sperma ke saluran alat genital betina (Budi, 1999).

Hasil penelitian Widyaningrum (2001) menyatakan bahwa perbandinganjantan dan betina yang baik dalam budidaya indukan adalah 1:5. Jumlah indukanbetina yang terlalu banyak akan berakibat telur yang dihasilkan infertil akibat tidakdibuahi.

Sridadi dan Rachmanto (1999) menyatakan bahwa tanda-tanda jangkrik telah birahi adalah bulu punggung tampak mengkilat dan ovipositor pada betina telah panjang, kaku, berwarna hitam dan ujung abdomen sebelah bawah telah berbentuk seperti kantong. Jangkrik jantan yang siap kawin memiliki tanda-tanda sayapnya sudah lengkap, sudah mengerik, suaranya keras dan gerakannya lincah, seekor jangkrik betina mampu melakukan perkawinan hingga beberapa kali(multiple mating) dengan jantan yang berbeda – beda dengan jantan dalam spesiesnya (Sukarno, 1999).

Menurut Kumala (1999) dalam waktu 7–10 hari setelah perkawinan jangkrik betina mulai betelur. Induk betina akan mencari tenpat yang lembab dan gembur untuk

meletakkan telurnya. Pada spesies Gryllus bimaculatustelur akan menetas pada hari ke 10 -12 setelah ditelurkan (Tomioka et al., 1991).

Menurut Widyaningrum (2001) telur yang berkualitas baik memiliki daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan yang berkualitas rendah daya tetasnya di bawah 50%. Induk dapat memproduksi telur dan daya tetasnya tinggi ± 80-90 %. Apabila diberikan makanan yang begizi tinggisetiap peternak mempunyai ramuan - ramuan yang khususdiberikan pada induk jangkrik antara lain bekatul jagung, tepung ikan, kuning telur bebek (Wiarto,2010).

Pakan ternak jangkrik

Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan jangkrik secaraintensif. Dilihat dari kehidupan jangkrik di alam,komposisi pakan sayuran/nabati lebihbanyak dari pada hewani. Untuk pakan pada temak jangkrik budidaya dapat dibagi atas duajenis yaitu pakan kering dan pakan basah (Udjianto, 1999).

Jangkrik tergolong hewan pemakan tumbuhan (herbivora) dan umumnyamemakan dedaunan, sayuran dan buah-buahan yang mengandung banyak air. Hal inidisebabkan jangkrik tidak minum air seperti kebanyakan hewan. Makanan tersebutantara lain krokot, sawi, kol, bayam, daun singkong, wortel, gambas dan daun muda.Jangkrik lebih menyukai bagian tanaman yang muda seperti daun dan pucuk tanaman(Paimin et al., 1999).

konsentrat

Jangkrik juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat selain pakan hijauanyang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan. Jangkrik yang diberi pakan buatandapat tumbuh lebih cepat dibandingkan jangkrik yang diberi tumbuh-tumbuhan saja(Praditya, 2003). Jangkrik yang diberi pakantambahan pada kadar protein 20%-22% berproduksi lebih baik daripada yang diberipakan tambahan pada kadar protein 16%-18%(Lumowo,2001).

Dedak Halus

Dedak halus merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 10% dari padi yang digiling. Pemanfaatan dedak sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan. Dedak padi mempunyai kandungan energi dan protein yang cukup baik. Kandungan gizi dedak padi sangat bervariasi tergantung dari jenis padi dan macam mesin penggiling yang digunakan. Satu hal yang perlu diingat bahwa pada saat dedak sulit didapat, seringkali dedak dicampur dengan sekam yang telah digiling. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas atau nilai gizi dedak tersebut, yang diindikasikan dengan tingginya kandungan serat kasar dedak campuran tersebut. Creswell (1987) melaporkan bahwa hasil analisis dari 4 sampel dedak padi yang berasal dari Indonesia memiliki kandungan protein kasar dengan kisaran 12,7-13,5%, lemak 10,6-13,6% dan serat kasar 8,2-12,2%. Kandungan nutrisi dedak padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi dedak padi (Bahan Kering) Nutrisi Kandungan Protein Kasar (%) 12 Serat Kasar (%) 13` Lemak Kasar (%) 12 Kalsium (%) 0,12 EM(kkal/kg) Posphor(%) 1.650 0,21 Sumber: Hartadi et al(1997).

Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai mengandung protein dan kaya akan lisin tetapi metioninnya rendah. Ketersediaan bungkil kedelai di Indonesia memang tidak ada, umumnya diimpor dari beberapa negara seperti Amerika dan India. Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (Bahan Kering)

Nutrisi Kandungan Protein Kasar (%) 43,8 Serat Kasar (%) 4,40 Lemak Kasar (%) 1,50 Kalsium (%) 0,32 Posfor (%) 0,65 Sumber: Hartadi et al (1997). Tepung Ikan

Mudjiman (2004), melaporkan bahwa tepung ikan (Fish meal) merupakansalah satu bahan baku untuk pakan ternak karena kandungan protein yang tinggi.Protein

dalam tepung ikan tersusun oleh asam amino esensial yang kompleksdiantaranya asam amino lisin dan methionin, serta mengandung mineral kalsium,fospor,vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 dan asam lemak esensial dariomega-3 HUFA (higher unsaturated fatty acid).Hartadi et al. (1997) melaporkan kandungan tepung ikan adalah sebagai berikut: energy metabolisme sebesar 2820 Kkal/kg, protein 52,6%, lemak 6,8%, serat kasar 2,2%, kalsium 5,11% dan phosphor 2,88%. kandungan nutrisi tepung ikan yaitu bahan kering sebesar 92%, protein kasar 61%, lemak 10%, serat kasar 0,5%, Kalsium 1,23% dan Phospor 1,63%.Tepung ikan yang bermutu baik kandungan protein 60 - 70%, lemak 6 – 14 %, kadar air 4 – 12%, dan kadar abu 6 – 18% (Murtidjo,2001).

Tepung Jagung

Penggunaan limbah tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil limbah tanaman jagung ini cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Di daerah Indonesia bagian Timur, jerami jagungselain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkanatau diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dandisimpan untuk cadangan pakan ternak (Nuliket al.,2006).

Daun singkong merupakan salah satu pakan yang disukai jangkrik. Kelebihan yang dimiliki daun singkong adalah kandungan air yang relatif rendah jika

Komposisi kimia jagung adalah bahan kering (BK) 84-86%, protein kasar (PK) 8-10%, serat kasar (SK) 2-4%, BETN 68-80% dan TDN 75-80%. Daun Singkong (Manihotutilissima)

dibandingkan dengan pakan sayuran jangkrik lainnya. Kandungan air yang tidak terlalu tinggi ini dapat mengurangi kemungkinan jangkrik terkena diare. Ditinjau dari segi nutrisi, kandungan zat gizidaun singkong lebih baik daripada rumput gajah, bahwa daun singkong mengandung protein, lemak, kalsium dan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada umur ± 40 hari. Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20 -36% dari bahan kering . Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah dan komposisi campuran daun dan tangkai daun. Dilihat dari tingginya kandungan proteinkasar, daun singkong termasuk pakan sumberprotein.Disamping itu daun singkong mengandungprovitamin A yang cukup tinggi (Jalaludin dan Saw Yin,1972).

Berdasarkan Mansy (2002), pemberian kombinasi konsentrat dan daun singkong pada jangkrik lokal maupun menghasilkan produktivitas yang cukup baik. Kandungan nutrisi daun singkong dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan nutrisi daun singkong (Bahan Kering)

Nutrisi Kandungan Protein Kasar(%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium EM (kkl/kg) Fosfor (%) 6,21 4,62 0,74 0.81 2.919,23 0,27 Sumber: Mansy (2002)

Jangkrik tidak minum seperti kebanyakan hewan lainnya melainkan memperoleh air dari makanannya. Jangkrik menyukai daun muda yang banyak

mengandung air sebagai pengganti air minum seperti sawi, kubis, bayam, kangkung, daun singkong dan lain-lain. Kekurangan air dalam tubuh hewan akan mengurangi nafsu makan dan feed intake. Jangkrik lebih memilih mengkonsumsi air yang terkandung dalam sayuran (Tillman et al., 1991).

Kol (Brassica oleraceae L)

Kol atau yang disebut juga dengan kubis, merupakan salah satu sayuran yang banyak ditemukan di Indonesia.Kol termasuk jenis capitata, yaitu sayuran yang memanfaatkan daunnya yang membentuk bulat padat. Sayuran kol sendiri merupakan sayuran yang berasal dari wilayah Eropa yang sudah tersebar luas di berbagai belahan bumi. Sekitar empat ratus jenis varietas kol dibudidayakan di seluruh dunia.Kandungan yang terdapat pada kol adalah sebagai berikut :Vitamin A, vitamin Bkompleks, zat besi, kalium, ripoflavindan asam folat(Yana, 2014). Kandungan nutrisi kol dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan nutrisikol (Bahan Kering)

Nutrisi Kandungan Protein Kasar (%) 1,7 Serat Kasar (%) 0,9 Lemak Kasar (%) 0,2 Kalsium (%) 64 Posphor(%) 26

Mortalitas Induk

Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Mortalitas dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pemeliharaan (Tim PPPI, 1999).

Kanibalisme dapat terjadi apabila dalam suatu populasi terdapat jangkrik yang kuat (besar) dan ada yang lemah (kecil). Jangkrik yang kuat dan besar biasanya memangsa yang lemah (Paimin,1999).

Lama Penetasan

Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai untuk menghasilkan telur. Telur – telur jangkrik dipanen dengan cara menyaring media telur dengan air (Maharani, 2004).

Produksi Telur

Menurut Widiyaningrum (2001). Produksi telur (butir/ekor/hari) yang ditentukan dari jumlah telur hasil pemanenan pada setiap perlakuan dibagi dengan banyaknya jumlah induk betina per perlakuan kemudian dilakukan perhitungan kumulatif sampai akhir masa produksi (Maharani, 2004).

Daya Tetas Telur

Telur dengan kualitas yang baik umumnya memiliki daya tetas yang tinggi yaitu diatas 95%, telur yang berkualitas rendah memiliki daya tetas rendah dibawah 50% bahkan tidak menetas sama sekali (Sukarno,1999).

Kelembaban relatif yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk penetasan telur jangkrik berkisar antara 65% - 85% dengan suhu udara 260C. Umumnya telur – telur jangkrik tidak menetas secara bersamaan, karena peletakan telur dilakukan secara bertahap (Sridadi dan Rachmanto,1999).

PENDAHULUAN

Latar belakang

Perkembangan budidaya jangkrik di berbagai wilayah di Indonesia dewasa ini skalanya cukup besar, begitu juga dengan seminar-seminar tentang budidaya jangkrik yang banyak diadakan di berbagai kota. Budidaya jangkrik banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu, Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2- 3bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telurjangkrik kalung memiliki siklus hidup sampai 75-78 hari (Widiyaningrum, 2001).

Jangkrik salah satu komoditi pertanian berpeluang bisnis yang sangat menjanjikan karena jangkrik selain banyak digunakan sebagai pakan burung ocehan, ayam bekisar, ikan arwana maupun ikan Oscar serta digunakan sebagai bahan kosmetik, sehingga dengan adanya pembudidayaan jangkrik diharapkan dapat mencegah kepunahan jangkrik di alam bebas dan secara ekonomis dapat mendatangkan keuntungan.

Makanan jangkrik berupa daun - daunan atau sayur - sayuran seperti : sawi hijau, sawi putih, krokot, bayam dan lain - lain.Memberi jenis pakan sayuran, jangan diberikan secara langsung(dalam kondisi basah),melainkan diangin - anginkan sehingga menjadi setengah layu agar jangkrik tidak pilek dan diare (Soenanto, 1999).

Pemberian pakan buatan (konsentrat) biasanya diberikan untuk jangkrik yang diternakkan terutama pada masa pembesaran yakni 10 hari setelah telur menetas (Sridadi dan Rachmanto, 1999). Tujuan pemberian konsentrat adalah untuk mempercepat pertumbuhan, gerakan menjadi lincah, nimfa menjadi tidak lunak, serta tidak mudah mati, bahwa jangkrik yang diberi pakan buatan dengan kadar protein 20%-22% lebih baik produksinya daripada jangkrik yang diberi pakan dengan kadar protein 16%-18% (Lumowo ,2001).

Jangkrik juga memiliki mortalitas yang cukup tinggi karena rentan terhadap penyakit, gangguan predator dan kanibalisme, terutama jika persediaan pakan tidak mencukupi.Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Penyakit yang sering terdapat pada jangkrik adalah diare. Penyakit ini dapat disebabkan oleh pemberian hijauan yang berkadar air terlalu tinggi, lingkungan kandang yang kotor, seperti pakan yang tidak bersih. (Paimin, 1999).

Jangkrik kalung memiliki siklus hidup pendek, daya tetas telur tinggi, pertumbuhan cepat dan konversi pakan rendah, serta memiliki kulit tubuh lebih lunak sehingga lebih disukai burung dan satwa pemakan serangga lainnya. Pembawaan dari spesies jangkrik ini tenang, tidak nervous, kerikannya nyaring, lebih agresif dari spesies lainnya dan suka berkelahi sehingga dikenal sebagai jangkrik aduan (Widiyaningrum, 2001).

Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan hidup dengan baik pada daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65-80%, bertanah

gembur/berpasir. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah (Sukarno, 1999).

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian konsentrat denganpakan sayuran(daunsingkong (Manihotutilissima) dankol(Brassica oleraceae L)) terhadap mortalitas induk, lama penetasan, produksi telur dan dayatetasterhadap jangkrik kalung(Gryllus bimaculatus).

Hipotesis

Efek pemberian konsentrat denganpakan sayuran (daun singkong(Manihotutilissima) dan kol (Brassica oleraceae L))berpengaruh positif terhadap daya tetas jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus).

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peternak dalam pemberian konsentrat denganpakan sayuran (daun singkong(Manihotutilissima) dan kol (Brassica oleraceae L))terhadapdaya tetasjangkrik kalung(Gryllus bimaculatus).Sebagai bahan pemikiran terhadap usaha pengembangbiakan ternak jangkrik kalung(Gryllus bimaculatus) sehingga dapat berproduksi tinggi.

ABSTRAK

JUNI EVALINDA HASIBUAN. 2015. Efek Pemberian Konsentrat dengan Pakan Sayuran (Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Kol (Brassica oleraceae L) terhadap Daya Tetas Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus).Dibimbing olehTRI HESTI WAHYUNI dan SAYED UMAR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui efek dari pemberian konsentrat dengan pakan sayuran terhadap daya tetas jangkrik (Gryllus bimaculatus). Penampilan reproduksi yang dikaji adalah mortalitas induk,produksi telur, lama penetasan, dan daya tetas telur. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan de’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 12 jangkrik kalung (10 betina dan 2 jantan). Perlakuan terdiri atas P0 (konsentrat), P1(konsentrat + daun singkong), P2 (konsentrat + kol) dan P3(konsentrat + daun singkong + kol).

Hasil penelitian menunjukkan rataan mortalitas induk setelah dilogaritma ; (1,19; 1,13; 1,16 dan 0,92) dan daya tetas; (1,61; 1,50; 1,29 dan 1,63), sedangkan rataan persentase lama penetasan (hari); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20) dan produksi telur (butir/hari); (170,28; 424,32; 286,64 dan 438,24).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap mortalitas induk, namun memberikan pengaruh daya tetas, produksi telur dan lama penetasan pada jangkrik kalung. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa pemberian konsentrat dengan pakan sayuran (daun singkong (Manihot utilissima) dan kol (Brassica oleraceae L) dapat meningkatkan daya tetas, produksi telur dan menurunkan angka mortalitas induk dan mempercepat waktu penetasan pada jangkrik kalung.

Kata kunci :jangkrik kalung(Gryllus bimaculatus),konsentrat, daun singkong, kol, daya tetas

ABSTRACT

JUNI EVALINDA HASIBUAN.2015 :GivingeffectFeedConcentratewithVegetables (Cassava leaves (Manihot utilissima)

and cabbage (Brasica oleraceae L) againsthatchabilitycicada (Gryllus bimaculatus), under supervised by TRI HESTI WAHYUNI and SAYED UMAR.

the purpose ofthis study wasto assessanddeterminethe effectofgivingconcentratetofeedvegetablesagainsthatchabilitycrickets (Gryllus bimaculatus). Reproductive performancearediscussedisparentmortality, longhatching, egg productionandhatchability. The research was conducted at Housingde’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. The research used completely rendomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Each replications consists of 12 weaning gryllus bimaculatus. P0 =(concentrate), P1= (concentrate + cassava leaves), P2= (concentrate + cabbage), P3 =(concentrate + cassava leaves + cabbage).

The results showed thatthe average of mortality once in logarithm; (1,19; 1,13; 1,16 and 0,92, respectively) and The average of hatchability; (1,61; 1,50; 1,29 and1,63, respectively), while the average percentage of long hatching (day); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20, respectively). The average of egg production (grain/day); (170,28; 424,32; 286,64 and 438,24, respectively). The results showed that the treatments were higlysignificant effect (P<0,01) on parent mortalitiy, provides for egg production, hatchability and long hatching. The conclusion of this research that giving effect concentrate with vegetables (cassava leaves (Manihot utilissima) and cabbage (Brassica oleraceae) can improve hatchability, egg production and reduce parent mortality and accelerate time to hatching in grllus bimaculatus.

EFEK PEMBERIAN KONSENTRAT DENGANPAKAN

Dokumen terkait