LAMPIRAN
Lampiran 1. Rataan persentase mortalitas induk jangkrik (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan SD
Lampiran 2. Rataan mortalitas induk setelah dilogaritma
Lampiran 3. Rataan lama penetasan (hari)
Lampiran 4. Rataan produksi telur (butir/hari)
Lampiran 5. Rataan persentase daya tetas telur (%)
Lampiran 6. Rataan Daya Tetas Telur setelah dilogaritma
Lampiran 7. Rekapitulasi data daya tetas jangkrik P0 16,66±5,89 10,20±0,47c 170,28±83,72a 42,60±12,42c P1 14,99±6,97 10,80±0,47c 424,32±78,60c 34,80±14,49 P2
b 14,98±6,97 8,20±0,44a 286,64±78,61b 21,00±7,77 P3
a 9,99±3,27 9,20±0,44b 438,24±132,48d 44,80±13,51c
Lampiran 8. Uji lanjut Duncan lama penetasan
Perlakuan Rataan Notasi
P0 10,20 C
P1 10,80 C
P2 8,20 A
P3 9,20 B
Lampiran 9. Uji lanjut Duncan produksi telur
Perlakuan Rataan Notasi
P0 42,60 A
P1 34,80 C
P2 21,00 B
P3 44,80 D
Lampiran 10. Uji lanjut Duncan daya tetas
Perlakuan Rataan Notasi
P0 1,61 C
P1 1,50 B
P2 1,29 A
Lampiran 11. Grafik mortalitas jangkrik kalung
Lampiran 13. Grafik produksi telur jangkrik kalung
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R. 2002. Pengaruh tipe kandang bersekat terhadap pertumbuhan jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Borror, D.J., C.A. Triplehorn, dan N.F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi XI. Penerjemah: Soetiyono, P. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Budi, H. Y. 1999. Rahasia Beternak Jangkrik. Semarang.
Creswell, D. 1987. A survey of rice byproducts from different countries. Monsanto Technical Symp. pp. 4-35.
Darjanto dan Murjati. 1980. Ketela Pohon : Khasiat, Racun dan Masakan. Cetakan Kedua. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Hartadi, H., S. Reksohadoprodjo dan A.D. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Hasegawa, Y dan H, Kubo.1996. Jangkrik. Si Mesteri Alam Terjemahan S. Handoko. PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Herdiana, D. 2001. Pengaruh pakan terhadap performa tiga jenis jangkrik lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ika, S.K dan Y.M. Ulfa. 2005. Pemanfaatan Limbah Kubis menjadi Asam Laktat. Universitas Diponegoro. Semarang.
Jalaludin and O.H.Saw Yin.1972. " HCN tolerance of hen Malay " . Agric. Res . 1:77. Kumala, L. 1999. Sukses Budidaya Jangkrik. Penerbit Arkola. Surabaya.
Lumowo, A. T. 2001. Pertumbuhan Tiga Jenis Jangkrik Lokal ( Kalung, Cliring dan Cendawan ) dengan Pakan yang Berbeda. Skripsi . Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mansy, F.2002. Performan Jangkrik Kalung ( Gryllus bimaculatus ) yang diberi Kombinasi Konsentrat dengan Daun Sawi dan Daun Singkong Selama Masa Pertumbuhan. Skripsi Fakultas Peternakan. IPB. Bogor.
Murtidjo, 1995. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta. Mudjiman, A. 2004. Makanan Ikan Penebar Swadaya. Jakarta.
Nulik, J., D. Kanahau dan E.Y. Hosang. 2006. Peluang dan prospek integrasi jagung dan ternak di NusaTenggara Timur. Pros. Lokakarya Nasional JejaringPengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi.Pontianak, 9 – 10 Agustus 2006. PuslitbangPeternakan, Bogor. hlm. 253 – 260.
Nuraini. I., 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Universitas Muhammadiyah, Malang. Paimin, F. B., 1999. Mengatasi Permasalahan Beternak Jangkrik. PT. Penebar
Swadaya, Jakarta. Praditya, A. A. 2003. Optimalisasi manajemen pemeliharaan jangkrik kalung padamasa pembesaran. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Praditya, A. A. 2003. Optimalisasi Manajemen Pemeliharaan Jangkrik Kalung pada Masa Pembesaran. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahmawati, Y. P. 2010. Produktivitas Usaha Budidaya Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus)(studi kasus di jawa tengah dan jawa timur). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Ross, H.H,C.A, Rosss, june and R.P. Ross. 1982. A Texbook of Entomology 4th
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ed. John willey & Sons.New York.
Soenanto, H., 1999. Kiat Sukses Beternak jangkrik. Penerbit Aneka Ilmu, Semarang. Sridadi dan Rachmanto, 1999. Teknik Beternak Jangkrik, Cara mudah dan
Menguntungkan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sukarno, H. 1999. Budidaya Jangkrik. Cetakan I. Kanisius, Yogyakarta.
Tomioka, K, T. Wakatsuki, K.Shimono and Y. Chiba. 1991. Circadian Control of hetching in the cricket, Gryllus bimaculatus, J. Insect Physiol. 37(5) : 365-371.
Udjianto,A.1999. Ruang Lingkup Budidaya Pemeliharaan jangkrik Kalung Kuning.Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor
Widyaningrum, P. 2001. Pengaruh Padat Penebaran dan Jenis Pakan terhadap
Produktivitas Tiga Spesies Jangkrik Ideal yang Dibudidayakan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Wiarto, G. 2010. http://budidaya Jangkrik. Tanggal diakses 06/02/2015. Yana, Y
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian inidilaksanakan di Perumahan de’ Gardenia, No.B19, Jln.Bunga Encole,Medan Tuntungan, Sumatera Utara dimulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015.
Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Bahan yang digunakan yaitu ternak jangkrik kalung umur 10 hari.Pakan buatan yang terdiri dari tepung jagung, tepung ikan, dedak halus dan bungkil kedelai. Daun singkong dan kol sebagai hijauan dalam bentuk segar dan diberikan secara ad libitum. Alat
(a) media tetas (b) kandang pemeliharaan
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Dimana perlakuannya adalah sebagai berikut : Po : Konsentrat (Pakan Kontrol)
P1 : Konsentrat + Daun Singkong P2 : Konsentrat + Kol
P3 : Konsentrat + Daun Singkong + Kol Banyak ulangan menurut rumus:
t ( n – 1 ) ≥ 15 4 ( n – 1 ) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19 n ≥ 4,75
Tabel 5.Susunan PerlakuanPenelitian sebagai berikut;
P0U1 P1U5 P1U1 P0U5 P2U1
P3U5 P0U4 P2U5 P3U4 P1U2
P2U3 P3U2 P3U1 P1U3 P0U2
model linier yang digunakan adalah : Yij = µ + αi + εij
Dimana :
Yij : hasil pengamatan dari perlakuan tingkat ke – i dan pada ulangan ke – j. i : perlakuan
j : ulangan
µ : nilai rata – rata
αi : pengaruh perlakuan ke – i
εij : pengaruh galat (experiment error) perlakuan ke – i dan ulangan ke – j.
Parameter Penelitian 1. Mortalitas Induk
Mortalitas total merupakan persentase jangkrik yang mati dari total jangkrik selama penelitian yaitu membagi jangkrik yang mati selama penelitian dengan jumlah individu pada awal penelitian dikali 100%.
Mortalitas (%) : Jumlah jangkrik yang mati × 100% Jumlah jangkrik pada awal penelitian 2. Lama Penetasan (hari)
Penghitungan lama penetasan dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan telur sejak mulai diinkubasi sampai menetas.
3. Produksi Telur
4. Daya Tetas Telur (%)
Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang berhasil menetas dari jumlah telur yang diinkubasi. Persentase daya tetas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Daya tetas : Jumlah telur yang menetas x 100% Jumlah telur yang diinkubasi
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan terdiri dari 20 plot, sebelum jangkrik dimasukkan, kandang dibersihkan dan didesinfaktan. Kandang harus dilengkapi dengan tempat pakan.
Penyusunan Ransum
Bahan penyusun ransun yang dugunakan terdiri atas tepung jagung, tepung ikan, dedak padi, bungkil kedelai dan daun singkong sebagai hijauan. Bahan peyusun ransum sebaiknya ditimbang terlebih dahulu sesuai komposisi ransum yang telah ditentukan dalam formulasi setiap perlakuan.
Pemeliharaan Jangkrik
Prosedur Penelitian
Penelitian pada fase reproduksi (masa bertelur) ini merupakan rangkaian penelitian dari fase pertumbuhan dengan perlakuan yang sama. Penelitian dimulai dengan pemindahan jangkrik yang sudah dewasa tubuh (berumur 45 hari) dari kandang pembesaran ke kandang indukan (kandang penelitian). Jangkrik yang dijadikan sample penelitian adalah jantan yang dipilih adalah jangkrik yang sudah mengeluarkan suara mengerik berupakan isyarat bahwa jangkrik tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk dibuahi akan mencari sumber suara dan mendekatinya dan jangkrik betina tersebut telah memiliki ovipositor. Jangkrik dipilih dalam keadaan sehat dan lengkap (tidak ada bagian tubuh
yang hilang seperti kaki, antena, dan lain-lain)(Sukarno, 1999).
Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setelah jangkrik umur 45 hari (siap kawin) yaitu 1. membagi jangkrik yang mati selama penelitian dengan jumlah individu selama
penelitian dikali 100%.
2. Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai untuk menghasilkan telur atau waktu yang dibutuhkan telur mulai diinkubasi sampai menetas. Telur – telur jangkrik dipanen dengan menyaring media telur dengan air. 3. Produksi telur dihitung dengan cara menimbang telur 100 butir kemudian dibagi
4. Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang berhasil menetas dari jumlah telur yang diinkubasi dikali 100%.
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan suhu dan kelembaban kandang
Suhu kandang selama penelitian berkisar antara 29-31 °C dengan rataan 30,84 °C dan kelembaban yang berkisar antara 68%-71% dengan rataan 69,93%.Suhu kandang dan kelembaban selama penelitian berada dalam kisaran normal. Di Indonesia, jangkrik dapat hidup dengan baik pada suhu lingkungan antara 20 – 320
Umur pencapaian dewasa jangkrik pada penelitian ini lebih cepat daripada pernyataanWidiyaningrum (2001) yaitu G. bimaculatus mencapai dewasa (imago) dan bertelur pada umur 55-60 hari. Hasil penelitian ini hampir sama dengan pendapat Rahmawati (2010) bahwa jangkrik kalung mencapai dewasa pada umur 45 hari dan bertelur pada umur 51 hari, dengan kombinasi pakan dan seks rasio yang sama menghasilkan jangkrik yang sedikit lebih dini dalam mencapai dewasa, yaitu pada C dengan kelembaban antara 65 – 85% (Sukarno, 1999).
Penampilan Reproduksi Induk Jangkrik Kalung
umur 43-45 hari dan mulai bertelur pada umur 48 hari. Hasil ini dapat disebabkan oleh perbedaan tempat asal jangkrik yang digunakan.
Mortalitas Induk
Mortalitas induk merupakan persentase jangkrik yang mati dari total jangkrik yang mati selama penelitian yaitu membagi jangkrik yang mati selama penelitian dengan jumlah individu selama penelitian dikali 100%. Rataan mortalitas induk selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6. Persentase rataan mortalitas induk jangkrik kalung (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan SD
Tabel 6. Menunjukkan bahwa hasil rataan mortalitas induk jangkrik kalung tertinggi pada perlakuan P0 (konsentrat) yaitu sebesar 16,66%, sedangkan mortalitas induk jangkrik kalung terendah terdapat pada perlakuan P3 (konsentrat + kol) yaitu sebesar 9,99%.
tingkat mortalitasnya tinggi.Paimin et al(1999) menyatakan bahwa jangkrik cenderung bersifat kanibal pada masa-masa produktif meskipun tersedia pakan yang cukup, sifat kanibalisme jangkrik sekitar 50 – 60%.
Lama Penetasan
Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai untuk menghasilkan telur atau waktu yang dibutuhkan telur mulai diinkubasi sampai menetas. Telur – telur jangkrik dipanen dengan menyaring media telur dengan air. Berikut merupakan rataan lama penetasan jangkrik kalung.
Tabel 7. Rataan lama penetasan jangkrik kalung (hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±SD**
U1 U2 U3 U4 U5
Keterangan ** = sangat nyata
Tabel 7. Menunjukkan bahwa hasil rataan lama penetasan jangkrik kalung tertinggi pada P1 (konsentrat + daun singkong) yaitu sebesar 10,80hari, sedangkan rataan lama penetasan jangkrik kalung terendah terdapat pada perlakuan P2 (konsentrat + kol) yaitu sebesar 8,20hari.
Menurut Paimin et al. (1999) Telur jangkrik lokal dialam akan menetas dalam waktu 13 – 14 hari, sedangkan pada spesies Gryllus bimaculatus telur akan menetas pada hari ke 10 – 12 (Tamioka et al., 1991). Telur – telur jangkrik tidak menetas secara bersamaan, menurut Sridadi dan rachmanto (1999), keragaman lama penetasan ini dikarenakan peletakan telur oleh induk dilakukan secara bertahap.
Produksi telur
Produksi telur (butir/ekor) ditentukan dari jumlah telur hasil pemanenan pada setiap perlakuan dibagi dengan jumlah induk betina dalam perlakuan. Produksi telur dihitung dengan cara menimbang telur 100 butir kemudian dibagi dengan berat telur secara keseluruhan dikali 100. Adapun rataan produksi telur jangkrik kalung dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan produksi telur jangkrik kalung (butir/hari)
Perlakuan Ulangan Total Rataan±SD**
U1 U2 U3 U4 U5 Keterangan ** = sangat nyata
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa kombinasi pakan selama penelitian menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap produksi telur. Hal ini diduga karena protein pada daun singkong lebih tinggi dari pada kol. Keadaan ini mengindikasikan bahwa jangkrik yang sedang berproduksi membutuhkan protein lebih banyak untuk meningkatkan produksi telur jangkrik tersebut.
Daya tetas
Penghitungan daya tetas dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang berhasil menetas dari jumlah telur yang diinkubasi, dengan cara menghitung telur yang menetas dibagi dengan jumlah telur yang diinkubasi dikali 100%.
Tabel 9. Rataan persentase daya tetas telur jangkrik kalung setelah (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan SD
Tabel 9. Menunjukkan bahwa hasil rataan daya tetas jangkrik kalung tertinggi pada perlakuan P3 (konsentrat + daun singkong + kol) yaitu sebesar 44,8%, sedangkan rataan daya tetas jangkrik kalung terendah terdapat pada perlakuan P2 (konsentrat + kol) yaitu sebesar 21%.
memungkinkan pejantan untuk membuahi telur. Jangkrik memiliki kemampuan bertelur tanpa dibuahi pejantan namun telur – telur yang dihasilkan tidak fertil.
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Tabel 10. Rekapitulasi Data daya tetas jangkrik Perlakuan Mortalitas P0 16,66±5,89 10,20±0,47c 170,28±83,72a 42,60±12,42c P1 14,99±6,97 10,80±0,47c 424,32±78,60c 34,80±14,49 P2
b 14,98±6,97 8,20±0,44a 286,64±78,61b 21,00±7,77 P3
a 9,99±3,27 9,20±0,44b 438,24±132,48d 44,80±13,51c
Berdasarkan hasil rekapitukasi pada Tabel 10. Diperoleh bahwa pemberian
konsentrat dengan daun singkong (Manihot utilissima) dan kol (Brassica oleraceae L) dapat meningkatkan daya tetas, produksi telur dan menurunkan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrat dengan daun singkong (Manihot utilissima) dan kol (Brassica oleraceae L) dapat meningkatkan daya tetas, produksi telur dan menurunkan mortalitas induk serta mempercepat waktu penetasan terhadap jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus).
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik
Jangkrik merupakan serangga atau insekta berukuran kecil sampai besar yang berkerabat dekat dengan belalang dan kecoa karena diklasifikasikan ke dalam ordo Orthoptera. Jangkrik juga merupakan hewan yang aktif pada malam hari dan berdarah
dingin. Klasifikasi jangkrik adalah filum Arthopoda, kelas Hexapoda (Insecta), ordo Orthoptera, sub ordo Ensifera, famili Gryllidae (Jangkrik), sub famili
Gryllinae(Jangkrik lapang/rumah), genus Gryllus, spesies Gryllus bimaculatus
(Jangkrik Kalung), Gryllus mitratus (Jangkrik Cliring) dan Gryllus testaceus (Jangkrik Cendawang) (Sukarno, 1999).
Morfologi tubuh jangkrik Kalung sama dengan jangkrik-jangkrik pada umumnya yaitu terdiri atas tiga bagian utama kepala, toraks (dada) dan abdomen (perut) serta setiap spesies jangkrik memiliki ukuran dan warna yang beragam (Borror et al., 1992).
Perkembangbiakan Jangkrik
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik
dewasa(imago) yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap (Borror et al., 1992).
Jangkrik dapat ditemui hampir disemua tempat, terutama pada daerah dengan dikisaran suhu 20 – 32o
Menurut Youdeowei (1974),sistem reproduksi serangga betina terdiri atas sepasang ovarium yang berwarna krem dan sepasang ovarial, terletak di punggung bagian tengan diatas saluran pencernaan. Jangkrik betina memiliki ovipositor sebagai
C dengan kelembaban 65 – 85%, bertanah gembur atau berpasir serta memiliki banyak tumbuhan semak belukar (Sukarno, 1999).
Jankrik dewasa siap kawin pada usia ± 45 hari yang ditandai dengan telah lenyapnya sayap. Jangkrik jantan akan ngengkrik dengan suara nyaring yang merupakan isyarat bahwa jangkrik tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk dibuahi dan mengetahui isyarat tersebut akan mencari sumber suara dan mendekatinya. Dalam melakukan perkawinan, jangkrik jantan akan mengambil posisi dibawah dan jangkrik betina diatas. Setelah terjadi pembuahan, tujuh hari kemudian telur – telur didalam perut jangkrik betina telah tua dan jangkrik telah siap bertelur (Sukarno, 1999).
alat kelamin luar. Ovipositor brbentuk silindris dan meruncing seperti jarum dan berperan sebagai saluran untuk mengeluarkan telur(Ros et al.,1982).
Jangkrik jantan memiliki sepasang testis berwarna putih krem yang terletak di atas saluran pencernaan. Masing-masing testis terdiri dari beberapa folikel yang berhubungan tipis memanjang ke belakang sampai mencapai saluran ejakulator. Sepasang kelenjar asesori yang terdiri dari seminali vesicle dan pembuluh yang berbelit cukup panjang terdapat di atas saluran ejakulator (Youdeowai, 1974). Alat genital jantan disebut clasper yang berfungsi sebagai alat kopulasi yang memindahkan sperma ke saluran alat genital betina (Budi, 1999).
Hasil penelitian Widyaningrum (2001) menyatakan bahwa perbandinganjantan dan betina yang baik dalam budidaya indukan adalah 1:5. Jumlah indukanbetina yang terlalu banyak akan berakibat telur yang dihasilkan infertil akibat tidakdibuahi.
Sridadi dan Rachmanto (1999) menyatakan bahwa tanda-tanda jangkrik telah birahi adalah bulu punggung tampak mengkilat dan ovipositor pada betina telah panjang, kaku, berwarna hitam dan ujung abdomen sebelah bawah telah berbentuk seperti kantong. Jangkrik jantan yang siap kawin memiliki tanda-tanda sayapnya sudah lengkap, sudah mengerik, suaranya keras dan gerakannya lincah, seekor jangkrik betina mampu melakukan perkawinan hingga beberapa kali(multiple mating) dengan jantan yang berbeda – beda dengan jantan dalam spesiesnya (Sukarno, 1999).
meletakkan telurnya. Pada spesies Gryllus bimaculatustelur akan menetas pada hari ke 10 -12 setelah ditelurkan (Tomioka et al., 1991).
Menurut Widyaningrum (2001) telur yang berkualitas baik memiliki daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan yang berkualitas rendah daya tetasnya di bawah 50%. Induk dapat memproduksi telur dan daya tetasnya tinggi ± 80-90 %. Apabila diberikan makanan yang begizi tinggisetiap peternak mempunyai ramuan - ramuan yang khususdiberikan pada induk jangkrik antara lain bekatul jagung, tepung ikan, kuning telur bebek (Wiarto,2010).
Pakan ternak jangkrik
Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan jangkrik secaraintensif. Dilihat dari kehidupan jangkrik di alam,komposisi pakan sayuran/nabati lebihbanyak dari pada hewani. Untuk pakan pada temak jangkrik budidaya dapat dibagi atas duajenis yaitu pakan kering dan pakan basah (Udjianto, 1999).
konsentrat
Jangkrik juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat selain pakan hijauanyang berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan. Jangkrik yang diberi pakan buatandapat tumbuh lebih cepat dibandingkan jangkrik yang diberi tumbuh-tumbuhan saja(Praditya, 2003). Jangkrik yang diberi pakantambahan pada kadar protein 20%-22% berproduksi lebih baik daripada yang diberipakan tambahan pada kadar protein 16%-18%(Lumowo,2001).
Dedak Halus
Tabel 1. Kandungan nutrisi dedak padi (Bahan Kering) Sumber: Hartadi et al(1997).
Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai mengandung protein dan kaya akan lisin tetapi metioninnya rendah. Ketersediaan bungkil kedelai di Indonesia memang tidak ada, umumnya diimpor dari beberapa negara seperti Amerika dan India. Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan nutrisi bungkil kedelai (Bahan Kering)
Nutrisi Kandungan
Sumber: Hartadi et al (1997). Tepung Ikan
dalam tepung ikan tersusun oleh asam amino esensial yang kompleksdiantaranya asam amino lisin dan methionin, serta mengandung mineral kalsium,fospor,vitamin B kompleks khususnya vitamin B12 dan asam lemak esensial dariomega-3 HUFA (higher unsaturated fatty acid).Hartadi et al. (1997) melaporkan kandungan tepung ikan adalah sebagai berikut: energy metabolisme sebesar 2820 Kkal/kg, protein 52,6%, lemak 6,8%, serat kasar 2,2%, kalsium 5,11% dan phosphor 2,88%. kandungan nutrisi tepung ikan yaitu bahan kering sebesar 92%, protein kasar 61%, lemak 10%, serat kasar 0,5%, Kalsium 1,23% dan Phospor 1,63%.Tepung ikan yang bermutu baik kandungan protein 60 - 70%, lemak 6 – 14 %, kadar air 4 – 12%, dan kadar abu 6 – 18% (Murtidjo,2001).
Tepung Jagung
Penggunaan limbah tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil limbah tanaman jagung ini cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Di daerah Indonesia bagian Timur, jerami jagungselain diberikan dalam bentuk segar, dapat dikeringkanatau diolah menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dandisimpan untuk cadangan pakan ternak (Nuliket al.,2006).
Daun singkong merupakan salah satu pakan yang disukai jangkrik. Kelebihan yang dimiliki daun singkong adalah kandungan air yang relatif rendah jika
dibandingkan dengan pakan sayuran jangkrik lainnya. Kandungan air yang tidak terlalu tinggi ini dapat mengurangi kemungkinan jangkrik terkena diare. Ditinjau dari segi nutrisi, kandungan zat gizidaun singkong lebih baik daripada rumput gajah, bahwa daun singkong mengandung protein, lemak, kalsium dan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumput gajah yang dipotong pada umur ± 40 hari. Kandungan protein daun singkong umumnya berkisar antara 20 -36% dari bahan kering . Kisaran ini disebabkan perbedaan varietas, kesuburan tanah dan komposisi campuran daun dan tangkai daun. Dilihat dari tingginya kandungan proteinkasar, daun singkong termasuk pakan sumberprotein.Disamping itu daun singkong mengandungprovitamin A yang cukup tinggi (Jalaludin dan Saw Yin,1972).
Berdasarkan Mansy (2002), pemberian kombinasi konsentrat dan daun singkong pada jangkrik lokal maupun menghasilkan produktivitas yang cukup baik. Kandungan nutrisi daun singkong dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kandungan nutrisi daun singkong (Bahan Kering)
Nutrisi Kandungan
mengandung air sebagai pengganti air minum seperti sawi, kubis, bayam, kangkung, daun singkong dan lain-lain. Kekurangan air dalam tubuh hewan akan mengurangi nafsu makan dan feed intake. Jangkrik lebih memilih mengkonsumsi air yang terkandung dalam sayuran (Tillman et al., 1991).
Kol (Brassica oleraceae L)
Kol atau yang disebut juga dengan kubis, merupakan salah satu sayuran yang banyak ditemukan di Indonesia.Kol termasuk jenis capitata, yaitu sayuran yang memanfaatkan daunnya yang membentuk bulat padat. Sayuran kol sendiri merupakan sayuran yang berasal dari wilayah Eropa yang sudah tersebar luas di berbagai belahan bumi. Sekitar empat ratus jenis varietas kol dibudidayakan di seluruh dunia.Kandungan yang terdapat pada kol adalah sebagai berikut :Vitamin A, vitamin Bkompleks, zat besi, kalium, ripoflavindan asam folat(Yana, 2014). Kandungan nutrisi kol dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan nutrisikol (Bahan Kering)
Nutrisi Kandungan
Protein Kasar (%) 1,7
Serat Kasar (%) 0,9
Lemak Kasar (%) 0,2
Kalsium (%) 64
Posphor(%) 26
Mortalitas Induk
Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Mortalitas dapat disebabkan oleh kesalahan dalam pemeliharaan (Tim PPPI, 1999).
Kanibalisme dapat terjadi apabila dalam suatu populasi terdapat jangkrik yang kuat (besar) dan ada yang lemah (kecil). Jangkrik yang kuat dan besar biasanya memangsa yang lemah (Paimin,1999).
Lama Penetasan
Lama penetasan ditentukan atas dasar berapa lama waktu yang dapat dicapai untuk menghasilkan telur. Telur – telur jangkrik dipanen dengan cara menyaring media telur dengan air (Maharani, 2004).
Produksi Telur
Menurut Widiyaningrum (2001). Produksi telur (butir/ekor/hari) yang ditentukan dari jumlah telur hasil pemanenan pada setiap perlakuan dibagi dengan banyaknya jumlah induk betina per perlakuan kemudian dilakukan perhitungan kumulatif sampai akhir masa produksi (Maharani, 2004).
Daya Tetas Telur
PENDAHULUAN
Latar belakang
Perkembangan budidaya jangkrik di berbagai wilayah di Indonesia dewasa ini skalanya cukup besar, begitu juga dengan seminar-seminar tentang budidaya jangkrik yang banyak diadakan di berbagai kota. Budidaya jangkrik banyak dilakukan mengingat waktu yang dibutuhkan untuk produksi telur yang akan diperdagangkan hanya memerlukan waktu ± 2-4 minggu, Sedangkan untuk produksi jangkrik untuk pakan ikan dan burung maupun untuk diambil tepungnya, hanya memerlukan 2- 3bulan. Dalam siklus hidupnya jangkrik betina mampu memproduksi lebih dari 500 butir telurjangkrik kalung memiliki siklus hidup sampai 75-78 hari (Widiyaningrum, 2001).
Jangkrik salah satu komoditi pertanian berpeluang bisnis yang sangat menjanjikan karena jangkrik selain banyak digunakan sebagai pakan burung ocehan, ayam bekisar, ikan arwana maupun ikan Oscar serta digunakan sebagai bahan kosmetik, sehingga dengan adanya pembudidayaan jangkrik diharapkan dapat mencegah kepunahan jangkrik di alam bebas dan secara ekonomis dapat mendatangkan keuntungan.
Pemberian pakan buatan (konsentrat) biasanya diberikan untuk jangkrik yang
diternakkan terutama pada masa pembesaran yakni 10 hari setelah telur menetas (Sridadi
dan Rachmanto, 1999). Tujuan pemberian konsentrat adalah untuk mempercepat
pertumbuhan, gerakan menjadi lincah, nimfa menjadi tidak lunak, serta tidak mudah mati,
bahwa jangkrik yang diberi pakan buatan dengan kadar protein 20%-22% lebih baik
produksinya daripada jangkrik yang diberi pakan dengan kadar protein 16%-18%
(Lumowo ,2001).
Jangkrik juga memiliki mortalitas yang cukup tinggi karena rentan terhadap penyakit, gangguan predator dan kanibalisme, terutama jika persediaan pakan tidak mencukupi.Aryani (2002) menyatakan bahwa jangkrik kalung berperilaku sangat agresif dan cenderung suka berkelahi sehingga tingkat mortalitasnya tinggi. Penyakit yang sering terdapat pada jangkrik adalah diare. Penyakit ini dapat disebabkan oleh pemberian hijauan yang berkadar air terlalu tinggi, lingkungan kandang yang kotor, seperti pakan yang tidak bersih. (Paimin, 1999).
Jangkrik kalung memiliki siklus hidup pendek, daya tetas telur tinggi, pertumbuhan cepat dan konversi pakan rendah, serta memiliki kulit tubuh lebih lunak sehingga lebih disukai burung dan satwa pemakan serangga lainnya. Pembawaan dari spesies jangkrik ini tenang, tidak nervous, kerikannya nyaring, lebih agresif dari spesies lainnya dan suka berkelahi sehingga dikenal sebagai jangkrik aduan (Widiyaningrum, 2001).
gembur/berpasir. Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering atau bongkahan tanah (Sukarno, 1999).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pemberian konsentrat denganpakan sayuran(daunsingkong (Manihotutilissima) dankol(Brassica oleraceae L)) terhadap mortalitas induk, lama penetasan, produksi telur dan dayatetasterhadap
jangkrik kalung(Gryllus bimaculatus).
Hipotesis
Efek pemberian konsentrat denganpakan sayuran (daun singkong(Manihotutilissima) dan kol (Brassica oleraceae L))berpengaruh positif terhadap daya tetas jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus).
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peternak dalam pemberian konsentrat denganpakan sayuran (daun singkong(Manihotutilissima) dan kol (Brassica oleraceae L))terhadapdaya tetasjangkrik kalung(Gryllus bimaculatus).Sebagai bahan pemikiran terhadap usaha pengembangbiakan ternak
ABSTRAK
JUNI EVALINDA HASIBUAN. 2015. Efek Pemberian Konsentrat dengan Pakan Sayuran (Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Kol (Brassica oleraceae L) terhadap Daya Tetas Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus).Dibimbing olehTRI HESTI WAHYUNI dan SAYED UMAR.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui efek dari pemberian konsentrat dengan pakan sayuran terhadap daya tetas jangkrik (Gryllus bimaculatus). Penampilan reproduksi yang dikaji adalah mortalitas induk,produksi telur, lama penetasan, dan daya tetas telur. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan de’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 12 jangkrik kalung (10 betina dan 2 jantan). Perlakuan terdiri atas P0 (konsentrat), P1(konsentrat + daun singkong), P2 (konsentrat + kol) dan P3(konsentrat + daun singkong + kol).
Hasil penelitian menunjukkan rataan mortalitas induk setelah dilogaritma ; (1,19; 1,13; 1,16 dan 0,92) dan daya tetas; (1,61; 1,50; 1,29 dan 1,63), sedangkan rataan persentase lama penetasan (hari); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20) dan produksi telur (butir/hari); (170,28; 424,32; 286,64 dan 438,24).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap mortalitas induk, namun memberikan pengaruh daya tetas, produksi telur dan lama penetasan pada jangkrik kalung. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa pemberian konsentrat dengan pakan sayuran (daun singkong (Manihot utilissima) dan kol (Brassica oleraceae L) dapat meningkatkan daya tetas, produksi telur dan menurunkan angka mortalitas induk dan mempercepat waktu penetasan pada jangkrik kalung.
ABSTRACT
JUNI EVALINDA HASIBUAN.2015 :GivingeffectFeedConcentratewithVegetables (Cassava leaves (Manihot utilissima)
and cabbage (Brasica oleraceae L) againsthatchabilitycicada (Gryllus bimaculatus), under supervised by TRI HESTI WAHYUNI and SAYED UMAR.
the purpose ofthis study wasto assessanddeterminethe effectofgivingconcentratetofeedvegetablesagainsthatchabilitycrickets (Gryllus bimaculatus). Reproductive performancearediscussedisparentmortality, longhatching, egg productionandhatchability. The research was conducted at Housingde’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. The research used completely rendomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Each replications consists of 12 weaning gryllus bimaculatus. P0 =(concentrate), P1= (concentrate + cassava leaves), P2= (concentrate + cabbage), P3 =(concentrate + cassava leaves + cabbage).
The results showed thatthe average of mortality once in logarithm; (1,19; 1,13; 1,16 and 0,92, respectively) and The average of hatchability; (1,61; 1,50; 1,29 and1,63, respectively), while the average percentage of long hatching (day); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20, respectively). The average of egg production (grain/day); (170,28; 424,32; 286,64 and 438,24, respectively). The results showed that the treatments were higlysignificant effect (P<0,01) on parent mortalitiy, provides for egg production, hatchability and long hatching. The conclusion of this research that giving effect concentrate with vegetables (cassava leaves (Manihot utilissima) and cabbage (Brassica oleraceae) can improve hatchability, egg production and reduce parent mortality and accelerate time to hatching in grllus bimaculatus.
EFEK PEMBERIAN KONSENTRAT DENGANPAKAN
SAYURAN (DAUN SINGKONG (Manihot utilissima) DAN
KOL (Brassica oleraceae L))TERHADAP DAYA TETAS
JANGKRIK KALUNG(Gryllus bimaculatus)
SKRIPSI
Oleh:
JUNI EVALINDA HASIBUAN 110306017
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EFEK PEMBERIAN KONSENTRAT DENGANPAKAN
SAYURAN (DAUN SINGKONG (Manihot utilissima) DAN
KOL (Brassica oleraceae L))TERHADAP DAYA TETAS
JANGKRIK KALUNG(Gryllus bimaculatus)
SKRIPSI
Oleh :
JUNI EVALINDA HASIBUAN 110306017
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperolehgelar sarjana di
Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Efek Pemberian Konsentrat dengan Pakan Sayuran
(DaunSingkong (Manihot utilissimadan Kol (Brassicaoleraceae L)) Terhadap Daya Tetas Jangkrik
Kalung (Gryllus bimaculatus) Nama : Juni Evalinda Hasibuan
NIM : 110306017
Program Studi : Peternakan
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Usman Budi, S.Pt. M.Si Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S
Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ma’ruf Tafsin, M.Si Ketua Program Studi Peternakan
ABSTRAK
JUNI EVALINDA HASIBUAN. 2015. Efek Pemberian Konsentrat dengan Pakan Sayuran (Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Kol (Brassica oleraceae L) terhadap Daya Tetas Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus).Dibimbing olehTRI HESTI WAHYUNI dan SAYED UMAR.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengetahui efek dari pemberian konsentrat dengan pakan sayuran terhadap daya tetas jangkrik (Gryllus bimaculatus). Penampilan reproduksi yang dikaji adalah mortalitas induk,produksi telur, lama penetasan, dan daya tetas telur. Penelitian ini dilaksanakan di Perumahan de’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 12 jangkrik kalung (10 betina dan 2 jantan). Perlakuan terdiri atas P0 (konsentrat), P1(konsentrat + daun singkong), P2 (konsentrat + kol) dan P3(konsentrat + daun singkong + kol).
Hasil penelitian menunjukkan rataan mortalitas induk setelah dilogaritma ; (1,19; 1,13; 1,16 dan 0,92) dan daya tetas; (1,61; 1,50; 1,29 dan 1,63), sedangkan rataan persentase lama penetasan (hari); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20) dan produksi telur (butir/hari); (170,28; 424,32; 286,64 dan 438,24).Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap mortalitas induk, namun memberikan pengaruh daya tetas, produksi telur dan lama penetasan pada jangkrik kalung. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa pemberian konsentrat dengan pakan sayuran (daun singkong (Manihot utilissima) dan kol (Brassica oleraceae L) dapat meningkatkan daya tetas, produksi telur dan menurunkan angka mortalitas induk dan mempercepat waktu penetasan pada jangkrik kalung.
ABSTRACT
JUNI EVALINDA HASIBUAN.2015 :GivingeffectFeedConcentratewithVegetables (Cassava leaves (Manihot utilissima)
and cabbage (Brasica oleraceae L) againsthatchabilitycicada (Gryllus bimaculatus), under supervised by TRI HESTI WAHYUNI and SAYED UMAR.
the purpose ofthis study wasto assessanddeterminethe effectofgivingconcentratetofeedvegetablesagainsthatchabilitycrickets (Gryllus bimaculatus). Reproductive performancearediscussedisparentmortality, longhatching, egg productionandhatchability. The research was conducted at Housingde’ Gardenia, No.B19, Jln. Bunga Encole, Medan Tuntungan, Sumatera Utara. The research used completely rendomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. Each replications consists of 12 weaning gryllus bimaculatus. P0 =(concentrate), P1= (concentrate + cassava leaves), P2= (concentrate + cabbage), P3 =(concentrate + cassava leaves + cabbage).
The results showed thatthe average of mortality once in logarithm; (1,19; 1,13; 1,16 and 0,92, respectively) and The average of hatchability; (1,61; 1,50; 1,29 and1,63, respectively), while the average percentage of long hatching (day); (10,20; 10,80; 8,20 dan 9,20, respectively). The average of egg production (grain/day); (170,28; 424,32; 286,64 and 438,24, respectively). The results showed that the treatments were higlysignificant effect (P<0,01) on parent mortalitiy, provides for egg production, hatchability and long hatching. The conclusion of this research that giving effect concentrate with vegetables (cassava leaves (Manihot utilissima) and cabbage (Brassica oleraceae) can improve hatchability, egg production and reduce parent mortality and accelerate time to hatching in grllus bimaculatus.
RIWAYAT HIDUP
Juni Evalinda Hasibuan, dilahirkaan di Desa panggulangan, Kecamatan Abgkola Timur.Kabubaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, tanggal 03 Juni 1993, merupakan anak ketiga dari enam bersaudara, anak dari Bapak Jurman Hsb dan Ibu Juita Harahap.
Masuk SMK PPN Tapsel pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama memasuki perguruan tinggi pada program studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN-tertulis.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efek Pemberian Konsentrat dengan Pakan Sayuran (Daun Singkong (Manihot utilissima) dan Kol (Brassica oleraceae L))terhadap Daya Tetas Jangkrik Kalung
(Gryllus bimaculatus)”.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua saya atasdoa, didikan, dukungan serta pengorbanan baik itu moral maupun materil yang telah diberikan selama ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir Tri Hesti Wahyuni, M.Scselaku ketua komisi pembimbing dan Prof. Dr. Ir. Sayed Umar, M.S selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Klasifikasi dan Morfologi Jangkrik ... 4Perkembangbiakan Jangkrik ... ... 5
Produksi Telur ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 18
Persiapan Kandang dan Peralatannya ... 18
Penyusunan Ransum ... 18
Pemeliharaan Jangkrik. ... 18
Prosedur Penelitian... 19
Pengambilan Data. ... 19
Analisa Data ... 20
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Suhu dan Kelembaban Kandang ... 21
Penampilan Reproduksi Induk Jangkrik Kalun ... 21
Mortalitas Induk ... 22
Lama Penetasan ... 23
Produksi Telur ... 24
Daya Tetas ... 25
Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. ... 27
Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 28
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Kandungan nutrisi dedak padi ... 9
2. Kandungan nutrisi bungkil kedelai . ... 9
3. Kandungan nutrisi daun singkong ... 11
4. Kandungan nutrisi kol ... . 12
5. Susunanperlakuan penelitian ... 16
6. Rataan persentase mortalitas induk jangkrik kalung ... 22
7. Rataan lama penetasan jangkrik kalung (hari) . ... 23
8. Rataan produksi telur jangkrik kalung (butir/ekor) ... 24
9. Rataan persentase daya tetas jangkrik kalung ... 25
DAFTAR LAMPIRAN
No hal.
1. Rataan persentase mortalitas induk ... 31
2. Rataan mortalitas induk setelah dilogaritma ... 31
3. Rataan lama penetasan... 32
4. Rataan produksi telur ... 32
5. Rataan persentase daya tetas telur . ... 33
6. Rataan daya tetas telur setelah dilogaritma. ... 33
7. Rekapitulasi data daya tetas jangkrik ... 34
8. Uji lanjut Duncan lama penetasan. ... 34
9. Uji lanjut Duncan produksi telur. ... 34
10. Uji lanjut Duncan daya tetas. ... 34
11. Grafik mortalitas induk. ... 35
12. Grafik lama penetasan ... 35
13. Grafik produksi telur ... . 36
14. Grafik daya tetas telur ... . 36
15. Suhu dan kelembaban selama penelitian... 37