• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Pustaka

Dari hasil penelusuran sumber dari beberapa perpustakaan baik online maupun secara langsung, ditemukan tulisan mengenai penulisan topik yang hampir sama dengan pembahasan dalam skripsi ini diantaranya desertasi yang ditulis oleh Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi

pemikiran Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba (1907-1983). 12Kajian tasawuf

hampir sama dengan topik yang akan ditulis, namun pada tulisan Misri A. Muchsin lebih fokus pada tasawuf saja. Dalam tulisannya juga mengambil dari tokoh dari Aceh yaitu Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba, dimana dalam karya A. Muchsin ini menerangkan bagaimana tasawuf dapat memunculkan ilmu tarekat yang terbagi dalam beberapa macam. Mengenai tasawuf yang

11Esoterik: Jurnal Akhlak Tasawuf Vol 2 Nomor 1 2016 hal. 147

12Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi pemikiran Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba (1907-1983).

9

akan diterangkan pada skripsi ini hanya sedikit gambaran mengenai pemikiran Aboebakar Aceh tentang islam yang sering membahas mengenai ilmu taswuf dan sufisme meskipun banyak karya beliau yang lain berkaitan dengan masalah keislaman.

Sumber data kedua diambil dari karya-karya Aboebakar Atjeh mengenai tulisanya berkaitan dengan keislaman seperti buku yang berjudul Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia Karya Aboebakar Atjeh. Buku ini diterbitkan oleh Ramdhani Solo pada cetakan pertama Tahun 1971. Isi dari buku ini menceritakan tentng bagaimana Islam masuk ke Indonesia dari awal mula munculnya ajaran Islam di kawasan ujung pulau Sumatera, Perlak dan Pasai. Dalam tulisannya ini pula diterangkan perbandingan sumber sejarah dari barat serta sumber dari timur untuk membandingkan bagaimana penulisan sejarah oleh orang barat dan bagaimana pula penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang timur. Buku ini juga membahas mengenai madzhab pertama yang muncul dikawasan Aceh seperti syiah dan madzhab Syafi’i.

Karya Aboebakar Atjeh lainnya yang membahas tentang masalah keislaman yaitu Pengantar Ilmu Tarekat dan Tasawuf (uraian tentang mistik) diterbitkan pada tahun 1966, cetakan yang kedua, penerbit FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan Jakarta. Pada buku ini dibahas hal berkaitan dengan masalah ajaran tasawuf yang sering disebut pula sebagai ajaran tentang mistik. Cukup banyak yang dibahas dalam buku ini mengenai tarekat, sufi, serta macam ajaran tarekat yang ada. Pengertian sufi menurut buku karangan

10

Aboebakar, sufi adalah Golongan yang mementingkan kebersihan hidup batin, baik bagi orang-orangnya yang dinamakan orang-orang Sufi, nama ilmunya disebut Tasawwuf.13

Dalam Desertasi Misri A. Muchsin, dengan judul Tasawuf di Aceh Abad XX studi pemikiran Teuku Haji Abdullah Ujong Rimba (1907-1983), dibahas mengenai pemikiran tasawuf pula yang membahas bagaimana tasawuf berkembang di Aceh dengan masyarakatnya yang sangat kental dengan ajaran islam. Hal itu mencerminkan budaya orang aceh yang cukup kuat untuk menanamkan nilai-nilai dari ajaran tasawuf dalam masyarakatnya. Kaitannya dengan karya Aboebakar Atjeh mengenai Tarekat dan tasawuf adalah bagaimana tidak mungkin tulisan Aboebakar Atjeh banyak membahas tentang ajaran sufi, tasawuf dan tarekat. Disamping latar belakang keluarga yang agamis, lingkungan hidupnya pula juga dapat mempengaruhi pemikiran beliau untuk mengkaji ilmu tarekat dan tasawuf. Dalam desertasi tersebut banyak membahas juga tentang perkembangan tasawuf di Aceh pada abad XX. Mengenai isi pembahasan tentang tasawuf hampir sama dengan skripsi ini namun menurut perspektif yang berbeda dari Aboebakar Atjeh, mengenai bagaimana corak pemikiran mereka sehingga dapat menarik untuk dikaji.

Melihat karya lain dari skripsi mengenai Wahdatul Wujud yang ditulis oleh uswatun khasanah, mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Dalam

13 Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat (Jakarta: FA. H. M. TAWI & SON BAG. Penerbitan, 1966) Hal.8

11

tulisannya dapat dilihat ajaran Ibn Arabi yang merupakan ulama sufi namun memiliki pemikiran cukup mendalam hingga dianggap sebagai keyakinannya merupakan aliran sesat dengan menganggap masalah fiqh dimasukkan kedalam ilmu tasawuf dan melontarkan pengertian tentang fiqh tidak seperti yang dimaksudkan oleh ajaran fiqh. Wahdatul Wujud merupakan suatu konsep yang dikenalkan Ibn Arabi melalui ilmu tasawuf dengan pemikiran falsafinya, dimana dalam konsep Wahdatul Wujud atau Wujudiyah Ibn Arabi dan murid-muridnya berusaha menggambarkan tentang realitas Tuhan sebagai wujud mutlak dari semua yang ada. Ibn Arbi merupakan seorang sufi yang mencapai tingkatan puncak hingga dalam ajaran wahdatul wujudnya ia mengungkapkan wujud Tuhan dengan memaknainya menggunakan ilmu tasawuf yang diamalkannya sampai tingkatan puncak, hal itu mempengaruhi para ahli tasawuf setelahnya hingga muncul ajaran islam kejawen pemikiran beliau yang mengatakan bahwa manusia dapat menyatu dengan tuhan menjadi satu kajian yang menarik hingga ada sebuah karya dari Aboebakar yang berjudul Wasiat Ibn Arabi. 14

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yaitu dimulai pengumpulan sumber (heuristik) mencari dan

14 Uswatun Khasanah, Konsep Wadatul Wujud Ibn Arabi dan Manunggaling Kawulo Gusti Ranggawarsita, (Semarang: UIN Walisongo.2015)Hal.156

12

mengumpulkan sumber sebagian besar dilakukan melalui kegiatan bibliografis. Laboratorium penelitian bagi seorang sejarawan adalah perpustakaan, dan alatnya yang paling bermanfaat adalah katalog. Disaat sekarang kerja heuristik sudah diatur sedemikian rupa, sehingga tidak lagi menyusahkan sejarawan. Koleksi bibliografis sudah dikembangkan sedemikian profesional, sehingga usaha pencarian buku sumber dipermudah dan dipercepat.15 Melihat dari buku karya A.Daliman yang dimaksudkan dipermudah dalam menemukan koleksi bibliografias ialah dengan kemajuan teknologi dan pola pikir manusia kini mencari bibliografi atau sumber-sumber sejarah bisa lebih mudah dilihat dari banyak perpustakan yang mendukung keberadaan sumber, media massa yang kini sudah dibuat sedemikian rupa dengan mengumpulkan kembali pecahan sumber yang mampu diakses melalui smartphone maupun media lain. Dibalik hal itu kini banyak masyarakat yang mulai menyadari akan pentingnya sebuah dokumen baik resmi maupun dokumen pribadi. Selain itu penelitian sejarah telah diolah menjadi suatu hal menarik yang dapat dijadikan pendukung untuk membangun potensi pada daerah tertentu ataupun mengangkat peran suatu tokoh di masa lalu.

Pada penelitian ini sumber yang di ambil adalah buku-buku tentang karya Aboebakar Atjeh sebagai sumber utama serta beberapa buku sumber lainnya melalui penelusuran pustaka. Berikut metode dalam penelitian sejarah:

13 1. Heuristik

Menurut terminologinya heuristik dari bahasa Yunani heuristiken yaitu mengumpulkan atau menemukan sumber. Proses heuristik memiliki beberapa pengelompokan jenis sumber seperti sumber umum dan sumber khusus. Sumber sejarah bersifat umum dapat diggunakan sebagai sumber bagi hampir setiap cabang ilmu sejarah. Sedangkan sumber sejarah yang bersifat khusus hanya dapat digunakan untuk salah satu cabang ilmu sejarah saja.16 Sumber primer atau sumber khusus dalam penelitian ini adalah berupa karya-karya Aboebakar Atjeh. Buku Aboebakar yang mejadi sumber primer pada penelitian ini antara lain bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Tarekat, Wasiat Ibn Arabi, Selain sumber primer adapula sumber sekunder yang sesuai dengan masalah yang diteliti, sumber sekunder yang penulis gunakan diantaranya yaitu, karya Aboebakar ASWAJA, Perbandingan Fiqh Lima Madzhab, Skripsi Wahdatul Wujud, Desertasi Pemikiran Tasawuf di Ujong Rimba, Metode Penelitian Sejarah serta buku lain berkaitan dengan topik penelitian ini. Penulis juga mengadakan penelitian lapangan di berbagai perpustakaan, seperti: Perpustakaan Jurusan SPI IAIN Salatiga, Perpustakaan IAIN Salatiga, Perpustakaan Daerah Kota Salatiga, Badan Arsip Daerah Kota Yogyakarta, Perpustakaan Provinsi Yogjakarta, Perpustakaan UIN Yogjakarta serta Perpustakaan Boyolali. Sumber khusus dan sumber

14

umum dalam penelitian ini cukup banyak namun lebih fokus kepada karya Aboebakar tentang Islam. Untuk langkah selanjutnya dalam metode penelitian sejarah adalah kritik sumber.

2. Kritik sumber (verifikasi)

Kritik sumber merupakan langkah yang dilakukan untuk menguji kebenaran melalui proses validasi terhadap fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah. Dengan demikian melalui kritik sumber diinginkan agar data-data sejarah yang diberikan oleh informan hendak diuji terlebih dahulu validitas dan rehabilitasnya, sehingga semua data itu sesuai dengan fakta-fakta sejarah yang sesungguhnya.17 Guna mendapatkan fakta-fakta sejarah yang cukup dalam tahap kedua ini dibagi menjadi:

a. Kritik Ekstern

Kritik ekstern adalah usaha mendapatkan otentisitas sumber dengan melakukan penelitian fisik terhadap suatu sumber.

b. Kritik Intern

Kritik intern adalah kritik yang mengacu pada kredibilitas sumber, artinya apakah isi dokumen ini terpercaya, tidak dimanipulasi, mengandung bias, dikecohkan, dan lain-lain. Kritik intern ditujukan untuk memahami isi teks.18

17 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.66

15

Kritik intern hanya dapat diterapkan apabila kita sedang menghadapi penulisan di dalam dokumen-dokumen atau di dalam inskripsi pada monumen-monumen, mata uang, medali, atau stempel. Dokumen dapat dikatakan dengan usaha paling sedikit mengenai imajinasi, untuk mengucapkan suatu bahasa.19

3. Interpretasi.

Proses perjalanan sejarah yang bermuara pada metode sejarah dengan empat tahap, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, pada hakikatnya berpuncak pada tahap interpretasi. Heuristik dan kritik berfungsi untuk menyeleksi sumber-sumber atau data-data sejarah yang valid dan reliabel. Sedang dalam tahap interpretasi dan historiografi fungsi utamanya terletak pada interpretasi. Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah sebagai saksi relitas di masa lampau adalah hanya saksi-saksi bisu belaka. Suatu peristiwa agar menjadi cerita sejarah yang baik maka perlu diinterpretasikan berbagai fakta yang saling terpisah antara satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan bermakna. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual, artinya siapa saja dapat menafsirkan. Terjadi perbedaan dalam penginterpretasian hal itu dipengaruhi oleh

16

perbedaan latar belakang, pengaruh, motivasi, pola pikir, dan lain-lain yang mempengaruhi interpretasinya.20

Fakta atau bukti dan saksi-saksi sejarah itu tidak bisa berbicara sendiri mengenai apa yang disaksikannya dari realitas masa lampau. Untuk mengungkapkan makna dan signifikansi dirinya, fakta dan bukti sejarah harus menyandarkan dirinya pada kekuatan informasi dari luar. Sejarawan berfungsi sebagai determinan terhadap makna sejarah yang diinterpretasikan dari fakta-fakta atau bukti sejarah.21

4. Historiografi

Pada langkah berikutnya yang keempat sampailah pada penulisan sejarah (historiografi). Penulisan sejarah menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang diungkap, diuji (verifikasi) dan di interptretasikan. Penulisan sejarah tidak semudah dalam penulisan ilmiah, tidak cukup dengan menghadirkan informasi dan agrumentasi. 22

20 Suhartono, W. Pranoto. Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm. 55. 21 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah (Jogjakarta: Ombak,2012) Hal.81

17 G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis akan menjabarkan isi dari skripsi. Pada Bab I skripsi ini berisi proposal pendahuluan tentang latar belakang penelitian tentang pemikiran Aboebakar Atjeh, bab ini membahas mengenai bagaimana latar belakang ketertarikan pemilihan topik mengenai pemikiran Aboebakar Atjeh, selain itu pada bab pertama penulis menjabarkan menenai konsep penulisan serta metode dalam penulisan skripsi ini. Pada Bab II skripsi ini berisi mengenai biografi Aboebakar Atjeh serta latar belakang kehidupan Aboebakar Atjeh, dan pendidikannya, mengenai latar belakang kehidupan Aboebakar Atjeh dan keluarganya akan dibahas pada bab yang kedua, dari asal Aboebakar Atjeh lahir hingga perjuangannya sampai wafat.. Pada Bab III berisi pemikiran Aboebakar Atjeh, pada bab yang ketiga merupakan ulasan mengenai pemikiran Aboebakar Atjeh tentang Tarekat dan tasawuf serta hubungan antara tarekat dan tasawuf. Pada Bab IV skripsi ini berisi mengenai analisis terhadap pemikiran Aboebakar Atjeh, bab keempat merupakan hasil analisis mengenai pemikiran Aboebakar serta kontribusi pemikiranya terhadap perkembangan intelektual di Indonesia. Pada Bab V merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari topik yang dibicarakan dalam skripsi ini, dan dilanjutkan dengan daftar pustaka serta lampiran.

18 BAB II

BIOGRAFI ABOEBAKAR ATJEH

A. Latar Belakang Aboebakar Atjeh

Aboebakar Atjeh, adalah seorang ilmuan dan intelektual Islam yang termasyhur pada masanya (1909-1979). Julukan “Atjeh” dibelakang namanya “Aboebakar” juga merupakan pemberian dari Presiden Soekarno karena

keluasan wawasan dan ketinggian ilmu agama yang dimiliki oleh putra kelahiran Aceh ini. Aboebakar telah menghasilkan karya intelektual yang berkualitas dan banyak menjadi rujukan kaum intelektual generasi setelahnya.23

Dua hal penting untuk diingat tentang Aboebakar Atjeh. Pertama ia seorang pengamat sejarah yang tekun dan mendalam. Kedua ia seorang penganjur moral yang sangat konsisten. Ia dikenal sebagai pakar dalam penyiaran, penelitian dan kebudayaan. Aboebakar adalah nama aslinya Aboebakar Atjeh, lahir di Peureumeu pada 18 April 1909, Kabupaten Aceh Barat, dari pasangan ulama, Ayahnya adalah Teungku Haji Syeh Abdurrahman. Ibunya bernama Teungku Hajjah Naim. Wafat pada 18 Desember 1979 di Jakarta, dan dimakamkan di Pemakaman Karet Jakarta.24

Seorang ulama Indonesia dan pengarang yang, menulis banyak buku tentang agama Islam, filsafat, tasawuf, sejarah dan kebudayaan Aceh. Kata

23Prof. Dr. H. Aboebakar Atjeh, Wasiat Ibn Arabi, (Bandung : Sega Arsy.2016) hal.7

19

Aceh adalah tambahan nama yang diberikan oleh presiden RI pertama, Soekarno yang mengagumi keluasan ilmunya. Sejak kecil belajar di beberapa dayah terkenal di Aceh. Diantaranya di Dayah Teungku Haji Abdussalam Meuraxa, dan pada Dayah Manyang Tuanku Raja Keumala di Peulanggahan di Kutaraja (Banda Aceh ). Ayahnya Syeikh Abdurrahman, adalah imam Masjid Raya Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dan keturunan Kadi Sultan di

Aceh Barat. Ia belajar mengaji Al Qur’an pada ayahnya dan mempelajari

ajaran Islam dari beberapa guru Agama, teungku di kampung kelahirannya. Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar Volkschool di Meulaboh, kemudian dilanjutkan ke Kweekschool Islamiyah (Sekolah Guru Islam) di Sumatera Barat. Setelah itu ia pindah ke Yogyakarta dan Jakarta dan disini ia mempelajari beberapa bahasa asing melalui kursus-kursus, Ia menguasai bahasa Arab, Belanda, Inggris dan memahami bahasa Jepang, Perancis dan Jerman. Ia juga mengerti beberapa bahasa daerah seperti bahasa Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda dan Gayo. Pernah menuntut ilmu di Mekkah, namun tidak lama.25

Aceh merupakan daerah yang pertama kali Islam masuk ke Indonesia. Hal ini menyebabkan provinsi Aceh sampai dengan sekarang Islamnya masih kuat, bahkan Aceh terkenal pula sebagai serambi Mekkah, lagi pula zaman dahulu bangsa Indonesia yang ingin menunaikan ibadah haji ke Mekkah harus

25 Hamid, Shalahuddin, 100 tokoh islam paling berpengaruh di Indonesia (Jakarta: PT.INTIMEDIA CIPTA NUSANTARA.2003)hal.382-383

20

melewati pelabuhan Aceh. Arab, China, Eropa dan India merupakan faktor luar yang sangat mempengaruhi serta membantu pembentukan modernisasi Aceh, dan menurut beberapa sumber dapat mempenaruhi bukan hanya budaya dan sosiologi alam akan tetapi juga ras. Tentu saja ciri-ciri bentuk phisik dapat dijumpai pada masyarakat Aceh. Percampuran ini telah berlangsung selama berabad-abad oleh karena mengadakan hubungan dengan dunia luar. Banyak etnis-etnis Eropa, umumnya kita jumpai di daerah Lammo kabupaten Aceh Barat, sementara ciri orang India dapat dijumpai di antara orang-orang yang berdomisili di daerah pesisir.26

Tidak heran ketika seorang intelektual dari Aceh seperti Aboebakar memiliki keyakinan yang kuat terhadap Agama Islam. Dengan keadaan sosial masyarakat yang kebanyakan adalah masyarakat muslim, tentunya akan membentuk pemikiran Aboebakar Aceh terkadang condong kepada kebudayaan yang ada pada tanah kelahirannya yaitu Aceh meskipun pada usia dewasa beliau banyak hidup di luar daerah Aceh.

D. Perjuangan dan Prestasi Aboebakar Aceh

Pada masa sebelum kemerdekaan, zaman kependudukan Jepang, dan zaman setelah proklamasi, ia banyak melakukan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Kegiatan itu antara lain, Pada tahun 1923 Aboebakar Atjeh

26A.Taufiq, Tuhana, Aceh Bergolak Dulu dan Kini (Yogyakarta:GAMA GLOBAL MEDIA.2000)hal. 61-62

21

aktif di Sarekat Islam di Aceh Barat. Mendirikan Muhammadiyah di Kotaraja (1924), bekerja sebagai pegawai rendahan, kemudian menjadi pegawai senior, pada tahun 1923 merupakan tahun meninggalnya tokoh pendiri Muhammadiyah Ahmad Dahlan, namun organisasi yang didirikan oleh Ahmad Dahlan ini tidak bubar begitu saja.27 Hal itu dikarenakan organisasi Muhammadiyah sudah memiliki infrastruktur yang baik, bahkan generasi setelahnya masih memelihara warisan Ahmad Dahlan sebagaimana yang di

syari’ahkan oleh tokoh pendiri Muhammadiyah itu. Begitu banyaknya ranting Muhammadiyah yang telah berdiri menjadi pendukung perkembangan organisasi Muhammadiyah di Indonesia. Perkembangan muhammadiyah cukup pesat di pulau Jawa dikarenakan awal mula munculnya gerakan ini. Meskipun di Aceh juga ada ranting Muhammadiyah namun tidak sebesar dan sebanyak yang ada di pulau Jawa.

Pada zaman Belanda sebagai Pustakawan dan editor pada kantor Urusan Dalam Negeri (1930-1955). Pada masa ini merupakan salah satu masa yang dapat dikatakan sebagai masa dimana Belanda menjadi Raja di Indonesia dengan keberadaannya di penjuru wilayah Indonesia meskipun pada tahun 1945 Indonesia telah memproklamirkan Kemerdekaannya. Salah satu hal yang mungkin untuk Aboebakar Aceh tetap konsisten mengembangkan karyanya dalam dunia pengetahuan ialah kondisi wilayah Aceh yang pada saat

27Majelis Diktilitbang dan LPI PPMuhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah (Jakarta:KOMPAS.2010)hal. 61

22

itu masih utuh tidak diduduki oleh Belanda sehingga memungkinkan seseorang untuk melakukan kebebasan dalam menuntut ilmu.

Di masa pendudukan Jepang, ia menjadi pimpinan asrama dan pegawai perpustakaan pada Shumubu Nito Syoki (1944). Bekerja dalam kependudukan Jepang bukan berarti menunjukkan ketundukkannya terhadap orang-orang Jepang, namun hal itu justru menambah pengetahuannya dalam ilmu kepustakaan. Di samping menjadi guru Latihan Kursus Kader Da’ie.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan ia menjadi pegawai pada Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (1945). Kemudian atas penunjukkan Rasjidi ia menjabat Kepala Perpustakaan Islam Kementrian Agama di Yogyakarta (1946). Anggota pimpinan Partai Masyumi di Yogyakarta (1946).

Pada tahun 1950, ia menjadi pimpinan editor majalah Mimbar Agama, majalah resmi Departemen Agama. Pada tahun 1948 bersama menteri agama waktu itu KH Masjkur, ia mempelopori gagasan penulisan Al-Qur’an Pusaka.

Al-Qur’an tersebut berukuran 65x120cm dan kini disimpan di Masjid Baitul Rahim, Istana Negara, Jakarta.28 Aboebakar Atjeh juga tercatat sebagai anggota pengurus penulisan sejarah untuk Monumen Nasional, menjadi salah seorang anggota panitia pembangunan Masjid Istiqlal Jakarta , seorang pencetus pendirinya Masjid Agung Al Azhar di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, turut mendirikan Perpustakaan Kutub Khanah Iskandar Muda di

28Hamid, Shalahuddin, 100 tokoh islam paling berpengaruh di Indonesia (Jakarta: PT.INTIMEDIA CIPTA NUSANTARA.2003)hal.382-383

23

Banda Aceh (1949-1950), dan mendirikan serta menjadi pengurus Perpustakaan Islam di Jakarta yang kemudian dipindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1953 Aboebakar Atjeh dipercayai oleh Kyai Wahid Hasyim memimpin jama’ah haji ke Mekkah. Karena keluasan ilmu dan kecakapannya dalam tulis-menulis, ia dipercaya mengomandani bidang publikasi Departemen Agama, sebelum kemudian menjadi staf ahli Kementerian Agama. Setelah Pemilu 1955, ia masuk menjadi anggota konstituante mewakili Partai NU.29

Sebagai ulama dan cendikiawan , ia aktif memberikan pengajian agama di masjid-masjid dan menjadi penceramah agama Islam pada pusroh (Pusat Rohani) Angkatan Bersenjata RI di Jakarta , dan menjadi Dosen pada beberapa perguruan Tinggi di Jakarta seperti IAIN , Universitas Ibnu Khaldun, dan Universitas Islam di Jakarta, pada tanggal 30 Januari 1967 ia menerima gelar doktor honoriscausa dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Universitas Islam di Jakarta. Sebagai pejabat tinggi Departemen Agama RI ia berkesempatan mengunjungi beberapa Negara, seperti Filipina, Pakistan, Jepang (dalam rangka urusan mencetak Al-Qur’an), Arab Saudi (sebagai

anggota delegasi Indonesia ke Kongres Islam), dan Mesir (sebagai anggota rombongan Menteri Luar Negeri). Pada hari tua sampai wafatnya, ia menjadi ikhwan Tarekat Kadiriah – Naqsabandiah yang berpusat di Surabaya.

24 E. Karya-Karya Aboebakar Atjeh

Sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam dunia keislaman, Aboebakar menuangkan gagasan serta pemikirannya melalui karya-karya tulisannya. Tarekat, tasawuf, filsafat merupakan topik yang banyak dibicarakan. Karya pertamanya dengan judul buku Sejarah Al-Qur’an

diterbitkan pada tahun 1951. Pada tahun 1950 Aboebakar Aceh menjadi salah satu penggagasan penulisan Al-Qur’an Pusaka. Hal itulah yang menjadi salah

satu dasar penulisan buku Sejarah Al-Qur’an. Tidak hanya menulis buku

tentang sejarah Al-Qur’an, Aboebakar juga menulis beberapa buku

bertemakan sejarah seperti buku berjudul Sejarah Ka’bah, Sejarah Filsafat,

Sejarah Masjid, dan Sejarah mengenai K.H Wahid Hasyim. 30

Karangan Aboebakar Aceh mengenai Sejarah K.H Wahid Hasyim merupakan karyanya yang ditulis untuk megenang perjuangan Wahid Hasyim selama Hidupnya. Bersampul hijau , buku itu terbilang tebal terdiri dari 975 pagina. Itulah karya Aboebakar Atjeh yang mengupas asal-usul pesantren, cerita walisongo, sampai kiprah Kiai Wahid Hasyim dalam jagad politik, hingga buah karangannya yang tersebar dimana-mana. Bisa dibilang buku inilah buku terlengkap yang mengupas kehidupan Wahid Hasyim. Judulya sesuai isinya, Sedjarah Kehidupan K.H.A Wahid Hasyim.

30Hamid, Shalahuddin, 100 tokoh islam paling berpengaruh di Indonesia (Jakarta: PT.INTIMEDIA CIPTA NUSANTARA.2003)hal.382-383

25

Sedjarah Kehidupan Wahid Hasyim diterbitkan pada 1957 untuk memperingati empat tahun meninggalnya K.H.A Wahid Hasyim. Idenya muncul pada 1954. Waktu itu Menteri Agama Masjkur menggelar upacara peringatan setahun wafatnya Wahid Hasyim dengan menyerahkan lukisan

Dokumen terkait