Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom :
Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh),
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub
Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Fa
Genus :
Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat
digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan
obat-obatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat
digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan
dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara
intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan
untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara
intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan
permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan
pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan
baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim.
(3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan
tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen
Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun
juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah
penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran
rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim
mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan
banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan
percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit
batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak
ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang
dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya
lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada
ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga
jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina
berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada
nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah
bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga
tersebut (Sunarjono, 1999).
Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang
merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi
berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun,
sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan
(Departemen kehutanan, 1998).
Tempat Tumbuh
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis
tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan
yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah
yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik
di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun
ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa
varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).
Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada
lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah
apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh
asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah
podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik
bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air
tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang
memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993).
Media Tanam Tumbuhan
Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki
kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu
mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang
medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya
serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999)
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama
(Khaerudin, 1999).
Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat
mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak
aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket
serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan
pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya
serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara
3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya
berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air
dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang
terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air
atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform)
sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini
Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.
Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk
aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil,
untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco
pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009).
Kandungan Air Tanah
Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air
didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh
sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah
berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata
dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran
gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas
yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer,
1976).
Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara
kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus
cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan,
karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam
larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke
akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah
yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara
yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa
akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan
akar (Damanik et al., 2010).
Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang
digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap
tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya,
kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993).
Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal
ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi
yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah
suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel
telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan
metabolisme (Fitter, 1981).
Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui
penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik (
specific leaf area ), yang merupakan indikator ketebalan daun dan
memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga
meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998).
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas
metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang
ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan
air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim.
Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al.
dalam Gardner et al. 1991).
Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan
hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman
menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya
(Lubis. 2000).
ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman.
Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada
di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996).
Karakteristik Lokasi
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas
permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada
ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 98-
99 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian
tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh
perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2
Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)
tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100
km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau
Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460
meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat
kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT
Bogor, 1990).
Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir
Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebagian besar arealnya terdiri
dari Pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata.
Sebagian besar adalah hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Luas
wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62 km2. Desa Silalahi II merupakan
desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1819 km2 atau sekira
24,05 persen dari luas wilayah Kecamatan Silahisabungan, sedangkan desa
dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo I dengan luas wilayah 1.119
km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah kecamatan Silahisabungan. Semua
desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan luas wilayah sebesar 75,62
km, 3,24% merupakan lahan pertanian padi sawah, masyarakat sekitar hutan juga
menggunakan sebagian lahan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, baik padi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
belakangan ini semakin menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas. Lahan
kritis dan lahan kosong yang dianggap beberapa penyebabnya adalah bekas
tebangan maupun bekas kebakaran banyak di jumpai sepanjang pinggiran Danau
Toba. Upaya rehabilitasi dan reboisasi telah banyak dilakukan sejak beberapa
tahun terakhir, namun peningkatan kualitas tutupan lahan dan kualitas lingkungan
hidup belum menunjukkan perubahan. Penggundulan hutan di daerah tersebut,
bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan
permukaan air Danau Toba tidak stabil dan cenderung menurun. Salah satu hal
yang dilakukan untuk merehabilitasi lahan di sekitar Danau Toba adalah dengan
menanam tanaman sukun .
Tanaman sukun merupakan salah satu pohon yang tersebar diseluruh
nusantara. Tanaman sukun mempunyai daun yang lebar dan lebat sehingga dapat
digunakan untuk pakan ternak.Sukun juga mempuyai buah yang dapat dimakan
sebagai pengganti beras karena sumber kalori dan kandungan gizinya yang tinggi,
sehingga tanaman sukun berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin
ketahanan pangan. Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan dalam
penanaman sukun, dimana pohon/tanaman tahunan ditanam secara tumpang sari
dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim (Pitojo, 1999).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air
merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain
unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya
selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam
penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang
terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1987).
Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari kelapa yang kegunaannya
telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang misalnya sebagai media
tumbuh tanaman. Dengan sifat bahan yang mudah menyerap air dan merupakan
bahan organik sangat membantu tanaman dalam menyediakan, menyimpan serta
melindungi tanaman dari berbagai jenis gulma (Mashuri, 2009). .
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai
ketebalan sabut kelapa untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis
Forst) pada lahan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi informasi
mengenai ukuran ketebalan anyaman sabut kelapa sebagai penahan air yang tepat
untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).
Hipotesis Penelitian
Berbagai ketebalan Sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
ABSTRACT
RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba. Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.
Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.
Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6
strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that
1666.48 cm2.
ABSTRAK
RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr. BUDI UTOMO SP,MP.
Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut. Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.