• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Tabir Surya

Tabir surya adalah suatu bahan yang formulanya mengandung senyawa kimia aktif yang dapat menyerap, menghamburkan, atau memantulkan sinar surya yang mengenai kulit, sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (Wasitaatmadja, 1977).

Secara umum sinar matahari sangat bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Manfaat sinar matahari antara lain sebagai sumber cahaya dan energi, juga digunakan untuk membantu fotosintesis tumbuhan berklorofil. Bagi manusia sinar matahari digunakan sebagai sumber vitamin D, juga untuk tujuan terapi. Namun

waktu yang lama adalah terjadinya perubahan pada bentuk kulit yang disebut dengan dermatoheliosis, yaitu kulit menjadi barwarna pucat kekuningan, keriput, disertai dengan timbulnya bercak-bercak hitam yang tidak merata pada permukaan kulit yang terkena paparan sinar tersebut (Wilkinson, dkk., 1982).

Berbagai cara dapat dilakukan untuk melindungi manusia dari sinar ultraviolet (UV). Namun perlindungan tersebut kadang-kadang tidak memadai karena alat pelindung masih dapat ditembus sinar tersebut. Selain itu, sinar UV dapat dipantulkan oleh berbagai benda di permukaan bumi, sehingga kemungkinan besar pantulannya akan mencapai tubuh kita. Pengaruh sinar UV pada wajah akan merusak sel-sel kulit sehingga akan menimbulkan kerutan, warna dan tekstur kulit yang tidak sama, kulit rusak dan rentan terhadap penyakit, sehingga sangat dibutuhkan kosmetika yang dapat menyaring sinar matahari (sunscreen) atau bahkan yang dapat menahan seluruh sinar matahari (sunblock) untuk mengurangi efek buruk sinar matahari tersebut (De Fretes, dkk., 2011). Ada 2 macam tabir surya, yaitu:

1. Tabir surya kimia; misalnya PABA, PABA ester, benzofenon, salisilat dan antranilat, yang dapat mengabsorpsi energi radiasi. Tabir surya kimia mengabsorpsi hampir 95% radiasi sinar UV-B yang dapat menyebabkan sunburn (eritema dan kerut) namun hampir tidak dapat menghalangi UV-A penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, actinic skin damage, dan timbulnya kanker kulit.

2. Tabir surya fisik; misalnya titanium dioksida, Mg Silikat, seng oksida, red petrolatum dan kaolin, yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik dapat menahan UV-A maupun UV-B (Wasitaatmadja, 1997).

Gambar 2.2 Mekanisme kerja sunscreen (www.futurederm.com).

2.5 SPF (Sun Protection Factor)

Efektivitas tabir surya dinyatakan dalam SPF (Sun Protection Factor) yang merupakan rasio energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai minimal erythema dose (MED) pada kulit yang dilindungi oleh tabir surya, Dibagi dengan jumlah energi UV yang dibutuhkan untuk mencapai MED pada kulit tanpa perlindungan. Minimal Erythema Dose (MED) didefenisikan sebagai dosis radiasi sinar UV yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya eritema (Elmarzugi, dkk., 2013).

Pengukuran nilai SPF suatu sediaan tabir surya dapat dilakukan secara in vitro. Metode pengukuran nilai SPF secara in vitro terbagi atas dua tipe. Tipe pertama adalah dengan cara mengukur serapan atau transmisi radiasi UV melalui lapisan produk tabir surya pada plat kuarsa atau biomembran (Gordon, 1993). Dan tipe yang kedua adalah dengan menentukan karakteristik serapan tabir surya menggunakan analisis secara spektrofotometri larutan hasil pengenceran dari tabir surya yang diuji (Mansur, dkk., 1986).

Mansur, dkk (1986) mengembangkan suatu persamaan matematis untuk mengukur nilai SPF secara in vitro dengan menggunakan spektrofotometer. Persamaannya adalah sebagai berikut:

SPFspectrophotometric = CF x �������� (λ)�� (λ)���� (λ)

Keterangan :

CF = Faktor Koreksi (10) EE = Spektrum Efek Erytemal

I = Spektrum Intensitas dari Matahari Abs = Absorban dari sampel

Nilai EE x I adalah suatu konstanta. Nilainya dari panjang gelombang 290-320 nm dan setiap selisis 5 nm telah ditentukan oleh Sayre, dkk. (1979).

Nilai SPF berkisar antara antara 0-100, Pathack dalam Wasitaatmadja (1997) membagi tingkat kemampuan tabir surya sebagai berikut :

1. Minimal, bila SPF antara 2-4, contoh salisilat dan antranilat. 2. Sedang, bila SPF antara 4-6, contoh sinamat dan benzofenon. 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8, contoh derivat PABA.

4. Maksimal, bila SPF antara 8-15, contoh PABA.

5. Ultra, bila SPF lebih dari 15, contoh kombinasi PABA, non PABA, dan Fisik.

FDA merekomendasikan menggunakan sunscreen dengan nilai SPF minimal 15 atau lebih untuk mendapatkan efek perlindungan terhadap sinar UV yang lebih baik. Nilai SPF mengacu kepada kemampuan suatu produk tabir surya untuk menyaring atau memblokir sinar matahari yang berbahaya. Misalnya, untuk tabir surya dengan SPF 15 memiliki kemampuan menyerap 93% dari sinar matahari. Tanpa penggunaan sunscreen dengan benar, kemampuan SPF akan jauh lebih rendah dari label produk. Untuk mendapatkan aktivitas SPF optimum,

pasien harus mengaplikasikan 1 ons sunscreen untuk menutupi seluruh permukaan kulit yang terpapar matahari sekitar 30 menit sebelum terpapar. Sunscreen harus diaplikasikan kembali setiap 2 jam sekali dalam jumlah yang sama dengan penggunaan pertama kali, atau setiap selesai berenang atau mengeluarkan keringat. Sebaiknya menggunakan sunscreen yang tahan air apabila akan berenang atau berkeringat dan untuk anak-anak dibawah 6 bulan penggunaan sunscreen terlebih dahulu ditanyakan pada dokter. Penggunaan sunscreen setiap 2 jam sekali atau lebih sering 5 kali lebih kecil menyebabkan Sunburn dibandingkan penggunaan sunscreen setiap 2,5 jam atau lebih (Rigel., dkk., 2004).

Penggunaan tabir surya secara teratur dapat mencegah perkembangan keratosis, karsinoma sel skuamosa, melanoma dan fotoaging karena paparan UV. Manfaat ini hanya dapat terwujud dengan penggunaan tabir surya secara memadai, selain menghindari paparan sinar matahari langsung. Namun kebanyakan penggunaan tabir surya sering tidak cukup, sehingga mengurangi efektivitas tabir surya. SPF yang diberikan oleh tabir surya tergantung kepada ketebalan. Jumlah tabir surya yang tidak cukup untuk daerah yang terpapar sinar matahari merupakan faktor yang dapat mengurangi efektivitas tabir surya. Ketebalan penggunaan tabir surya yang disepakati secara internasional adalah 2 mg/cm2 (Reiche dan Sinclair, 2015).

2.6 Avobenson

Avobenson atau dikenal dengan nama lain yaitu Butil Metoksidibenzoillmetan disetujui untuk digunakan oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2011, merupakan serbuk putih yang larut dalam

maksimum 358) (Rieger, 2000). Rumus bangun avobenson dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Rumus bangun Avobenson (www.sigmaaldrich.com).

Dokumen terkait