• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jelly

Jelly adalah produk yang sekarang menjadi populer sebagai makanan, cemilan, atau untuk tujuan kosmetik. Pembuatan jelly merupakan salah satu cara untuk mengurangi limbah buah yang melimpah saat panen. Menghasilkan jelly bermutu baik dari buah yang melimpah saat panen merupakan tantangan yang sangat penting, karena dapat mengurangi limbah buah dan menghasilkan banyak keuntungan (Ingham, 2008).

Menurut Koswara (2009), jelly merupakan makanan setengah padat yang dibuat dari buah-buahan dan gula dengan kandungan total padatan minimal 65%. Komposisi bahan mentahnya ialah 45% bagian buah dan 55% bagian gula. Pembuatan jelly tidak menggunakan pulp tetapi sari buah. Jelly yang baik memiliki tekstur yang kenyal, transparan, serta memiliki aroma dan rasa buah yang asli.

Pada prinsipnya semua jenis buah dapat digunakan untuk membuat jelly, terutama buah yang mengandung pektin. Untuk menghasilkan pektin yang banyak, buah yang digunakan sebaiknya matang fisiologis, namun untuk mendapatkan cita rasa (aroma dan rasa) digunakan buah yang sudah matang morfologis. Sebaiknya dalam pembuatan jelly digunakan buah matang fisiologis dan matang morfologis dengan perbandingan yang sama untuk menghasilkan komposisi pektin yang tepat dan cita rasa yang baik (Koswara, 2009).

Tahapan pembuatan jellyada dua yaitu pembuatan sari buah dan pembuatan jelly atau pemasakan sari buah. Sari buah yang diperoleh sebaiknya

diblansing selama 5 menit, kemudian didiamkan selama satu jam sehingga semua kotoran mengendap dan diperoleh sari buah yang bening. Dalam pembuatan jelly, sari buah dimasak dengan penambahan gula hingga kental (Koswara, 2009).

Penentuan titik akhir pembuatan jelly dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan mencelupkan sebuah sendok kedalam sari buah, kemudian diangkat. Bila masakan sari buah meleleh tidak lama, dan terpisah menjadi dua bagian, hentikan pemasakan, artinya jelly telah terbentuk. Cara penentuan yang kedua adalah dengan fork test atau uji menggunakan garpu, dimana sebuah garpu dicelupkan kedalam masakan sari buah kemudian diangkat. Bila garpu diselimuti masakan sari buah yang kemudian jatuh meninggalkan beberapa bagian jellypada sisi garpu maka jelly telah terbentuk (Gladys, et al., 1978).

Fungsi buah dalam pembuatan jelly adalah sebagai pemberi warna dan aroma serta mengandung pektin yang sangat dibutuhkan untuk membuat struktur gel yang baik dan kokoh. Jika pektin dalam buah kurang untuk membentuk gel, maka perlu dilakukan penambahan pektin atau gelling agent lainnya. Penambahan pektin harus dilakukan sebelum sari buah mengalami pemanasan (Ingham, 2008).

Jelly mengandung vitamin C yang mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan alkali.Untuk mencegah kehilangan vitamin C dalam jumlah besar, sebaiknya pengirisan dan penghancuran yang berlebihan dihindari.Pemasakan dengan air sedikit dan ditutup rapathingga empuk dapat merusak banyak vitamin C (Winarno, 1997).Adapun standar mutu jellydapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar mutu jelly agar

Kriteria uji Satuan Persyaratan Keadaan a. Bentuk b.Bau c. Rasa d.Warna e. Tekstur

Gula jumlah (dihitung sebagai %bb) Min. 20 sakarosa a. Pemanis buatan b. Pewarna tambahan c. Pengawet Cemaran Logam a. Timbal (Pb) b. Tembaga (Cu) c. Seng (Zn) d. Timah (Si)

e. Cemaran arsen (As) Cemaran mikrobia

a. Angka Lempeng Total b. Bakteri Coliform c. E. Coli

d. Salmonella

e. Staphylococcus Aereus f. Kapang dan Khamir

Semi Padat Normal Normal Normal Kenyal Negatif

Sesuai SNI No. 01-0222-1987 dan revisinya

Sesuai SNI No. 01-0222-1987 dan revisinya mg/kg Maks. 0.5 mg/kg Maks. 5.0 mg/kg Maks. 20 mg/kg Maks. 40 mg/kg Maks. 0.1 Koloni/g Maks. 104 APM/g Maks. 20 APM/g <3 Negatif/25 g Koloni/g Maks. 102 Koloni/g Maks. 50

Sumber : SNI No. 01-3552-1994 (1994)

Markisa

Tanaman markisa (Passiflora edulis) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin terutama Brazil, lalu menyebar ke daerah-daerah tropis di dunia termasuk ke Indonesia. Karena rasanya yang asam, buah markisa jarang dikonsumsi segar. Di Indonesia terdapat dua jenis markisa yaitu markisa ungu (Passiflora edulissains) dan markisa kuning (Passiflora laurifolia). Markisa ungu lebih cocok tumbuh di dataran tinggi 1000-2000 m diatas permukaan laut dengan tipe iklim basah. Sedangkan buah susu (markisa kuning) dapat ditanam di

dataran rendah sampai 600 m diatas permukaan laut dengan tipe iklim basah (Sunarjono, 1997).

Markisa ungu memiliki rasa yang agak masam dan hanya baik dikembangkan di dataran tinggi. Markisa kuning rasanya manis dan dapat ditanam di dataran rendah. Kedua jenis markisa tersebut mempunyai bentuk tanaman yang sama dengan mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan (Sunarjono, 2006).

Markisa memiliki bentuk buah yang agak bulat lonjong dengan diameter sekitar 4 cm, kulitnya berwarna hijau ketika muda dan berubah menjadi ungu hingga ungu kehitaman saat matang.Buah ini memiliki biji yang banyak, berwarna hitam dan berbentuk pipih, diselimuti daging buah yang mengandung cairan berwana kuning yang rasanya masam. Buah markisa terdiri dari kulit 51% (g/g), danbagian yang dapat dimakan sebanyak 49%, yang terdiri dari biji 20,2%, dan sari buah sebanyak 28,8% (Rismunandar, 1986).

Buah markisa merupakan makanan berkadar asam tinggi dengan pH sekitar 3,2 dengan 2 asam dominan yaitu asam sitrat (93-96% dari total asam) dan asam malat (3-6% dari total asam). Markisa juga mengandung gula sebesar 14,45g/100g bagian yang dapat dimakan. Gula tersebut berupa fruktosa, galaktosa dan sukrosa. Kandungan asam dan gula dalam buah markisa merupakan komponen pembentuk cita rasa yang khas dan unik dari buah-buahan tropis (USDA, 2002).

Penelitian Neira (2003) menemukan bahwa penambahan sari markisa dengan konsentrasi 4-8% dapat menghambat fase pembentukan dan menghambat induksi sel kanker leukimia dalam waktu 24 jam. Senyawa fitokimia seperti

karatenoid dan larutan polifenol yang terdapat didalam sari markisa dapat meningkatkan aktivitas anti kanker dan menurunkan viabilitas sel setelah inkubasi 4 jam. Komposisi kimia dari buah markisa dalam 100 g bahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia markisa segarsetiap 100 g

Komposisi Jumlah Air Energi (kcal) Energi (kJ) Protein (g) Total lemak (g) Abu Karbohidrat(g) Serat(g) Total gula (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Magnesium (mg) Fosfor (mg) Potasium, (mg) Sodium, (mg) Zinc (mg) Tembaga (μg) Vitamin C (mg) 72,93 97,00 406,00 2,20 0,70 0,80 23,38 10,40 11,20 12,00 1,60 29,00 68,00 348,00 28,00 0,10 0,08 30,00 Sumber : USDA (2002) Gum Arab

Gum arab adalah polisakarida yang terdiri dari D-galaktosa, L-arabinosa, asam D-galakturonat, dan L-ramnosa dengan berat molekul antara 250.000-1.000.000. Gum merupakan senyawa kompleks heteropolisakarida yang terdiri dari L-arabinosa, L-ramnosa, D-galaktosa, dan D-asam glukoronat serta mengandung ion kalsium, magnesium, dan kalium. Unit monosakarida gum arab terdiri dari D-galaktosa (36,8%), L-arabinosa (30,3%), asam D-glukoronat (13,8%), dan L-ramnosa (11,4%)(Safitri, 2012).

Kelarutan gum arab didalam air jauh lebih tinggi dibanding hidrokoloid lainnya. Pada olahan pangan yang banyak mengandung gula, gum arab digunakan untuk mendorong pembentukan emulsi lemak yang mantap dan mencegah terjadinya kristalisasi gula. Gum arab dimurnikan melalui proses pengendapan dengan menggunakan etanol dan diikuti proses elektrodialisis (Safitri, 2012).Adapun struktur kimia dari gum arab dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur kimia gum arab (Williams dan Phillips, 2004)

Gum arab adalah polimer alami yang sebagian besar terdiri dari polisakarida dengan berat molekul yang tinggi dan mengandung kalsium, magnesium, potassium dan kalium yang tinggi, yang menghasilkan arabinosa, galaktosa, ramnosa, dan asam glukoronat setelah hidrolisis (Almuslet, et al., 2012).

Gum arab dapat meningkatkan stabilitas dengan peningkatan viskositas.Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses yang menggunakan panas. Akan tetapi suhu dan waktu pemanasannya perlu dikontrol, karena gum arab dapat terdegradasi secara perlahan-lahan dengan kekurangan efisiensi emulsifikasi dan viskositas (Tranggono, et al., 1991.). Gum arab akan

membentuk larutan yang tidak begitu kental dan tidak membentuk gel pada kepekatan yang biasa digunakan (paling tinggi 50%). Viskositasnya akan meningkat sebanding dengan peningkatan konsentrasi. Gum arab mempunyai gugus arabinogalaktan protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai pengemulsi dan pengental (Safitri, 2012).Kandungan zat gizi gum arab dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kandungan zat gizi gum arab tiap 100 g bahan

No Kandungan gizi Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Kadar air (%) Kadar abu (%) Kadar protein (g) Sodium ( mg) Potassium ( mg) Total karbohidrat (mg) Serat makanan larut(mg) Kalsium (mg) Magnesium ( mg) Besi ( mg) 10,8 3,4 1,7 14,0 310,0 86,6 86,6 1117,0 292,0 2,0

Sumber : Rabah dan Abdalla (2012)

Masalah utama dari penggunaan gum arab ini adalah terbentuknya larutan yang kental pada konsentrasi gum di atas 10% meskipun kekentalan maksimum gum arab baru tercapai pada konsentrasi 40–50% dan sering sulit disebarkan secara merata dalam air. Jika tidak dijaga, gum ini akan membentuk gumpalan dalam air, sehingga hanya bagian luar saja yang basah, sedangkan bagian dalam tidak basah (Safitri, 2012).

Karagenan

Karagenan merupakan getah rumput laut yang diekstrak dari alga merah (Rhodophyceae) dengan menggunakan air atau larutan alkali. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri dari ester kalium, natrium, magnesium, dan kalsium sulfat dengan galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktopolimer

(Winarno, 1997). Berdasarkan sifat gel yang dihasilkan, karagenan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Iota-karagenan, Kappa-karagenan, dan Lambda- karagenan.Kappa-karagenan dan Lambda-karagenan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan Iota-karagenan membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk (Anggadiredja, 2009).

Karagenan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Kondisi proses produksi karagenan dapat dipertahankan pada pH 6 atau lebih. Hidrolisisasam akan terjadi jika karagenan berada dalam bentuk larutan, hidrolisis akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu (Imeson, 2000).Adapun struktur kimia kappa karagenan, iota karagenan, dan lamda karagenan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Rumus bangun kappa karagenan, iota karagenan, lambda karagenan (Imension, 2000).

Penambahan konsentrasi karagenan mampu memberi perubahan sifat fisik pada produk pangan seperti peningkatan viskositas dikarenakan sifatnya sebagai polielektrolit. Peningkatan viskositas tersebut berhubungan erat dengan kemampuan karagenan untuk mengikat dan mengimobilisasi air dalam jumlah besar sehingga meningkatkan kekentalan (Ramdhani, et al., 2014). Standarmutu karagenandapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Standar mutu karagenan

No Kandungan gizi Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kadar air (%) Kadar abu (%) Kekuatan gel Titik leleh (oC) Titik gel (oC) pH Viskositas larutan (%) 14,24 18,60 685,50 50,21 34,10 3,5-10 1,0 Sumber:Shoegiarto (1978) Pektin

Pektin merupakan polimer dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi) menjadi gugusmetoksil.Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin.Dalam perdagangan, dikenal istilah jelly grade, yaitu jumlah gula (lb) yangdiperlukan untuk pembentukan gel oleh 1 lb pektin.Pektin dengan Jelly grade65 memiliki arti yaitu untuk pembentukan gel diperlukan 65 lb gula untuk setiap lb pektin (Warintek, 2013).

Penggunaan pektin dalam industri makanan yaitu sebagai bahan pembentuk gel untuk pembuatan jam dan jelly, dimana kemampuan pektin membentuk gel tergantung pada kandungan gugus metoksilnya.Kemampuan

pektin untuk dapat membentuk gel merupakan sifat unik dari pektin.Penggunaan pektin selain dari pembentuk gel pektin juga digunakan dalam produk buah- buahan kemasan, selai,jelly, jus,dan es krim sebagai penstabil (Cruess, 1988). Adapun spesifikasi mutu pektin komersial dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Spesifikasi mutu pektin komersial

Karakteristik Nilai

Kadar air (maksimum) (%) 12

Kadar abu (maksimum) (%) 1

Pektin bermetoksil tinggi (minimum) (%) 7

Pektin bermetoksil rendah (maksimum) (%bk) 7

Asam galakturonat (minimum) (%) 65

Logam berat (maksimum) (%) 0,002

Sumber: Haryati (2007)

Pektin diperlukan untuk membentuk gel (kekentalan) pada produk selai. Jumlah pektin yang ideal untuk pembentukan gel pada selai berkisar 0,75-1%. Kadar gula tidak boleh lebih dari 65% dengan konsentrasi pektin 1% sudah dapat menghasilkan gel dengan kekerasan yang cukup baik. Semakin besar konsentrasi pektin semakin keras gel yang terbentuk (Fachruddin, 2005).

Gula

Gula terlibat dalam pengawetan dan pembuatan aneka ragam produk makanan. Apabila gula ditambahkan kedalam bahan makanan dengan konsentrasi yang tinggi minimal 40% akan menyebabkan sebagian air bebas yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroba, dan aktivitas air dari bahan pangan berkurang (Buckle, et al., 2009).

Tujuan penambahan gula adalah untuk memperbaiki flavor (rasa dan bau) bahan makanan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Penambahan gula juga dapat memperbaiki tekstur bahan makanan misalnya

kenaikan viskositas, menambah bobot rasa sehingga meningkatkan mutu sifat kunyah (mouth fullness) bahan makanan. Sukrosa merupakan pemanis yang paling banyak digunakan karena flavornya dapat memberikan kenikmatan manis pada manusia sehingga dianggap sebagai pemanis baku (Winarno dan Rahayu, 1994).

Garam

Garam dapur mengandung unsur sodium dan klorida dengan rumus kimia NaCl.Senyawa ini adalah garam yang paling mempengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraseluler pada banyak organisme multiseluler.Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan.Unsur sodium ini penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Garam memberikan sejumlah pengaruh bila ditambahkan pada jaringan tumbuh-tumbuhan yang segar. Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme tertentu, juga berperan dalam penurunan aktivitas air (aw) pada

bahan sehingga garam dapat mengendalikan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racunnya (Buckle, et al., 2009).

Penambahan garam dengan jumlah tertentu pada produk dapat berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dari produk itu sendiri. Kebutuhan garam sebagai pemantap cita rasa dalam produk pangan adalah sebanyak 2-5% dari total bahan bakunya (Widyanto dan Nelistya, 2009).

Pembuatan jelly buah dilakukan dengan cara mencampur buah-buahan dengan atau tanpa air, lalu dilakukan penyaringan untuk memperoleh sari, ditambahkan gula dan kemudian dimasak sehingga tercapai gelatinisasi seperti agar-agar. Secara umum jelly mengandung beberapa substansi yang esensial seperti pektin, gula, asam, serta air yang cukup tinggi(Satuhu, 1994).

Buah yang akan diolah menjadi jelly adalah buah yang matang dan tidak busuk. Penghancuran daging buah menjadi bentuk bubur dilakukan menggunakan blender. Penambahan gula dilakukan pada saat pemanasan belum dimulai. Jika prosedur penambahan gula dilakukan sesudah pemanasan maka kemungkinan yang akan terbentuk bukan jelly tetapi kristal gula. Jika menggunakan pektin tambahan, sebaiknya ditambahkan bersamaan dengan gula.Buah bubur kemudian dimasak selama 30 menit. Lamapemasakan yang dibutuhkan tergantung banyak sedikitnya buah yang akan diolah.Apabila buah yang akan diolah kurang asam maka dapat ditambahkan asam sitrat pada saat pemasakan. Pemasakan dilakukan dengan api sedang sampai kekentalan standarjelly tercapai (Satuhu, 1994).

Komposisi jelly secara umum yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula, serta dibutuhkan sejumlah air (60-62%) untuk melarutkannya hingga diperoleh produk akhir. Salah satu senyawa yang sangat berpengaruh dalam proses pembuatan jelly adalah pektin, sebab pektin mempengaruhi pembentukan gel dari jelly. Pektin merupakan senyawa yang berasal dari asam poligalakturonat.Kondisi pH optimumuntukpembentukangeldari pektin adalah2,8- 3,2.ApabilapHdiatas3,5makagel tidak akanterbentuk. Sedangkan pH dibawah 2,5, gel yang terbentuk terlalu keras (Jelen, 1985).

Secara umum pembuatan jelly cukup sederhana, yakni buah-buahan yang akan dibuat jelly diperas dan diambil sarinya. Sejumlah gula kemudian ditambahkan, sesuai dengan perbandingan, yakni 45 bagian buah dan 55 bagian gula (Jelen, 1985).

Menurut Paul (2011), waktu yang dibutuhkan untuk pemasakan jelly berbeda-beda tergantung jenis buah yang digunakan. Untuk cranberry dibutuhkan waktu 3-5 menit, blackberry 5-10 menit, gooseberry 15 menit, dan plum 15-20 menit. Ingham (2008) menambahkan, jelly buah apel membutuhkan waktu pemasakan 20-25 menit, dan untuk buah anggur serta berry dibutuhkan waktu sekitar 10 menit, atau mungkin lebih cepat.Penelitian Barus (2010) menunjukkan bahwa waktu pemasakan yang tepat untuk menghasikan jelly melon dengan mutu yang baik adalah 30 menit.Untuk menentukan tingkat pematangan jelly dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara yang pertama dilakukan dengan mencelupkan sendok kedalam sari buah pada saat pemasakan kemudian diangkat. Bila masakan sari buah meleleh tidak lama, dan terpisah menjadi 2 bagian, artinya jelly telah terbentuk dan pemasakan harus di hentikan. Cara penentuan yang kedua adalah fork test, dimana sebuah garpu dicelupkan ke dalam masakan sari buah kemudian diangkat. Bila garpu di selimuti masakan sari buah yang kemudian jatuh meninggalkan beberapa bagian jelly pada sisi garpu maka jelly yang kita inginkan telah terbentuk (Glads,et al., 1978).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jelly merupakan makanan yang sudah memasyarakat di Indonesia dan disukai oleh semua kalangan, khususnya anak-anak, karena rasanya yang manis dan teksturnya yang kenyal.Jelly merupakan kudapan atau cemilan jernih dan berwarna yang dapat dijadikan sebagai makanan penutup setelah makan besar. Selain rasanya yang manis,jelly juga mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh seperti membantu mengurangi kolestrol jahat, membantu meningkatkan kekebalan tubuh, sumber serat pangan, mengurangi stress, dan sebagainya.Jellymenjadi alternatif penganekaragaman pangan sehingga masyarakat bisa mendapatkan manfaat buah dengan cara yang lebih praktis danrasa yang disukai.

Bahan baku yang biasa digunakan dalam pembuatan jelly adalah buah-buahan seperti anggur, jeruk, stroberi, dan markisa. Markisa merupakan salah satu buah khas Sumatera Utara yang memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi produk olahan, salah satunya menjadi jelly.Markisa juga memiliki ciri khas yaitu aroma yang cukup kuat, rasa yang asam, dan warna yang menarik sehingga cocok dijadikan sebagai pembuatan jelly.Selain itu markisa bukanlah jenis buah yang bersifat musiman sehingga mudah diperoleh dan diolah menjadi berbagai produk makanan.

Buah markisa mengandung berbagai jenis zat yang berguna dan berbagai vitamin serta mineral. Buah markisa dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi segar, dapat juga dengan mengolahnya menjadi jelly.Buah markisa memang

sangat banyak manfaatnya untuk kesehatan karena kandungan nutrisinya. Buah markisa berkhasiat sebagai penenang dan anti radang.

Salah satu bahan penting dalam pembuatan jelly adalah bahan pengental.Karagenan merupakan bahan pengental yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pembuatan jelly. Apabila dilarutkan dalam air panas dan kemudian didinginkan,karagenan membentuk gel sehingga bertekstur kenyal. Sifat ini menarik sehingga banyak olahan makanan melibatkan karagenan termasuk dalam pembuatan jelly markisa ini.Penggunan karagenan membuat jelly tidak mudah meleleh pada suhu ruang maupun saat dikonsumsi.

Karagenan merupakan hasil ekstraksi dari rumput laut yang banyak digunakan sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil pada industri makanan, farmasi dan kosmetik.Karagenandigunakan dalam industri pangan karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan.Karagenan mampu mengendalikan kandungan air dalam bahan pangan, sehingga menghasilkan tekstur yang kenyal dan stabil (Anggradireja, 2009).

Gum arab merupakan suatu senyawa yang biasanya digunakan sebagai zat penstabil dalam bahan makanan. Gum arab juga banyak digunakan dalam pengolahan bahan pangan, yang membuktikan bahwa gum arab memiliki keunggulan dibanding dengan jenis penstabil lainnya. Selain itu gum arab mempunyai sifat yang dapat membentuk gel yang cocok digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan jelly (Tranggono, et al., 1991).

Prinsip pembuatan jelly adalah menghasilkan produk yang seragam dalam warna, citarasa, dan ketegaran yang disukai dan jernih. Buah yang baik untuk

pembuatan jelly adalah buah yang memiliki flavor yang kuat karena flavor buah dilarutkan dalam sejumlah besar gula yang diperlukan untuk menghasilkan konsistensi yang baik dan mempertahankan kualitas. Pemasakan merupakan tahapan yang penting dalam pembuatan jelly. Pemasakan yang terlalu cepat dapat menyebabkan tidak dapat membentuk struktur jelly yang kokoh sedangkan pemasakan yang terlalu lama dapat menyebabkan hidrolisis pektin dan menyebabkan hilangnya flavor dan warna (May, 1990).Suhu yang digunakan juga harus konstan dan tidak terlalu tinggi agar menghasilkan mutu jelly yang baik.Dengan alasan tersebut, perlu dilakukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Perbandingan Gum Arab dengan Karagenan dan Lama Pemasakan Terhadap Mutu Jelly Markisa".

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan gum arab dengankaragenan dan lama pemasakan terhadap mutu jelly markisa.

Kegunaan Penelitian

Untuk mendapatkan data dalam penyusunan skripsi di Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.Sebagai sumber informasi untuk menambah penganekaragaman pengolahan pangan dalampembuatan jelly dari buah markisa bagi masyarakat. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh perbandingan gum arab dengan karagenan dan lama pemasakan serta interaksi antara keduanya terhadap mutu jelly markisa.

i

ABSTRAK

DIMAS IWANDA: Pengaruh Perbandingan Gum Arab dengan Karagenan dan Lama Pemasakan Terhadap Mutu Jelly Markisa dibimbing oleh ZULKIFLI LUBIS dan MIMI NURMINAH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan gum arab dan karagenan dan lama pemasakan terhadap mutu jelly markisa. Penelitan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbandingan gum arab dan karagenan (P): (100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, dan 100%:0%) dan lama pemasakan (L): (10 menit, 15 menit, dan 20 menit). Parameter yang dianalisa adalah kadar air (%), kadar abu (%), total padatan terlarut (oBrix), kadar vitamin C (mg/100g), total asam (%), total mikroba (CFU/g) dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan kekenyalan).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbandingan gum arab dan karagenan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, serta uji organoleptik aroma dan kekenyalan. Lama pemasakan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar air, kadar abu, total padatan terlarut, total asam, serta uji organoleptik warna, dan rasa, serta memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap uji organoleptik aroma. Interaksi kedua faktor memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kadar abu dan uji organoleptik kekenyalan, serta memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kadar air dan total padatan terlarut. Perbandingan gum arab dengan karagenan 25%:75% dan lama pemasakan 10 menit menghasilkan jelly markisa dengan mutu terbaik.

Kata kunci:Gum arab,jelly, karagenan, lama pemasakan, markisa ABSTRACT

DIMAS IWANDA: The effect of ratio of arabic gom and carragenan and cooking time on the quality of passion fruit jelly, supervised by ZULKIFLI LUBIS and MIMI NURMINAH.

The purpose of this study was to determine the effect of ratio of arabic gom and carragenan and cooking time on the quality of passion fruit jelly. This study was done used completely randomized design with two factors, ie: ratio of gum arabic and carragenan (P) (100%:0%, 75%:25%, 50%:50%, 25%:75%, and 100%:0%) and cooking time (L): (10 minutes, 15 minutes, and 20 minutes). The analyzed parameters were moisture content (%), ash content (%), total soluble solid (oBrix), vitamine C content (mg/100g), total acid (%), total plate count (CFU/g), sensory test (color, flavor,

Dokumen terkait