• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Nilai dan Harga

Nilai adalah apa yang sepatutnya dibayar oleh seseorang pembeli atau diterima oleh penjual dalam sebuah transaksi, dan harga adalah apa yang akhirnya disetujui (Harjanto Budi, 2003 dalam Muhammad Ismail Ali Rosyid).

Pengertian Pajak

Untuk mengetahui arti pajak, Santoso Brotodihardjo, S.H., dalam bukunya

Pengantar Ilmu Hukum Pajak, mengemukakan beberapa pendapat pakar

tentang definisi pajak (Wirawan B. Ilyas, 2010), beberapa di antaranya seperti dalam kutipan sebagai berikut:

Macam-macam pengertian pajak antara lain:

1. Mr. Dr. N. J. Feldmann

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

commit to user

2. Prof. Dr. M.J.H. Smeets

Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

3. Dr. Soeparman Soemahamidjaja

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari beberapa pengertian pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu:

1) pembayaran pajak harus berdasarkan UU,

2) sifatnya dapat dipaksakan,

3) tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak,

commit to user

4) pemungutan pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta), dan

5) pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Penggolongan jenis pajak

Jenis-jenis pajak yang dikenakan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan (Wirawan B. Ilyas, 2010), antara lain:

1. Menurut Sifatnya

Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua, yaitu:

a. Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak (WP) dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya PPh.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan kepada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sasaran/ Objeknya

Menurut sasarannya, jenis-jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu:

a. Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan pertama-tama dengan memperhatikan keadaan pribadi WP (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul, apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya PPh.

commit to user

b. Pajak objektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memperhatikan /melihat objeknya, baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya, barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya Pajak Pertambahan Nilai.

3. Menurut Lembaga Pemungutannya

Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi dua, yaitu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, yang sering disebut dengan pajak pusat dan pajak daerah.

Fungsi Pajak

Dalam literatur pajak, sering disebutkan pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi budgeter dan regulerend. Namun, dalam perkembangannya, fungsi pajak tersebut dapat dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi, yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi (Wirawan B. Ilyas, 2010).

1. Fungsi budgeter adalah fungsi yang terletak di sektor publik, yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan UU berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

commit to user

2. Fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi ini umumnya dapat dilihat pada sektor swasta. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dr. Soemitro Djojohadikusumo, yaitu fiscal policy sebagai suatu alat pembangunan yang harus mempunyai satu tujuan yang bersamaan secara langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public

invesment dan secara tidak langsung digunakan untuk menyalurkan private

saving ke arah sektor-sektor yang produktif, maupun digunakan untuk

mencegah pengeluaran-pengeluaran yang mengahambat pembangunan. 3. Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah

satu penjelmaan atau wujud sistem gotong-royong, termasuk kegiatan pemeritahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila seseorang telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah. Bila pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint) terhadap pemerintah dengan menyatakan bahwa ia telah membayar pajak, mengapa tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya.

4. Fungsi redistribusi, yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat,

commit to user

misalnya dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarkat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada masyarkat yang mempunyai penghasilan lebih sedikit (kecil).

Fungsi pajak ketiga dan keempat tersebut sering kali disebut sebagai fungsi tambahan karena bukan merupakan tujuan utama pemungutan pajak. Akan tetapi, dengan perkembangan masyarakat modern, fungsi ketiga dan keempat menjadi fungsi yang juga sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam rangka kemaslahatan manusia serta keseimbangan dalam mewujudkan hak dan kewajiban masyarakat.

Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi empat macam (Wirawan B. Ilyas, 2010), antara lain:

1. Official assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh seseorang. Dengan sistem ini masyarakat (WP) bersifat pasif dan menunggu dikeluarkannya suatu ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak seseorang baru diketahui setelah adanya surat ketetapan pajak.

2. Semiself assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang pada fiskus dan WP untuk menentukan besarnya pajak seseorang yang terutang.

commit to user

Dalam sistem ini, setiap awal tahun pajak WP menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan yang merupakan angsuran yang bagi WP yang harus disetor sendiri. Baru kemudian pada akhir tahun pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak yang sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh WP.

3. Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang penuh kepada WP untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak.

Dalam sistem ini WP yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang seseorang, kecuali WP melanggar ketentuan yang berlaku.

4. Withholding system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang pada pihak ketiga untuk memotong/memungut besarnya pajak yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutnya menyetor dan melaporkannya kepada fiskus. Pada sistem ini, fiskus dan WP tidak aktif. Fiskus hanya bertugas mengawasi saja pelaksanaan pemotongan/pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga.

Pajak Pusat

Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak. Hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari Penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Wirawan B. Ilyas, 2010).

commit to user PBB

PBB adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas benda berupa harta tidak bergerak yaitu bumi dan bangunan. Pajak ini termasuk pajak objektif dan merupakan pajak pusat, walaupun sebagian besar penerimaannya diberikan kepada daerah (Soemarso S.R, 2007).

Pengertian bangunan meliputi:

a. jalan lingkungan dalam satu kesatuan dengan kompleks bangunan; b. jalan tol;

c. kolam renang; d. pagar mewah; e. tempat olahraga;

f. galangan kapal, dermaga; g. taman mewah;

h. tempat penampungan/kilang minyak, air dan gas, pipa minyak; i. fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Bumi dan bangunan diklasifikasikan berdasarkan nilai jualnya. Klasifikasi ini digunakan sebagai dasar untuk memudahkan dalam perhitungan pajak yang terutang. Klasifikasi diatur oleh menteri keuangan. Dalam menentukan klasifikasi bangunan faktor-faktor yang diperhatikan adalah:

1. bahan yang digunakan; 2. rekayasa;

3. letak;

commit to user

Untuk menentukan klasifikasi bumi/tanah, Mardiasmo (2004) dalam bukunya Perpajakan, memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

a. letak, b. peruntukan, c. pemanfaatan,

d. kondisi lingkungan dan lain-lain.

Dengan keputusan menteri keuangan nomor 523/KMK.04/1998 tentang penetuan klasifikasi dan besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB (Waluyo, 2007) telah mengatur pokok-pokok:

1. Standar investasi adalah jumlah yang diinvestasikan untuk suatu pembangunan dan atau penanaman dan atau penggalian jenis sumber daya alam atau budi daya tertentu, yang dihitung berdasarkan komponen tenaga kerja, bahan dan alat mulai dari awal pelaksanaan pekerjaan sampai tahap produksi atau menghasilkan.

2. Objek pajak yang bersifat khusus adalah objek pajak letak, bentuk, peruntukan dan atau penggunaannya mempunyai sifat dan karakteristik khusus.

3. Dalam hal objek pajak yang nilai jual per m2-nya lebih besar dari ketentuan NJOP, maka NJOP yang terjadi dilapangan digunakan sebagai dasar pengenaan PBB.

4. Objek pajak sektor pedesaan dan perkotaan yang tidak bersifat khusus, NJOP ditentukan berdasarkan nilai indikasi rata-rata yang diperoleh dari hasil penilaian secara massal.

commit to user

5. Besarnya NJOP sektor perkebunan, kehutanan, pertambangan serta usaha bidang perikanan, peternakan dan perairan untuk areal produksi dan atau areal belum produksi, ditentukan berdasarkan nilai jual permukaan bumi dan bangunan ditambah dengan nilai investasi atau nilai jual pengganti atau dihitung secara keseluruhan berdasarkan nilai jual penggati.

6. Untuk objek pajak tertentu yang bersifat khusus, NJOP dapat ditentukan berdasarkan nilai pasar yang dilakukan oleh pejabat fungsional penilaian secara individual.

7. Klasifikasi penggolongan dan ketentuan nilai jual, dapat dilihat pada lampiran IA, IB, IIA, IIB Keputusan Menteri Keuangan.

Pajak Daerah

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010).

Pajak Daerah Kabupaten/Kota menurut UU No.28 Tahun 2009, terdiri dari:

1. Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

2. Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

3. Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

commit to user

5. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

6. Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

7. Pajak mineral bukan logam dan batuan (perubahan nomenklatur) adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

8. Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.

9. Pajak sarang burung walet (baru) adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.

10.PBB pedesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.

11.Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) adalah pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan.

commit to user Pendapatan Asli Daerah

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, mengatur tentang Pendapatan asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu:

1. Hasil pajak daerah,

2. Hasil retribusi daerah,

3. Hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

4. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak. Adapun pengertian bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten/kota, sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut. Selanjutnya, perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

commit to user

Perhitungan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan berdasarkan NJOP yang terdapat pada Surat Pemberitahuan Pajak Terutang atas Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB). Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak Pengganti (Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010). Pajak atas Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan didasarkan pada NJOP PBB. Besaran pokok BPHTB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi NPOPTKP.

Objek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Yang menjadi objek pajak BPHTB dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010 adalah perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi:

1. Pemindahan hak karena jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha dan hadiah.

2. Pemberian hak baru karena kelanjutan pelepasan hak, dan di luar pelepasan hak.

commit to user

Hak atas tanah sebagaimana dimaksud diatas adalah hak milik, hak guna usaha (HGU), hak guna bangunan (HGB), hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun, dan hak pengelolaan.

Dengan demikian, perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan menurut Erly Suandy (2006) dapat berupa:

1. Tanah termasuk tanaman diatasnya

2. Tanah dan bangunan

3. Bangunan

Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB

Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010 adalah objek pajak yang diperoleh:

1. Perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik;

2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;

3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan atau perwakilan organisasi tersebut;

commit to user

4. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

5. Orang pribadi atau badan karena wakaf; dan

6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan ibadah.

Subjek Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi subjek pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek pajak tersebut jika dikenakan kewajiban untuk membayar pajak, menjadi wajib pajak.

Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Dasar pengenaan BPHTB dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 10 Tahun 2010 adalah Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP). NPOP dapat berupa harga transaksi atau nilai pasar atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NPOP dalam hal:

1. Jual beli adalah harga transaksi objek pajak tersebut;

2. Tukar-menukar adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

3. Hibah adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

4. Hibah wasiat adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

commit to user

6. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

7. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

8. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

9. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

10.Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

11.Penggabungan usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

12.Peleburan usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

13.Pemekaran usaha adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

14.Hadiah adalah nilai pasar objek pajak tersebut;

15.Penunjukkan pembeli dalam lelang adalah nilai transaksi yang tercantum dalam risalah lelang.

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait