• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal

Tandelilin (2010: 26) menjelaskan bahwa pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan saham yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Menurut Sartono (2008: 21), pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 dalam Sartono (2008: 22) juga menjelaskan bahwa pasar modal adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar modal memiliki kesamaan dengan jenis pasar lainnya seperti pasar uang, pasar komoditas, ataupun pasar berjangka. Jika pembeli lebih banyak daripada penjual, maka harga akan menjadi tinggi, sedangkan ketika pembeli lebih sedikit daripada penjual, maka harga akan turun. Begitu juga dengan aktivitas yang dilakukan di pasar modal. Kegiatan yang dilakukan sama dengan jenis pasar lain, hanya saja yang membedakan adalah instrumen dari masing-masing jenis pasar tersebut. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka

9

panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan, dan sarana produksi lainnya (Sartono, 2008: 21). Pasar modal juga bukan hanya dimanfaatkan secara individual sebagai investasi pribadi, namun pasar modal dipandang sebagai sarana yang efektif dalam kegiatan menghimpun dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan yang disalurkan kepada sektor-sektor produktif.

Instrumen pasar modal disebut dengan efek atau surat berharga. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek sebagai surat berharga, yaitu seperti surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek (Tandelilin, 2010: 30). Samsul (2006: 45) menjelaskan bahwa saham merupakan tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Saham terdiri dari dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham preferen memiliki keistimewaan lebih dibandingkan dengan saham biasa, karena saham preferen memiliki hak lebih dahulu dalam pembagian laba dan saham yang memiliki hak kumulatif. Sedangkan saham biasa dibagikan labanya setelah saham preferen terpenuhi.

2.1 Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi

Tandelilin (2010: 2) menyatakan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Investasi bukan hanya

10

dilakukan di bagian pendanaan, namun waktu yang diluangkan untuk membaca adalah contoh investasi untuk masa depan yang lebih baik. Begitu juga dengan sumber daya lainnya yang diinvestasikan. Komitmen investor (pelaku investasi) dalam investasi menunjukkan adanya harapan dari investor untuk mendapatkan imbal hasil dimasa yang akan datang dalam jangka panjang. Sedangkan Jogiyanto (2003: 5) menyatakan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pandangan terhadap investasi bukanlah hanya mengenai pengorbanan

satu unit ‘konsumsi saat ini’ untuk keuntungan dimasa yang akan datang. Pengorbanan harus disertai dengan produksi yang efisien dengan tujuan untuk menghasilkan imbal hasil lebih dari yang telah diinvestasikan ‘saat ini’ tersebut.

Investasi dalam penelitian ini yaitu investasi saham sektor finansial berupa saham yang dilakukan di pasar modal. Komitmen atas dana yang diinvestasikan mempunyai harapan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham dan pembagian dividen diakhir tahun. Investasi saham tergolong investasi jangka panjang. Pelaku investasi (investor) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Investor individu

Investor individu terdiri dari individu-individu yang secara perseorangan melakukan penanaman saham.

2. Investor institusional

Investor institusional dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kelebihan dana.

11

2.2.2 Tujuan Investasi

Menurut Tandelilin (2010: 8), secara umum tujuan investasi adalah dalam rangka memenuhi kesejahteraan investor. Kesejahteraan yang dirasakan investor dalam kegiatan investasi merupakan kesejahteraan moneter. Kesejahteraan moneter terbentuk karena adanya imbal hasil dari aset yang telah diinvestasikan dimasa yang akan datang. Imbal hasil yang positif didapatkan oleh investor ketika investasinya mengalami keuntungan. Tujuan investasi lainnya yaitu (Tandelilin, 2010: 8):

1. Kehidupan yang layak dimasa depan

Awal mula investasi adalah kelebihan dana dari investor. Kelebihan dana ini berasal dari dana pribadi dan dana pinjaman. Kelebihan ini kemudian diinvestasikan untuk keuntungan dimasa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi

Berinvestasi dalam kepemilikan perusahaan atau objek lain berdampak kepada penghindaran diri investor dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

Pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat.

2.2.3 Proses Investasi

Pemahaman mengenai proses investasi, harus diawali dari pemahaman mengenai konsep dasar investasi. Dasar keputusan investasi adalah pemahaman hubungan return dan risiko. Return (tingkat pengembalian) yang diperhitungkan investor

12

terdiri dari expected return (return ekspektasi) dan actual return (return realisasi). Return ekspektasi merupakan harapan dari tingkat pengembalian dimasa yang akan datang, sedangkan return realisasi merupakan tingkat pengembalian yang telah diterima oleh investor. Nilai return realisasi yang lebih rendah dari return ekspektasi menunjukkan adanya risiko investasi. Nilai risiko searah dengan nilai return ekspektasi artinya semakin besar nilai return ekspektasi maka semakin besar risiko yang akan dihadapi.

Proses dalam melalukan investasi, antara lain (Tandelilin, 2010: 12): 1. Penentuan tujuan investasi

Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan invetasi. Investor yang menginginkan return yang tinggi akan lebih memilih saham karena mudah diperjualbelikan. Sedangkan investor yang tidak menginginkan risiko yang tinggi maka tidak akan memilih saham.

2. Penentuan kebijakan investasi

Penentuan kebijakan investasi meliputi 2 (dua) hal yaitu penentuan alokasi aset dan batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi. Penentuan alokasi aset menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset. Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.

3. Pemilihan strategi investasi

Pemilihan strategi harus sesuai dengan dua tahapan sebelumnya. Ada 2 (dua) strategi portofolio yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi penggunaan informasi yang tersedia dan

13

teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang baik. Sedangkan strategi portofolio pasif adalah semua informasi yang ada akan diserap dan diterapkan pada harga saham.

4. Pemilihan aset

Setelah menentukan strategi portofolio yang dipilih, langkah selanjutnya yaitu pemilihan aset. Tujuan pada tahapan ini yaitu untuk mengetahui kombinasi portofolio yang efisien.

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui pengukuran dan perbandingan portofolio yang dipilih kemudian dibandingkan dengan portofolio lain.

2.2.4 Tipe-Tipe Investasi

Jogiyanto (2003: 7) menjelaskan bahwa ada 2 (dua) tipe investasi ke dalam aktiva keuangan yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung.

1. Investasi langsung

Investasi langsung dapat diartikan sebagai investasi yang dilakukan dengan membeli aktiva keuangan baik yang dapat diperjualbelikan atau tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan biasanya didapatkan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan. Aktiva keuangan di pasar uang hanya memiliki jangka waktu yang pendek seperti T-bill, sedangkan aktiva yang dijual di pasar modal memiliki jangka waktu yang panjang seperti saham. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya berasal dari bank komersial seperti tabungan atau sertifikat deposito.

14

2. Investasi tidak langsung

Investasi tidak langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi yaitu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual jasa tersebut ke publik dan menggunakan data yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolio.

Dokumen terkait