• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekosistem Danau

Danau adalah cekungan yang merupakan genangan air yang sangat luas di daratan. Danau dapat dipandang sebagai tempat penampungan (reservoir) air tawar di darat pada ketinggian tertentu di atas permukaan laut yang bersumber dari mata air, air hujan, sungai dan gletser. Berdasarkan terbentuknya, danau dapat dibedakan menjadi dua yaitu danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang terjadi karena adanya aktifitas alam seperti tenaga tektonik, aktivitas gunung api, dan adanya pencairan es.Danau buatan adalah danau yang terjadi karena adanya aliran air yang tertimbun baik secara alami maupun buatan manusia (Tambunan, 2010).

Danau dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001-0,01 meter/detik) atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu, waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama. Arus air danau dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan danau biasanya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini tergantung pada kedalaman dan musim (Effendi, 2003).

Keberadaan ekosistem danau memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan pertanian). Beberapa fungsi danau secara ekosistem adalah sebagai berikut (Kemen-LH 2008):

1. Sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai penyumbang bahan genetik. 2. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.

3. Sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumahtangga, industri, perikanan dan pertanian).

4. Tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.

5. Sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya.

6. Penghasil energi melalui PLTA. 7. Sarana rekreasi dan objek pariwisata.

Pengelolaan danau yang berkelanjutan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang dapat menjamin kelestarian sumberdaya perairan dan sumberdaya perikanan. Pembangunan pada hakekatnya adalah sebuah upaya dari semua pihak untuk menggunakan sumberdaya alam, binaan, dan sosial dalam rangka mencapai tujuan kesejahteraan dan keamanan. Pemanfaatan yang tidak sesuai mengakibatkan bayak rawa, situ maupun danau yang rusak, tercemar dan mengalami pendangkalan, bahkan telah berubah fungsi sebagai lahan pemukiman dan industri (Emelia, 2009).

Morfologi dan Kualitas Air Danau

Morfologi dan hidrologi danau sangat mempengaruhi daya dukung danau, khususnya karakteristik kegiatan perikanan, laju pembilasan air atau waktu tinggal air, yang tergantung pada volume air dan debit air keluar danau. Danau yang memiliki waktu tinggal kurang dari 20 hari mempunyai kemampuan pencampuran air sehingga plankton tidak dapat tumbuh. Sedangkan danau yang memiliki waktu tinggal antara 20 hari sampai 300 hari menyebabkan terjadinya proses stratifikasi. Apabila waktu tinggalnya lebih dari 300 hari akan terjadi stratifikasi yang stabil serta dapat terjadi akumulasi unsur hara dan pertumbuhan plankton yang menjurus kepada proses eutrofikasi (Rismawati, 2010).

Kualitas lingkungan perairan mempengaruhi kehidupan biota yang hidup di dalam perairan. Parameter kualitas air yang berpengaruh terhadap biota air jumlahnya cukup banyak, namun parameter yang pengaruhnya lebih besar antara lain intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan, kecerahan, suhu, kedalaman perairan, warna air, oksigen terlarut, fosfat total, total nitrogen, chemichal oxygent

demand (COD), klorofil-a serta plankton yang ada di dalam perairan tersebut

(Harahap, 2013).

Fosfor (P) merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton sehingga peningkatan P akibat adanya kegiatan budidaya akan meningkatkan kelimpahan fitoplankton sehingga terjadi perubahan kualitas air. Terlalu tingginya kelimpahan fitoplankton menyebabkan terganggunya produksi ikan budidaya. Usaha budidaya ikan yang dilakukan secara intensif akan menghasilkan limbah fosfat yang memicu produktivitas dan merubah sifat biotik dan abiotik perairan (Tambunan, 2010).

Antisipasi terhadap dampak negatif usaha budidaya keramba harus dilakukan dengan monitoring daya dukung dari perairan tersebut. Hal ini dilakukan karena dari waktu ke waktu perairan mengalami perubahan berkaitan adanya sisa-sisa pakan dari budidaya keramba yang ada, juga pengaruh faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas air danau

(Widyastuti, dkk., 2009).

Daya Dukung Danau

Daya dukung perairan merupakan tingkat maksimum produksi ikan yang dapat didukung oleh perairan pada tingkat perubahan kosentrasi fosfat yang masih dapat diterima oleh badan perairan tersebut. Masukan fosfat yang berlebihan ke

perairan berpotensi memicu blooming fitoplankton sehingga kualitas air perairan akan menurun. Penentuan daya dukung suatu perairan dilakukan untuk menduga batas fosfat yang boleh masuk ke perairan untuk mencegah penurunan produksi ikan dalam kegiatan budidaya dengan sistem keramba (Tambunan, 2010).

Air yang digunakan untuk keperluan budidaya perikanan tidak sekedar air (H2O), karena air mengandung banyak ion. Ion unsur yang kemudian menentukan apakah lingkungan tersebut cocok untuk kegiatan budidaya, jadi kualitas air yang baik adalah air yang cocok untuk kegiatan budidaya. Ketersediaan air yang baik sangat penting dalam budidaya, air yang bagus memiliki karakteristik lingkungan spesifik untuk mikroorganisme yang dibudidayakan (Maniagasi, dkk., 2013).

Analisis daya dukung lingkungan perairan perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan ekosistem dalam mendukung kegiatan pemanfaatan agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. Nilai daya dukung merupakan faktor penting dalam menjamin siklus produksi dalam jangka waktu yang lama dan berkesinambungan (Harahap, 2013).

Perhitungan daya dukung suatu perairan danau dilakukan untuk mencegah kematian ikan yang disebabkan oleh meledaknya kelimpahan plankton. Dan untuk mengetahui kemampuan suatu ekosistem menampung limbah yang diakibatkan dari adanya suatu kegiatan di ekosistem tersebut (Siagian, 2010).

Kegiatan Budidaya Perikanan

Keberhasilan pada kegiatan perikanan dipengaruhi oleh kualitas air danau, sebaliknya kualitas perairan danau tersebut sangat dipengaruhi oleh kegiatan perikanan yang berlangsung di danau tersebut. Limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan budidaya dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air

danau. Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya juga harus mempertimbangkan, mencegah atau mengurangi dampak yang dapat dari kegiatan budidaya terhadap kualitas perairan (Harahap, 2013).

Menurut Dirjen Perikanan Budidaya DKP (2001), suatu organisme yang akan dibudidayakan dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan atau kriteria yaitu:

1. Besarnya manfaat organisme bagi manusia, seperti untuk bahan makanan, bahan baku industri, obat-obatan dan sektor jasa;

2. Peluang untuk dapat diproduksi dengan teknologi dan biaya yang layak;

3. Pengaplikasian usaha budidaya tidak banyak menimbulkan gangguan terhadap kegiatan lain atau lingkungan.

Jenis ikan yang akan dibudidayakan dalam kantong/keramba jaring harus bernilai ekonomis tinggi agar daya serap pasar bisa dipenuhi. Selain itu, benih jenis ikan sewaktu-waktu mudah didapat di sekitar lokasi usaha. Hal ini dimaksudkan agar kontiunitas usaha nantinya dapat ditunjang. Faktor paling penting adalah kesanggupan jenis ikan itu sendiri untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik di perairan budidaya keramba jaring (Aksomo, 2007).

Menurut Sukadi (2002), tujuan pengembangan sistem pembudidayaan ikan adalah:

a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan; b. Meningkatkan mutu produksi dan produktifitas usaha perikanan budidaya

untuk penyediaan bahan baku industri perikanan dalam negeri, meningkatkan ekspor hasil perikanan budidaya dan memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masyarakat;

c. Meningkatkan upaya perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya.

Keuntungan dari sistem budidaya ikan dalam keramba adalah biaya pelaksanaannya relative lebih murah. Karena ikan dipelihara dalam keramba, maka ikan menjadi terhindar dari gangguan hama maupun gangguan lain yang sering menimbulkan kerugian dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Pengawasan terhadap pertumbuhan dan kesehatan ikan dapat dilakukan lebih mudah. Proses pergantian air dapat berlangsung setiap saat dan mencapai seluruh bagian keramba, sehingga kebutuhan oksigen bagi ikan selalu terpenuhi. Sisa makanan dan kotoran hasil metabolisme dapat segera dibuang, sehingga tidak terjadi penimbunan amoniak yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan dan menimbulkan keracunan pada ikan. Kegiatan usaha budidaya ikan dalam keramba dapat meningkatkan pendapatan petani dan dengan demikian kebutuhan gizi keluarga terpenuhi (Kurniawan, 2001).

Persepsi

Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap objek yang dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan (stimulus) dari objek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penaksiran tentang objek yang dimaksud. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan hasil respon seorang manusia terhadap sesuatu yang ditangkap oleh panca indera (Budiarti, 2011).

Menurut Chandra (2004), persepsi adalah suatu proses mental yang rumit dan melibatkan berbagai kegiatan untuk menggolongkan stimulus yang masuk sehingga menghasilkan tanggapan untuk memahami stimulus tersebut. Persepsi dapat terbentuk setelah melalui berbagai kegiatan, yakni proses fisik (penginderaan), fisiologis (pengiriman hasil penginderaan ke otak melalui saraf sensoris) dan psikologis (ingatan, perhatian, pemrosesan informasi di otak).

Beberapa pendapat diatas mengenai persepsi, dapat diketahui bahwa proses pembentukan persepsi merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia. Proses ini dapat dipengaruhi oleh berbagai hal yang dialami oleh pribadi masing-masing dalam merespon segala sesuatu. Persepsi setiap manusia akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan pandangannya terhadap suatu objek atau permasalahan tertentu seperti karakteristik sosial yang diantaranya adalah tingkat kecerdasan atau pendidikan dan pengetahuan, kebutuhan, usia dan lain-lain. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi (stimulus) pola pikir dan pandangan seseorang yang berkaitan dengan objek atau permasalahan tertentu atau pengalaman orang lain (Budiarti, 2011).

Prinsip Persepsi

Menurut Mulyana (2004), ada beberapa prinsip penting mengenai persepsi, antara lain sebagai berikut:

1. Persepsi terbentuk berdasarkan pengalaman. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu terbentuk

berdasarkan pengalaman mereka terhadap hal-hal itu terbentuk berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka terhadap rangsangan, objek atau kejadian serupa.

2. Persepsi bersifat selektif. Informasi atau rangsangan (stimulus) inderawi yang diperoleh seseorang jumlahnya sangat banyak sekali sehingga perlu proses selektifitas atas rangsangan-rangsangan tersebut. Atensi seseorang merupakan faktor utama yang menentukan selektifitas tersebut. Atensi seseorang terhadap objek persepsi akan membentuk persepsi terhadap objek tersebut. Atensi menyebabkan seseorang melakukan seleksi hanya pada karakterstik tertentu. 3. Persepsi bersifat dugaan. Persepsi yang terburuk berupa dugaan apabila

seseorang tidak mungkin memperoleh informasi yang lengkap mengenai objek persepsi melalui penginderaan. Proses persepsi yang bersifat dugaan memungkinkan seseorang mengisi ruang kosong dan menyediakan informasi terhadap suatu objek persepsi.

4. Persepsi bersifat evaluatife. Seseorang mempersepsikan orang lain atau sesuatu berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingannya. Persepsi bersifat pribadi dan subyektif karena persepsi mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai pengharapan yang digunakan seseorang untuk memaknai objek persepsi.

5. Persepsi bersifat kontekstual. Persepsi harus dilihat secara kotekstual yang berarti dalam situasi.

Menurut Calhoun dan Acocella (1990) persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang sama menandai konsep diri :

1. Pengetahuan: Apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya.

2. Pengharapan: Gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan melakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa.

3. Evaluasi: Kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi dipengaruhi oleh variabel yang berkombinasi satu dengan yang lainnya yaitu;(1) pengalaman masa lalu, (2) indoktinasi budaya, bagaimana menerjemahkan apa yang dialami. (3) sikap pemahaman, apa yang diharapkan dan apa yang dimaksud dengan hal tersebut. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor

intern yang ada dalam individu tersebut. Bakat, minat, kemauan, perasaan, fantasi,

kebutuhan, motivasi, jenis kelamin, umur, kepribadian, kebiasaan dan lain lain serta sikap lain yang khas dimiliki seseorang termasuk juga pengetahuan. Persepsi juga dipengaruhi faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya (Desiyani, 2003).

Beberapa hal yang mempengaruhi persepsi: 1.pelaku persepsi, bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif/kebutuhan individu, suasana hati, pengalaman masa lalu, prestasi belajar sebelumnya dan pengharapan; 2.target yang akan diamati, karakteristiknya dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan; 3.Situasi, yaitu unsur dalam lingkungan sekitar dapat mempengaruhi persepsi

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses pembentukan persepsi yaitu faktor struktural dan faktor fungsional. Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat rangsangan (stimuli) fisik dan efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Itu berarti secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima, sedangkan faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor pribadi, jadi yang menentukan persepsi secara fungsional ialah karakteristik orang yang member respons terhadap rangsangan tersebut (Adi, 2002).

Masyarakat mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kualitas hidupnya sendiri, sehingga yang diperlukan hanya dukungan untuk mengelola dan menyadarkan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhanannya. Dalam melaksanakan kegiatan, dukungan pemerintah memegang peranan penting dalam memberikan pengarahan, bantuan teknis serta pengambilan keputusan sehingga sangat penting melibatkanmasyarakat danpemerintah secara bersama-sama dalam mengelola kawasan (Mardijono, 2008).

Topografi Danau Pondok Lapan

Danau Pondok Lapan adalah sebuah danau buatan yang terdapat di Dusun Pulka Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Danau ini terletak pada koordinat 3o30’44,73”LU-3o30’26,29”LU dan 98o17’65”BT - 98o17’29,60”BT. Danau Pondok Lapan memiliki luas 6.3 Ha, kedalaman rata-rata 2.14 meter, kedalaman maksimal 4.14 meter dan terletak di antara perkebunan sawit milik negara dan juga swasta (Ma’rufi, 2015).

Danau Pondok Lapan memiliki suhu air berkisar antara 28°C - 31ºC dan berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik, sehingga baik untuk kegiatan budidaya perikanan.Kecerahan Danau Pondok Lapan berkisar 85-100 cm, pH 6-7 dan fosfat 0.03 mg/l. DO danau ini berkisar 3 - 6 mg/l, TSS 18 - 20 mg/l dan TDS 200 - 300 mg/l (Rizki, 2015). Kondisi perairan Danau Pondok Lapan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Danau Pondok Lapan

Danau Pondok Lapan memiliki topografi berupa dataran tinggi dengan ketinggian 100 meter dpl. Volume danau tersebut sekitar 153.484,43 m³ atau 153.484.430 liter, dengan debit air 13.136,256 m³/hari. Sehingga danau ini memiliki masa tinggal air danau sekitar ± 11 - 12 hari. Artinya air yang ada di dalam danau akan berganti setiap 11 - 12 hari dan memiliki laju pembilasan udara yang cepat (Ma’rufi, 2015).

Geologi kawasan ini berupa pasir berlempung yang berwarna kuning kecokelatan. Danau pondok lapan memiliki dua outlet dan tidak memiliki inlet, dengan sumber utama air Danau Pondok Lapan berasal dari air permukaan dan air dalam tanah (Groundwater)(Ariska, 2015).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Kepulauan dan sebagai negara kepulauan 2/3 dari wilayah negara Indonesia merupakan wilayah perairan dengan sumberdaya hayati terbesar dan seluruhnya belum dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal. Sumberdaya hayati perairan ini mempunyai karakteristik yang unik yaitu merupakan sumberdaya milik umum, akibatnya pemanfaatan sumberdaya bersifat terbuka (open acces)artinya semua orang dapat melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya di wilayah perairan tanpa adanya pembatasan (Harahap, 2013).

Danau merupakan salah satu perairan yang memiliki potensi sumberdaya hayati. Keberadaan ekosistem danau alami maupun buatan memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia, baik untuk rumah tangga, industri, pertanian dan perikanan. Beberapa fungsi penting tersebut antara lain: sebagai sumber plasma nutfah yang khas terutama jenis-jenis ikan endemisitas yang tinggi, penyimpan air, kebutuhan air minum, mandi, cuci, kakus (MCK) dan irigasi, kegiatan budidaya perikanan dan pembangkit listrik (Fatih, 2008).

Danau merupakan potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan, dikelola dan dikembangkan secara berkelanjutan dan lestari. Salah satu fungsi ekosistem danau buatan yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah usaha budidaya perikanan keramba. Agar berbagai fungsi tersebut dapat dipertahankan keberlanjutan dan kelestariannya, pemanfaatannya harus memperhatikan daya dukung lingkungan (Carrying Capacity).

Untuk penerapan usaha budidaya perikanan dibutuhkan persepsi masyarakat agar kegiatan tersebut dapat berjalan lancar. Masyarakat harus mendukung kegiatan yang akan direncanakan agar mereka ikut berpartisipasi dalam kegiatan budidaya perikanan tersebut. Partisipasi masyarakat merupakan kebutuhan dasar, sehingga masyarakat harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan. Kesempatan tersebut perlu diberikan karena tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan yang mereka inginkan.

Danau Pondok Lapan terletak di Dusun Pulka Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat dan masyarakat sekitar bermata pencaharian berkebun sawit dan karet. Danau ini merupakan danau buatan dengan tujuan penyediaan air bagi kegiatan pertanian, terletak di antara perkebunan sawit milik negara dan juga swasta. Adapun fungsi utama danau ini adalah sebagai sumber air bagi masyarakat sekitar untuk kegiatan pertanian. Danau ini juga berfungsi dalam pengambilan ikan (memancing) untuk memenuhi kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Masyarakat sekitar danau belum memanfaatkan kegiatan perikanan secara optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian kesesuaian daya dukung dan persepsi masyarakat di Danau Pondok Lapan terhadap kegiatan usaha budidaya perikanan keramba untuk mengetahui potensi pemanfaatan danau. Dengan adanya kegiatan perikanan di Danau Pondok Lapan, diharapkan dapat memberikan informasi kegiatan usaha budidaya perikanan keramba untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Perumusan Masalah

Danau Pondok Lapan di Dusun Pulka Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat mempunyai potensi yang besar bagi masyarakat sekitar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Dalam pengembangan kegiatan usaha budidaya ikan dengan sistem keramba harus dipertimbangkan daya dukung lingkungan, sehingga kegiatan budidaya dapat berlangsung secara berkelanjutan dan kelestarian lingkungan tetap terjaga. Untuk melakukan kegiatan usaha budidaya perikanan, juga perlu diketahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan tersebut agar masyarakat ikut berpartisipasi terhadap kegiatan budidaya perikanan yang akan dilakukan di Danau Pondok Lapan.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan usaha budidaya keramba dan jenis keramba yang cocok dilakukan di Danau Pondok Lapan?

2. Bagaimana kesesuaian daya dukung Danau Pondok Lapan untuk dijadikan kegiatan usaha budidaya keramba?

Kerangka Pemikiran

Danau Pondok Lapan merupakan danau buatan yang memiliki potensi untuk kegiatan budidaya perikanan dan belum dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu, perlu diketahui daya dukung dari danau tersebut apakah Danau Pondok Lapan layak untuk kegiatan budidaya perikanan dan jenis budidaya keramba yang sesuai. Daya dukung perlu diketahui agar kegiatan budidaya perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan dan kelestariannya tetap erjaga.

Persepsi masyarakat terhadap kegiatan usaha budidaya perikanan sangat penting diketahui untuk suatu rencana pembangunan. Persepsi masyarakat di

Dususn Pulka dapat dibagi kepada persepsi masyarakat terhadap keberadaan usaha budidaya perikanan yang pernah dilakukan dan persepsi masyarakat terhadap kegiatan budidaya perikanan jika dilakukan di Danau Pondok Lapan Dusun Pulka. Sehingga dapat diketahui rekomendasi terhadap pemanfaatan Danau Pondok Lapan. Berdasarkan permasalahan diatas, kerangka pemikiran penelitiandapat dilihat pada Gambar1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Danau Buatan

Potensi Danau Buatan

Jenis Budidaya Keramba Layak untuk kegiatan

budidaya perikanan Daya Dukung

Persepsi Masyarakat Sekitar Danau Pendapat Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan Budidaya Pernah Melakukan Kegiatan Budidaya Perikanan

Rekomendasi Terhadap Pemanfaatan Danau Buatan

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan kegiatan usaha budidaya perikanan keramba yang dilakukan di Danau Pondok Lapan.

2. Mengetahui kesesuaian daya dukung untuk kegiatan usaha budidaya perikanan dan jenis keramba yang cocok dilakukan di Danau Pondok Lapan.

Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi pemerintah setempat dan masyarakat sekitar tentang potensi Danau Pondok Lapan sebagai bahan acuan untuk aspek pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam di Danau Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

i

ABSTRAK

MEYNA MELIA UTARI. Persepsi Masyarakat dan Daya Dukung Perairan Bagi Kegiatan Budidaya Perikanan di Kawasan Danau Pondok Lapan Dusun Pulka Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Dibimbing oleh PINDI PATANA dan FEBRINA ARLI.

Danau Pondok Lapan merupakan danau buatan yang terdapat di Dusun Pulka Desa Naman Jahe Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Danau Pondok Lapan terletak di antara perkebunan sawit. Awalnya danau ini dibuat untuk pengairan, namun masyarakat sekitar lebih memilih untuk berkebun seperti sawit dan karet. Danau Pondok Lapan memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan budidaya perikanan. Penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat dan daya dukung perairan bagi kegiatan budidaya perikanan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2015. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan melakukan wawancara dan kuisioner. Penelitian ini menghasilkan bahwa masyarakat memiliki persepsi positif terhadap kegiatan budidaya perikanan keramba jika dilakukan di Danau Pondok Lapan sebanyak 82.8% (Sangat Setuju) dan 74% (Mengetahui) kegiatan budidaya perikanan keramba yang pernah dilakukan di Danau Pondok Lapan. Kesesuaian daya dukung di Danau Pondok Lapan dapat menampung kegiatan budidaya perikanan keramba sebanyak 14 keramba dengan ukuran 4x4x2 meter3dan dengan sistem budidaya perikanan Keramba Jaring Tancap (KJT).

ii

ABSTRACT

MEYNA MELIA UTARI, Public Perception and Carrying Capacity of Water For Aquaculture activities in the area of Pondok Lapan Lake Dusun Pulka Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Guided by PINDI PATANA and FEBRINA ARLI.

Dokumen terkait