• Tidak ada hasil yang ditemukan

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), sistematika tanaman Rosella yaitu Kingdom : Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Sub kelas : Dilleniidae,

Bangsa : Malvales, Suku : Malvaceae, Genus : Hibiscus, Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn

Tanaman ini mempunyai tinggi 3,5 m dan memiliki akar tunggang yang dalam yang berbentuk silinder halus . Batang tanaman rosella berwarna hijau gelap menjadi merah batang. Daun berseling dengan panjang 7,5-12,5 cm bewarna hijau dengan tulang daun bewarna kemerahan dan petioles panjang atau pendek (Mahadevan et al., 2009).

Daun tanaman rosella merah tumbuh tunggal dan tersusun secara berseling-seling, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari, dan bewarna hijau gelap sampai dengan kemerah-merahan, Helai daun memiliki pertulangan menjari bewarna merah dan tepi beringgit dengan banyak kelenjar pada permukaan bawah. Ukuran daun bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada umumnya daun tanaman rosella merah berukuran panjang antara 6-15 cm dan

lebar antara 5-8 cm yang melekat pada tangkai daun sepanjang 4-7 cm (Rukmana dan Herdi, 2015).

Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota bunga rosella berwarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap dibagian tengahnya. Tangkai sari merupakan tempat melekatnya kumpulan benang sari

berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat hemaprodit sehingga mampu menyerbuk sendiri. (Rahmawati. 2012).

Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar dengan kerah (epicalyx). Ukuran bunga sebesar 3,2-5,7 cm dan sepenuhnya menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna hijau ketika belum matang, mempunyai 5 ruang, dengan masing-masing ruang mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan panjang sekitar 3-5 mm (Mahadevan et al., 2009).

b c

d e f

Gambar 1. Proses pembentukan kelopak bunga. a. Mahkota bunga mekar pada pagi hari, b dan c. Mahkota bunga mulai menguncup pada siang hari, d. Keesokan harinya mahkota bunga kisut dan jatuh,e. Sehingga hanya tersisa bagian kelopak bunga dan terus membesar f. Kelopak bunga yang dapat dipanen

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 meter dpl. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh didaerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata 24-32°C. Namun rosella masih toleran pada kisaran suhu 10-36°C. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 21°C (Wijayanti, 2010).

Rosella membutuhkan curah hujan bulanan berkisar 130-200 mm dalam tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan mengurangi hasil. Rosella sangat sensitif terhadap perubahan panjang hari. Fotoperiodisme ini membutuhkan waktu tanam harus diatur sesuai dengan panjang hari daripada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).

Tanah

Tanaman rosella merah mempunyai daya adaptasi luas terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan indikator di daerah sentra produksi rosella merah di Indonesia menunjukkan bahwa, jenis tanah yang tergolong ideal untuk ditanami tanaman ini adalah tanah aluvial, latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK) (Rukmana dan Herdi, 2015).

Tanaman rosella dapat diusahakan di segala macam tanah akan tetapi yang paling cocok pada tanah yang subur dan gembur maksudnya yang mempunyai struktur yang dalam, bertekstur ringan dan berdrainase baik. Rosella masih dapat

toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran juga pada pH 4,5-8,5. Selama pertumbuhan rosella tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk lahan tegal adalah 180 mm/bulan. Apabila ditanam pada wadah yang terbatas ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang (diamater 30 cm), pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman

kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah (Wijayanti, 2010).

Kandungan Tanaman Rosella

Popularitas teh Rosella meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas dari perannya sebagai antioksidan, antikanker, hipolipidemia, hepatoprotektor, antihipertensi, anti bakteri, meningkatkan stamina. Kandungan senyawa kimia dalam kelopak bunga Rosella: antosianin (gossipetin dan hibiscin) 2 %, vitamin C 0,004–0,005 %, protein 6,7–7,9 %, asam sitrat dan asam malat 13 %. Kandungan asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat 34 %. Setiap 100 gr kellopak Rosella kering mengandung protein 1,145 g, lemak 2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten 0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C 244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine, isoleucine, leucine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, tyrosine,

valine, aspartic acid, glutamic acid, alanine, glycine, praline, serine (Ekanto dan Sugiarto, 2011).

Antosianin merupakan senyawa bewarna yang bertanggungjawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur dan tanaman hias. Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin. Jenis antosianin pada kelopak bunga rosella antara lain delfinidin, sianidin petunidin, miricetin,pelargonidin dan malvidin (SEAFAST Center, 2013)

Konsentrasi Antosianin memberikan hasil yaitu kadar antosianin pada kelopak Rosella mengalami peningkatan pada perlakuan dosis iradiasi gamma dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk meningkatkan kandungan antosianin sebesar 3.63%, 3.68% pada musim tahun 2009 dan 2010 (El Sherif et al., 2011).

Khasiat Tanaman Rosella

Sebagai tanaman obat, rosella merah mempunyai manfaat untuk mengatasi berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi kecanduan merokok, mencegah stroke dan hipertensi, memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula dalam darah, mencegah kanker, tumor, kista dan sejenisnya. Diantara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi dan antidiabetes (Wijayanti, 2010).

Tumbuhan rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu tumbuhan yang telah dimanfaatkan dalam mengatasi berbagai penyakit dan

masalah kesehatan di berbagai negara. Kelopak bunga rosella telah digunakan sebagai pengobatan tradisional dalam mengatasi mual, memperlancar buang air besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu, dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin dan alkaloid. Kandungan fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek imunostimulator (Puspitowati et al., 2012).

Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang dapat menyebuhkan diuretik koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang peristaltik usus. Selain itu, kelopak bunga rosela juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung dan kanker darah (Moeksin dan Stevanus, 2009).

Hasil penilitian Hui-Hsuan Iin dari institute of BioChemistry and Biotechnology, Chung San Medical University, Taichung, Taiwan membuktikkan bahwa rosella bersifat anti kanker lambung. Penelitiannya menemukan antioksidan rosella membunuh sel kanker dengan metode sitoksis dan apoptosis Penelitian lain yang dilakukan oleh DE-Xing Hou di Jepang, seorang peneliti dari Department of Biochemical Science Ang Technology, Faculty of Agricultur, Kagoshima University, Jepang menemuka bahwa 3-sambubioside, antioksidan rosella ampuh mengatasi kanker darah atau leukimia. Cara kerjanya dengan menghambat terjadinya kehilangan membran mitokondria dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke sitosol (Wiyarsi, 2011).

Mutasi Sinar Gamma

Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi merupakan sumber aneka alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif genotipe. Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan, dan merupakan kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah

meningkatkan keragaman/ variabilitas genetik tanaman, sehingga pemilihan / seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan (Sudarka, 2009).

Pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan ekstrakromosomal. Sebaliknya, bila tingkat lethalitas tinggi, frekuensi mutasinya rendah dapat dikategorikan kerusakan kromosomal. Kerusakan fisiologis pada sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan sub-epidermis (L2), selanjutnya L3 merupakan sebagian besar jaringan internal batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).

Apabila mutasi non-lethal terjadi pada sel yang aktif membelah, seperti sel meristem tersebut, maka biasanya akan diperoleh keturunan sel-sel yang bermutasi dan sel sel yang tidak bermutasi tergantung pada dimensi mutasi.

Dimensi mutasi yang terjadi pada jaringan ini tergantung pada posisi sel yang bermutasi. Melalui mutasi induksi, genotip yang diinginkan tidak dapat segera dikenali karena terbentuknya chimera pada meristem yang multiseluler. Fenomena pada tanaman termutasi ini dikatakan chimera apabila sel yang tumbuh tersebut menunjukkan lebih dari satu genotip dalam satu jaringan tanaman. Seperti misalnya tanaman variegata, sel-sel ini berasal dari jaringan meristem apikal yang beberapa selnya tidak mampu mensintesis khlorofil sehingga daun tidak berwarna hijau (Cammareri et al. 2002 pada Suwarno, 2007).

Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan rendah (<1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Pada umumnya dosis yang rendah dapat mempertahankan daya hidup atau tunas, dapat memperpanjang waktu pemasakan pada buah-buahan dan sayuran, serta meningkatkan kadar pati, protein dan kadar minyak pada jagung, kacang dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Warna bunga atau daun dapat pula berubah sehingga diperoleh mutan komersial (Soedjono, 2003).

Penelitian Harding dan Mohamad (2009) mengenai radiosensivitas Rosella aksesi Terengganu dan Arab dengan tujuan menentukan dosis yang efektif untuk mutasi rosella selama tahun 2006/2007. Parameter tinggi bibit yang diamati pada 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah ditananam benih M1 dari 2 varietas Terengganu dan Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis radiasi sinar gamma 0-1200 Gy dalam tingkatan 100 gray (Gy) menyebabkan peningkatan fisiologis yang berpengaruh pada tinggi bibit. Nilai LD50 ditentukan dari analisis

regresi untuk varietas Terengganu berdasarkan tinggi bibit masing-masing yaitu 754, 821,4, 761,7 dan 766,7% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah tanam, dan nilai-nilai LD50 untuk varietas Arab adalah masing-masing sebesar 773,8.%, 804,1.%, 704,2 dan 708,3% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu. Nilai LD50 untuk Terengganu dan Arab ditentukan pada minggu ke 2 masing-masing 754 dan 773,8%.

Hasil penelitian El Sherif et al (2014) juga menyatakan bahwa aplikasi 600 Gy memberikan efek tertinggi pada peningkatan jumlah kelopak bunga per tanaman rosella aksesi Arab dibandingkan dosis iradiasi lainnya dan kontrol. Produksi berat kelopak bunga segar per tanaman naik dengan sinifikan tercatat pada aplikasi 500 dan 400 gy (171.8 dan 151.4 g per tanaman) masing-masing di tahun 2009 dan 2010 pada periode panen yaitu 180 hari setelah tanam. Meningkatnya pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, bobot basah dan kering daun, batang dan akar) memberikan hasil yang terlihat pada aplikasi 600 Gy terhadap produksi tertinggi (produksi buah) tanaman rosella. Efek stimulasi pada dosis 600 Gy berdasarkan fakta bahwa stimulasi memberikan peran terhadap pembentukan enzim dan hormon pertumbuhan terhadap pertumbuhan dan produksi.

Berdasarkan hasil penelitian Atmarazaqi (2013) didapatkan kesimpulan bahwa terdapat keragaman fenotipe daun pada dosis 25 Gy tanaman rosella di awal pertumbuhan 2 MST yakni menghasilkan daun bercak berlubang dan berlubang melengkung. Analisis jumlah stomata, jumlah sel epidermis, klorofil rosella merah dan kandungan anthosianin kelopak bunga berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan irradiasi sinar gamma. Pada perlakuan dosis radiasi 25 Gy ternyata memiliki kandungan anthosianin kelopak bunga lebih tinggi

dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan radiasi sinar gamma yang acak (random) telah merusak sel pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh terhadap senyawa metabolit sekunder tanaman rosella merah.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rosella telah didomestikasi di Sudan barat sebelum 4000 SM; dan pertama kali tercatat di Eropa pada tahun 1576. Rosella dkenal sebagai tanaman coklat kemerahan Jamaika pada tahun 1707 di Jamaika, dimana penggunaan secara umum dari kelopak bunga sebagai makanan pertama kali digunakan di dunia baru (Benua Amerika), rosella ditanam di Meksiko, bagian dari Amerika Tengah, Hindia Barat, selatan Florida, Texas dan California pada akhir abad ke-19.

Sekarang ditanam untuk tujuan kuliner di banyak negara tropis. Penggunaan

H. sabdariffa untuk makanan serat telah dikembangkan di daerah lain selain Afrika (Mohamed et al., 2012).

Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Umumnya bagian kelopak bunga rosella dijadikan minuman dalam bentuk teh. Teh rosella diyakini฀dapat meningkatkan kemampuan seperti yang telah dimanfaatkan di beberapa negara sebagai tonikum (menetralisir racun) bertahun-tahun yang lalu. Mekanisme fisik setelah mengkonsumsi฀peningkatan kemampuan teh Rosella, dapat dikaitkan dengan kandungan antioksidan dan protein yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Delapan belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella. Antioksidan yang dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam 100 gram kelopak rosella

kering. Antioksidan lain pada rosella yaitu betakaroten dan antosianin (Ekanto dan Sugiarto, 2011).

Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per tahun. Dan untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih terbatas yang disebabkan penggunaan benih yang kurang bermutu, pengendalian hama dan penyakit yang kurang memadai serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya dari hasil-hasil penelitian ke tingkat petani (Hapni, 2010).

Roselindo 2 merupakan varietas yang berasal dari genotype no.1596 (Jamaika/Rosella ungu cumi). Varietas Roselindo 2 mempunyai keistimewaan yaitu kandungan Vitamin C dan Antosianin yang cukup tinggi pada kelopak bunga yaitu sebesar 2.033,524 mg/100g dan 14,697 mg/kg dibandingkan dengan varietas Roselindo lain. Namun kelemahan varietas ini yaitu potensi hasil kelopak yang masih rendah daripada Roselindo 1 serta ketahanan terhadap penyakit Fusarium masih moderat sehingga perlu ada perbaikan terhadap karakter dari varietas tersebut. Salah satu teknik pemuliaan untuk memperbaiki karakter Roselindo 2 adalah dengan mutasi (Purdyaningsih, 2015).

Induksi mutasi merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman tanaman. Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen terhadap materi reproduktif yang akan dimutasi yang dapat mengubah sebagian

sifat tanaman (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Mutasi atau perubahan materi genetik dapat dideteksi dengan melihat perubahan pada tingkat struktur gen atau perubahan pada tingkat ekspresinya. Untuk melihat perubahan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan antara mutan dan tipe liarnya. Perubahan dapat terlihat pada tingkat morfologi yang terlihat oleh mata telanjang, atau pada tingkat lain yang tidak nampak oleh mata. Secara garis besar penampilan mutan dapat dilihat dari liarnya dengan tiga cara; perbedaan morfologi, perbedaan tingkat kimia, dan perbedaan tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh. Hasil mutasi yang paling mudah dilihat ialah bila terjadi perubahan morfologi seperti bentuk, ukuran atau warna (Jusuf, 2001).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang dimutasi. Hal itu ditunjukkan, misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang bekerja untuk merakit kultivar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang dikehendaki. Melalui teknik penyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat–sifat yang diharapkan setelah melalui serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi (Amien dan Carsono, 2008).

Pengaruh mutasi iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter atau sifat tanaman diantaranya di Malaysia telah membentuk varietas mutan hasil radiasi yang dikenal dengan nama UKMR-1, UKMR-2, UKMR-3 yang berpotensi meningkatkan produksi dan karakter dari tanaman asal yaitu rosella aksesi Arab dan Trengganu (Osman et al., 2011).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap

perubahan morfologi dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan meneliti pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan morfologi dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Hipotesis Penelitian

Perlakuan beberapa dosis iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap perubahan morfologi dan kandungan dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

Mutia Dinulia Putri: Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma dibimbing oleh Diana Sofia Hanafiah dan Lutfi M Aziz Siregar .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meneliti pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan morfologi dan kandungan antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut dimulai dari April sampai September 2016. Penelitian ini menggunakan bahan tanam benih rosella varietas Roselindo 2 yang telah diberikan perlakuan iradiasi dengan dosis (0, 150, 300, 450, 600) Gy menggunakan sumber radiasi Co60. Data yang didapatkan diuji dengan menggunakan analisis uji-t. Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, umur panen, diameter kelopak bunga, bobot basah kelopak bunga per tanaman, bobot buah per tanaman, jumlah kelopak bunga per tanaman, kadar antosianin. Hasil penelitian menunjukkan pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan diameter kanopi, dosis 450 Gy meningkatkan diameter kanopi, dosis 600 Gy menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman serta memperlama umur panen dibandingkan tanaman kontrol Namun pada kadar antosianin, tinggi tanaman dan diameter kelopak tidak mengalami perbedaan yang nyata antara tanaman iradiasi dengan tanaman kontrol pada semua dosis iradiasi

Kata kunci : perubahan morfologi, kandungan antosianin, iradiasi sinar gamma, rosella

ABSTRACT

MUTIA DINULIA PUTRI :The response of morphological changes and anthocyanin content of the roselle plant on the various dose of gamma irradiation.Supervised by Diana Sofia Hanafiah and Luthfi Aziz M. Siregar.

The objective of the research was identify and examine the effect of various gamma irradiation on the morphological changes and the anthocyanin content of the roselle plant. The research was conducted on the experimental field, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, from April to September 2016. The Roselindo 2 seeds were used as the plant material which Co irradiated (0, 150, 300, 450, 600 Gray). The data obtained were analyzed with t-test. Parameters observed were: the percentage of germination, the plant height, the number of branches, the diameter of canopy,the diameter of calyx, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant , the anthocyanin content and the time of harvested. The results showed that the 150 Gray gamma irradiation decreased the diameter of canopy, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant, the 300 Gray increased the number of branches, the diameter of canopy, the 450 Gray increased the diameter of canopy, the 600 Gray decreased the weight of calyx,the fruit weight, the number of calyx per plant, increased the time of harvested. The whole irradiations were not affected the anthocyanin content, the plant height, and the diameter of calyx.

Keywords : morphological changes, anthocyanin content, gamma irradiation, roselle

1

RESPON PERUBAHAN MORFOLOGI DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TANAMAN

Dokumen terkait