• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

57

Lampiran 1.

Deskripsi Varietas Roselindo 2

SK. Menteri Pertanian Nomor : 4567/Kpts/SR.120/8/2013

Tanggal : 12 Agustus 2013

Nomor aksesi : 1596

Nama aksesi : Jamaica

Asal : Petani Blitar

Proses pemuliaan : Seleksi massa

Spesies : Hibiscus sabdariffa var. sabdariffa

Permukaan batang : Halus

Warna Batang : Ungu

Warna tangkai daun : Hijau tua kehitaman Warna helaian daun : Hijau tua

Warna tulang daun : Merah Kemerahan Warna tepi daun : Hijau tua

Warna Mahkota Bunga : Merah muda, bagian dalam merah tua Warna kelopak Bunga (calyx) : Ungu

Warna anak kelopak (epicalyx) : Ungu Warna kuncup bunga : Ungu

Warna buah : Hijau

Warna biji : Abu abu

Bentuk daun : Bertoreh sedang, gemuk Bentuk ujung kapsul : cumi

Tinggi tanaman (cm) : 148,57 ± 58,07 Diameter Batang (mm) : 34,09 ± 24,89 Percabangan : Sangat banyak Umur tanaman

- Mulai berbunga (HST) : 60 ± 4,7 - Panen (HST) : 97 ± 3,7 Berat 1000 biji (gram) : 32,92 Kandungan nutrisi kelopak bunga

- Vitamin C (mg/100 g) : 2.033.524 - Kadar antosianin (mg/kg) : 14.697 - Panjang kapsul (cm) : 3,87 ± 0,69 Diameter kapsul (mm) : 34,5 ± 10,09

Bobot 100 kelopak kering (gram) : 63,78 ± 0,32 Potensi hasil kelopak kering (kg/ha) : 478,59 ± 213,04 Ketahanan terhadap penyakit Fusarium sp : Moderat

Ketahanan terhadap Fotoperiodesitas : Peka

Adaptasi : Luas

(2)

I1 I1 I1 I1 I1

I1 I1 I1 I1 I1

I1 I1 I1 I1 I1

I0 I0 I0 I0 I0

I1 I1 I1 I1 I1

I2 I2 I2 I2 I2

I0 I0 I0 I0 I0

I2 I2 I2 I2 I2

I2 I2 I2 I2 I2

I2 I2 I2 I2 I2

I3 I3 I3 I3 I3

I3 I3 I3 I3 I3

I3 I3 I3 I3 I3

I0 I0 I0 I0 I0

I3 I3 I3 I3 I3

100

150 cm

50 cm

I4 I4 I4 I4 I4

I4 I4 I4 I4 I4

I0 I0 I0 I0 I0

(3)

Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian

NO.

JENIS KEGIATAN

MINGGU KE-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

1 Persiapan lahan X 3 Persiapan bahan tanaman X

4 Penanaman X

5 Pemeliharaan tanaman

Penyiraman X X X X X X X X X X X

Penyiangan X X X X X X X X X X X X X X

Pemupukan X X

Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan dengan kondisi lapangan

6 Panen X

7 Pengamatan parameter

Persentase Perkecambahan (%)

Tinggi Tanaman (cm) X X X X X X X X X X X X X X X X

Jumlah cabang (cabang) X

Diameter kanopi (cm) X

Umur Panen (HST) X

Diameter Kelopak bunga (mm) X X X

Bobot basah Kelopak bunga/tanaman (g) X X X

Bobot buah (g) X X X

Jumlah kelopak bunga per tanaman X

(4)

Aisyah, S.I. 2006. Mutasi Induksi Fisik dan Pengujian Stabilitas Mutan yang Diperbanyak secara Vegetatif pada Anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) Disertasi. Institut Pertanian Bogor.

Amien, S. dan N. Carsono. 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar Unggul.http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/cakrawala/penelitian0 1.htm. Diakses pada tanggal 31 Desember 2015

Atmarazaqi I.W. 2013. Analisis fenotip dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) Pasca Iradiasi Sinar Gamma.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 2011. Pemanfaatan Sinar Radiasi dalam Pemuliaan Tanaman. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Batubara, A.U., Mariati, F. E. T. Sitepu. 2015. Karakter Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Varietas Lokal Samosir pada Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma. J. Agroekoteknologi 3 (1):426-434

Damsa F., A. Woinaroschy , G. Olteanu. 2014. Determination of Anthocyanin Pigments in Potato Using Specific Contact Sensors and Analytical Methods. tanggal 28 September 2016

El Sherif F., Khattab S, E. Ghoname, N. Salem and K. Radwan. 2011. Effect of Gamma Irradiation on Enhancement of Some Economic Traits and Molecular Changes in Hibiscus Sabdariffa L. Life Science Journal 8(3):220-229

Ekanto B. dan Sugiarto. 2011. Kajian Teh Rosella ( Hibiscus sabdariffa) dalam Meningkatkan Kemampuan Fisik Berenang (Penelitian Eksperimen Pada Mencit Jantan Remaja). J. Media Ilmu Keolahragaan Indonesia 1 (2) : 171-181

Hanafiah D.S, Trikoesoemaningtyas, S. Yahya dan D. Wirnas. 2010. Induced mutations by gamma ray irradiation to Argomulyo soybean variety (Glycine max (L) Merr). J.Nusantara Bioscience 2 (3) : 121-125

Hapni L. 2010. Analisis Usahatani Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) di Kabupaten Deli Serdang tanggal 15 Desember 2015

Harding S.S and O. Mohamad. 2009. Radiosensitivity test on two varieties of

(5)

55

Jusuf , M. 2001. Genetika I Struktur dan Ekspresi Gen. Sagung Seto, Jakarta

Linberger R.D. 2007. Origin, Developmental Propagation of Chimeras.

pada tanggal 29 Februari 2016

Mahadevan N., Shivali and P. Kamboj. 2009. Hibiscus sabdariffa Linn.-An Overview. Natural Product Radiance 8(1):77-83

Melina, R. 2008. Pengaruh Mutasi Induksi dengan Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Keragaan Dua Spesies Philodendron (Philodendron bipinnatifidum cv. Crocodile teeth dan P. Xanadu). Skripsi. Program Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 41 hal.

Moeksin R., dan Stevanus R.H.P. 2009. Pengaruh Kondisi, Perlakuan dan Berat Sampel terhadap Ekstraksi Antosianin dari Kelopak Bunga Rosela dengan Pelarut Aquadest dan Etanol. J. Teknik Kimia 4(16):11-18

Mohamed B.B.,, A.A. Sulaiman, A. A. Dahab. 2012. Roselle (Hibiscus sabdariffa

L.) in Sudan, Cultivation and Their Uses. Bull. Environ. Pharmacol. Life Sci 1 [6] : 48 – 54

Osman M., F. Golam, S. Saberi, N. A. Majid, N. H. Nagoor, M. Zulqarnain. 2011. Morpho-agronomic analysis of three roselle (Hibiscus sabdariffa L.) mutants in tropical Malaysia. Australian Journal of Crop Science 5(10): 1150-1156

Purdyaningsih E. 2015. Mengenal Varietas Benih Binarosella

(Hibiscus sabdariffa L)

tanggal 10 Februari 2015

Puspitowati O.H., M. Ulfah, E. Sasmito. 2012. Uji Aktivitas Imunostimulator Fraksi Air dari Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa

L.) Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Mencit Galur Swiss Secara In Vitro

Beserta Identifikasi Kandungan Kimianya .

2016

Rahmawati, R. 2012. Budidaya Rosella. Pustaka Baru Press.Yogyakarta.

Rukmana, R. dan Herdi Y. 2015. Budi Daya Rosella Merah . Cahaya Atma Pusaka, Yogyakarta

SEAFAST Center. 2013. Pewarna Alami untuk Pangan.

(6)

Sutarto, I.,Nurrohma, K. Dewi, dan Arwin. 2004. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma 60 Co terhadap Pertumbuhan Tanaman Bawang Putih (Allium Sativum L) Varietas Lumbu Hijau di Dataran Rendah tanggal 20 September 2016

Van Harten A.M. 1998. Mutation Breeding : Theory and Practical Application. Cambridge University Press, Cambridge

Vos J.E., R.J. Du Preez, I. Froneman, K. Hannweg, J. Husselman, S. Rheeder.

2009. Mutation breeding in South Africa 2003–2004.

Wijayanti P. 2010. Budidaya Tanaman Obat Rosella Merah (Hibiscus sabdariffa L.) dan Pemanfaatan Senyawa Metabolis Sekundernya

di PT. Temu Kencono, Semarang. tanggal 24 Desember 2015

(7)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian, serta di laboratorium Analisis Bahan Kimia Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 26 meter di atas permukaan laut, mulai bulan April 2016 sampai dengan selesai

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rosella dengan varietas Roselindo 2, air, pupuk NPK 16:16:16 sebanyak 20 gr/tanaman, Fungisida serta bahan pada saat analisis antosianin seperti Aquades, asam asetat, etanol, asam klorida, kalium klorida, natrium asetat, natrium asetat trihidrat, kertas saring dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah iradiator Chamber 4000A dengan sumber radiasi Co 60, cangkul, gembor, meteran, penggaris, tali plastik, pacak sampel, ember, handsprayer, amplop, timbangan analitik, jangka sorong, kamera, alat tulis, gelas ukur, pipet ukur, alumunium foil, inkubator, vortex, sentrifuge, sperktrofotometer dan alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Dosis Iradiasi Sinar Gamma (I) terdiri dari taraf, yaitu : I0 : Tanpa Perlakuan iradiasi (Kontrol)

(8)

I4 : Iradiasi Sinar Gamma 600 Gray

Jumlah tanaman/perlakuan : 20 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya :100 tanaman Uji Analisis

Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti dengan tanaman kontrol, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dan taraf 1% dengan menggunakan software Minitab 16, dengan kriteria uji t yaitu membandingkan dua nilai tengah yang tidak berpasangan dengan asumsi ragam dua contoh sama, ulangan tidak sama dengan rumus sebagai berikut

�ℎ��=�� − ��

��−��

Ā = nilai rataan perlakuan A (kontrol/tanpa iradiasi)

� = nilai rataan perlakuan B (masing-masing perlakuan yang diberi iradiasi sinar gamma

(9)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan

Penanaman dibuat dengan luas areal 28 m x 6 m serta jarak antar tanaman 1 x 1.5 m. Areal penanaman dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman, serta sampah lainnya kemudian digemburkan dan diratakan bagian atasnya. Sebelum dilakukan penanaman, lahan yang akan digunakan harus diolah terlebih dahulu. Lahan dibersihkan dari gulma dan diolah sedalam 25-30 cm dan dibuat parit drainase selebar 30 cm dengan kedalaman 20 cm

Persiapan bahan tanaman

Sumber benih rosella diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas), Malang yaitu varietas Roselindo 2 . Benih kemudian dikirim ke Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jakarta untuk diiradiasi sinar gamma dengan menggunakan iradiator Chamber A4000 sumber radiasi Co 60. Dosis iradiasi yang digunakan adalah Gray

Penanaman

Biji rosella direndam 12 jam, biji yang tenggelam diambil sebagai calon benih sedangkan yang terapung tidak digunakan. Benih ditanam 1 biji/ lubang yang telah ditugal, dengan jarak tanam 100 cm x 150 cm . Masing-masing populasi dosis radiasi ditanam satu plot. Masing-masing plot ditanam 1 baris tetua (tanaman kontrol) yang digunakan untuk menduga ragam lingkungan

Pemeliharaan Penyiraman

(10)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman dan plot penelitian

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada 4 minggu setelah tanam (MST) dan 8 MST dengan pupuk NPK sebanyak 20 gr/tanaman

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Untuk mengendalikan serangan hama dilakukan penyemprotan dengan menggunakan bahan aktif deltrametrin dengan konsentrasi 25 g/liter air dan mengatasi serangan penyakit pada areal pertanaman dilakukan penyemprotan fungisida bahan aktif Mankoezeb dengan konsentrasi 4 g/liter

Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman telah memenuhi kriteria panen yaitu ukuran maksimal artinya berkembang penuh, berumur 15-30 hari setelah keluar bunga, kulit pembungkus biji bewarna coklat dan sedikit terbuka atau membelah dan biji-biji telah bewarna kuning atau sedikit hitam

Kadar Antosianin

Penetapan kadar antosianin dilakukan di laboratorium Analisis Kimia Bahan Pangan (AKBP), Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan metode pH diferensial (Lampiran 14) berdasarkan pada properti dari pigmen

(11)

Pengamatan Parameter

Persentase Perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan dihitung sampai umur 3 MST. Daya berkecambah (DB) dihitung berdasarkan persentase kecambah normal dibandingkan dengan jumlah benih yang dikecambahkan. Daya berkecambah dihitung dengan rumus berikut :

�� = ∑ ������� ℎ������

∑ ���� ℎ���� ��������� ℎ��� x 100% Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur pada 2 minggu setelah tanam dan hingga pada fase panen (17 MST) dilakukan pengukuran dari leher akar sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dimana untuk menentukan batas permukaan tanah digunakan patokan standard

Jumlah Cabang (cabang)

Pengamatan jumlah cabang dilakukan pada akhir fase panen ( 17 MST) dengan menghitung cabang yang mengelilingi batang primer

Diameter kanopi (cm)

Diameter kanopi dihitung untuk menghitung lebar tajuk yang dihasilkan tanaman dengan menghitung diameter luasan tajuk diagonal tanaman. Pengukuran diameter kanopi dilakukan pada fase panen (17 MST)

Diameter Kelopak bunga

(12)

Bobot Basah Kelopak bunga/tanaman (g)

Bobot basah kelopak bunga ditimbang setelah dipanen dengan kriteria kelopak bunga matang fisiologis

Bobot Buah/tanaman (g)

Bobot basah buah ditimbang ketika panen dengan kriteria matang fisiologis

Jumlah kelopak bunga / tanaman (kelopak bunga)

Jumlah kelopak bunga / tanaman dihitung untuk mengetahui berapa kelopak bunga pada satu tanaman yang dihasilkan pada fase panen. Panen dihentikan apabila seluruh populasi tanaman dapat dipanen kelopak bunganya Umur Panen (HST)

Umur panen dilihat sesuai pemanenan, dimana setiap tamanan dilakukan pemanen tidak serempak. Pengamatan umur panen dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap untuk dipanen yaitu setelah matang fisiologis yaitu dengan ciri-ciri : telah berkembang penuh atau ukuran maksimal, kulit pembungkus biji majemuk bewarna cokelat dan sedikit terbuka (membelah) serta biji-bijinya telah tua

berumur 3-4 minggu sejak bunga mekar bewarna hitam (Rukmana dan Herdi, 2015).

Kadar Antosianin

Absorbansi (A) dari sampel yang telah di larutkan ditentukan dengan rumus : A = (A510-A700)pH 1 – (A510-A700)pH 4,5

Kandungan pigmen antosianin pada sampel dihitung dengan rumus : Kadar Antosianin (mg/100 g) = A x BM x FP xV

(13)

Keterangan :

A = Absorbansi

BM = Berat molekul = 449,20 (dinyatakan sebagai sianidin-3-glikosida) FP = Faktor pengencer

V = Volume pelarut

ε = Koefisien absorbsivitas molar = 26900 (sianidin-3-glikosida) L = Lebar kuvet

W = Berat sampel (Damsa et al., 2014).

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Perkecambahan

Persentase perkecambahan diamati pada 3 MST. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis iradiasi menyebabkan bertambahnya jumlah tanaman yang mati (Tabel 1.)

Tabel 1. Persentase perkecambahan tanaman umur 3 MST

No Dosis/Perlakuan % tanaman hidup Jumlah

1 I0 (0 Gy) 20

20 � 100%

100%

2 I1 (150 Gy) 20

20 � 100%

100%

3 I2 (300 Gy) 19

20 � 100%

95%

4 I3 (450 Gy) 15

20 � 100%

75%

5 I4 (600 Gy) 16

20 � 100%

80%

Tabel 1 menunjukkan dari 20 tanaman yang ditanaman pada setiap dosis, pada tanaman kontrol dan tanaman dengan dosis 150 Gy 100 % tumbuh (20), sedangkan pada tanaman yang diberikan iradiasi sinar gamma ada beberapa tanaman yang mati yaitu: pada dosis iradiasi 300 Gy 95% tumbuh (19) yang mati tanaman ke-11; dosis iradiasi 450 Gy 75% tumbuh (15) yang mati tanaman ke 9, 13, 15, 16, 18 dan dosis iradiasi 600 Gy 80% tumbuh (4) yang mati tanaman ke-3, 6, 7, 8, 13.

(15)

A b c

Gambar 2. a. Tanaman yang mengalami abnormalitas pada dosis 450 Gy. b. Tanaman yang mengalami abnormalitas pada dosis 600 Gy. yang dibandingkan dengan c. Tanaman tanpa dosis iradiasi (kontrol).

Kelemahan pada tanaman rosella salah satunya tanaman mudah rebah pada saat kelopak bunga mulai dapat dipanen. Pada minggu ke-13 curah hujan begitu tinggi sehingga 1 tanaman pada dosis 600 Gy (I4) tanaman ke- 7 patah dan mati

Gambar 3. Tanaman yang mati akibat batangnya rebah dan patah

Tinggi Tanaman (cm)

(16)

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman (cm) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST

No. Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 172,3 186,5 187,5 207,2 228

2 153,8 228,3 209,5 192,8 226,5

3 212,3 201,5 210,4 188,1 -

4 199,2 195 180 288 201,7

5 193 153 205,5 206,5 183

6 162 199,9 230 194,4 -

7 294 208,5 211,7 205,5 -

8 200,3 198,5 201 230,5 -

9 189,5 207,4 214 - 217,5

10 212,3 164 203,5 295 213

11 212,6 199,8 - 210,7 246

12 227,5 205,5 199,5 177,5 213,3

13 258,3 197,3 211,2 - -

14 216,6 199 219,7 290 180

15 204 195,5 208,6 - 240

16 237,5 183,3 212,5 - 221

17 148,5 183,2 206 210,7 216

18 227,5 184,2 212,5 - 203,8

19 225 182,8 203 208 125,1

20 206,8 192,5 227,4 209,5 224

Rataan 207,65 193,285 208,08 220,96 209,26 Keterangan : (-) = Tanaman tidak tumbuh

Berdasarkan Tabel 2 dilihat bahwa perlakuan dosis iradiasi sinar gamma tidak berbeda nyata terhadap rataan kontrol. Ada beberapa tanaman lebih tinggi dibandingkan rataan kontrol yang ditunjukkan pada Lampiran 15 seperti perlakuan 150 Gy (2,7), 300 Gy (2,3,6,7,9,13,14,15,16,18,20), 450 Gy (4,8,10,11,14,17,19,20), 600 Gy (1,2,9,10,11,12,15,16,17,20) .

Jumlah Cabang

(17)

Tabel 3. Jumlah cabang (cabang) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 21 23 26 23 36

2 29 35 31 18 43

3 25 25 31 29 -

4 25 21 32 21 25

5 27 23 37 17 25

6 28 27 42 30 -

7 27 38 28 22 -

8 33 30 30 36 -

9 33 37 36 - 33

10 34 23 32 25 29

11 24 26 - 26 40

12 26 31 36 26 36

13 34 27 34 - -

14 35 28 28 29 28

15 22 27 36 - 26

16 35 22 39 - 30

17 32 23 30 28 28

18 28 22 35 - 28

19 28 21 31 28 28

20 20 25 38 29 26

Rataan 28,30 26,70 33,26 ** 25,80 30,73

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) = Tanaman tidak tumbuh

Berdasarkan Tabel 3, dosis iradiasi perlakuan 300 Gy berbeda sangat nyata meningkatkan jumlah cabang sedangkan perlakuan lainnya berbeda tidak nyata terhadap kontrol. Terdapat beberapa tanaman yang memiliki jumlah cabang

melebihi rataan kontrol yang ditunjukkan Lampiran 15 yaitu : pada 150 Gy pada tanaman 2, 7,8,9,12 ; 300 Gy tanaman

(18)

Diameter kanopi (cm)

Data Diameter kanopi dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 4

Tabel 4. Diameter kanopi (cm) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 137 137,05 145 187 151

2 117,4 162,95 142,3 161,75 195,25

3 131,4 176 116 213,25 -

4 148,95 116,5 139,85 223,75 170,85

5 167,65 88,35 136,15 217,95 128,85

6 149,5 127,65 262,25 205,4 -

7 178,6 151,25 251,15 153,65 -

8 145,25 123,5 172,5 229,5 -

9 156,85 129,15 237,85 - 187,45

10 163,2 108,65 174,35 228,3 160,25

11 177,5 156,1 - 236,7 126,65

12 206,5 164,65 253,25 232,3 148,7

13 167,4 128 205,7 - -

14 192,05 147,65 224,85 192,7 139,05

15 187,2 125,05 270,95 - 141,85

16 148 133,85 204,25 - 169

17 226,35 141,95 240,1 228,95 179,65

18 168,15 121,1 249,9 - 160,25

19 147,15 138 130,25 149,9 152,45

20 186,65 140,5 224,8 188,6 138,25

Rataan 165,14 135,90** 199,02** 203,31** 156,63 Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda

nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) = Tanaman tidak tumbuh

(19)

ke-1,3,4,5,6,8,10,11,12,14,17,20 dan perlakuan dosis 600 Gy tanaman ke- 2,4,9,16,17 seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 15

Diameter Kelopak bunga (mm)

Data Diameter kelopak bunga dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5. Diameter kelopak bunga (mm) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 28,14 29,29 29,32 29,07 28,18

2 29,84 28,11 29,61 29,96 28,18

3 28,80 28,41 28,24 30,71 -

4 28,79 28,25 29,49 29,55 29,80

5 29,30 28,11 28,73 29,87 29,77

6 28,96 30,86 28,99 30,67 -

7 29,54 28,57 29,91 30,71 -

8 29,50 29,31 30,67 27,71 -

9 28,95 29,56 30,17 - 29,87

10 29,94 27,97 29,12 28,35 29,69

11 28,82 28,92 - 30,63 28,46

12 29,51 29,42 29,83 29,86 29,68

13 29,36 28,73 28,87 - -

14 28,23 28,90 29,74 29,62 27,01

15 29,50 29,44 29,62 - 30,87

16 29,47 29,06 28,96 - 29,23

17 29,79 29,57 29,47 28,24 28,06

18 29,85 29,65 29,09 - 30,20

19 28,59 30,69 26,87 29,99 27,40

20 28,75 28,24 29,98 29,91 29,45

Rataan 29,18 29,05 29,30 29,66 29,06

Keterangan : (-) = Tanaman tidak tumbuh

(20)

(1,6,8,9,12,15,17,18,19), 300 Gy (1,2,4,7,8,9,12,14,15,17,20), 450 Gy (2,3,4,5,6,7,11,12,14,19,20) dan 600 Gy (4,5,9,10,12,15,18,20)

Bobot Kelopak bunga (g)

Data rataan berat kelopak bunga per tanaman dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 6

Tabel 6. Bobot kelopak bunga (mm) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 265,81 83,88 378,74 236,45 25,1

2 646,63 136,09 370,09 159,73 55,7

3 230,23 131,54 125,69 447,69 -

4 114,1 103,65 325,77 526,96 228,64

5 79,33 21,71 201,61 140,7 171,1

6 172,18 20,93 179,15 221,37 -

7 457,1 89,73 341,44 346,31 -

8 111,07 86,71 257,11 137,11 -

9 346,64 53,93 177,89 - 133,76

10 241,41 66,39 348,02 406,58 122,83

11 176,77 129,92 - 122,74 44,87

12 247,39 151,21 244,36 190,27 85,45

13 137,24 189,89 343,24 - -

14 152,94 170,15 309,94 171,7 43,62

15 233,22 94,06 246,93 - 7,9

16 77,89 157,91 138,19 - 101,46

17 194 269,14 168,15 210,862 173,22

18 76,66 313,58 152,04 - 13,14

19 106,23 221,54 17,25 66,03 137,86

20 154,49 46,96 134,16 181,54 61,64

Rataan 211,07 126,95* 234,72 237,74 93,75** Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) = Tanaman tidak tumbuh

(21)

ke-1,2,4,7,8,10,12,13,14,15 ; 450 Gy tanaman ke-1,3,4,6,7,10 dan 600 Gy tanaman ke-4

Bobot Buah (g)

Data rataan berat buah per tanaman (g) dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7. Bobot buah (g) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 232,85 61,50 266,57 163,20 15,38

2 488,03 111,29 235,83 110,28 37,60

3 172,81 107,29 86,61 299,85 -

4 85,76 87,35 235,37 370,82 186,71

5 58,73 19,99 141,17 80,63 118,59

6 139,00 13,48 145,28 166,68 -

7 344,58 75,65 245,94 249,75 -

8 84,36 69,90 179,68 89,39 -

9 221,91 40,46 103,60 - 76,68

10 156,15 56,37 224,88 307,16 71,55

11 126,79 94,88 - 81,14 30,08

12 173,37 122,27 171,52 112,39 55,29

13 109,01 140,63 228,00 - -

14 114,31 127,70 172,98 126,14 28,66

15 166,88 75,99 163,18 - 3,89

16 59,70 126,34 106,34 - 63,01

17 143,19 207,26 102,90 149,12 109,56

18 53,64 222,16 114,33 - 5,33

19 73,57 131,83 11,95 54,19 103,34

20 117,12 34,27 83,76 127,63 43,72

Rataan 156,09 96,33* 158,94 165,89 63,29** Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda

nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) = Tanaman tidak tumbuh

(22)

pada dosis 150 Gy yaitu tanaman 17,18 ; 300 Gy tanaman ke-1,2,4,7,8,10,12,13,14,15 ; 450 Gy tanaman ke-1,3,4,6,7,10 dan 600 Gy tanaman ke-4

Jumlah kelopak bunga / tanaman

Data rataan jumlah kelopak bunga per tanaman (kelopak bunga) dengan pemberian iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Jumlah kelopak bunga per tanaman (kelopak bunga) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 58 21 73 59 5

2 121 27 67 42 12

3 49 24 31 96 -

4 23 22 70 103 57

5 17 5 43 23 38

6 39 5 31 45 -

7 85 19 69 71 -

8 27 16 56 25 -

9 77 10 41 - 23

10 47 14 79 96 28

11 31 28 - 31 10

12 40 34 55 35 15

13 24 35 78 - -

14 30 35 63 30 10

15 50 22 51 - 1

16 17 29 26 - 20

17 45 54 35 45 35

18 14 56 36 - 2

19 25 47 4 13 31

20 35 11 25 38 12

Rataan 43 26** 49 50 20**

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) =Tanaman tidak tumbuh

(23)

dibandingkan tanaman kontrol. Beberapa tanaman yang mempunyai jumlah kelopak bunga lebih banyak di bandingkan rataan kontrol yaitu dosis 150 Gy tanaman ke-17,18,19 ; dosis 300 Gy tanaman ke-1,2,4,7,8,10,12,13,14,15 ; dosis 450 Gy pada tanaman ke-1,3,4,6,7,10,17 dan dosis 600 Gy tanaman ke- 4

Umur Panen (HST)

Data umur panen pada setiap perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Umur panen (HST) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 107 114 109 114 128

2 107 128 114 114 128

3 114 114 122 114 -

4 114 107 111 111 114

5 114 108 114 114 114

6 111 111 118 114 -

7 108 122 109 111 -

8 111 114 109 134 -

9 117 114 114 - 119

10 122 123 118 114 119

11 114 114 - 114 123

12 114 114 109 109 136

13 114 109 111 - -

14 114 114 122 114 127

15 114 111 114 - 145

16 114 111 126 - 128

17 114 114 114 107 119

18 123 109 122 - 144

19 114 114 128 119 123

20 119 134 114 114 136

Rataan 114 115 116 114 127 **

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol (**) pada taraf 1%.

(-) = Tanaman tidak tumbuh

(24)

Namun ada beberapa tanaman yang memiliki umur panen lebih cepat dari rataan kontrol yaitu pada 150 Gy pada tanaman ke-4,5,6,15,16,18 ; 300 Gy pada tanaman ke-1,4,7,8,12,13 ; 450 Gy pada tanaman ke- 4,7,12,17 .

Kadar Antosianin (mg / 100 g)

Data kadar antosianin pada setiap perlakuan dosis iradiasi sinar gamma dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10. Kadar antosianin (mg/100 gr) pada dosis iradiasi sinar gamma

No Tanaman Perlakuan Dosis Iradiasi

I0 (0 Gy) I1 (150 Gy) I2 (300 Gy) I3 (450 Gy) I4 (600 Gy)

1 119,0 79,6 88,0 117,1 165,8

2 186,3 191,8 98,0 75,0 62,5

3 96,1 83,0 88,1 92,0 -

4 112,1 80,1 130,1 82,1 81,1

5 56,6 92,1 65,0 32,5 84,0

6 141,0 125,1 129,1 94,1 -

7 70,1 176,7 133,1 118,1 -

8 118,6 133,2 92,1 115,1 -

9 64,0 140,2 83,1 - 86,1

10 66,1 171,7 170,3 70,1 105,0

11 82,6 88,1 - 78,0 165,1

12 75,1 91,1 162,1 101,1 106,6

13 107,1 135,2 161,1 - -

14 105,1 89,0 105,1 141,2 137,7

15 108,6 123,1 110,1 - 99,0

16 117,1 101,0 78,1 - 103,0

17 139,2 98,1 125,2 93,0 54,1

18 138,1 119,1 110,2 - 70,1

19 151,7 73,1 203,3 134,1 121,7

20 69,5 143,1 111,7 131,1 84,0

Rataan 106,2 116,7 118,1 98,3 101,7

Keterangan : (-) = Tanaman tidak tumbuh

(25)

tanaman kontrol pada perlakuan 150 Gy (2,6,7,8,9,10,13,15,16,18,20), 300 Gy (4,6,7,10,12,13,15,17,18,19,20), 450 Gy (1,7,8,14,19,20), 600 Gy (1,11,12,14,19) Keragaan Morfologi

Tanaman rosella umumnya memiliki sistem cabang primer yang tegak keatas dan cabang sekunder dibawahnya mengelilingi cabang primer . Namun akibat pengaruh iradiasi , terdapat abnormalitas pada bentuk percabangan (Gambar 2)

a b c

d

(26)

Perubahan dalam bentuk percabangan dilihat ada beberapa percabangan yang mempunyai cabang primer lebih dari satu .

Bunga rosella mempunyai keistimewaan khusus diantaranya hanya mekar pada pagi hari , kemudian kuncup dan beberapa hari kemudian mahkota bunga gugur serta kelopak bunga yang bertambah besar. Umumnya pada saat mekar bunga rosella varietas roselindo 2 bewarna merah muda dengan bagian dalam merah tua. Namun beberapa bunga mengalami perubahan baik dari segi bentuk maupun warna

a b c

d e f

(27)

Perubahan warna pada bunga yang terdapat pada perlakuan iradiasi diantaranya bunga berbentuk abnormal, bunga berubah menjadi warna putih

Bentuk daun pada tanaman roselindo 2 berbentuk bulat daun dengan pertulangan menjari pada dasar tanaman, bulat telur pada bagian tanaman dan semi lobed pada bagian tunas. Namun beberapa tanaman mengalami perubahan daun seperti bentuk yang unik serta perubahan warna (Gambar 4.)

a b c

Gambar 6. a , b. Daun abnormal pada tanaman 600 gray (Tanaman ke-7); c. Daun tanaman kontrol

(28)

a b

Gambar 7. a. Perubahan bentuk kelopak bunga pada tanaman 300 Gy (tanaman ke-3) dibandingkan b. kelopak bunga normal pada tanaman kontrol Mulai dari awal hingga akhir pengamatan, serangan penyakit cendawan

(29)

a b

c

Gambar 8. a. Tanaman yang terserang pada umur 5 MST, b. Tanaman yang terserang pada umur 17 MST, c. Pangkal batang yang terserang penyakit cendawan

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis iradiasi menyebabkan peningkatan jumlah tanaman abnormal dan mati. Dilihat dari pengamatan perlakuan iradiasi 450 Gy dan 600 Gy persentase perkecambahan hanya 75 % dan 80 % diikuti 300 Gy 95 % dan 150 Gy 100 %. Hal ini didukung penelitian sebelumnya yang menyatakan LD50 (lethal dosis) pada taraf dosis iradiasi tanaman rosella varietas Roselindo 2 sebesar 477,803. Kematian beberapa individu kemungkinan dikarenakan tidak mampu bertahan hidup akibat cekaman

(30)

dari radiasi yang didukung oleh Van Harten (1998) iradiasi sinar gamma bersifat merusak sel tanaman yang dilewatinya serta daya tembus ke dalam jaringan sangat dalam, maka kerusakan yang ditimbulkan dapat mencapai beberapa sentimeter. Hal ini didukung oleh Sutarto et al (2004) yang menyatakan bahwa perlakuan radiasi sinar yang mengakibatkan menurunnya persentase tumbuh dan tinggi tanaman seiring dengan meningkatnya dosis radiasi tampaknya hal ini akibat terganggunya metabolisme tanaman yang mengakibatkan terganggunya sintesa protein yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.

Pada perlakuan dengan dosis 300 Gy berbeda sangat nyata dalam meningkatkan jumlah cabang dan diameter kanopi yang dibandingkan dengan rataan tanaman kontrol. Akibat radiasi memberikan pengaruh yang positif dalam

meningkatkan karakter vegetatif tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian Vos et al (2009) yang menyatakan bahwa mutasi digunakan untuk memperbaiki

banyak karakter bermanfaat yang mempengaruhi ukuran tanaman, waktu berbunga dan kemasakan buah, warna buah, ketahanan terhadap penyakit dan karakter-karakter lainnya. Karakter-karakter agronomi penting yang berhasil dimuliakan dengan mutasi pada beberapa jenis tanaman di antaranya adalah tanaman tahan penyakit, buah-buahan tanpa biji, tanaman buah-buahan yang lebih pendek dan genjah.

(31)

tanaman baik kerusakan sitologis maupun kerusakan fisiologis seperti pada Lineberger (2007) menyatakan bahwa pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan ekstrakromosomal. Pada penelitian mutasi iradiasi Anggrek oleh Melina (2008) melaporkan bahwa sifat mutasi yang acak dan tidak dapat diarahkan untuk bekerja pada gen yang spesifik juga merupakan batasan dalam penggunaan mutasi. Hal ini menyebabkan hasil yang akan didapat dari proses mutasi tidak dapat diramalkan.

(32)

juga sebaliknya, jika sel-sel mutan yang justru dapat ‘mengalahkan’ sel-sel normal, maka pertumbuhan selanjutnya tanaman akan tumbuh menjadi mutan, sampai pada generasi berikutnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan pemberian dosis iradiasi sinar gamma memberikan dampak perubahan morfologi seperti sistem percabangan, bentuk bunga, bentuk daun dan bentuk kelopak bunga. Apabila dosis iradiasi semakin tinggi maka keragaman morfologi juga semakin tinggi . Perubahan morfologi terjadi seperti jumlah batang utama lebih dari satu, bentuk bunga yang unik, warna mahkota bunga putih dan bentuk unik dari kelopak bunga. Hal yang sama juga terjadi pada induksi mutasi dengan irradiasi sinar gamma pada kedelai pada penelitian Hanafiah et al (2010) yang menyatakan bahwa irradiasi sinar gamma mempengaruhi keragaman fenotip pada turunan M1 berdasarkan ciri-ciri morfologi tanaman kedelai. Hal ini ditunjukkan oleh adanya perubahan yang bersifat kualitatif seperti perubahan bentuk daun dari bulat telur (normal) menjadi memanjang, terdapat daun bifoliat dan unifoliat di atas buku pertama yang berada pada satu tanaman dengan daun trifoliat, perubahan warna bunga dari ungu menjadi putih, tidak berkembangnya rasim bunga menjadi polong, serta daun masih hijau walaupun polong telah matang panen.

(33)
(34)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan diameter kanopi, dosis 450 Gy meningkatkan diameter kanopi, dosis 600 Gy menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman serta memperlama umur panen dibandingkan tanaman kontrol

2. Parameter kadar antosianin, tinggi tanaman dan diameter kelopak bunga tidak mengalami perbedaan yang nyata antara tanaman iradiasi dengan tanaman kontrol pada periode panen 1

3. Perubahan morfologi iradiasi pada tanaman rosella terlihat pada perubahan pada sistem percabangan, bentuk bunga, warna bunga dan bentuk kelopak bunga

Saran

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (2003), sistematika tanaman Rosella yaitu Kingdom : Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Sub kelas : Dilleniidae,

Bangsa : Malvales, Suku : Malvaceae, Genus : Hibiscus, Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn

Tanaman ini mempunyai tinggi 3,5 m dan memiliki akar tunggang yang dalam yang berbentuk silinder halus . Batang tanaman rosella berwarna hijau gelap menjadi merah batang. Daun berseling dengan panjang 7,5-12,5 cm bewarna hijau dengan tulang daun bewarna kemerahan dan petioles panjang atau pendek (Mahadevan et al., 2009).

Daun tanaman rosella merah tumbuh tunggal dan tersusun secara berseling-seling, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari, dan bewarna hijau gelap sampai dengan kemerah-merahan, Helai daun memiliki pertulangan menjari bewarna merah dan tepi beringgit dengan banyak kelenjar pada permukaan bawah. Ukuran daun bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada umumnya daun tanaman rosella merah berukuran panjang antara 6-15 cm dan

lebar antara 5-8 cm yang melekat pada tangkai daun sepanjang 4-7 cm (Rukmana dan Herdi, 2015).

(36)

berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau merah. Bunga rosella bersifat hemaprodit sehingga mampu menyerbuk sendiri. (Rahmawati. 2012).

Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar dengan kerah (epicalyx). Ukuran bunga sebesar 3,2-5,7 cm dan sepenuhnya menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna hijau ketika belum matang, mempunyai 5 ruang, dengan masing-masing ruang mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan panjang sekitar 3-5 mm (Mahadevan et al., 2009).

b c

d e f

[image:36.595.110.516.353.737.2]
(37)

Syarat Tumbuh Iklim

Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 meter dpl. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu. Rosella dapat tumbuh didaerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata 24-32°C. Namun rosella masih toleran pada kisaran suhu 10-36°C. Untuk menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosella memerlukan waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 21°C (Wijayanti, 2010).

Rosella membutuhkan curah hujan bulanan berkisar 130-200 mm dalam tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan mengurangi hasil. Rosella sangat sensitif terhadap perubahan panjang hari. Fotoperiodisme ini membutuhkan waktu tanam harus diatur sesuai dengan panjang hari daripada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).

Tanah

Tanaman rosella merah mempunyai daya adaptasi luas terhadap berbagai jenis tanah. Berdasarkan indikator di daerah sentra produksi rosella merah di Indonesia menunjukkan bahwa, jenis tanah yang tergolong ideal untuk ditanami tanaman ini adalah tanah aluvial, latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK) (Rukmana dan Herdi, 2015).

(38)

toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di tanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran juga pada pH 4,5-8,5. Selama pertumbuhan rosella tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk lahan tegal adalah 180 mm/bulan. Apabila ditanam pada wadah yang terbatas ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang (diamater 30 cm), pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman

kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah (Wijayanti, 2010).

Kandungan Tanaman Rosella

Popularitas teh Rosella meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas dari perannya sebagai antioksidan, antikanker, hipolipidemia, hepatoprotektor, antihipertensi, anti bakteri, meningkatkan stamina. Kandungan senyawa kimia dalam kelopak bunga Rosella: antosianin (gossipetin dan hibiscin) 2 %, vitamin C 0,004–0,005 %, protein 6,7–7,9 %, asam sitrat dan asam malat 13 %. Kandungan asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat 34 %. Setiap 100 gr kellopak Rosella kering mengandung protein 1,145 g, lemak 2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten 0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C 244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine, isoleucine, leucine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, tyrosine,

(39)

Antosianin merupakan senyawa bewarna yang bertanggungjawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur dan tanaman hias. Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk cincin. Jenis antosianin pada kelopak bunga rosella antara lain delfinidin, sianidin petunidin, miricetin,pelargonidin dan malvidin (SEAFAST Center, 2013)

Konsentrasi Antosianin memberikan hasil yaitu kadar antosianin pada kelopak Rosella mengalami peningkatan pada perlakuan dosis iradiasi gamma dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk meningkatkan kandungan antosianin sebesar 3.63%, 3.68% pada musim tahun 2009 dan 2010 (El Sherif et al., 2011).

Khasiat Tanaman Rosella

Sebagai tanaman obat, rosella merah mempunyai manfaat untuk mengatasi berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi kecanduan merokok, mencegah stroke dan hipertensi, memperbaiki pencernaan, menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula dalam darah, mencegah kanker, tumor, kista dan sejenisnya. Diantara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan sebagai herba antikanker, antihipertensi dan antidiabetes (Wijayanti, 2010).

(40)

masalah kesehatan di berbagai negara. Kelopak bunga rosella telah digunakan sebagai pengobatan tradisional dalam mengatasi mual, memperlancar buang air besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu, dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin dan alkaloid. Kandungan fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek imunostimulator (Puspitowati et al., 2012).

Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi : gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang dapat menyebuhkan diuretik koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan perangsang peristaltik usus. Selain itu, kelopak bunga rosela juga berkhasiat sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah gangguan jantung dan kanker darah (Moeksin dan Stevanus, 2009).

(41)

Mutasi Sinar Gamma

Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi merupakan sumber aneka alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif genotipe. Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan, dan merupakan kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah

meningkatkan keragaman/ variabilitas genetik tanaman, sehingga pemilihan / seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan (Sudarka, 2009).

Pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan ekstrakromosomal. Sebaliknya, bila tingkat lethalitas tinggi, frekuensi mutasinya rendah dapat dikategorikan kerusakan kromosomal. Kerusakan fisiologis pada sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan sub-epidermis (L2), selanjutnya L3 merupakan sebagian besar jaringan internal batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).

(42)

Dimensi mutasi yang terjadi pada jaringan ini tergantung pada posisi sel yang bermutasi. Melalui mutasi induksi, genotip yang diinginkan tidak dapat segera dikenali karena terbentuknya chimera pada meristem yang multiseluler. Fenomena pada tanaman termutasi ini dikatakan chimera apabila sel yang tumbuh tersebut menunjukkan lebih dari satu genotip dalam satu jaringan tanaman. Seperti misalnya tanaman variegata, sel-sel ini berasal dari jaringan meristem apikal yang beberapa selnya tidak mampu mensintesis khlorofil sehingga daun tidak berwarna hijau (Cammareri et al. 2002 pada Suwarno, 2007).

Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan rendah (<1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi atau mengakibatkan sterilitas. Pada umumnya dosis yang rendah dapat mempertahankan daya hidup atau tunas, dapat memperpanjang waktu pemasakan pada buah-buahan dan sayuran, serta meningkatkan kadar pati, protein dan kadar minyak pada jagung, kacang dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Warna bunga atau daun dapat pula berubah sehingga diperoleh mutan komersial (Soedjono, 2003).

(43)

regresi untuk varietas Terengganu berdasarkan tinggi bibit masing-masing yaitu 754, 821,4, 761,7 dan 766,7% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah tanam, dan nilai-nilai LD50 untuk varietas Arab adalah masing-masing sebesar 773,8.%, 804,1.%, 704,2 dan 708,3% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu. Nilai LD50 untuk Terengganu dan Arab ditentukan pada minggu ke 2 masing-masing 754 dan 773,8%.

Hasil penelitian El Sherif et al (2014) juga menyatakan bahwa aplikasi 600 Gy memberikan efek tertinggi pada peningkatan jumlah kelopak bunga per tanaman rosella aksesi Arab dibandingkan dosis iradiasi lainnya dan kontrol. Produksi berat kelopak bunga segar per tanaman naik dengan sinifikan tercatat pada aplikasi 500 dan 400 gy (171.8 dan 151.4 g per tanaman) masing-masing di tahun 2009 dan 2010 pada periode panen yaitu 180 hari setelah tanam. Meningkatnya pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang akar, bobot basah dan kering daun, batang dan akar) memberikan hasil yang terlihat pada aplikasi 600 Gy terhadap produksi tertinggi (produksi buah) tanaman rosella. Efek stimulasi pada dosis 600 Gy berdasarkan fakta bahwa stimulasi memberikan peran terhadap pembentukan enzim dan hormon pertumbuhan terhadap pertumbuhan dan produksi.

(44)
(45)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rosella telah didomestikasi di Sudan barat sebelum 4000 SM; dan pertama kali tercatat di Eropa pada tahun 1576. Rosella dkenal sebagai tanaman coklat kemerahan Jamaika pada tahun 1707 di Jamaika, dimana penggunaan secara umum dari kelopak bunga sebagai makanan pertama kali digunakan di dunia baru (Benua Amerika), rosella ditanam di Meksiko, bagian dari Amerika Tengah, Hindia Barat, selatan Florida, Texas dan California pada akhir abad ke-19.

Sekarang ditanam untuk tujuan kuliner di banyak negara tropis. Penggunaan

H. sabdariffa untuk makanan serat telah dikembangkan di daerah lain selain Afrika (Mohamed et al., 2012).

Rosella telah lama dijadikan minuman kesehatan yang dikonsumsi oleh masyarakat. Umumnya bagian kelopak bunga rosella dijadikan minuman dalam bentuk teh. Teh rosella diyakini฀dapat meningkatkan kemampuan seperti yang telah dimanfaatkan di beberapa negara sebagai tonikum (menetralisir racun) bertahun-tahun yang lalu. Mekanisme fisik setelah mengkonsumsi฀peningkatan kemampuan teh Rosella, dapat dikaitkan dengan kandungan antioksidan dan protein yang tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Delapan belas (18) asam amino terkandung dalam teh Rosella. Antioksidan yang dimilikinya berupa vitamin C yang mencapai 2,444 mg dalam 100 gram kelopak rosella

(46)

Usahatani bunga rosella memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini terbukti dari adanya permintaan pasar luar negeri terhadap rosella kering pada tahun 2007, terutama negara Malaysia sekitar 15 ton per tahun. Dan untuk memenuhi permintaan tersebut Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 5 ton sampai 8 ton per tahun. Ini dikarenakan petani bunga rosella masih terbatas yang disebabkan penggunaan benih yang kurang bermutu, pengendalian hama dan penyakit yang kurang memadai serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya dari hasil-hasil penelitian ke tingkat petani (Hapni, 2010).

Roselindo 2 merupakan varietas yang berasal dari genotype no.1596 (Jamaika/Rosella ungu cumi). Varietas Roselindo 2 mempunyai keistimewaan yaitu kandungan Vitamin C dan Antosianin yang cukup tinggi pada kelopak bunga yaitu sebesar 2.033,524 mg/100g dan 14,697 mg/kg dibandingkan dengan varietas Roselindo lain. Namun kelemahan varietas ini yaitu potensi hasil kelopak yang masih rendah daripada Roselindo 1 serta ketahanan terhadap penyakit Fusarium masih moderat sehingga perlu ada perbaikan terhadap karakter dari varietas tersebut. Salah satu teknik pemuliaan untuk memperbaiki karakter Roselindo 2 adalah dengan mutasi (Purdyaningsih, 2015).

Induksi mutasi merupakan salah satu cara meningkatkan keragaman

tanaman. Induksi mutasi dapat dilakukan dengan perlakuan bahan mutagen

terhadap materi reproduktif yang akan dimutasi yang dapat mengubah sebagian

sifat tanaman (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

(47)

Mutasi atau perubahan materi genetik dapat dideteksi dengan melihat perubahan pada tingkat struktur gen atau perubahan pada tingkat ekspresinya. Untuk melihat perubahan tersebut dapat dilakukan dengan membandingkan antara mutan dan tipe liarnya. Perubahan dapat terlihat pada tingkat morfologi yang terlihat oleh mata telanjang, atau pada tingkat lain yang tidak nampak oleh mata. Secara garis besar penampilan mutan dapat dilihat dari liarnya dengan tiga cara; perbedaan morfologi, perbedaan tingkat kimia, dan perbedaan tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh. Hasil mutasi yang paling mudah dilihat ialah bila terjadi perubahan morfologi seperti bentuk, ukuran atau warna (Jusuf, 2001).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang dimutasi. Hal itu ditunjukkan, misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang bekerja untuk merakit kultivar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang dikehendaki. Melalui teknik penyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat–sifat yang diharapkan setelah melalui serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi (Amien dan Carsono, 2008).

Pengaruh mutasi iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter atau sifat tanaman diantaranya di Malaysia telah membentuk varietas mutan hasil radiasi yang dikenal dengan nama UKMR-1, UKMR-2, UKMR-3 yang berpotensi meningkatkan produksi dan karakter dari tanaman asal yaitu rosella aksesi Arab dan Trengganu (Osman et al., 2011).

(48)

perubahan morfologi dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan meneliti pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan morfologi dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Hipotesis Penelitian

Perlakuan beberapa dosis iradiasi sinar gamma berpengaruh nyata terhadap perubahan morfologi dan kandungan dan kandungan antosianin tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)

Kegunaan Penelitian

(49)

ABSTRAK

Mutia Dinulia Putri: Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma dibimbing oleh Diana Sofia Hanafiah dan Lutfi M Aziz Siregar .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meneliti pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan morfologi dan kandungan antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut dimulai dari April sampai September 2016. Penelitian ini menggunakan bahan tanam benih rosella varietas Roselindo 2 yang telah diberikan perlakuan iradiasi dengan dosis (0, 150, 300, 450, 600) Gy menggunakan sumber radiasi Co60. Data yang didapatkan diuji dengan menggunakan analisis uji-t. Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, umur panen, diameter kelopak bunga, bobot basah kelopak bunga per tanaman, bobot buah per tanaman, jumlah kelopak bunga per tanaman, kadar antosianin. Hasil penelitian menunjukkan pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan diameter kanopi, dosis 450 Gy meningkatkan diameter kanopi, dosis 600 Gy menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman serta memperlama umur panen dibandingkan tanaman kontrol Namun pada kadar antosianin, tinggi tanaman dan diameter kelopak tidak mengalami perbedaan yang nyata antara tanaman iradiasi dengan tanaman kontrol pada semua dosis iradiasi

(50)

ABSTRACT

MUTIA DINULIA PUTRI :The response of morphological changes and anthocyanin content of the roselle plant on the various dose of gamma irradiation.Supervised by Diana Sofia Hanafiah and Luthfi Aziz M. Siregar.

The objective of the research was identify and examine the effect of various gamma irradiation on the morphological changes and the anthocyanin content of the roselle plant. The research was conducted on the experimental field, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, from April to September 2016. The Roselindo 2 seeds were used as the plant material which Co irradiated (0, 150, 300, 450, 600 Gray). The data obtained were analyzed with t-test. Parameters observed were: the percentage of germination, the plant height, the number of branches, the diameter of canopy,the diameter of calyx, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant , the anthocyanin content and the time of harvested. The results showed that the 150 Gray gamma irradiation decreased the diameter of canopy, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant, the 300 Gray increased the number of branches, the diameter of canopy, the 450 Gray increased the diameter of canopy, the 600 Gray decreased the weight of calyx,the fruit weight, the number of calyx per plant, increased the time of harvested. The whole irradiations were not affected the anthocyanin content, the plant height, and the diameter of calyx.

(51)

1

RESPON PERUBAHAN MORFOLOGI DAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) TERHADAP BEBERAPA DOSIS

IRADIASI SINAR GAMMA

SKRIPSI

OLEH :

MUTIA DINULIA PUTRI / 120301185 AGROEKOTEKNOLOGI-PET

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(52)

SKRIPSI

OLEH :

MUTIA DINULIA PUTRI / 120301185 AGROEKOTEKNOLOGI-PET

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(53)

3

Judul Penelitian : Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma

Nama : Mutia Dinulia Putri

NIM : 120301185

Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP, MP Luthfi A M Siregar, SP,MSc,Ph.D Ketua Anggota

Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroekoteknologi

(54)

Mutia Dinulia Putri: Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma dibimbing oleh Diana Sofia Hanafiah dan Lutfi M Aziz Siregar .

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan meneliti pengaruh beberapa dosis iradiasi sinar gamma terhadap perubahan morfologi dan kandungan antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Penelitian ini dilakukan di Fakultas Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut dimulai dari April sampai September 2016. Penelitian ini menggunakan bahan tanam benih rosella varietas Roselindo 2 yang telah diberikan perlakuan iradiasi dengan dosis (0, 150, 300, 450, 600) Gy menggunakan sumber radiasi Co60. Data yang didapatkan diuji dengan menggunakan analisis uji-t. Parameter yang diamati adalah persentase perkecambahan, tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter kanopi, umur panen, diameter kelopak bunga, bobot basah kelopak bunga per tanaman, bobot buah per tanaman, jumlah kelopak bunga per tanaman, kadar antosianin. Hasil penelitian menunjukkan pemberian iradiasi sinar gamma pada dosis 150 Gy menurunkan diameter kanopi, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman, dosis 300 Gy meningkatkan jumlah cabang dan diameter kanopi, dosis 450 Gy meningkatkan diameter kanopi, dosis 600 Gy menurunkan bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman serta memperlama umur panen dibandingkan tanaman kontrol Namun pada kadar antosianin, tinggi tanaman dan diameter kelopak tidak mengalami perbedaan yang nyata antara tanaman iradiasi dengan tanaman kontrol pada semua dosis iradiasi

(55)

5

ABSTRACT

MUTIA DINULIA PUTRI :The response of morphological changes and anthocyanin content of the roselle plant on the various dose of gamma irradiation.Supervised by Diana Sofia Hanafiah and Luthfi Aziz M. Siregar.

The objective of the research was identify and examine the effect of various gamma irradiation on the morphological changes and the anthocyanin content of the roselle plant. The research was conducted on the experimental field, Faculty of Agriculture, North Sumatera University, Medan, from April to September 2016. The Roselindo 2 seeds were used as the plant material which Co irradiated (0, 150, 300, 450, 600 Gray). The data obtained were analyzed with t-test. Parameters observed were: the percentage of germination, the plant height, the number of branches, the diameter of canopy,the diameter of calyx, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant , the anthocyanin content and the time of harvested. The results showed that the 150 Gray gamma irradiation decreased the diameter of canopy, the weight of calyx, the fruit weight, the number of calyx per plant, the 300 Gray increased the number of branches, the diameter of canopy, the 450 Gray increased the diameter of canopy, the 600 Gray decreased the weight of calyx,the fruit weight, the number of calyx per plant, increased the time of harvested. The whole irradiations were not affected the anthocyanin content, the plant height, and the diameter of calyx.

(56)

atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun judul usulan penelitian ini adalah “Respon Perubahan Morfologi dan Kandungan Antosianin Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Beberapa Dosis Iradiasi Sinar Gamma” yang merupakan bahan penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua Ayahanda Amran dan Ibunda Hafnita Agus atas kasih sayang

dan dukungannya untuk selalu mendukung Penulis. Kepada Ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah, S.P., M.P., selaku ketua komisi

pembimbing dan Bapak Luthfi Aziz Mahmud Siregar., S.P., M.Sc, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing serta teman-teman mahasiswa yang ada di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan atas bimbingan dan dukungannya yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam hal penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran ini dari para pembaca yang dapat membantu dalam membuat penulisan skripsi ini lebih sempurna

Medan, Oktober 2016

(57)

7

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa L) ... ... 5

Syarat Tumbuh Iklim ... ... 6

Tanah .. ... 7

Kandungan Tanaman Rosella ... 7

Khasiat Tanaman Rosella ... 9

Mutasi Sinar Gamma ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Uji Analisis ... 15

PERLAKSANAAN PENILITIAN Persiapan lahan ... 16

Persiapan bahan tanaman ... 16

Penanaman ... 16

Pemeliharaan ... 16

Penyiraman ... 16

Penyiangan gulma ... 17

Pemupukan ... 17

Pengendalian hama dan penyakit ... 17

(58)

Tinggi Tanaman (cm) ... 18

Jumlah Cabang (cabang) ... 18

Diameter kanopi (cm) ... 18

Diameter Kelopak Bunga ... 18

Bobot Basah Kelopak Bunga (g) ... 19

Bobot Buah (g) ... 19

Jumlah Kelopak Bunga/tanaman ... 19

Umur Panen (HST) ... 19

Kadar Antosianin (mg/100 g) ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 21

Pembahasan ... 36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 41

Saran ... 41

(59)

9

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Persentase perkecambahan tanaman umur 3 MST ... 21

2. Rataan tinggi tanaman (cm) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST..23

3. Jumlah cabang (cabang) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST ... 24

4. Diameter kanopi (cm) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST... 25

5. Diameter kelopak bunga (mm) pada dosis iradiasi sinar gamma ... 26

6. Bobot kelopak bunga (mm) pada dosis iradiasi sinar gamma ... 27

7. Bobot buah (g) pada dosis iradiasi sinar gamma ... 28

8. Jumlah kelopak bunga per tanaman (kelopak bunga) pada dosis iradiasi sinar gamma ... 29

9. Umur panen (HST) pada dosis iradiasi sinar gamma ... 30

(60)

1. Deskripsi Varietas Roselindo 2 ... 45

2. Bagan Penelitian ... 46

3. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 47

4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 17 MST ... 48

5. Jumlah Cabang Umur 17 MST ... 49

6. Diameter Kanopi (cm) Umur 17 MST ... 50

7. Data Produksi Diameter Kelopak Bunga, Bobot Kelopak Bunga, Bobot Buah dan Jumlah Kelopak Bunga per Tanaman pada 1 Minggu Panen (MP) ... 51

8. Data Produksi Diameter Kelopak Bunga, Bobot Kelopak Bunga, Bobot Buah dan Jumlah Kelopak Bunga per Tanaman pada 2 Minggu Panen (MP) ... 52

9. Data Produksi Diameter Kelopak Bunga, Bobot Kelopak Bunga, Bobot Buah dan Jumlah Kelopak Bunga per Tanaman pada 3 Minggu Panen (MP) ... 53

10. Data Produksi Diameter Kelopak Bunga, Bobot Kelopak Bunga, Bobot Buah dan Jumlah Kelopak Bunga per Tanaman pada 4 Minggu Panen (MP) ... 54

11. Data Produksi Diameter Kelopak Bunga, Bobot Kelopak Bunga, Bobot Buah dan Jumlah Kelopak Bunga per Tanaman pada 5 Minggu Panen (MP) ... 55

12. Umur Panen (HST) ... 56

13. Kadar Antosianin (mg/100 g) ... 57

14. Penetapan Kadar Antosianin ... 58

(61)

11

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Proses pembentukan kelopak bunga ... 6

2. Tanaman abnormalitas pertumbuhannya ... 22

3. Tanaman yang mati akibat batangnya rebah dan patah ... 22

4. Bentuk percabangan yang unik pada Tanaman Rosella... 32

5. Warna dan Bentuk bunga yang unik pada tanaman hasil iradiasi... 33

6. Daun abnormal yang unik pada Tanaman hasil iradiasi ... 34

7. Perubahan bentuk kelopak bunga pada tanaman hasil iradiasi ... 35

Gambar

Tabel 1. Persentase perkecambahan tanaman umur 3 MST
Gambar 2. a. Tanaman yang mengalami abnormalitas pada dosis 450 Gy. b. Tanaman yang mengalami abnormalitas pada dosis 600 Gy
Tabel 2. Rataan tinggi tanaman (cm) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST
Tabel 3. Jumlah cabang (cabang) pada dosis iradiasi sinar gamma umur 17 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Iradiasi sinar gamma pada dosis 8 Gy dan 10 Gy menghasilkan tanaman bawang merah yang abnormal, pada dosis 12 Gy tanaman tidak dapat menghasilkan umbi dan hanya mampu

pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman. kurang dari

Setyo Budi, Marjani, Sri Hartati, Rully Dyah Purwati, Budi Santoso.. Universitas

Untuk mendapatkan variabilitas tanaman yang tinggi, dosis anjuran iradiasi sinar gamma pada biji kecombrang antara 20-40

The results showed a population of 150 Gy decrease the diameter of the flower petals, population 300 Gy lowering plant height, diameter of the canopy, the weight of the petals,

Pengaruh mutasi iradiasi sinar gamma dapat mengubah karakter atau sifat tanaman diantaranya di Malaysia telah membentuk varietas mutan hasil radiasi yang dikenal dengan nama

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tinggi tanaman, bobot kelopak bunga, bobot buah, jumlah kelopak bunga per tanaman dan umur panen pada populasi 300 Gy berbeda sangat

pemberian iradiasi sinar gamma pada umbi tanaman bawang merah berbeda sangat nyata menurunkan produksi di dosis 5 Gy dan 6 Gy, dapat dilihat dari parameter bobot segar