Botani Tanaman
Menurut Steenis (2003), sistematika tanaman Rosella yaitu Kingdom :
Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Sub kelas : Dilleniidae,
Bangsa : Malvales, Suku : Malvaceae, Genus : Hibiscus,
Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn
Tanaman ini mempunyai tinggi 3,5 m dan memiliki akar tunggang yang
dalam yang berbentuk silinder halus . Batang tanaman rosella berwarna hijau
gelap menjadi merah batang. Daun berseling dengan panjang 7,5-12,5 cm
bewarna hijau dengan tulang daun bewarna kemerahan dan petioles panjang atau
pendek (Mahadevan et al., 2009).
Daun tanaman rosella merah tumbuh tunggal dan tersusun secara
berseling-seling, berbentuk bulat telur dengan pertulangan menjari, dan bewarna
hijau gelap sampai dengan kemerah-merahan, Helai daun memiliki pertulangan
menjari bewarna merah dan tepi beringgit dengan banyak kelenjar pada
permukaan bawah. Ukuran daun bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada
umumnya daun tanaman rosella merah berukuran panjang antara 6-15 cm dan
lebar antara 5-8 cm yang melekat pada tangkai daun sepanjang 4-7 cm
(Rukmana dan Herdi, 2015).
Bunga rosella bertipe tunggal yaitu hanya terdapat satu kuntum bunga
pada setiap tangkai bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu
dengan panjang 1 cm, pangkal saling berlekatan dan berwarna merah. Mahkota
bunga rosella berwarna merah sampai kuning dengan warna lebih gelap dibagian
17
berukuran pendek dan tebal. Putik berbentuk tabung dan berwarna kuning atau
merah. Bunga rosella bersifat hemaprodit sehingga mampu menyerbuk sendiri.
(Rahmawati. 2012).
Kelopak bunga rosella biasanya bewarna merah, terdiri dari 5 sepal besar
dengan kerah (epicalyx). Ukuran bunga sebesar 3,2-5,7 cm dan sepenuhnya
menghasilkan buah. Buah berbentuk kapsul dengan panjang 1,25-2 cm, bewarna
hijau ketika belum matang, mempunyai 5 ruang, dengan masing-masing ruang
mengandung 3-4 biji. Buah berubah warna menjadi coklat dan mulai terbuka
ketika matang dan kering. Biji berbentuk ginjal, bewarna coklat muda dengan
panjang sekitar 3-5 mm (Mahadevan et al., 2009).
b c
d e f
Tanaman rosella tumbuh optimal di daerah dengan ketinggian 600 meter
dpl. Semakin tinggi dari permukaan laut, pertumbuhan rosella akan terganggu.
Rosella dapat tumbuh didaerah tropis dan subtropis dengan suhu rata-rata
24-32°C. Namun rosella masih toleran pada kisaran suhu 10-36°C. Untuk
menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, rosella memerlukan
waktu 4-5 bulan dengan suhu malam tidak kurang dari 21°C (Wijayanti, 2010).
Rosella membutuhkan curah hujan bulanan berkisar 130-200 mm dalam
tiga sampai empat bulan pertama pertumbuhan. Cuaca kering baik ditoleransi, dan
diinginkan dalam bulan terakhir pertumbuhan. Hujan atau kelembaban tinggi pada
saat panen dan pengeringan kali dapat menurunkan kualitas kelopak bunga dan
mengurangi hasil. Rosella sangat sensitif terhadap perubahan panjang hari.
Fotoperiodisme ini membutuhkan waktu tanam harus diatur sesuai dengan
panjang hari daripada persyaratan curah hujan (Mohamed et al., 2012).
Tanah
Tanaman rosella merah mempunyai daya adaptasi luas terhadap berbagai
jenis tanah. Berdasarkan indikator di daerah sentra produksi rosella merah di
Indonesia menunjukkan bahwa, jenis tanah yang tergolong ideal untuk ditanami
tanaman ini adalah tanah aluvial, latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK)
(Rukmana dan Herdi, 2015).
Tanaman rosella dapat diusahakan di segala macam tanah akan tetapi yang
paling cocok pada tanah yang subur dan gembur maksudnya yang mempunyai
19
toleran terhadap tanah masam dan agak alkalin, tetapi tidak cocok ditanam di
tanah salin atau berkadar garam tinggi. Kemasaman tanah (pH) optimum untuk
rosella adalah 5,5-7 dan masih toleran juga pada pH 4,5-8,5. Selama pertumbuhan
rosella tidak tahan terhadap genangan air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk
lahan tegal adalah 180 mm/bulan. Apabila ditanam pada wadah yang terbatas
ukurannya seperti pada polibag yang berukuran sedang (diamater 30 cm),
pertumbuhan tanaman rosella menjadi tidak optimal dengan tinggi tanaman
kurang dari 1 m. Akibatnya produksi bunga menjadi lebih rendah
(Wijayanti, 2010).
Kandungan Tanaman Rosella
Popularitas teh Rosella meningkat tajam pada tahun-tahun terakhir,
berbagai penelitian dilakukan untuk menguji manfaat Rosella. Hal ini tidak lepas
dari perannya sebagai antioksidan, antikanker, hipolipidemia, hepatoprotektor,
antihipertensi, anti bakteri, meningkatkan stamina. Kandungan senyawa kimia
dalam kelopak bunga Rosella: antosianin (gossipetin dan hibiscin) 2 %, vitamin C
0,004–0,005 %, protein 6,7–7,9 %, asam sitrat dan asam malat 13 %. Kandungan
asam lemak linoleat 14,4 %, palmitin 35,2 %, miristin 2,1 %, stearat 3,4 %, oleat
34 %. Setiap 100 gr kellopak Rosella kering mengandung protein 1,145 g, lemak
2,61 g, serat 12 g, kalsium 1,263 g, fosfor 273,2 mg, zat besi 8,98 mg, karoten
0,029 mg, tiamin 0,117 mg, niasin 3,765 mg, riboflavin 0,277 mg dan vitamin C
244,4 mg. Kandungan asam amino berupa : arginine, lysine, cystein, histidine,
isoleucine, leucine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, tyrosine,
valine, aspartic acid, glutamic acid, alanine, glycine, praline, serine
Senyawa ini termasuk dalam golongan flavonoid. Struktur utamanya ditandai
dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan
tiga atom karbon yang membentuk cincin. Jenis antosianin pada kelopak bunga
rosella antara lain delfinidin, sianidin petunidin, miricetin,pelargonidin dan
malvidin (SEAFAST Center, 2013)
Konsentrasi Antosianin memberikan hasil yaitu kadar antosianin pada
kelopak Rosella mengalami peningkatan pada perlakuan dosis iradiasi gamma
dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Selain itu, pada masa panen (180 hari
setelah tanam), dosis 600 Gy merupakan perlakuan yang paling efektif untuk
meningkatkan kandungan antosianin sebesar 3.63%, 3.68% pada musim tahun
2009 dan 2010 (El Sherif et al., 2011).
Khasiat Tanaman Rosella
Sebagai tanaman obat, rosella merah mempunyai manfaat untuk mengatasi
berbagai masalah penyakit dan masalah kesehatan. Manfaat dari rosella merah
antara lain dapat menurunkan asam urat, menurunkan kadar kolesterol dalam
tubuh, menghancurkan lemak, melangsingkan tubuh, mengurangi kecanduan
merokok, mencegah stroke dan hipertensi, memperbaiki pencernaan,
menghilangkan wasir, menurunkan kadar gula dalam darah, mencegah kanker,
tumor, kista dan sejenisnya. Diantara banyak khasiatnya, rosella diunggulkan
sebagai herba antikanker, antihipertensi dan antidiabetes (Wijayanti, 2010).
Tumbuhan rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan salah satu
21
masalah kesehatan di berbagai negara. Kelopak bunga rosella telah digunakan
sebagai pengobatan tradisional dalam mengatasi mual, memperlancar buang air
besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan oleh flu,
dan rasa tidak enak di perut. Ekstrak etanol 96% kelopak bunga rosella
mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin dan alkaloid. Kandungan
fenol dan flavonoid di dalam kelopak bunga rosella diduga memiliki efek
imunostimulator (Puspitowati et al., 2012).
Zat aktif yang paling berperan dalam kelopak bunga rosela meliputi :
gossypetin, antosianin, dan glukosida hibiscin yang dapat menyebuhkan diuretik
koleretik, penurun viskositas darah, pengurang tekanan darah, TBC dan
perangsang peristaltik usus. Selain itu, kelopak bunga rosela juga berkhasiat
sebagai antiseptik, antibakteri, antiradang, menurunkan panas, mencegah
gangguan jantung dan kanker darah (Moeksin dan Stevanus, 2009).
Hasil penilitian Hui-Hsuan Iin dari institute of BioChemistry and
Biotechnology, Chung San Medical University, Taichung, Taiwan membuktikkan
bahwa rosella bersifat anti kanker lambung. Penelitiannya menemukan
antioksidan rosella membunuh sel kanker dengan metode sitoksis dan apoptosis
Penelitian lain yang dilakukan oleh DE-Xing Hou di Jepang, seorang peneliti dari
Department of Biochemical Science Ang Technology, Faculty of Agricultur,
Kagoshima University, Jepang menemuka bahwa 3-sambubioside, antioksidan
rosella ampuh mengatasi kanker darah atau leukimia. Cara kerjanya dengan
menghambat terjadinya kehilangan membran mitokondria dan pelepasan sitokrom
menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi
merupakan sumber aneka alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif
genotipe. Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan, dan merupakan
kunci keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah
meningkatkan keragaman/ variabilitas genetik tanaman, sehingga
pemilihan / seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan (Sudarka, 2009).
Pemuliaan mutasi melalui mutagenesis memberikan dampak secara
sitologis maupun fisiologis karena mutasi dapat terjadi pada tingkat sel maupun
tingkat jaringan. Kerusakan fisiologi yang disebabkan oleh mutagen, perlakuan
mutagenik menyebabkan tingkat kematian organisme yang rendah, biasanya
frekuensi mutasinya tinggi, kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan
ekstrakromosomal. Sebaliknya, bila tingkat lethalitas tinggi, frekuensi mutasinya
rendah dapat dikategorikan kerusakan kromosomal. Kerusakan fisiologis pada
sejumlah sel di jaringan meristem apikal dapat terjadi pada lapisan terluar, yaitu
epidermis (LI) yang menutupi semua jaringan misalnya daun, batang, petal bunga
dan sebagainya. Jaringan di bawahnya yang terdiri atas beberapa lapis sel di
dalam batang dan sebagian besar sel-sel yang berada pada daun disebut lapisan
sub-epidermis (L2), selanjutnya L3 merupakan sebagian besar jaringan internal
batang dan sejumlah sel di sekitar jaringan pembuluh daun (Lineberger, 2007).
Apabila mutasi non-lethal terjadi pada sel yang aktif membelah, seperti sel
meristem tersebut, maka biasanya akan diperoleh keturunan sel-sel yang
23
Dimensi mutasi yang terjadi pada jaringan ini tergantung pada posisi sel yang
bermutasi. Melalui mutasi induksi, genotip yang diinginkan tidak dapat segera
dikenali karena terbentuknya chimera pada meristem yang multiseluler.
Fenomena pada tanaman termutasi ini dikatakan chimera apabila sel yang tumbuh
tersebut menunjukkan lebih dari satu genotip dalam satu jaringan tanaman.
Seperti misalnya tanaman variegata, sel-sel ini berasal dari jaringan meristem
apikal yang beberapa selnya tidak mampu mensintesis khlorofil sehingga daun
tidak berwarna hijau (Cammareri et al. 2002 pada Suwarno, 2007).
Dosis iradiasi dibagi tiga, yaitu tinggi (>10 k Gy), sedang (1-10 k Gy), dan
rendah (<1 k Gy). Perlakuan dosis tinggi akan mematikan bahan yang dimutasi
atau mengakibatkan sterilitas. Pada umumnya dosis yang rendah dapat
mempertahankan daya hidup atau tunas, dapat memperpanjang waktu pemasakan
pada buah-buahan dan sayuran, serta meningkatkan kadar pati, protein dan kadar
minyak pada jagung, kacang dan bunga matahari. Tanaman mutan juga memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap serangan patogen dan kekeringan. Warna
bunga atau daun dapat pula berubah sehingga diperoleh mutan komersial
(Soedjono, 2003).
Penelitian Harding dan Mohamad (2009) mengenai radiosensivitas Rosella
aksesi Terengganu dan Arab dengan tujuan menentukan dosis yang efektif untuk
mutasi rosella selama tahun 2006/2007. Parameter tinggi bibit yang diamati pada
2, 3, 4 dan 5 minggu setelah ditananam benih M1 dari 2 varietas Terengganu dan
Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan dosis radiasi sinar
gamma 0-1200 Gy dalam tingkatan 100 gray (Gy) menyebabkan peningkatan
nilai LD50 untuk varietas Arab adalah masing-masing sebesar 773,8.%, 804,1.%,
704,2 dan 708,3% pada 2, 3, 4 dan 5 minggu. Nilai LD50 untuk Terengganu dan
Arab ditentukan pada minggu ke 2 masing-masing 754 dan 773,8%.
Hasil penelitian El Sherif et al (2014) juga menyatakan bahwa aplikasi
600 Gy memberikan efek tertinggi pada peningkatan jumlah kelopak bunga per
tanaman rosella aksesi Arab dibandingkan dosis iradiasi lainnya dan kontrol.
Produksi berat kelopak bunga segar per tanaman naik dengan sinifikan tercatat
pada aplikasi 500 dan 400 gy (171.8 dan 151.4 g per tanaman) masing-masing di
tahun 2009 dan 2010 pada periode panen yaitu 180 hari setelah tanam.
Meningkatnya pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang
akar, bobot basah dan kering daun, batang dan akar) memberikan hasil yang
terlihat pada aplikasi 600 Gy terhadap produksi tertinggi (produksi buah)
tanaman rosella. Efek stimulasi pada dosis 600 Gy berdasarkan fakta bahwa
stimulasi memberikan peran terhadap pembentukan enzim dan hormon
pertumbuhan terhadap pertumbuhan dan produksi.
Berdasarkan hasil penelitian Atmarazaqi (2013) didapatkan kesimpulan
bahwa terdapat keragaman fenotipe daun pada dosis 25 Gy tanaman rosella di
awal pertumbuhan 2 MST yakni menghasilkan daun bercak berlubang dan
berlubang melengkung. Analisis jumlah stomata, jumlah sel epidermis, klorofil
rosella merah dan kandungan anthosianin kelopak bunga berpengaruh nyata
terhadap semua perlakuan irradiasi sinar gamma. Pada perlakuan dosis radiasi 25
25
dibanding perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan radiasi sinar gamma yang acak
(random) telah merusak sel pertumbuhan sehingga memberikan pengaruh