• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik menggunakan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten

Simalungun di Pematang Raya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat

Kabupaten Simalungun di Pematang Raya dan waktu penelitian dilaksanakan

pada Februari – Mei 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya sebanyak 28 orang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling

dimana seluruh anggota populasi menjadi objek penelitian yaitu sebanyak 28

(2)

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dengan menggunakan metode

wawancara dengan teknik kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner

pengujian kelelahan kerja secara subjektif dengan skala Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) untuk mengetahui hubungan faktor umur, masa kerja, status perkawinan, status gizi, jenis kelamin, jarak tempuh ke tempat kerja, beban

kerja, dan metode pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat. Skor tiap

Jawaban terhadap kuesioner dikategorikan berdasarkan skala likert yaitu 1 = tidak

pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = sering, 4 = sangat sering. Pengkategorian hasil

skor kuesioner yaitu :

1. Tidak lelah = 30

2. Kelelahan ringan = 31-60

3. Kelelahan menengah = 61 – 90

4. Kelelahan berat = 91 – 120

Beban kerja diukur menggunakan kuesioner SWAT (Subjective Workload Assesment Tecnique). Skala yang diukur dalam kuesisoner menggunakam skala Likert. Kategori dari skala likert meliputi 5 kategori yang memiliki skor antara

(3)

1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju

3 = ragu-ragu 4 = setuju

5 = sangat setuju

Tahap penilaian kuesioner SWAT menggunakan ukuran pemusatan. Ukuran

pemusatan bertujuan untuk menerangkan secara akurat tentang skor atau penilaian

suatu objek yang sedang diteliti, baik secara individual maupun berkelompok,

melalui pengukuran tunggal. Ukuran pemusatan adalah ukuran statistik yang

menyatakan bahwa satu skor dapat mewakili keseluruhan distribusi skor atau

penilaian yang diteliti. Dengan demikian, ukuran pemusatan merupakan

penyederhanaan data untuk mempermudah dalam membuat interpretasi dan

mengambil suatu kesimpulan.

Ada tiga cara mengukur central tendency, yaitu modus, median, dan rata-rata. Modus dan median dapat diaplikasikan pada data berskala ordinal, interval,

dan rasio, sdeangkan rata-rata hanya dapat diaplikasikan pada data berskala

interval dan ratio. Pada penelitian ini data yang digunakan berskala ordinal maka

digunakan modus dan median.

1. Modus

Pada penelitian ini modus dapat diketahui dengan membuat tabel distribusi

frekuensi kategori jawaban setiap variabel. Ada lima kategori jawaban dalam

penelitian ini, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RG(Ragu-ragu), TS( Tidak

Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

2. Median

(4)

Untuk mengetahui median dalam data dalam bentuk distribusi frekuensi,

caranya adalah dengan menambahkan satu kolom yaitu kolom frekuensi

kumulatif. Jika frekuensi kumulatif merupakan angka ganjil, urutan kategori

yang tepat berada di tengah adalah mediannya. Jika frekuensi kumulatif

merupakan angka genap, maka cari dua nilai tengah, kedua nilai tersebut

dijumlahkan dan kemudian dibagi dengan 2. Kategori jawaban mencakup

angka hasil perhitungan merupakan median data.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data data di Kantor Inspektorat Kabupaten

Simalungun mengenai data karyawan, metode pekerjaan, gambaran umum

Inspektorat Kabupaten Simalungun dengan wawancara tidak terstruktur. Data –

data pendukung lainnya tentang informasi yang berkaitan dengan kelelahan

diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, jurnal, artikel, dsb.

3.5 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel Terikat/ dipengaruhi (Dependen Variabel)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kejadian kelelahan.

2. Variabel Bebas/mempengaruhi (Independen variabel)

Variabel bebas atau independent adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang

(5)

jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, status gizi/IMT, jarak tempuh ke

tempat kerja, beban kerja, dan metode pekerjaan.

3.5.2 Defenisi Opersional

Berdasarkan defenisi konsep, maka dibuat beberapa defenisi operasional

yang digunakan pada saat penelitian di Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun

sebagai berikut :

1. Pegawai Negeri Sipil adalah responden yang bekerja sebagai pegawai di Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun.

2. Keluhan kelelahan adalah keadaan lelah yang dirasakan responden yang diukur

dengan menggunakan skala IFRC tentang gambaran kelelahan kerja.

3. Umur adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang diberikan,

terhitung dari lahir sampai waktu pengambilan data responden di Kantor

Inspetorat (tahun).

4. Jenis kelamin adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

diberikan(laki-laki/perempuan).

5. Status perkawinan adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner

yang diberikan(kawin,belum kawin).

6. Masa kerja adalah jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner yang

diberikan, yang dihitung dari jumlah waktu yang sudah ditempuh untuk

bekerja dari awal masuk kerja sampai waktu pengambilan data di Kantor

(6)

7. Status gizi/IMT adalah berat badan (Kg) dibagi dengan tinggi ( )

dinyatakan dengan Body Mass Index (BMI) / indeks massa tubuh yang terdiri atas kategori Normal bila BMI 18,5-24,9, Tidak Normal bila BMI > 25.

8. Jarak tempuh ke tempat kerja adalah jawaban responden terhadap kuesioner

yang diberikan, yang di hitung jarak lokasi objek pemeriksaan dengan Kantor

Inspektorat dan lokasi objek pemeriksaan dalam satuan Km.

9. Beban kerja adalah beban kerja mental pegawai yang di ukur menggunakan

Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dengan penskalaan subjektif tiga dimensi yaitu faktor yaitu beban waktu, beban usaha mental,dan

beban tekanan psikologis.

10. Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas

administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel

terhadap objek pemeriksaan.

3.6 Metode Pengukuran

1. Umur di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi data

berkelompok (≤ Median, > Median)

2. Jenis kelamin dinyatakan dengan jawaban responden terhadap kuesioner

yang diberikan (laki-laki atau perempuan).

3. Status perkawinan dinyatakan dengan jawaban responden terhadap

kuesioner yang diberikan (sudah menikah,belum menikah).

4. Masa kerja dijumlahkan terlebih dahulu kemudian dibagi dengan jumlah

(7)

5. Status gizi/IMT di analisis terlebih dahulu secara ratio dan dibuat menjadi

kategori Normal bila BMI 18,50– 24,9 dan kategori Kelebihan berat

badan bila BMI > 25.

6. Jarak Tempuh Tempat Kerja di analisis di analisis terlebih dahulu secara

ratio dan dibuat menjadi data berkelompok (≤ Mean, > Mean).

7. Beban kerja dianalisis terlebih dahulu dengan menggunakan Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) mengukur tiga dimensi beban waktu, beban usaha mental,dan beban tekanan psikologis dengan Tahap

penskalaan (Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring).

8. Metode pekerjaan dianalisis terlebih dahulu dan di buat menjadi ketegori

sesuai standar opersional prosedur (SOP) dan tidak memenuhi standar

opersional prosedur (SOP).

9. Kelelahan kerja diukur dengan metode pengukuran yakni berupa kuesioner

pengujian kelelahan umum atau secara subyektif yang diadopsi dari

(8)

Tabel 3.1 Tabel Pegukuran Variabel Penelitian Varibel Cara dan alat

ukur

2. Jenis Kelamin Wawancara Dan kuesoner

4. Masa Kerja Wawancara dan kuesioner

1. 2. > mean

Nominal

5. Status gizi/ IMT Timbangan dan meteran

(9)

3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh, dianalisis melalui proses pengolahan data yang

mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1. Numbering, memberikan nomor dan kode dari setiap kuesioner yang akan diberikan.

2. Editing, melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner.

3. Coding, mengubah data pada kuesioner dalam bentuk kode kode.

4. Processing, memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entry data kedalam statistik komputer, yakni menggunakan program SPSS.

5. Analysis, melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan perangkat lunak statistik komputer.

6. Skoring, masing-masing variabel akan diberi nilai sesuai frekuensi gejala kelelahan.

7. Data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan

analisis bivariat.

3.7.2 Teknik Analisis Data 3.7.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel penelitian yang disajikan

(10)

3.7.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi.Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square (X2).Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum pelayanan Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 bahwa pelayanan

Inspektorat adalah pengawasan pemerintah dalam pelaksanaan penyelenggaraan

pemerintah daerah dan desa. Dalam melaksanakan pelayanan tersebut tertuang di

dalam PKPT ( Program Kerja Pengawasan Tahunan ) Inspektorat Kabupaten

Simalungun.

Lokasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun berada di Jl. Sutomo

Kompleks SKPD Pematang Raya Kabupaten Simalungun. Kantor Inpektorat

Kabupaten Simalungun berbatasan dengan:

Utara : Dinas Pengelolaan Keuangan

Selatan : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Barat : Dinas Kesehatan

Timur : Dinas Pelayanan Ijin Terpadu Satu Unit

4.1.1 Visi Inspektorat

VISI Inspektorat Kabupaten Simalungun adalah terwujudnya Pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Simalungun.

(12)

Pengawasan yang optimal adalah pengawasan dengan memberdayakan

secara kuantitas dan kualitas aparat pengawas yang ada dalam rangka pencapaian

penyelenggaraan pemerintahan yang “ GOOD GOVERNANCE ” Kabupaten

Simalungun.

4.1.2 Misi Inspektorat

MISI Inspektorat Kabupaten Simalungun sesuai dengan Tupoksi ditetapkan untuk mencapai VISI sebagai berikut :

a. Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas.

a. Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem Desentralisasi yang

beroriented output.

b. Meningkatkan Pengawasan dengan Pendekatan Pelayanan.

c. Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan pemeriksaan.

Penjelasan masing-masing MISI

a. Penjelasan MISI : Meningkatkan Keterampilan Aparat Pengawas.

Untuk mengetahui pengawasan yang optimal, maka dibutuhkan meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan teknis pengawasan melalui diklat, diskusi dan studi

kasus serta melengkapi jumlah aparat yang mencukupi untuk tugas-tugas

kepengawasan.

b. Penjelasan MISI : Meningkatkan Manajemen Pengawasan mendukung sistem

Desentralisasi yang beroriented output.

Manajemen yang sudah baik akan dapat menentukan kelancaran pengawasan

(13)

meningkatnya manajemen kepengawasan mulai dari pembuatan PKPT (Program

Kerja Pengawasan Tahunan), penganggaran pengawasan dan saran, penetapan/

penyusutan Aparat Pengawasan serta mengidentifikasi masalah yang bakal

timbul, sehingga dengan pengelolaan manajemen yang sudah baik dalam rangka

melaksanakan tugas-tugas kepengawasan akan dapat mendukung perwujudan

desentralisasi/ otonomi daerah Kabupaten Simalungun yang bersih sesuai dengan

tuntutan UU. Nomor 34 Tahun 2004.

c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan dengan pendekatan pelayanan.

Pendekatan pelayanan dimaksud adalah pendekatan yang lebih mengutamakan

dengan memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat pemeriksaan/

pengawasan secara etika, komunikasi yang baik dan wawasan yang tinggi

sehingga setiap objek pemeriksaan dapat secara transparansi adanya keterbukaan

pelaksanaan tugasnya. Dengan meningkatnya pendekatan pelayanaan ini akan

dapat mencapai pengawasan yang optimal.

c. Penjelasan MISI : Meningkatkan Pengawasan berorientasi pembinaan dan

Pemeriksaan.

Pembinaan dalam pemeriksaan adalah mendorong ketaatan aparat pada setiap

instansi terhadap peraturan yang berlaku dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

Aparat yang sudah berpedoman kepada peraturan dan undang-undang yang

berlaku dalam kinerjanya akan menjamin perwujudan pemerintahan yang bersih

(14)

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR INSPEKTORAT KANTOR KABUPATEN SIMALUNGUN

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun

4.1.4 Proses Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Simalungun

Inspektur dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijakan yang ditetapkan

oleh Bupati, serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengawasan. Dalam

melaksanakan tugasnya Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu

Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip Inspektur

Sekretaris

Inspektur Pembantu III

Inspektur Pembantu II

Inspektur Pembantu I Inspektur Pembantu IV

(15)

koordinasi, intregrasi dan sinkronisasi secara vertikal dan horisontal baik di

lingkungan Inspektorat maupun antar satuan organisasi di lingkungan

Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas masing-masing.

Inspektur, Sekretaris, para Inspektur Pembantu Wilayah, bertanggung

jawab memimpin, mengawasi dan mengoordinasikan bawahan masing-masing

dan berkewajiban memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan

tugas bawahannya, dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil

langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sekretaris, Para Inspektur Pembantu Wilayah, Kelompok Fungsional wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada Inspektur

serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Dalam melaksanakan

tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh pimpinan unit satuan

organisasi bawahannya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada

bawahan masing-masing pimpinan satuan organisasi mengadakan rapat secara

berkala.

Setiap laporan yang diterima oleh Inspektur dari bawahannya wajib diolah

dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan

untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya. Sekretaris, para Inspektur

Pembantu Wilayah, dan Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan

Inspektorat menyampaikan laporan kepada Inspektur dan selanjutnya

(16)

Dalam penyusunan laporan Inspektur secara teknis administratif mendapat

pembinaan dari Sekretaris Daerah. Para Inspektur Pembantu Wilayah di

lingkungan Inspektorat bertanggung jawab kepada Inspektur dan dalam

operasional pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekretaris.

4.2 Karakteristik Individu Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Analisis Univariat digunakan untuk untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel bebas (umur, jenis kelamin, status

perkawinan, masa kerja, status gizi/IMT, jarak tempuh ke tempat kerja, beban

kerja, metode pekerjaan) dan variabel terikat (kelelahan kerja) yang telah

diperoleh dari hasil penelitian.

4.2.1 Karakteristik Umur Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Umur pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Umur (Tahun) Frekuensi %

≤ 43

>43

7 21

25,0 75,0

Jumlah 28 100

Umur responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤ 43 tahun dan > 43 tahun. Dari data

(17)

adalah 58 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa umur pegawai

Inspektorat ≤ 43 tahun yaitu 7 orang (25%), dan > 43 tahun yaitu 21 orang (75%).

4.2.2 Karakteristik Jenis Kelamin Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Jenis Kelamin pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun

2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki Perempuan

14 14

50 50

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel diatas, bahwa pegawai Inspektorat yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (50%) dan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 14 orang (50%).

4.2.3 Karakteristik Status Perkawinan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Pegawai Inspektorat yang sudah menikah yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 14 orang dan perempuan sebanyak 14 orang. Seluruh pegawai Kantor

(18)

4.2.4 Karakteristik Masa Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Masa kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun 2017

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Masa Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Masa kerja (tahun) Frekuensi %

≤ 14

> 14

18 10

64,3 35,7

Jumlah 28 100

Masa kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤14 tahun dan > 14 tahun. Dari data

hasil penelitian, masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang

tertinggi adalah 34 tahun. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa masa kerja

pegawai Inspektorat ≤ 14 tahun yaitu 18 orang (64,3 %), dan masa kerja > 14

tahun yaitu 10 orang (37,5%).

4.2.5 Karakteristik Status Gizi/ IMT Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Status gizi/imt pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun tahun

(19)

Tabel 4.4 Distribusi Status Gizi/IMT Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Status gizi/imt Frekuensi %

Normal

Staus gizi/IMT responden diukur menggunakan skala pengukuran nominal

dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu 18,5-24,9 (normal) dan > 25

(kelebihan berat badan). Dari data hasil penelitian, status gizi/IMT responden

yang terendah adalah 20,81 kg/ dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/ .

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa status gizi/IMT pegawai Inspektorat

normal yaitu 3 orang (10,7 %), Obesitas I yaitu 23 orang (82,1%) dan Obesitas II

yaitu 2 orang (7,1%).

4.2.6 Karakteristik Jarak Tempuh ke Tempat Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten

Simalungun tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

(20)

Jarak tempuh ke tempat kerja responden diukur menggunakan skala

pengukuran nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ≤30 Km dan >

30 Km. Dari data hasil penelitian, jarak tempuh ke tempat kerja responden yang

terendah adalah 2 Km dan yang tertinggi adalah 38 Km. Berdasarkan tabel diatas,

diketahui bahwa jarak tempuh ke tempat kerja pegawai Inspektorat ≤ 30 Km yaitu

4 orang (14,3%), dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km yaitu 24 orang

(85,7%).

4.2.7 Karakteristik Beban Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

(21)

Mental konsentrasi

pertanyaan Saya membutuhkan konsentrasi yang tinggi saat melakukan pekerjaan

dan Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak

masiang-masing 1 orang (3.2%), kategori setuju adalah beban kerja waktu dengan

pertanyaan Saya memiliki waktu luang yang sedikit sebanyak 25 orang (89.3%) ,

kategori ragu-ragu adalah beban usaha mental dengan pertanyaan Pekerjaan yang

saya lakukan tidak menentu datangnya sebanyak 10 orang (35.8%), kategori tidak

setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan saya sering sekali mengerjakan

dua/lebih pekerjaan dalam waktu bersamaan sebanyak 5 orang (17.8%), dan

kategori sangat tidak setuju adalah beban waktu dengan pertanyaan Saya sering

sekali mendapat gangguan saat melakukan pekerjaan sebanyak 1 orang (3.2%).

Beban kerja pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun

(22)

Tabel 4.7 Distribusi Beban Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Beban Kerja Frekuensi %

ringan sedang

27 1

96,4 3,6

Jumlah 28 100

Beban kerja responden diukur menggunakan skala pengukuran ordinal dan

dikategorikan menjadi dua kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Dari data hasil

penelitian, beban kerja responden ringan adalah 27 orang (96,4%) dan yang

sedang adalah 1 orang (3,6%).

4.2.8 Karakteristik Metode Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspekorat Kabupaten Simalungun

tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:

Metode pekerjaan responden diukur menggunakan skala pengukuran

nominal dan dikategorikan menjadi dua kategori yaitu sesuai SOP dan tidak

sesuai SOP. Dari data hasil penelitian, metode pekerjaan responden yang sesuai

(23)

4.2.9 Karakteristik Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Tabel 4.8 Distribusi Pegawai Berdasarkan Kuesioner International Fatigue Research Commite Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

9 Merasa tidak stabil saat sedang berdiri

2 7.1 13 46.4 8 28.6 5 17.8

10 Merasa ingin berbaring

1 3.5 10 35.7 15 53.6 2 7.1

(24)

23 Nyeri di bagian

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

0 0 13 46.4 11 39.3 5 17.9

30 Merasa kurang sehat 0 0 13 46.4 13 46.4 2 7.1

Dari tabel di atas diketahui bahwa gejala kelelahan kerja yang dirasakan

pegawai paling banyak pada kategori sangat sering adalah gejala kepala terasa

berat sebanyak 6 orang (21.4), kategori sering adalah gejala kaki terasa berat yaitu

sebanyak 18 orang (64.3%), kategori kadang-kadang adalah gejala merasa

mengantuk sebanyak 20 orang (71.4%) dan kategori tidak pernah adalah gejala

suara serak sebanyak 6 orang (21.4%).

Sementara itu, gejala kelelahan kerja paling sedikit pada kategori sangat

sering adalah merasa ingin berbaring, malas berbicara, sulit memusatkan

perhatian, merasa cemas, nyeri dibagian punggung dan sesak nafas

masing-masing sebanyak 1 orang (3.5%). Sedangkan gejala kelelahan kerja paling sedikit

pada kategori sering adalah gejala suara serak sebanyak 5 orang (17.9%), kategori

kadang-kadang adalah gejala malas berbaicara sebanyak 6 orang (21.4%), dan

kategori tidak pernah adalah gejala merasa haus, gejala mudah melupakan sesuatu

dan gejala merasa ngantuk merasa cemas masing-masing sebanyak 1 orang

(25)

Kelelahan kerja yang dirasakan oleh pegawai kantor Inspektorat

Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Kelelahan Kerja Responden pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Kelelahan Frekuensi %

Kelelahan ringan Kelelahan menengah

6 22

21,4 78,6

Jumlah 28 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pegawai kantor Inspektorat

Kabupaten Simalungun yang termasuk dalam kategori kelelahan ringan 6 orang

(21,4%), kategori kelelahan menengah 22 orang (78,6%).

4.3Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

4.3.1 Hubungan Faktor Umur dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel umur dengan kelelahan kerja digunakan

(26)

Tabel 4.10 Hubungan Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Umur (Tahun)

Kelelahan Kerja

Jumlah P value Ringan Menengah

n % N % N %

≤ 43 4 14,3 3 10,7 18 25 0,021

> 43 2 7,1 19 67,9 10 75

Jumlah 6 21,4 22 78,6 28 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai dengan umur ≤ 43 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) dan

umur > 43 tahun sebanyak 2 orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan

kelelahan kerja menengah umur ≤ 43 tahun yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan

umur > 43 tahun sebanyak 19 orang (67,8%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara umur dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,021 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan kelelahan kerja.

4.3.2 Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel jenis kelamin dengan kelelahan kerja

(27)

Tabel 4.11 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Jenis Kelamin

Kelelahan Kerja

Jumlah P value Ringan Menengah

n % N % N %

Laki-laki 2 7,1 12 42,9 14 50 0,648

Perempuan 4 14,3 10 35,7 14 50

Jumlah 6 21,4 22 75,0 28 100

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa kejadian

kelelahan pada pegawai dengan jenis kelamin laki-laki kategori kelelahan ringan

yaitu 2 orang (7,1%), kelelahan menengah yaitu 12 orang (42,9%), dan,

sedangkan untuk pegawai dengan jenis kelamin perempuan kategori kelelahan

ringan yaitu 4 orang (14,3%), kategori kelelahan menengah yaitu 10 orang (

35,7%).

Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat

Kabuapaten Simalungun.

4.3.3 Hubungan Faktor Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Status perkawinan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah

(28)

sampel sudah menikah. Oleh karena itu, hasil uji statistik dinyatakan error (pada

lampiran).

4.3.4 Hubungan Faktor Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel Masa kerja dengan kelelahan kerja

digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Masa kerja (tahun)

Kelelahan Kerja

Jumlah P value Ringan Menengah

n % n % N %

≤ 14 0 0 18 64,3 18 64,3 0,001

> 14 6 21,4 4 14,3 10 35,7

Jumlah 6 21,4 22 78,6 28 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%).

Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa

kerja ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun

sebanyak 4 orang (14,3%).

(29)

4.3.5 Hubungan Faktor Status Gizi/ IMT dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel status gizi/IMT dengan kelelahan kerja

digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Hubungan Status Gizi/IMT dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Status Gizi/IMT

Kelelahan Kerja

Jumlah P value Ringan Menengah

n % n % N %

18,5-24,9 3 10,7 0 0 3 10,7 0,006

> 25 3 10,7 22 78,6 25 89,3

Jumlah 6 21,4 22 78,6 28 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai dengan IMT 18,5-24,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%)

dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%). Sedangkan pegawai yang merasakan

kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25 kg/ sebanyak 22 orang (78,6%).

(30)

4.3.6 Hubungan Faktor Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan

kelelahan kerja digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square

selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Jarak

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja ≤ 30 Km yaitu

sebanyak 4 orang (14,3%) dan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak 2

orang (7,1%). Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah

dirasakan pada pegawai dengan jarak tempuh ke tempat kerja > 30 Km sebanyak

22 orang (78,6%).

Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja

(31)

4.3.7 Hubungan Faktor Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Untuk menguji hubungan variabel beban kerja dengan kelelahan kerja

digunakan uji statistik Chi-Square. Hasil uji Chi-Square selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Beban Kerja

Kelelahan Kerja

Jumlah P value Ringan Menengah

n % n % N %

Ringan 5 17,9 22 78,6 27 96,4 0,214

sedang 1 3,6 0 0 1 3,6

Jumlah 6 21,4 22 75,0 28 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 5 orang

(17,9%) dan beban kerja sedang sebanyak 1 orang (3,6%). Sedangkan pegawai

yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada pegawai dengan beban

kerja ringan yaitu sebanyak 22 orang (78,6%) dan tidak ada pegawai yang merasa

kelelahan menengah dengan beban kerja sedang.

(32)

4.3.8 Hubungan Faktor Metode Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun

Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas

administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel

terhadap objek pemeriksaan. Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan

peneliti, metode pekerjaan responden yang sesuai SOP adalah 28 orang (100%).

Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada

hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan sampel

bekerja sesuai dengan SOP.

Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah

ada hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan

sampel bekerja sesuai dengan SOP.

Metode pekerjaan pegawai Kantor Inspektorat dilakukan dengan

pemeriksaan berkas administrasi dan keuangan dan pemeriksaan langsung

pengadaan barang ke tempat objek pemeriksaan. Survei yang dilakukan peneliti di

laksanakan pada tanggal 23 mei 2017. Lokasi pemeriksaan berada di empat lokasi

yaitu Kelurahan atau Nagori Pematang Simalungun, Siantar Estate, Laras II, dan

Sitalasari. Pada awalnya pegawai kantor Inspektorat mengadakan pertemuan

bersama kepala Camat dan Pangulu yang berada di Kecamatan Siantar. Kemudian

dilakukan pemeriksaan langsung ke objek pemeriksaan dengan teknik sampel

(33)

Tabel 4.16 Hubungan Faktor Internal dan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja pada Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya Tahun 2017

Variabel

Berdasarkan Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Faktor Internal yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil Kantor

Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah umur (p value : 0,021), masa kerja (p value: 0.001), dan status gizi/IMT (p value:0,006), sedangkan faktor eksternal yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada Pegawai Negeri Sipil

Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017 adalah jarak tempuh ke

(34)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Faktor Internal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Grandjean (dalam Tarwaka 2004 ) menjelaskan bahwa faktor penyebab

terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk

memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus

dilakukan di luar tekanan (cancel out the stress). Menurut ILO (1983), Astrand

(1986), Green (1992), Suma’mur 1994), Payne (1995) internal yang

mempengaruhi kelelahan kerja sbb:

1. Faktor somatis atau fisik, seperti : kesehatan/ gizi/ pola makan, jenis kelamin,

usia.

2. Faktor psikis, seperti : pengetahuan, sikap/ gaya hidup/ pengelolaan stress.

5.1.1 Hubungan Umur Dengan Kelelahan Kerja Pada Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja pegawai.

Semakin tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal

tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh

dan kapasitas kerja seseorang ( Muftia, 2005).

(35)

variabel umur dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan Hal ini

juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Mutaqien, 2009) yang

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang

berumur > 25 tahun dan umur ≤ 25 tahun. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan

bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin besar tingkat kelelahan

yang dirasakan.

Penelitian ini tidak sejalan Darmawan tahun 2011 yang menyatakan tidak

ada hubungan umur dengan kelelahan kerja tetang hubungan faktor internal dan

eksternal terhadap kelelahan (fatigue) pada pengemudi bus antar kota trayek Semarang Jepara di Terminal Terboyo Semarang.

5.1.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Pada hasil uji chi square antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan dapat diketahui nilai p = 0,648 dimana p > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian kelelahan pada pegawai kantor Inspektorat

Kabuapaten Simalungun. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan Faiz (2014) dengan hasil uji statistik chi square yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara variabel dependen (kelelahan) dengan variabel

independen (jenis kelamin) dengan Pvalue sebesar 0,883. Penelitian ini sejalan dengan Perwitasari 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan jenis kelamin

dengan kelelahan kerja.

(36)

periode hormonal fungsi tubuh serta adanya pekerjaan rumah tangga sehingga

gangguan menstruasi, aborsi, gangguan tidur dan kelelahan sering terjadi. Hal

serupa juga oleh Tarwaka tahun 2004 yang mengatakan secara umum wanita

hanya mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot

laki-laki. Namun berdasarkan survei yang dilakukan beban kerja antara wanita

dan pria pada pegawai adalah sama sehingga jenis kelamin tidak berpengaruh

untuk terjadinya lelah. Proporsi laki-laki dan perempuan pada pegawai adalah

sama yaitu masing-masing 14 orang.

5.1.3 Hubungan Status Perkawinan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Status Perkawinan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

kelelahan. Menurut Puspita (2009) seseorang yang sudah menikah dan memiliki

keluarga maka akan mengalami kelelahan akibat kerja dikarenakan waktu setelah

bekerja digunakan untuk melayani anak dan istrinya, bukan untuk beristirahat.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pegawai Inspektorat yang sudah

menikah yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang dan perempuan

sebanyak 14 orang. Uji statistik tidak dapat dilakukan karena seluruh pegawai

sudah menikah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mauludi

(2009) yang dilakukan pada 100 pekerja di proses produksi kantong semen pdb

(paper bag division) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, didapatkan P value

sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan bermakna antara status perkawinan

dengan kelelahan. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahawa pegawai

(37)

5.1.4 Hubungan Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Sidabalok (2007) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa semakin

lama masa kerja berpengaruh kepada tingkat kelelahan diakibatkan tingkat

monotoni kerja yang telah terakumulasi selama bertahun-tahun.

Masa kerja responden yang terendah adalah 2 tahun dan yang tertinggi

adalah 34 tahun Berdasarkan hasil penelitian bahwa kelelahan kerja ringan

dirasakan pada pegawai masa kerja > 14 tahun sebanyak 6 orang (21,4%).

Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan masa

kerja ≤ 14 tahun yaitu sebanyak 18 orang (64,3%) dan masa kerja >14 tahun

sebanyak 4 orang (14,3%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan

Exact antara masa kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel masa kerja

dengan kelelahan kerja. Suma’mur (2009) menyatakan bahwa tingkat

keterampilan dan kemampuan tenaga kerja yang tinggi. Masa kerja juga dapat

mempengaruhi kelelahan kerja karena semakin lama masa kerja, tenaga kerja

semakin berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga telah

terbiasa dengan pekerjaannya. Penelitian ini tidak sejalan dengan Faiz tahun 2014

yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan faktor masa kerja dengan kejadian

kelelahan pada operator SPBU di Kecamatan Ciputat Tahun 2014.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelelahan yang paling tinggi dialami

(38)

tingkat kejenuhan untuk berkeja juga tinggi dan merasa pekerjaannya monoton,

hal ini yang menyebabkan terjadinya kelelahan.

5.1.5 Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Status gizi berhubungan erat dan berpengaruh pada produktivitas dan

efisiensi kerja. Dalam melakukan pekerjaan tubuh memerlukan energi, apabila

kekurangan baik secara kualitatif maupun kuantitatif kapasitas kerja akan

terganggu (Tarwaka, 2004).

Hasil Analisis status gizi/IMT responden yang terendah adalah 20,81

kg/ dan yang tertinggi adalah 35,87 kg/ . Status gizi/IMT pegawai

Inspektorat normal yaitu 3 orang (10,7 %), dan kelebihan berat badan yaitu25

orang (89,3%). Kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan IMT

18,5-24,9 yaitu sebanyak 3 orang (10,7%) dan IMT > 25 sebanyak 3 orang (10,7%).

Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dengan IMT > 25

kg/ sebanyak 22 orang (78,6%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square dengan pilihan Exact diperoleh nilai p value = 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel status gizi dengan kelelahan kerja.

Penelitian ini sejalan dengan Herliani tahun 2012 yang meneliti tentang hubungan

status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industri pembuatan gamelan di

(39)

Penelitian ini tidak senada dengan Sartono tahun 2013 mengenai

hubungan faktor internal dan faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja

pada karyawan laundry garment di bagian produksi CV. Sinergie laundry Jakarta

Barat yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan status gizi/ IMT dengan

kelelahan kerja (p value : 0,798).

5.2 Hubungan Faktor Ekternal dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Menurut ILO (1983), Astrand (1986), Green (1992), Suma’mur 1994),

Payne (1995) faktor eksternal yang mempengaruhi kelelahan kerja sbb:

1. Faktor fisik, seperti : kebisingan, suhu, pencahayaan.

2. Faktor kimia, seperti : zat beracun

3. Faktor biologis, seperti : bakteri jamur

4. Faktor ergonomi

5. Faktor lingkungan kerja, seperti : kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin

perusahaan, gaji/ uang lembur (insentif), hubungan sosial, posisi kerja.

5.2.1 Hubungan Jarak Tempuh ke Tempat Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Jarak tempat tinggal responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang

harus ditempuh responden menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka.

(40)

apabila jarak tempuh penduduk dengan berjalan kaki kurang atau sama dengan 1

km dan jarak dikatakan jauh apabila jarak tempuh penduduk lebih dari 1 km.

Waktu tempuh penduduk dengan jalan kaki dikatakan sebentar apabila kurang

dari atau sama dengan 15 menit, dan dikatakan lama bila waktu tempuh lebih dari

15 menit. Sedangkan menggunakan kendaraan jarak tempuh penduduk dikatakan

dekat apabila kurang dari atau sama dengan 2 km dan dikatakan jauh apabila

lebih dari 2 km, dan waktu tempuh penduduk dik atakan sebentar apabila kurang

dari atau sama dengan 15 menit dan dikatakan lama apabila lebih dari 15menit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tempuh ke tempat kerja

responden yang terdekat adalah 2 Km dan yang terjauh adalah 38 Km. Hasil uji

Chi-Square degan pilihan Exact antara jarak tempuh ke tempat kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,001 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel jarak tempuh ke tempat kerja dengan

kelelahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan Menurut hasil penelitian yang

dilakukan oleh Isti Fadah dan Istatuk Budi Yuswanto (2004), Jarak tempat tinggal

responden ke tempat bekerja merupakan jarak yang harus ditempuh responden

menuju tempat bekerja. Semakin jauh jaraknya maka waktu yang terbuang

semakin banyak, tingkat efisiensi waktu menurun. Akibatnya curahan jam kerja

akan semakin berkurang.

Berdasarkan survei yang dilakukan jarak tempuh yang jauh dan kondisi

jalan yang tidak bagus merupakan salah satu penyebab kelelahan pada pegawai

Kantor Inspektorat. Kondisi ini menyebabkan energi pegawai semakin banyak

(41)

5.2.2 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Menurut Astrand & Rodahl (1977) dan Rodahl (1989) dalam Tarwaka

2004 bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara

objektif, yaitu metode penilaian langsung dan metode tidak langsung. Beban kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan. Berat

ringannya beban kerja yang diterima oleh seseorang tenaga kerja dapat digunakan

untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukan aktivitas

pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.

Semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang

untuk bekerja tanpa kelelahan (Grandjean, 1988).

Kelelahan kerja ringan dirasakan pada pegawai dengan beban kerja ringan

yaitu sebanyak 5 orang (17,9%) dan beban kerja sedang sebanyak 1 orang (3,6%).

Sedangkan pegawai yang merasakan kelelahan kerja menengah dirasakan pada

pegawai dengan beban kerja ringan yaitu sebanyak 22 orang (78,6%) dan tidak

ada pegawai yang merasa kelelahan menengah dengan beban kerja sedang.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square antara beban kerja dengan kelelahan kerja diperoleh nilai p value = 0,214 > 0.05 yang berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel beban kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini

sejalan dengan Carlos,dkk tahun 2016 tentang faktor - faktor yang berhubungan

dengan kelelahan pengemudi truk tangki di terminal bbm PT Pertamina (persero)

(42)

beban kerja mental dengan kelelahan kerja dengan nilai p value = 0,075 (p value > 0,05).

Penelitian ini tidak sejalan dengan Mubarok (2007) mengatakan dalam

penelitiannya ada hubungan antara beban kerja mental (mental workload) dengan kelelahan (fatigue) kerja sales promotion girl/male (spg/ spm) PT Pasaraya\ Tosersajaya. Hal ini juga senada dengan penelitian Sartono tahun 2013 mengenai

hubungan faktor internal dan faktor eksternal karyawan dengan kelelahan kerja

pada karyawan laundry garment di bagian produksi CV. Sinergie laundry Jakarta

Barat yang menyatakan bahwa ada hubungan beban kerja mental (p-value 0,036)

dengan kelelahan kerja. Penelitian Ahmad 2015 juga menyatakan bahwa ada

hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja p value: 0,004.

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahwa beban kerja sedang di

rasakan oleh 1 orang pegawai yaitu Inspektur Pegawai Kantor Inspektorat

sehingga beban kerja setiap pegawai tidak memiliki pengaruh dengan terjadinya

kelelahan. Beban kerja yang dirasakan oleh Inspektur Kantor Inspektorat

Kabupaten Simalungun disebabkan karna memiliki tanggung jawab yang besar

baik untuk Bupati dan bawahanya.

5.2.3 Hubungan Metode Pekerjaan dengan Kelelahan Kerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun Tahun 2017

Metode pekerjaan adalah metode pekerjaan pegawai menilai berkas

administrasi dan pekerjaan ke lapangan dengan menggunakan teknik sampel

terhadap objek pemeriksaan. Berdasarkan survei dan wawancara yang dilakukan

(43)

Metode pekerjaan tidak bisa dilakukan uji statistik untuk melihat apakah ada

hubungan metode pekerjaan dengan kelelahan kerja karena keseluruhan sampel

bekerja sesuai dengan SOP.

Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti bahwa metode pekerjaan

pegawai Kantor Inspektorat dilakukan dengan pemeriksaan berkas administrasi

dan keuangan dan pemeriksaan langsung pengadaan barang ke tempat objek

pemeriksaan. Survei yang dilakukan peneliti di laksanakan pada tanggal 23 mei

2017. Lokasi pemeriksaan berada di empat lokasi yaitu Kelurahan atau Nagori

Pematang Simalungun, Siantar Estate, Laras II, dan Sitalasari. Pada awalnya

pegawai kantor Inspektorat mengadakan pertemuan bersama kepala Camat dan

Pangulu yang berada di Kecamatan Siantar. Kemudian dilakukan pemeriksaan

langsung ke objek pemeriksaan dengan teknik sampel yaitu 4 kelurahan yang

(44)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pegawai Kantor

Inspektrat Kabupaten Simalungun di Pematang Raya tahun 2017, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang bermakna antara umur (p-value 0,021), masa kerja ( p-value 0,0001), status gizi (p-value 0,006), dan jarak tempuh ke tempat kerja (p-value 0,001) dengan kelelahan kerja pada pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017.

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p-value 0,648) dan beban kerja (p-value 0,214) dengan kelelahan kerja pada pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten Simalungun tahun 2017.

3. Uji statistik untuk melihat hubungan status perkawinan dan metode kerja

dengan kelelahan kerja tidak dapat dilakukan karena semua pegawai sudah

menikah dan telah bekerja sesuai dengan SOP.

6.2 Saran

1. Pihak Kantor Inspektorat perlu memfasilitasi program senam sehat rutin

(45)

2. Pihak Kantor Inspektorat harus memperhatikan status gizi pegawai

khususnya pegawai yang memiliki status gizi/IMT kelebihan berat badan

sebaiknya memberikan edukasi atau penyuluhan tentang gizi seimbang.

3. Perlu adanya pengecekan berkala status gizi pegawai agar pegawai

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Pegukuran Variabel Penelitian
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pegawai Kantor Inspektorat Kabupaten
Tabel 4.1
Tabel 4.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam membantu restaurant mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih baik dan efisien maka digunakanlah MRP sehingga menghasilkan sistem informasi persediaan

Return On Asset tidak berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Earning Per Share pada Perusahaan Logam dan Sejenisnya. Return On Assets merupakan salah satu rasio

Tahapan-tahaan tersebut harus dilakukan secara benar, agar model dapat di -running (proses perhitungan yang dilakukan olah komputer). Beban yang digunakan pada pemodelan

Tabel 11 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang ayam memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap berat segar rimpang dibandingkan dengan penggunaan pupuk

TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil single.. Gambar 4.2.2dBm model alumunium foil bertingkat. TampilandarikekuatandBm di antenna alumunium foil bertingkat.

[r]

brainwriting ini merupakan suatu proses pembelajaran menulis yang dipadukan dengan sebuah permainan agar dapat memotivasi siswa dalam mempelajari menulis cerita bahasa

Hasil penelitian menunjukan bahwa jawapostv menggunakan komponen- komponen yang sama dengan landasan teori Integrated Marketing Communication serta penggunaan