Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh
GIA JUNIAR NUR WAHIDAH
0808532
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KOROSI
LOGAM DI SMA MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR 7E
Oleh
Gia Juniar Nur Wahidah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam
© Gia Juniar Nur Wahidah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KOROSI
LOGAM DI SMA MENGGUNAKAN MODEL SIKLUS BELAJAR 7E
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. H. Kurnia
NIP. 195309061980021002
Pembimbing II
Dr. Yayan Sunarya, M.Si
NIP. 19610208199031004
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
The research aims to produce student work sheet for metal corrosion practicum in high school using 7E learning cycle model. Student work sheet that was developed consists of two titles, those are 'the factors that cause corrosion' and 'corrosion as an electrochemical process'. This research was a research development, and product developed was student work sheet for practicum. In general, initial analysis product phase performed as initial data sources to develop student work sheet. Based on the optimization lab procedures which was performed at this stage of product development was found that the iron corrosion requires the presence of oxygen and water. The process of corrosion was accelerated in the presence of an electrolyte solution with optimum conditions was obtained in NaCl 0.5 M. In the stages of product trial was conducted work sheet's test development to 29 high school students. The test results of product development in the school in the form of observations show that both procedures in student work sheet one and student work sheet two could be done by the students very well with the level of achievement 95% and 98% for each. This was supported by the positive response of students to the practical implementation of the student work sheet, and response is considered to be very good for student work sheet one is equal to 80% and good for the student work sheet two by 73%. In general, the teacher gave a positive response to both the student work sheet.
Keywords: student work sheet, practicum, 7E learning cycle, corrosion
ABSTRAK
Tujuan penelitian yang dilakukan adalah menghasilkan lembar kerja siswa untuk praktikum korosi logam di SMA menggunakan model siklus belajar 7E. LKS
yang dikembangkan terdiri dari dua judul, yaitu ‘faktor-faktor penyebab korosi’
dan ‘korosi sebagai proses elektrokimia’. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan, dan produk yang dikembangkan adalah LKS praktikum. Secara umum, tahap analisis awal produk dilakukan sebagai sumber data awal untuk mengembangkan LKS. Berdasarkan optimasi prosedur praktikum yang dilakukan pada tahap pengembangan produk didapat bahwa korosi besi memerlukan adanya oksigen dan air. Proses korosi dipercepat dengan adanya larutan elektrolit dengan kondisi optimum diperoleh pada larutan NaCl 0,5 M. Pada tahap uji coba produk dilakukan uji pengembangan LKS terhadap 29 siswa SMA. Hasil uji pengembangan berupa observasi di sekolah menunjukkan bahwa kedua prosedur di LKS-1 dan LKS-2 dapat dilaksanakan oleh siswa dengan sangat baik yaitu dengan tingkat keterlaksanaan masing-masing 95 % dan 98%. Hal ini didukung dengan respon positif siswa terhadap LKS dan pelaksanaan praktikum yang dinilai sangat baik untuk LKS-1 yakni sebesar 80% dan baik untuk LKS-2 yakni sebesar 73%. Secara umum guru memberikan tanggapan positif terhadap kedua LKS praktikum tersebut.
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN………... ABSTRAK...
KATA PENGANTAR ...
UCAPAN TERIMA KASIH ...
KATA MUTIARA ...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Pembatasan Masalah ... E. Manfaat Penelitian ... F. Struktur Organisasi Skripsi...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Siklus Belajar 7E ... B. Metode Praktikum ...
C. Lembar KerjaS iswa (LKS) ……….………...
D. Tinjauan Materi Korosi Logam……….…………
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...
1. Tahap Analisis Awal Produk………...
2. Tahap Pengembangan Produk……….
3. Tahap Uji Coba Produk………...
B. Definisi Operasional………..
C. Objek Penelitian .………..
D. Sampel Penelitian ………..…………....
E. Waktu dan Tempat Penelitian ... F. Instrumen Pengumpulan Data ... G. Prosedur Pengumpulan Data ... H. Teknik Pengolahan Data...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Awal Produk………
1. Analisis Standar Isi, dan Standar Kompetensi Kelulusan
Subpokok Materi Korosi Logam ………...
2. Analisis Konsep………..……….
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4. Studi Literatur Siklus Belajar 7E dan Praktikum dengan Model
Siklus Belajar 7E………..…...…
B. Pengembangan Prosedur Praktikum Korosi yang Optimum……..…..
1.Perancangan Kegiatan Optimasi Prosedur Praktikum………..…...
2.Optimasi Prosedur Praktikum………...
a) Optimasi Faktor-faktor Penyebab Korosi………... b) Optimasi Korosi sebagai Proses Elektrokimia……… C. Pengembangan LKS untuk Praktikum Korosi di SMA Menggunakan
Model Siklus Belajar 7E………...…
1. Melakukan Analisis Kurikulum………..
2. Menentukan Judul-judul LKS……….
3. Penulisan LKS………
4. Menentukan Desain Pengambangan LKS………...
D. Keterlaksanaan Praktikum Korosi Logam di SMA Menggunakan
LKS dengan Model Siklus Belajar 7E………..…
a) Uji Keterlaksanaan Praktikum………..
b) Respon siswa terhadap LKS Praktikum yang Telah
Dikembangkan dan Pelaksanaan Praktikum………... E. Penilaian Guru Terhadap LKS yang Dikembangkan………
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Prosedur Pengumpulan Data
Tabel 3.2. Skor Kategori Skala Likert
Tabel 3.3. Kriteria Rubrik Penilaian Lembar Observasi
Tabel 4.1. SK dan KD Subpokok Materi Korosi
Tabel 4.2. Label Konsep pada Subpokok Materi Korosi
Tabel 4.3. Data pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh keberadaan air pada kondisi pH=5, oksigen normal
Tabel 4.4. Data pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan optimasi konsentrasi larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal, pH=5
Tabel 4.5. Data pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh jenis larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal
Tabel 4.6. Data pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh konsentrasi oksigen dengan menggunakan larutan NaCl 0,1M pada pH=5
Tabel 4.7. Data pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh pH pada kondisi oksigen normal
Tabel 4.8. Hasil Observasi Keterlaksanaan Praktikum dengan LKS 1
Tabel 4.9. Hasil Observasi Keterlaksanaan Praktikum dengan LKS 2
Tabel 4.10. Hasil Angket Respon Siswa Terhadap LKS 1
Tabel 4.11. Hasil Angket Respon Siswa terhadap LKS 2
27
28
29
31
31
37
39
43
46
49
66
68
71
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Siklus Belajar 5E 10
Gambar 2.2. Perubahan Siklus Belajar 5E menjadi Siklus Belajar 7E 11
Gambar 2.3. Gambar Mekanisme Pembentukkan Karat 18
Gambar 3.1. Alur Penelitian 22
Gambar 4.1. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh keberadaan air pada kondisi pH=5, oksigen normal
37
Gambar 4.2. Pengamatan korosi paku tanpa air (kiri) dan paku dengan air (kanan) pada percobaan pengaruh keberadaan air pada kondisi pH=5, oksigen normal
38
Gambar 4.3. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan optimasi konsentrasi larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal, pH=5
40
Gambar 4.4. Pengamatan korosi paku pada larutan NaCl (dari kiri ke kanan) 0,01M; 0,05M; 0,1M; 0,2M; 0,3M; 0,4M; 0,5M; 1M pada percobaan optimasi konsentrasi larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal, pH=5
41
Gambar 4.5. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh jenis larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal
43
Gambar 4.6. Pengamatan korosi paku (dari kiri ke kanan) larutan NaCl , Na2SO4, dan NaHCO3 pada percobaan pengaruh
jenis larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal dengan konsentrasi 0,1M
44
Gambar 4.7. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada percobaan pengaruh konsentrasi oksigen dengan menggunakan larutan NaCl 0,1M pada pH=5
46
Gambar 4.8. Pengamatan korosi paku (dari kiri ke kanan) konsentrasi oksigen rendah, normal, dan tinggi pada percobaan pengaruh konsentrasi oksigen dengan menggunakan larutan NaCl 0,1M pada pH=5
48
Gambar 4.9. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan tanpa penambahan larutan elektrolit
x
pada percobaan 1 pada kondisi oksigen normal
Gambar 4.10. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan tanpa penambahan larutan elektrolit pada percobaan 2 pada kondisi oksigen normal
50
Gambar 4.11. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan tanpa penambahan larutan elektrolit pada percobaan 3 pada kondisi oksigen normal
51
Gambar 4.12. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan dengan penambahan larutan elektrolit pada percobaan 1 pada kondisi oksigen normal
51
Gambar 4.13. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan dengan penambahan larutan elektrolit pada percobaan 2 pada kondisi oksigen normal
52
Gambar 4.14. Grafik pengamatan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan dengan penambahan larutan elektrolit pada percobaan 3 pada kondisi oksigen normal
52
Gambar 4.15. Grafik pengamatan kecenderungan perubahan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan tanpa penambahan larutan elektrolit pada ketiga percobaan pada kondisi oksigen normal
53
Gambar 4.16. Grafik pengamatan kecenderungan perubahan massa paku yang terkorosi pada pengaruh pH larutan dengan penambahan larutan elektrolit NaCl 0,1 M pada ketiga percobaan pada kondisi oksigen normal
53
Gambar 4.17. Grafik perbandingan massa korosi rata-rata antara percobaan tanpa larutan elektrolit dan percobaan dengan penambahan larutan elektrolit pada kondisi oksigen normal
55
Gambar 4.18. Proses korosi pada besi yang terjadi pada tetesan air yang berhubungan langsung dengan oksigen dari udara. Oksidasi besi terjadi pada bagian logam yang jauh dari oksigen karena elektron mengalir melalui logam
58
Gambar 4.19. Korosi lempengan besi dengan tetesan larutan feroksil. Bagian yang berhubungan langsung dengan udara luar menjadi area reduksi dan bagian lebih dalam menjadi area oksidasi
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.20. Korosi paku pada larutan feroksil di mana bagian yang berhubungan langsung dengan udara luar menjadi area reduksi dan bagian lebih dalam menjadi area oksidasi
59
Gambar 4.21. Korosi besi dan baja pada larutan feroksil 59
Gambar 4.22. Grafik hasil observasi keterlaksanaan praktikum dengan LKS-1
68
Gambar 4.23. Grafik hasil observasi keterlaksanaan praktikum dengan LKS-2
70
Gambar 4.24. Grafik Hasil Angket Respon Siswa Terhadap LKS-1 73
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
1. Analisis Standar Isi, dan Standar Kompetensi Lulusan
Subpokok Materi Korosi Logam
2. Analisis Konsep
3. Survai Lapangan
4. Studi Literatur Siklus Belajar 7E dan Praktikum dengan Model
siklus Belajar 7E
Lampiran B
1. Lembar Kerja Siswa
2. RPP
3. Pedoman Wawancara
4. Lembar Observasi Praktikum
5. Angket Respon Siswa
Lampiran C
1. Pengolahan Hasil Observasi Keterlaksanaan Praktikum
2. Pengolahan Angket Respon Siswa
Lampiran D
1. Surat Izin Penggunaan Laboratorium
2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian
3. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
85
90
92
93
95
115
122
124
128
130
132
134
135
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana
gejala-gejala alam; khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat,
transformasi, dinamika dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di
SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan
sifat, transformasi, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Ilmu kimia merupakan produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta,
teori, prinsip, hukum) temuan saintis dan proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, dalam
penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia
sebagai produk dan proses (Depdiknas, 2003).
Di lapangan, mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang dianggap
sulit oleh sebagian siswa karena dinilai terlalu abstrak dan mikroskopik. Ini
menimbulkan timbulnya kesulitan belajar pada sebagian siswa. Kesulitan belajar
memberikan efek pada hasil belajar yang siswa dapatkan. Kesulitan belajar dapat
ditangani dengan menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang
disampaikan. Di sinilah dituntut peran guru untuk secara aktif menentukan strategi
pembelajaran yang sesuai untuk setiap materi pembelajaran. Strategi pembelajaran
terdiri dari model, pendekatan, dan metode pembelajaran. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat menjadi alternatif metode pembelajaran yang menarik
adalah praktikum.
Metode praktikum merupakan salah satu langkah yang dapat mengalihkan
paradigma pendidikan dan pembelajaran, yakni orientasi pembelajaran yang semula
berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada siswa (student centered) dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Perubahan tersebut
2
pendidikannya. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan melaksanakan
suatu metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga menarik minat siswa
untuk belajar.
Kelebihan lain dari metode praktikum menurut Djamarah dalam Anne (2011),
metode praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengacu pada
pandangan konstruktivisme. Menurut pandangan konstruktivisme, pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap individu adalah hasil interaksi secara aktif dari individu itu
sendiri. Artinya siswa tidak sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa
yang diamati atau yang diajarkan oleh guru, tetapi secara aktif siswa itu memilih,
menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya.
Pengetahuan yang dikonstruksi merupakan hasil interpretasi siswa terhadap peristiwa
atau informasi yang diterimanya.
Metode praktikum sendiri memiliki fungsi sebagai penunjang kegiatan proses
belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip
yang dikembangkan. Fungsi laboratorium tidak diartikan sebagai tempat untuk
kegiatan belajar mengajar yang sekedar untuk memeriksa atau mencocokkan
kebenaran teori yang telah diajarkan di kelas. Laboratorium kimia bukanlah sekedar
untuk mempraktekkan apakah reaksinya cocok dengan teori, melainkan juga harus
mengembangkan proses berpikir dengan timbulnya pertanyaan, mengapa reaksinya
demikian, bagaimana kalau…, dalam kondisi lain apa yang terjadi dan seterusnya.
Dengan kata lain laboratorium kimia tidak hanya mempersoalkan hasil akhirnya,
tetapi bagaimana proses inkuiri dapat ikut berkembang (Arifin, 2003).
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian guru yaitu guru perlu, a)
menyiapkan tujuan praktikum, b) menyiapkan prosedur praktikum, c) menyiapkan
lembar pengamatan, d) menyiapkan alat dan bahan, e) menyiapkan lembar observasi
kegiatan praktikum.
Di sisi lain, siklus belajar merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
lebih dari 30 tahun yang lalu. Pada awalnya siklus belajar hanya terdiri dari tiga
tahap, yaitu eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Hingga pada
akhirnya Arthur Eisenkraft pada tahun 2003 mengenalkan siklus belajar 7E, yang
terdiri dari Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend.
Senada dengan metode praktikum yang mengacu pada pandangan
konstruktivisme, seperti yang diungkapkan oleh Eisenkraft dalam Fikriyati (2012),
yakni siklus belajar 7E pun merupakan suatu model pembelajaran yang menganut
faham konstruktivisme dalam belajar. Dasar pemikiran para konstruktivis adalah
proses pembelajaran yang efektif menghendaki agar guru mengetahui bagaimana para
siswa mendatangkan fakta dan fenomena yang menjadi subjek pembelajaran.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa kelebihan dari model siklus belajar,
antara lain merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah
mereka dapatkan sebelumnya; memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi
lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan
konsep melalui kegiatan eksperimen; melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan
konsep yang telah mereka pelajari; memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan yang telah
dipelajari; guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang saling
mengisi satu sama lainnya; guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang
berbeda-beda (Huang, 2008). Hal inilah yang membuat metode praktikum dapat
dijadikan sebagai salah satu metode yang dapat dipakai pada penerapan model siklus
belajar.
Salah satu perangkat pembelajaran praktikum adalah LKS (Lembar Kerja
Siswa). LKS dalam hal ini berfungsi sebagai bahan ajar, karenanya kelayakan LKS
merupakan titik penting dari setiap pengembangan LKS yang dilakukan. LKS
tersebut harus dapat menunjang keterlaksanaan praktikum yang baik.
Keberhasilan pengembangan LKS praktikum berbasis siklus belajar 7E telah
4
diambil dari tiga aspek yang dinilai, yaitu keterlaksanaan praktikum, penilaian guru
terhadap LKS yang dikembangkan, dan respon siswa terhadap LKS yang
dikembangkan dan pelaksanaan praktikum. Dalam penelitiannya, Fathiyah (2012)
menggambarkan keberhasilan pengembangan LKS praktikum berbasis siklus belajar
7E pada praktikum ‘Penentuan H Reaksi Asam – Basa Menggunakan Alat
Kalorimeter Sederhana’. Hasil penelitian menunjukkan tingkat keterlaksanaan praktikum menggunakan prosedur praktikum yang dikembangkan termasuk dalam
kategori baik. Sementara itu, guru menilai bahwa prosedur praktikum yang disajikan
dalam bentuk LKS berbasis siklus belajar 7E ini, sudah sangat baik. Di lain sisi,
respon siswa terhadap LKS berbasis siklus belajar 7E dan pelaksanaan praktikum
menggunakan prosedur praktikum yang dikembangkan sudah baik. Keberhasilan
senada pun diperlihatkan oleh Nurfalah (2012) yang melakukan pengembangan LKS
sejenis pada materi berbeda, yaitu praktikum ‘Penentuan Massa Atom Relatif (Ar)
Magnesium Melalui Percobaan’.
Lebih jauh, penelitian Fikriyati (2012) mengenai pembelajaran koloid
berbasis learning cycle 7E dengan menggunakan metode praktikum untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa SMA
menunjukkan hasil yang cukup signifikan dengan rata-rata peningkatan N-Gain
sebesar 66,37% (kategori sedang). Dapat disimpulkan, berdasarkan respon siswa
seperti juga hasil analisis menunjukkan bahwa learning cycle 7E pada pembelajaran praktikum direspon secara positif oleh siswa. Keberhasilan-keberhasilan penelitian
yang dicapai ini menggambarkan bahwa model siklus belajar 7E dapat dianggap
efektif sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran dan dapat dijadikan dasar
dalam mengembangkan LKS praktikum yang baik.
Kehidupan kita tak pernah jauh dari logam. Logam banyak digunakan dalam
rumah tangga, industri, perkantoran, alat transportasi, dan masih banyak kegunaan
lainnya. Setiap logam pasti mengalami korosi. Karena itulah efek dari korosi sangat
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Badan dan mesin mobil rusak, jembatan menjadi rapuh, peralatan masak menjadi
bolong, mesin di pabrik rusak karena korosi, serta masih banyak kerugian lainnya.
Oleh karena itu, menjadi suatu hal yang wajib bagi siswa untuk memahami korosi.
Sehingga siswa akan mengetahui cara menanggulangi korosi yang terjadi.
Berdasarkan survai yang dilakukan peneliti, korosi logam merupakan
subpokok materi kimia yang jarang dilakukan dengan menggunakan metode
praktikum. Konsep korosi logam umumnya dianggap sebagai konsep yang cukup
mudah dan pembelajarannya cukup dilakukan dengan ceramah. Hal ini membuat
siswa tidak benar-benar memaknai materi korosi logam. Ini sangat disayangkan
karena korosi logam sendiri merupakan suatu fenomena yang sering terjadi
lingkungan sekitar. Sehingga alangkah lebih baik jika materi korosi dilakukan dalam
bentuk praktikum sehingga pembelajarannya dapat lebih bermakna. Di lain pihak,
sekolah yang menerapkan metode praktikum dalam pembelajaran korosi logam
membuat sendiri LKS praktikumnya. LKS tersebut diadopsi dari prosedur praktikum
yang ada di buku-buku pelajaran dan internet. Namun LKS yang dibuat lebih dalam
bentuk petunjuk ilmiah yang hanya menekankan pada aspek psikomotoriknya.
Sehingga pengembangan LKS praktikum perlu dilakukan untuk menunjang
pembelajaran praktikum korosi yang lebih bermakna. Berdasarkan permasalahan di
atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul ‘Pengembangan Lembar
Kerja Siswa untuk Praktikum Korosi Logam di SMA Menggunakan Model
Siklus Belajar 7E’.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diambil adalah
‘Bagaimana menghasilkan Lembar Kerja Siswa untuk praktikum korosi logam di SMA menggunakan model siklus belajar 7E?’. Agar penelitian lebih terfokus, maka
disusunlah pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut
1. Bagaimana prosedur praktikum korosi logam optimum pada pengembangan LKS
6
2. Bagaimana hasil pengembangan LKS untuk praktikum korosi logam di SMA
menggunakan model siklus belajar 7E?
3. Bagaimana keterlaksanaan praktikum korosi logam di SMA menggunakan LKS
dengan model siklus belajar 7E?
4. Bagaimana penilaian guru terhadap LKS untuk praktikum korosi logam
menggunakan model siklus belajar 7E?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan Lembar Kerja Siswa untuk
praktikum korosi logam di SMA yang dikembangkan menggunakan model siklus
belajar 7E.
D. Pembatasan Masalah
Untuk membuat penelitian lebih terfokus, maka dilakukan pembatasan
masalah, antara lain
1. Prosedur praktikum yang dikembangkan adalah pada materi pokok faktor-faktor
penyebab korosi dan korosi sebagai proses elektrokimia.
2. Pada praktikum faktor-faktor penyebab korosi, variabel yang dioptimasi adalah
jenis dan konsentrasi larutan elektrolit yang ditambahkan, keberadaan air,
konsentrasi oksigen, dan pH. Variabel yang diukur adalah kecepatan optimum
korosi logam dan diukur dari massa paku yang hilang.
3. Pada praktikum korosi logam sebagai proses elektrokimia, optimasi
dilaksanakan berdasarkan prosedur yang sudah ada. Variabel yang diukur adalah
waktu yang dibutuhkan agar perubahan warna terjadi pada feroksil setelah
mengalami kontak dengan logam.
4. Penelitian dilakukan sampai tahap uji coba terbatas.
E. Manfaat Penelitian
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
logam. Sementara bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan LKS praktikum pada
topik yang sama, dapat dijadikan sebagai salah satu dasar penelitiannya.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini dibuat dengan struktur organisasi sebagai berikut
1. Bab I. Pendahuluan berisi antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan struktur organisasi
skripsi.
2. Bab II. Kajian pustaka yang dipaparkan berisi kajian terhadap model
pembelajaran siklus belajar 7E, metode praktikum, LKS, dan tinjauan materi
korosi logam.
3. Bab III. Metode penelitian berisi uraian mengenai desain penelitian dan alur
penelitian, definisi operasional, objek penelitian, sampel penelitian, waktu dan
tempat penelitian, instrumen pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan
teknik pengolahan data.
4. Bab IV. Hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan merupakan jawaban
atas rumusan masalah yang diajukan.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2010). Menurut
Sukmadinata (2010), suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian
(reaserch design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau
langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi seperti apa
data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah.
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan berupa pengembangan LKS praktikum. Penelitian
diawali dengan analisis awal produk yang merupakan masukkan data sebagai dasar
penelitian yang dilakukan. Kemudian optimasi dilakukan di laboratorium untuk
mendapatkan prosedur praktikum yang optimum. Prosedur praktikum yang
dihasilkan ini kemudian dituangkan dalam bentuk LKS yang dikembangkan dengan
model siklus belajar 7E. Uji coba di lapangan dilakukan secara terbatas melalui uji
pengembangan dan uji penilaian guru. Melihat gambaran penelitian yang dilakukan
maka penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengembangan.
Menurut Gay (1991) penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan suatu produk yang efektif digunakan sekolah, dan bukan untuk
menguji teori. Dalam bidang pendidikan, penelitian pengembangan merupakan suatu
usaha yang ditempuh dalam mengembangkan dan menvalidasi produk-produk yang
digunakan dalam pendidikan, sehingga menghasilkan produk-produk yang memiliki
nilai tambah tersendiri. Produk yang dihasilkan dapat berupa bahan pelatihan untuk
guru, materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran.
Agar penelitian yang dilaksanakan lebih tergambar secara jelas maka
langkah-langkah penelitian diuraikan ke dalam bentuk alur penelitian pengembangan menurut
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah
yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut: Analisis Standar Isi, dan
Standar Kompetensi Lulusan Subpokok Materi Korosi
Logam
Analisis
Konsep Siklus Belajar 7E Studi Literatur
dan Praktikum dengan Model Siklus belajar 7E Survai
Lapangan
Optimasi Prosedur Praktikum
Perancangan Kegiatan Optimasi Prosedur Praktikum
Analisis Awal Produk
Pembuatan LKS (desain awal) Penyusunan Instrumen
Pengumpulan Data
Telaah dan Revisi
Telaah dan Revisi Pengembangan
Produk
Uji Pengembangan (uji coba terbatas) Penilaian Guru
Wawancara Observasi Praktikum
Pengisian Angket
Pengolahan Data
Kesimpulan dan Saran
23
1. Tahap Analisis Awal Produk
Tahap analisis awal produk bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan
masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu
pengembangan bahan ajar. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta,
harapan, dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam
penentuan atau pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.
Analisis awal produk dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu
a. Analisis standar isi, dan standar kompetensi lulusan subpokok materi korosi
logam. Langkah ini ditempuh dengan cara studi literatur.
b. Analisis konsep. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok
yang akan diajarkan, menyusunnya dalam bentuk hirarki, dan merinci
konsep-konsep individu ke dalam hal yang kritis dan yang tidak relevan. Analisis
membantu mengidentifikasi kemungkinan contoh dan bukan contoh untuk
digambarkan dalam mengantar proses pengembangan.
c. Survai lapangan. Survai lapangan dilakukan melalui wawancara guru terhadap
keterlaksanaan pembelajaran korosi di sekolah.
d. Studi literatur siklus belajar 7E dan praktikum dengan model siklus belajar 7E.
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai model
pembelajaran siklus belajar 7E dan penerapannya pada metode praktikum.
Analisis standar isi, dan standar kompetensi lulusan subpokok materi korosi
logam, dan analisis konsep dilakukan sebagai langkah awal dalam pembuatan prosedur
praktikum.
2. Tahap Pengembangan Produk
Langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Perancangan kegiatan optimasi prosedur praktikum
Perancangan kegiatan optimasi prosedur praktikum harus dilakukan sebagai langkah
awal sebelum kegiatan optimasi prosedur praktikum. Ini dilakukan agar kegiatan
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ada di lapangan sebagai referensi dalam merancang prosedur praktikum yang
optimum.
b. Optimasi prosedur praktikum
Kegiatan optimasi prosedur praktikum dilakukan agar diketahui kondisi optimum dari
kondisi dan zat yang digunakan. Prosedur praktikum hasil optimasi inilah yang
digunakan dalam pembuatan LKS praktikum.
c. Pembuatan LKS praktikum (desain awal)
Pembuatan LKS praktikum dilakukan dengan menggunakan model siklus belajar 7E.
Dalam LKS ini terkandung prosedur praktikum hasil optimasi dan
pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa untuk menarik kesimpulan.
Pertanyaan-pertanyaan dibuat dengan memuat ketujuh tahapan dalam siklus belajar 7E.
Pembuatan desain awal disempurnakan dengan telaah dan revisi oleh pembimbing
sehingga didapat LKS yang valid.
d. Penyusunan instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data dalam uji coba terbatas terdiri dari lembar observasi,
angket, pedoman wawancara. Lembar observasi dibuat agar observer dapat
mengamati aktivitas siswa selama praktikum. Angket dibuat untuk mengetahui
respon siswa terhadap prosedur praktikum yang dikembangkan serta pelaksanaan
praktikum, dan pedoman wawancara dibuat untuk mengetahui penilaian guru
terhadap LKS praktikum yang dikembangkan. Sebelumnya wawancara juga
dilakukan pada saat survai lapangan. Sama halnya dengan pembuatan desain awal,
penyusunan instrumen uji coba terbatas disempurnakan dengan telaah dan revisi oleh
pembimbing sehingga didapat instrumentasi yang valid.
3. Tahap Uji Coba Produk
Tahap ini dilakukan melalui tiga langkah, yakni:
a. Uji pengembangan
Uji pengembangan ini berupa uji coba terbatas. Uji pengembangan dilakukan dengan
dua jalan, yaitu observasi praktikum dan pengisian angket. Observasi praktikum
25
berlangsung. Observasi dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar
observasi. Sementara itu angket dibuat untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS
praktikum dan kegiatan praktikum yang dilaksanakan.
b. Penilaian ahli
Langkah ini dilakukan dengan cara wawancara kepada guru mengenai penilaian
terhadap LKS praktikum yang dikembangkan.
c. Pengolahan data
Hasil dari penilaian ahli dan uji pengembangan kemudian diolah sehingga diperoleh
kesimpulan dan saran atas pengembangan LKS yang dilakukan.
B. Definisi Operasional
1. Pengembangan adalah suatu kegiatan memperluas atau menyempurnakan
sesuatu yang telah ada (Depdiknas, 2002)
2. Lembar Kerja Siswa adalah suatu lembaran yang diberikan kepada siswa sebagai
sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (Anggraeni,
2002).
3. Siklus Belajar 7E merupakan model pembelajaran siklus belajar yang terdiri dari
7 tahap, yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.
4. Korosi adalah suatu reaksi oksidasi logam. Dalam kebanyakan kasus, reaksi ini
benar-benar bersifat elektrokimia, dan melibatkan jenis perpindahan elektron
yang khas pada sel volta (Keenan, 1984).
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah LKS untuk praktikum korosi logam di SMA
menggunakan model siklus belajar 7E.
D. Sampel Penelitian
Sampel yang diambil sebagai sumber data dalam uji coba terbatas adalah 29
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(sampling pertimbangan). Siswa yang dijadikan sampel adalah siswa yang belum
pernah melakukan praktikum korosi logam, sedangkan guru yang menjadi sampel
adalah guru yang pernah mengajarkan subpokok materi korosi logam.
E. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Kegiatan optimasi prosedur praktikum dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di
Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Penyusunan LKS praktikum dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012
3. Uji coba terbatas dilakukan pada Oktober 2012 terhadap siswa kelas XII di salah
satu SMA di Kota Bandung.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
1. Angket
Angket merupakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden (Arikunto, 2010). Angket digunakan untuk mengetahui
respon siswa terhadap LKS praktikum yang dibuat. Angket yang diajukan dibuat
dalam bentuk pertanyaan tertutup, di mana responden memilih salah satu pilihan
jawaban yang disediakan. Angket dibuat dalam bentuk skala Likert. Skala Likert
merupakan skala bipolar yang mengukur tanggapan baik positif maupun negatif.
Dalam penelitian ini sendiri digunakan tanggapan positif. Empat skala pilihan sengaja
digunakan untuk memaksa responden memilih salah satu kutub karena tak adanya
pilihan netral.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi atau pedoman observasi menurut Arikunto (2010) berisi
sebuah daftar kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati. Lembar observasi ini
27
observasi partisipatif pasif. Menurut Spradley dalam Sugiono (2010) menyatakan
bahwa dalam observasi partisipatif pasif, peneliti datang di tempat kegiatan orang
yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
3. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui penilaian guru terhadap LKS
praktikum yang dibuat. Pedoman wawancara dibuat untuk membantu wawancara
agar lebih terstruktur. Menurut Susan Stainback dalam Sugiono (2010), dengan
wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak
bisa ditemukan melalui observasi. Jenis wawancara yang dilakukan adalah
wawancara terstruktur (structured interview).
Wawancara struktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya (Sugiono,
2010).
G. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Prosedur Pengumpulan Data
No.
Instrumen
Pengumpulan
Data
Jenis Data Sumber Data
Waktu
Pengambilan Data
1. Angket Respon siswa terhadap LKS
praktikum yang telah
Siswa setelah pelaksanaan
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
pelaksanaan praktikum
2. Lembar
Observasi
Pelaksanaan praktikum
dengan menggunakan LKS
praktikum yang telah
dikembangkan
Observer Pada saat
praktikum
berlangsung di
lapangan
3. Pedoman
Wawancara
Survai keterlaksanaan
pembelajaran korosi di
sekolah
Guru Sebelum
merangcang LKS
praktikum
Penilaian guru terhadap LKS
praktikum
Setelah pelaksanaan
praktikum
H. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data penelitian secara rinci akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pengolahan Angket Respon Siswa
Butir-butir angket respon siswa yang disusun oleh peneliti adalah berbentuk
skala Likert. Pernyataan yang digunakan adalah berupa pernyataan positif. Jawaban
siswa terhadap pernyataan positif tersebut dikategorikan dengan skala sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Cara memberi skor
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2. Skor Kategori Skala Likert
Pernyataan Skor
SS S TS STS
Positif 4 3 2 1
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan skor angket, yaitu
pertama dengan menghitung jumlah masing-masing jawaban yang observer isi pada
format angket respon siswa terhadap pembelajaran. Kemudian hitung bobot untuk
masing-masing jawaban sesuai dengan penyekoran pada tabel 3.2. Setelah itu,
29
Keterangan: P = Prosentase jawaban siswa
F = Jumlah skor jawaban siswa
N = Jumlah skor maksimal jawaban siswa
2. Pegolahan Lembar Observasi
Pada lembar observasi, ada tiga kriteria rubrik penilaian pelaksanaan
praktikum yang dilakukan siswa. Ketiga kriteria penilaian tersebut adalah:
Tabel 3.3. Kriteria Rubrik Penilaian Lembar Observasi
Skor Rubrik Penilaian
2 Siswa dapat melakukan percobaan dengan menggunakan LKS dengan tepat
1 Siswa dapat melakukan percobaan dengan menggunakan LKS dengan tepat namun masih terdapat kesalahan
0 Siswa tidak melakukan percobaan dengan menggunakan LKS dengan tepat
Setelah dilakukan scoring maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor hasil observasi sehingga diperoleh skor total untuk setiap tindakan yang
dilakukan oleh siswa. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus prosentase
yaitu:
Keterangan:
P = Prosentase hasil observasi
F = Jumlah skor hasil observasi
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut
1. Korosi besi memerlukan adanya oksigen dan air. Proses korosi dipercepat dengan
adanya larutan elektrolit dengan kondisi optimum diperoleh pada larutan NaCl
0,5 M.
2. LKS korosi logam yang dikembangkan pada penelitian ini menggunakan model
siklus belajar 7E dengan struktur : pre-lab, pengantar praktikum,, alat dan bahan, langkah kerja, dan pertanyaan praktikum, dan post-lab. Tahap elicit dituangkan dalam bentuk pre-lab untuk menggali pengetahuan dan pengalaman siswa, sedangkan tahap extend dituangkan dalam post-lab untuk memperluas pengetahuan siswa dan mendorong siswa untuk mengaitkan materi elektrokimia
dengan materi kimia lain, sehingga siswa memahami bahwa konsep kimia itu satu
sama lain saling berkaitan menjadi satu konsep kesatuan yang utuh.
Dalam penelitian ini telah dikembangkan dua LKS, yaitu LKS untuk menyelidiki
faktor-faktor yang mempengaruhi korosi logam dan LKS untuk membuktikan
korosi logam sebagai sel elektrokimia.
3. Hasil uji coba terbatas LKS berupa observasi di sekolah menunjukkan bahwa
bahwa kedua prosedur di LKS-1 dan LKS-2 dapat dilaksanakan oleh siswa
dengan sangat baik yaitu dengan tingkat keterlaksaan masing 95 % dan 98%. Hal
ini didukung dengan respon positif siswa terhadap LKS dan pelaksanaan
praktikum yang dinilai sangat baik untuk LKS-1 yakni sebesar 80% dan baik
untuk LKS-2 yakni sebesar 73%.
4. Guru secara umum mberikan tanggapan positif terhadap kedua LKS praktikum
80
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa rekomendasi
yang peneliti berikan terkait penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut
1. Berdasarkan masukkan dari guru, sebaiknya tampilan LKS yang dikembangkan
dibuat lebih berwarna agar memacu ketertarikan siswa
2. Peneliti lain dapat mencari bahan lain yang dapat dijadikan sebagai indikator
feroksil yang lebih mudah didapat dibandingkan dengan kaliumheksasianoferat
(III)
3. Untuk peneliti lain perlu mengujicobakan LKS yang dikembangkan pada tahap
uji coba yang lebih luas
4. Untuk peneliti lain perlu mengujicobakan LKS yang dikembangkan dengan
model yang sama untuk materi yang berbeda, sehingga dapat diketahui apakah
model siklus belajar ini cocok diterapkan pada subpokok materi kimia lainnya
5. Karena penelitian yang dilakukan peneliti tidak sampai pada tahap menilai hasil
belajar siswa, maka baik jika peneliti lain mencobakan hasil pengembangan LKS
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abraham, R. (1997). The Learning Cycle Approach to Science Instruction. [online]. Tersedia: http://www.narst.org/publications/research/cycle.cfm [16 Januari
2013].
Adimihardja, Mintarsih.-. Penyelenggaraan Praktikum. Universitas Lampung: tidak diterbitkan.
Anggraeni, Ganung. (2002). “Penyusunan dan Pemanfaatan LKS dan LT dalam Pembelajaran Matematika”. Disampaikan pada Pelatihan Penggunaan Alat Peraga Matematika bagi Guru-guru SLTP.
Anne. (2011). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Pembelajaran
Materi Hidrolisis Garam dengan model learning Cycle 5E dan metode praktikum. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arifin, H. M. (1978). Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga. Cetakan ke empat. Jakarta : Bulan Bintang.
Arifin, Mulyati. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
BNSP. (2006). Silabus Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.
BSNP. (2007). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
82
Chang, Raymond. (2003). Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Department of Academic, Ministry of Education. (2002). Substance and Learning Standard:
Science Learning Substance in Basic Education Curriculum 2001.Bangkok.
Depdiknas. (2001). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 36/D/O/2001.
Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 22 Tahun2006. Jakarta: Pendidikan Nasional.
Eisenkraft, Arthur (2003). “Expanding the 5E Model”. The Science Teacher. 70(6): 56-59.
Erman, Suherman. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : UPI.
Fathiyah, Utari Nurul. (2012). Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E pada Sub Topik Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi Menggunakan Kalorimeter Sederhana. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Fikriyati, Amiq. (2012). Pengembangan Pembelajaran koloid Berbasis Learning Cycle 7E dengan Metode Praktikum untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMA. Tesis Magister pada FMPIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and Measurement: Competencies for
Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Company.
Gia Juniar Nur Wahidah, 2013
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Korosi Logam Di SMA Menggunakan Model Siklus Belajar 7E
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Herron, M.D. (1971). The Nature of Scientific Enquiry.School Review, 79(2), 171- 212.
Huang, Kuan-Jhen, et al.-. Embedding Mobile Technology to Outdoor Natural Science Learning Based on The 7E Learning Cycle. Taiwan: Institute of Graduate Institute of Learning & Instruction, National Central University.
Keenan, Charles W., et al. (1984). Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Laraswati, Ayu Ningtias. (2011). Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia Pada Topik Elektrolisis Yang Layak Diterapkan Di SMA. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and The Development of Thinking. California: Wadrorth Publishing Company.
Maryati, Anita Marina. (2012). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Eksperimen Dan Non-Eksperimen Berbasis Inkuiri Terstruktur Pada Subpokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurfalah, Fauziah. (2012). Pengembangan Prosedur Praktikum Berbasis Learning
Cycle 7e dalam Bentuk Lembar Kerja Siswa pada Topik Stoikiometri. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Oxtoby, David W., et al. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Pannen, Paulina. (2001). Penulisan Bahan Ajar. Jakarta : Depdiknas.
Piaget, J. (1970). The Science of Education and the Psicology of the Child. Grossman, New York.
84
Roestiah. (2008). Strategi belajar mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode PenelitianPendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Susilawati, dkk. (2010). “Penerapan Model Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7e
Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Sma Pada Konsep
Pembiasan Cahaya”. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010: ISBN :
978‐979‐98010‐6‐7.
Susiwi. (2007). Siklus Belajar. Suatu Model Dalam Pembelajaran Kimia. Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Tim Penyusun KBBI. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Bandung: Rosdakarya.
Tim P3G IPA. (1997). Korosi Logam Sebagai Sel Elektrokimia. Bandung: Depdikbud Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah P3G IPA.
Universitas Pendidikan Indonesia.(2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Winataputra, Udin. (1994). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Yuventia, Yuniwati BYPM. (2012). Strategi menyiapkan Bahan Ajar.[Online].