PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK
MENGOPTIMALKAN PRAKTIKUMVIRTUAL
LABORATORYPADA MATERI INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK (Skripsi)
Oleh NOVITASARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK
MENGOPTIMALKAN PRAKTIKUMVIRTUAL
LABORATORYMATERI INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK
Oleh Novitasari
Perubahan medan magnetik dijadikan objek yang ditinjau dalam Materi Induksi Elektromagnetik. Alat praktikum nyata sulit menvisualisasikan perubahan medan magnetik terjadi saat magnet bergerak terhadap kumparan. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan praktikumvirtual laboratorymenjadi pilihan yang tepat untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya guru agar siswa tidak hanya mencapai tujuan pembelajaran kognitif produk tetapi juga proses (KPS siswa), guru membutuhkan LKS untuk mengoptimalkan praktikum virtual laboratory. Tujuan penelitian pengembangan ini untuk mengetahui bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratorypada Materi Induksi
Elektromagnetik, mengetahui hasil belajar ranah kognitif produk dan KPS siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan.
Novitasari dikembangkan dan alat praktikumvirtual laboratory, uji kualitas LKS, dan uji satu lawan satu), uji eksternal (uji kelompok kecil, uji kemenarikan dan
kemudahan LKS), dan produksi.
Berdasarkan penelitian pengembangan ini, dapat disimpulkan bahwa bentuk LKS yang dikembangkan dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratorypada Materi Induksi Elektromagnetik. Hasil belajar kognitif produk setelah
menggunakan LKS hasil pengembangan belum dapat menuntaskan tujuan pembelajaran kognitif produk. KPS siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan telah dapat menuntaskan tujuan pembelajaran KPS.
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK
MENGOPTIMALKAN PRAKTIKUMVIRTUAL
LABORATORYMATERI INDUKSI
ELEKTROMAGNETIK
Oleh NOVITASARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) UNTUK
MENGOPTIMALKAN PRAKTIKUM
VIRTUAL LABORATORYMATERI
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Nama Mahasiswa : Novitasari
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813022043 Program Studi : Pendidikan Fisika
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. H. Agus Suyatna, M. Si. Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc. NIP 19600821 198503 1 004 NIP 19580603 198303 1 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M. Si.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. H. Agus Suyatna, M. Si.
Sekretaris : Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M. Sc.
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Eko Suyanto, M. Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. NIP 19600315 198503 1 003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah:
Nama : Novitasari
NPM : 0813022043
Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika
Alamat : Jl. M.S. Rachman No. 8 Belinyu, Bangka Utara
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandarlampung, 08 Januari 2013
Novitasari
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangkal Pinang, ibukota Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 13 November 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara sebagai putri dari pasangan Bapak Alias dan Ibu Triana. Adapun adik penulis yaitu Dwiyan Dedian Toro.
Penulis menempuh pendidikan formal pada tahun 1995 di SD Negeri 7 Belinyu diselesaikan tahun 2002, SLTPN 2 Belinyu diselesaikan tahun 2005, dan SMAN 1 Belinyu diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis juga terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (PMIPA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.
MOTTO
Laa Tahzan (Jangan Bersedih)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan manusia sebagai makhluk paling sempurna di antara semua ciptaan-Nya. Dengan segala ketulusan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada :
1. Ibu dan Ayah tersayang yang selalu berkorban, membimbing dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilanku dunia dan akhirat. 2. Adikku, Dwiyan Dedian Toro.
3. Keluarga besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilanku.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M. Si. selaku Dekan beserta jajaran dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Caswita, M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. H. Agus Suyatna, M. Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, pembimbing akademik serta pembimbing pertama skripsi atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
5. Bapak Drs. Eko Suyanto, M. Pd. selaku pembahas atas kesediannya
memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
6. Bapak dan Ibu serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA;
7. Bapak Drs. H. Haryanto, M. Si. selaku Kepala SMPN 1 Bandar Lampung beserta jajaran yang telah memberikan izin penelitian;
8. Bapak Asep Sudrajat, S. Pd. selaku guru mitra dan penguji kualitas LKS atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung;
9. Larasati Devi Anggraini, Widi Wiriadi Praja, Fatimah Triyaningsih, F. Bayu Nirwana, dan Johan Syabrudin yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi observer dalam penelitian ini;
10. Bapak Dr. Nyoto Suseno, M. Si. yang telah bersedia menjadi penguji ahli desain dalam penelitian pengembangan ini;
11. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si yang telah bersedia menjadi penguji ahli materi dalam penelitian pengembangan ini;
12. Bapak H. Chaerul Anwar yang telah bersedia menjadi penguji ahli kualitas LKS dalam penelitian pengembangan ini;
13. Siswa-siswa kelas IX SMP N 1 Bandar Lampung yang telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian pengembangan ini;
14. Teman-teman seperjuangan (angkatan 2008): atas persahabatan dan kebersamaannya selama ini;
15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Bandar Lampung, 08 Januari 2013 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR GAMBAR... xix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian dan Pengembangan (Reseach and Development) ... 5
B. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7
C. Laboratorium Virtual (Virtual Laboratory) ... 12
D. Model Inkuiri ... 20
E. Metode Eksperimen ... 24
F. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 27
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 31
B. Subjek Penelitian ... 31
C. Prosedur Pengembangan ... 31
1. Analisis Kebutuhan Pengembangan ... 33
2. Identifikasi Sumber Daya ... 33
3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 34
4. Pengembangan Produk (Prototipe I) ... 35
xiv 6. Uji Eksternal (Uji kebermanfaatan Produk: Prototipe
III) ... 40
7. Produksi ... 43
D. Instrumen Penilaian ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
1. Data Kualitatif ... 44
2. Data Kuantitatif ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 45
1. Data Kualitatif ... 45
2. Data Kuantitatif ... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Hasil Analisis Kebutuhan... 50
2. Hasil Identifikasi Sumber Daya ... 51
3. Hasil Identifikasi Spesikasi Produk... 53
4. Hasil Pengembangan Produk (Prototipe I) ... 55
5. Hasil Uji Internal (Uji Kelayakan Produk: Prototipe II) ... 56
a. Hasil Uji Ahli Materi ... 56
b. Hasil Uji Ahli Desain ... 57
c. Hasil Kesesuaian RPP dengan LKS dan Alat Praktikum Virtual Laboratory ... 58
d. Hasil Uji Satu Lawan Satu (Uji Keterbacaan Produk)... 58
e. Hasil Uji Kualitas LKS ... 59
6. Hasil Uji Eksternal (Uji kebermanfaatan Produk: Prototipe III) . 60 7. Hasil Produksi ... 65
B. Pe 69 1. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pembelajaran 69 2. Kelebihan, Kekurangan, dan Kendala Penggunaan Produk Hasil Pengembangan V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 77
B. 79
DAFTAR PUSTAKA
xv 1. Rangkuman Hasil Analisis Kebutuhan Berdasarkan Data Hasil
Wawancara Tak Langsung terhadap Guru Fisika Kelas IX SMPN 1 Bandar lampung ... 83 2. Rangkuman Hasil Identifikasi Sumber Daya yang Disesuaikan dengan
Sumber Daya yang Dibutuhkan LKS ... 85 3. Analisis Kurikulum yang Disesuaikan dengan PraktikumVirtual
Laboratory ... 86 4. Peta Kebutuhan LKS untuk Mengoptimalkan PraktikumVirtual
LaboratoryMateri Induksi Elektromagnetik ... 91 5. Panduan Produksi yang Mengoptimalkan PraktikumVirtual Laboratory
Materi Induksi Elektromagnetik ... 93 6. Perangkat Pembelajaran Beserta LKS Hasil Prototipe I ... 98 7. Hasil Uji Ahli Materi Pengembangan LKS untuk Mengoptimalkan
PraktikumVirtual LaboratoryMateri Induksi Elektromagnetik ... 150 8. Revisi LKS atau Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil Uji Ahli
Materi ... 151 9. Hasil Uji Desain LKS untuk Mengoptimalkan PraktikumVirtual
LaboratoryMateri Induksi Elektromagnetik ... 153 10. Revisi LKS atau Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil Uji Ahli
Desain ... 160 11. Hasil Uji Kesesuaian RPP dengan LKS dan Alat PraktikumVirtual
Laboratorypada Pengembangan LKS untuk Mengoptimalkan Praktikum Virtual LaboratoryMateri Induksi Elektromagnetik ... 161 12. Revisi LKS atau Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil Uji
Kesesuaian RPP dengan LKS dan Alat PraktikumVirtual Laboratory ... 164 13. Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 167 14. Revisi LKS atau Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Hasil Uji Satu
Lawan Satu ... 169 15. Hasil Uji Kualitas LKS Berdasarkan Dua Orang Guru Fisika SMP N 1
xvi 18. Rangkuman Kendala Penggunaan LKS Beserta RPP dalam Kegiatan
Pembelajaran dan Revisi... 187 19. Data Hasil Kognitif Produk Siswa ... 191 20. Data Hasil Keterampilan Proses Sains Siswa (KPS) ... 195 21. Rekapan Data Keefektivan Produk Dilihat Dari Hasil Penilaian KPS dan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Syarat-syarat lembar kerja siswa yang baik ... 9
2.2. Tahapan-tahapan model pembelajaran model inkuiri terbimbing ... 24
2.3. Jenis-jenis keterampilan proses sains ... 29
2.4. Kesesuaian prosedur model pembelejaran inkuiri tebimbing dengan indikator-indikator keterampilan proses sains (KPS) yang akan dimunculkan siswa... 30
3.1. Data, jenis data, sumber data, dan jenis instrumen penilaian ... 31
3.2. Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ... 46
3.3. Kriteria penilaian untuk uji kemenarikan dan kemudahan dalam tahap eksternal ... 46
4.1. Deskripsi isi hasil pengembangan produk prototipe I... 55
4.2. Hasil uji validitas soal hasil belajar kognitif produk ... 60
4.3. Hasil uji reliabilitas hasil belajar kognitif produk... 61
4.4. Rangkuman hasil belajar kognitif produk ... 61
4.5. Rangkuman hasil belajar KPS siswa... 62
4.6. Rangkuman hasil uji keefektifan produk dilihat dari segi ketercapaian tujuan pembelajaran KPS siswa dan kognitif produk .... 63
4.7. Rangkuman hasil uji kemudahan menggunakan LKS ... 63
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1. Prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran fisika tidak hanya menekankan pada suatu penguasaan kumpulan pengetahuan, tetapi juga suatu proses penemuan. Hal ini
mengakibatkan, proses penguasaan kumpulan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran ditekankan pada pengalaman langsung. Salah satu cara
pemberian pengalaman langsung kepada siswa adalah pelaksanaan praktikum.
Perubahan medan magnetik dijadikan objek yang ditinjau dalam Materi
Induksi Elektromagnetik. Alat praktikum nyata sulit menvisualisasikan adanya perubahan medan magnetik yang terjadi saat magnet bergerak terhadap
kumparan. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan praktikumvirtual laboratorymenjadi pilihan yang tepat untuk menunjang kegiatan
pembelajaran. Selain itu, SMPN 1 Bandar Lampung yang memiliki satu LCD di setiap kelas, laboratorium multimedia, dan setiap siswa yang telah memiliki laptop,menjadikan penyelenggaraan praktikumvirtual laboratory
memungkinkan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.
2 pengunduhan. SMPN 1 Bandar Lampung yang telah memiliki jaringan
hotspot, membuatsoftwareini menjadi media yang tepat digunakan dalam penyelenggaraan praktikumvirtual laboratoryMateri Induksi
Elektromagnetik.
Penyelenggaraan praktikum tidak hanya mengandalkan adanya media tetapi juga LKS yang dapat mengoptimalkan media tersebut sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. LKS yang memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa, membuat penilaian tidak hanya dilihat dari segi hasil belajar kognitif produk tetapi juga proses (KPS siswa). Menindaklanjuti kondisi tersebut, Penulis mencoba memberikan alternatif dengan membuat LKS yang dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratoryMateri Induksi Elektromagnetik. Oleh karena itu,
Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Mengoptimalkan PraktikumVirtual Laboratorypada Materi Induksi Elektromagnetik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, rumusan masalah pada penelitian pengembangan ini sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratorypada Materi Induksi Elektromagnetik?
2. Bagaimana hasil belajar kognitif produk siswa yang menggunakan LKS hasil pengembangan?
3. Bagaimana KPS siswa yang menggunakan LKS hasil pengembangan?
3 Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian pengembangan ini agar dapat mengetahui:
1. Bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratory pada Materi Induksi Eketromagnetik.
2. Hasil belajar kognitif produk siswa yang menggunakan LKS hasil pengembangan.
3. KPS siswa yang menggunakan LKS hasil pengembangan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian pengembangan ini sebagai berikut: 1. Menuntun siswa untuk mengoptimalkan praktikumvirtual laboratorypada
Materi Induksi Elektromagnetik agar dapat menvisualisasikan hal yang abstrak menjadi konkret.
2. Menyediakan sumber belajar untuk siswa yang dapat mengoptimalkan sumber belajar lain yang tersedia di sekolah.
3. Memberikan motivasi kepada guru untuk memberdayakan sarana yang telah disediakan sekolah untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi meluasnya penelitian pengembangan, ruang lingkup penelitian pengembangan ini sebagai berikut:
4 Universitas Colorado dengan menggunakan metode pengembangan yang diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem (2009).
2. LKS yang dikembangkan berjenis LKS berstruktur yang menuntun siswa belajar menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode eksperimen.
3. Pencapaian tujuan pembelajaran difokuskan pada tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa.
4. KPS siswa dibatasi pada indikator keterampilan memprediksi dan berhipotesis, keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan melakukan percobaan, keterampilan menafsirkan pengamatan, dan keterampilan mengomunikasikan.
5. Pengembangan LKS dibatasi pada Kompetensi Dasar menerapkan konsep Induksi Elektromagnetik untuk menjelaskan prinsip kerja beberapa alat yang memanfaatkan prinsip Induksi Elektromagnetik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian dan Pengembangan (Reseach and Development)
Penelitian dan pengembangan (Reseach and Development) dibidang pembelajaran menurut Borg dan Gall dalam Anik Ghufron (2005: 6),
Educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational production. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap langkah dalam proses pengembangan mengacu pada langkah sebelumnya hingga diperoleh produk yang diinginkan dalam bidang pendidikan. Produk yang akan dibuat selalu mengalami perubahan dikarenakan adanya perbaikan produk disetiap langkahnya. Penelitian pengembangan tidak hanya berorientasi pada implementasi pemakaian produk, namun juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di sekolah. Hal ini menyebabkan validasi terakhir dari sebuah pengembangan produk di bidang pendidikan adalah validasi produk dalam bentuk
penggunaan produk dalam kegiatan pembelajaran.
6 Prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 16) sebagai berikut:
Tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan
pengguna, (4) Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal: Uji kemanfaatan produk oleh pengguna. (7) Produksi.
Borg dan Gall dalam Potter (2010: 1), mengungkapkan ada sepuluh prosedur penelitian pengembangan. Sepuluh prosedur penelitian pengembangan tersebut sebagai berikut:
1) Research and information collecting(penelitian dan pengumpulan data yang meliputi pengukuran kebutuhan, kaji pustakaan,
pengamatan kelas).
2) Planning(perencanaan) yaitu merumuskan tujuan, penentuan urutan pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran.
3) Develop preliminary form of product(pengembangan draf produk awal) yakni perumusan butir-butir materi, menganalisis indikator, dan perumusan alat ukur keberhasilan.
4) Preliminary field testing(Melakukan uji coba awal).
5) Main product revision(Melakukan revisi terhadap produk utama). 6) Min field testing(Melakukan uji lapangan utama).
7) Operational product revision(Melakukan revisi terhadap produk operasional).
8) Operational field testing(Melakukan uji lapangan operasional). 9) Final product revision(Melakukan revisi terhadap produk akhir). 10) Disemination and implementation(Mendesiminasikan dan
mengimplementasikan produk).
Secara umum, penjelasan dan tujuan tahapan dalam prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem sama dengan prosedur
7 Oleh karena itu, penulis memilih prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem dalam penelitian pengembangan ini.
B. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan di dalam proses pembelajaran. LKS digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar siswa. Trianto (2010: 222) mengungkapkan,
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang ditempuh. Pengetahuan awal dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat berkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap lembar kerja siswa pada setiap kegiatannya diupayakan dapat mencerminkan hal itu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa format LKS
disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini mengakibatkan LKS harus dibuat oleh guru bidang studi yang bersangkutan agar kegiatan pembelajaran menjadi bermakna. Selain itu, jika LKS disusun oleh guru maka format LKS dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga keberadaan LKS membuat siswa dapat memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang ditempuh. Guru yang mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
8 Indrianto dalam Ahliswiwite (2007: 6) menyatakan bahwa ada dua macam LKS yang dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah, yaitu:
1. LKS Tak Berstruktur.
LKS tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran. LKS merupakan alat bantu menga-jar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelamenga-jaran, memberi dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.
2. LKS Berstruktur.
LKS berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
Dari kedua jenis LKS ini, peneliti memilih jenis LKS yang berstruktur di dalam pengembangan LKS pada penelitian dan pengembangan ini. Pertimbangan ini dipilih karena setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan membutuhkan penanganan belajar yang berbeda pula. Saat siswa sama sekali tidak dibimbing atau sedikit dibimbing, guru dapat dengan mudah mengawasi kelas dan memberikan penilaian pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selain itu, guru dapat memberikan semangat, dorongan belajar, dan bimbingan secara individual kepada siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan dalam belajar.
Pendapat DepDikNas dalam Rusdi (2008: 1) mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam persiapan LKS dijelaskan sebagai berikut:
9 2. Menyusun peta kebutuhan LKS. Peta kebutuhan LKS berguna untuk
mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS. Judul LKS harus sesuai dengan KD, materi pokok dan pengalaman belajar.
4. Penulisan LKS.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa serangkaian kegiatan prapersiapan LKS seperti analisis kurikulum, analisis kebutuhan, dan
menentukan judul LKS yang sesuai dengan SK dan KD perlu dilakukan sebelum pembuatan LKS yang akan dikembangkan.
Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011: 213) penyusunan LKS harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu persyaratan pedagogik, persyaratan konstruksi, dan persyaratan teknik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Syarat-syarat lembar kerja siswa yang baik
No Syarat-syarat LKS yang baik Aspek-aspek LKS yang baik
1. Syarat Pedagogik a. Memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau petunjuk mencari tahu. b. Mempertimbangkan perbedaan individu.
2. Syarat Konstruksi a. Menggunakan bahasa yang sesuai
tingkat perkembangan siswa. b. Menggunakan struktur kalimat yang
sederhana, pendek, dan jelas (tidak berbelit-belit).
c. Memiliki tata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas. d. Memiliki identitas untuk memudahkan
pengadministrasian.
3. Syarat Teknis a. Menggunakan huruf tebal yang agak
besar untuk topik.
b. Jumlah kata di dalam satu baris lebih dari 10 kata.
c. Gambar harus dapat menyampaikan pesan secara efektif.
d. Gambar harus cukup besar dan jelas detailnya.
e. Tampilan harus menarik dan menyenangkan.
10 Kelebihan LKS diungkapkan oleh Trianto (2011: 212), Lembar kerja siswa untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, membantu siswa menemukan dan mengembangkan konsep, melatih siswa menemukan konsep, menjadi alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan siswa, serta dapat memotivasi siswa. Dilihat dari kelebihannya, lembar kerja siswa merupakan salah satu sumber belajar siswa yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, lembar kerja siswa membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi terstruktur karena LKS yang disusun disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagaimana yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
Menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 20) uji isi materi, uji desain media, dan uji efektivitas media. harus dilakukan agar media pembelajaran dikatakan baik atau efektif. Berlandaskan dengan pendapat di atas, maka dalam penelitian dan pengembangan inipun akan dilakukan ketiga uji tersebut.
Penilaian nontes dilakukan dalam uji isi materi dan uji ahli desain. Instrumen penilaian dalam uji isi materi dan uji desain menyesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kriteria penilaian LKS diadaptasi dari standar penilaian buku teks oleh BSNP (2006: 1). Secara garis besar, kriteria tersebut meliputi:
1. Standar kelayakan isi
11 Berdasarkan keempat kriteria di atas, kriteria standar kelayakan isi akan
digunakan sebagai instrumen penilaian LKS dalam uji isi materi. Sedangkan kriteria standar kelayakan penyajian, bahasa, dan kegrafikan uji digunakan sebagai instrumen penilaian LKS dalam uji desain media.
Penilaian tes dilakukan di dalam uji keefektivan media. Menurut Uno (2007: 32),
Hasil evaluasi efektivitas media hasil pengembangan selanjutnya dijadikan dasar untuk memberikan penilaian terhadap keberhasilan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat dicapai, efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tersebut dianggap berhasil dengan baik.
Keefektivan LKS dapat diukur dengan memberikanposttestsetelah diberikan perlakuan kepada siswa, yaitu setelah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan LKS yang dikembangkan. Menurut Nugroho (2001: 16), apabila 75 % siswa dapat mencapai tujuan pembelajarannya maka media dikatakan efektif .
C. Laboratorium Virtual (Virtual Laboratory)
12 virtual adalah maya. Dari kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa laboratorium virtual adalah ruangan yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk melakukan percobaan maya. Peralatan tersebut software dan
hardwareyang mendukung percobaan maya.Softwaredapat berupa suatu multimedia interaktif danhardwaredapat berupa seperangkat komputer, LCD, dan sebagainya yang dapat mendukung dilakukannya percobaan maya. Peneliti memilihsoftwaremultimediaPhETsebagai multimedia interaktif dalam laboratorium virtual dalam penelitian pengembangan ini.
Daryanto (2010: 54) mengungkapkan format sajian multimedia pembelajaran interaktif dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut: (a) tutorial, (b)drilldanpractise, (c) simulasi, (d) percobaan atau eksperimen, dan (e) permainan.
Kelima format sajian multimedia di atas dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Tutorial
Sajian multimedia tutorial adalah program yang didesain sebagai tutor untuk siswa dalam yang menyampaikan materi sebagaimana pelaksanaan tutorial oleh seorang guru untuk siswanya. Informasi yang disajikan dikemas sedemikian rupa sehingga menyerupai situasi tutorial yang dilakukan seorang guru kepada siswanya. Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam mengoptimalkan pencapaian hasil belajar secara mandiri. Siswa dapat memilih materi yang hendak dipelajari. Format sajian multimedia secara tutorial berisi:
13 (2) Pertanyaan atau tugas; pertanyaan atau tugas yang ditampilkan dalam
sajian ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat pemahaman terhadap materi yang disajikan. Jika jawaban pengguna benar maka akan dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban pengguna salah maka pengguna harus mengulang memahami konsep secara
keseluruhan dan dilakukan remedial kembali dengan menggunakan pertanyaan atau tugas yang sama.
(3) Tes; tes yang ditampilkan dalam sajian ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
Salah satu contoh sajian multimedia dengan cara tutorial adalah CD zat dan kalor yang kembangkan oleh AKAL interaktif. Saat program ini dibuka, siswa dihadapkan beberapa pilihan materi hendak dibelajarkan yang dilengkapi seorang narator yang akan memberikan instruksi. Setelah siswa memilih materi yang diinginkan, narator tersebut akan memberikan instruksi kegiatan selanjutnya, yaitu penyampaian materi melalui tulisan, suara, maupun video. Siswa disajikan latihan yang diserati instruksi dari narator dan pada bagian akhir akan diberikan tes berupa serangkaian pertanyaan setelah menerima materi yang ditutorialkan dalam program.
b. DrilldanPractise
14 (1) Pertanyaan; pertanyaan yang ditampilkan dilakukan secara acak
sehingga setiap kali format ini digunakan akan menampilkan format pertanyaan yang selalu berbeda atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.
(2) Jawaban dari pertanyaan yang ditampilkan; Setelah pertanyaan yang ditampilkan dijawab oleh pengguna, pengguna dapat melihat jawaban yang benar, lengkap dengan penjelasannya sehingga pengguna dapat memahami suatu konsep.
(3) Skor; pertanyaan yang telah dijawab oleh pengguna akan diberi skor sehingga pada bagian akhir akan ditampilkan skor akhir yang dicapai. Tampilan skor ini digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan. Salah satu contohnya adalah format sajian di mana siswa dihadapkan serangkaian latihan setelah mendapatkan suatu materi. Siswa diharapkan dapat mengingat kembali materi yang telah disampaikan. Sajian
multimediadrilldanpracticeini menyediakan serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa yang dilengkapi petunjuk menjawab pertanyaan. Pertanyaan ditampilkan secara acak bila program ini diulang. Setiap pertanyaan dilengkapi dengan tombol perintah memeriksa
jawaban, tombol perintah untuk melihat jawaban yang sebenarnya beserta penjelasannya, dan tombol perintah untuk membuka pertanyaan
15 awal dan tombol perintah keluar dari program. Saat siswa memilih tombol perintah ke pertanyaan awal, pertanyaan yang disuguhkan berbeda dengan pertanyaan sebelumnya.
c. Simulasi
Sajian multimedia berbentuk simulasi adalah bentuk sajian multimedia di mana siswa melakukan suatu kegiatan yang dihadapkan dalam kondisi dan situasi yang sesungguhnya tanpa harus menghadapi resiko. Simulasi dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaan kegiatan yang akan
disimulasikan sehingga pengguna menguasai keterampilan dari kegiatan yang disimulasikan. Tujuan penggunaan format sajian simulasi untuk memberikan pengalaman belajar mengenai masalah dunia nyata. Salah satu contohnya adalah format sajian di mana siswa dihadapkan pada suatu masalah pesawat yang akan jatuh atau menabrak. Siswa diberi petunjuk mengenai informasi dan kegunaan peralatan diruang pilot serta cara penggunaan pesawat mulai dari menerbangkan pesawat sampai melandaskan pesawat. Setelah siswa memahami pentunjuk yang telah diberikan, siswa melakukan aktivitas simulasi yang ditampilkan di mana siswa mulai mensimulasikan menerbangkan pesawat terbang, melakukan aktivitas menerbangkan pesawat terbang, sampai siswa dihadapkan dalam suatu masalah bahwa pesawat akan menabrak. Siswa diharapkan dapat mencari solusi agar pesawat tidak menabrak atau meminimalisir
16 masalah ini disimulasikan, siswa mendapatkan pengalaman tanpa harus menghadapi resiko tersebut.
d. Percobaan atau eksperimen
Sajian multimedia percobaan atau eksperimen adalah program yang didesain dalam bentuk kegiatan eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium sains. Tujuan format sajian percobaan atau eksperimen adalah pengguna diharapkan dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang dilakukan secara maya. Format sajian ini mirip dengan format simulasi karena siswa seolah-olah menghadapi situasi dan kondisi dalam dunia nyata tanpa akibat kegiatan yang dilakukan siswa dalam situasi tersebut. Perbedaan sajian multimedia percobaan dengan simulasi lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum dalam laboratorium fisika. Sajian ini menyediakan serangkaian alat dan bahan yang akan dieksperimenkan, tempat untuk berkesperimen, serta respon dari percobaan yang tidak sesuai dengan instruksi (misalnya adanya suara ledakan dan tabung pecah akibat pencampuran bahan kimia yang salah dalam gelas kimia). Jika siswa melakukan kegiatan percobaan dengan menggunakan sajian multimedia percobaan maka siswa tidak harus menghadapi resiko dari percobaan yang kemungkinan dapat mengancam keselamatan siswa, kerusakan alat akibat penggunaan alat yang salah, atau kekurangan jumlah bahan akibat penggunaan bahan yang boros.
17 solusinya adalah dengan menampilkan sajian multimedia percobaan atau eksperimen dalam pembelajaran. Contoh sajian multimedia yang
menampilkan cara eksperimen adalah berbagai eksperimen maya yang dikembangkan Universitas Colorado dalam bentuk programPhET. Siswa seolah-olah melakukan serangkaian kegiatan eksperimen (mulai dari menyiapkan dan merangkai alat dan bahan sampai melakukan percobaan) dalam sajian multimedia percobaan.
e. Permainan
Sajian multimedia permainan adalah sajian multimedia yang didesain dalam bentuk permainan yang dilengkapi aturan dalam bermain sampai instruksi dalam melakukan permainan. Penggunaan format sajian ini diharapkan dapat terjadinya aktifitas belajar sambil bermain. Format permainan dikemas sedemikian rupa sehingga permainan yang dibuat mengacu pada proses pembelajaran. Format sajian ini menyediakan berbagai macam permainan sehingga pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang melakukan pembelajaran. Selanjutnya diakhir pembelajaran akan ada pemberian umpan balik dalam bentuk skor setelah melakukan serangkaian permainan. Keseluruhan sajian ini
memiliki landasan untuk membangkitkan motivasi dengan cara menampilkan konsep kompetisi untuk meraih sesuatu (skor tertinggi).
18 dalam bentuk skor. Skor ini dapat dijadikan tolak ukur tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Berdasarkan kelima format sajian multimedia pembelajaran menurut pendapat di atas, dipilih format sajian percobaan atau eksperimen dengan menggunakansoftware PhET.Software PhETmenyediakan serangkaian alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan praktikum. Selain itu,
penggunaansoftware PhETdalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran menjadi suatu proses penemuan sehingga mencirikan karakteristik fisika.
Alat yang paling penting dalam penyelenggaraan praktikumvirtual laboratoryadalahlaptopatau seperangkat komputer sehingga sekolah setidaknya mempunyai laboratorium komputer untuk penyelenggaraan praktikum ini. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis di SMPN 1 Bandar Lampung, didapatkan bahwa sekolah ini telah memiliki satu LCD di setiap kelas, laboratorium multimedia, setiap siswa yang telah
memilikilaptop, dan jaringanhotspotsehingga mendukung diadakannya praktikumvirtual laboratory.
Berdasarkan penelitian pengembangan Susanti (2009: 356) diperoleh suatu kesimpulan bahwa
Penggunaan laboratoriumvirtualdalam kegiatan praktikum optik secara inkuiri dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep optik mahasiswa calon guru disetiap jenis kelompok pemahaman (translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi) maupun disetiap subkonsep optik dibanding mahasiswa calon guru yang menggunakan laboratorium real.Penggunaan laboratoriumvirtualdalam kegiatan praktikum optik secara inkuiri memiliki keunggulan antara lain: meningkatkan
19 mahasiswa, minimnya resiko kerusakan pada alat praktikum serta efisien dari segi waktu. Sedangkan kelemahannya antara lain: biaya pengadaan yang cukup mahal, dan sulit dalam mengoperasikan program simulasi.
Beberapa keunggulan dari kegiatan eksperimen yang dilakukan secara inkuiri padavirtual laboratoryyang telah diungkapkan di atas, membuatvirtual laboratorylebih unggul dibandingkan dengan laboratorium nyata walaupun penggunaan praktikumvirtual laboratorytidak lepas dari kelemahan akibat penggunaaannya. Berdasarkan kelemahan yang telah dipaparkan di atas, penggunaan eksperimenvirtual laboratorydi dalam pembelajaran harus memperhatikan aspek-aspek kelemahannya.
Berdasarkan penelitian pengembangan Susanti juga dapat disimpulkan penggunaan model inkuiri dan metode eksperimen dalamvirtual laboratory dapat meningkatkan pemahaman konsep sehingga model dan metode yang cocok digunakan dalamvirtual laboratoryadalah model inkuiri dan metode eksperimen. Oleh karena itu, pengembangan LKS merujuk pada model inkuiri dan metode eksperimen agar dapat mengoptimalkan pembelajaran praktikum dengan menggunakanvirtual laboratory.
D. Model Inkuiri
20 berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukum-hukum saja tetapi juga pada suatu proses penemuan membuat model inkuiri sangat cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Suyanto (2006: 11) berpendapat,
Esensi dari model pembelajaran inkuiri adalah untuk melibatkan siswa dalam masalah yang sesungguhnya dengan cara
memberikan tantangan kepada suatu area (lingkup) penyelidikan, membantu mereka untuk meng-identifikasi suatu masalah secara konseptual atau bersifat metodologis, dan merekayasa mereka untuk merancang cara pemecahan masalah tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan sehingga materi pelajaran tidak diberikan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model tersebut. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
Model pembelajaran inkuiri terbagi menjadi beberapa macam. Beberapa macam model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge dalam Sahrul (2009: 1) adalah:
(1) Guided Inquiry, (2)Modified Inquiry, (3)Free Inquiry, (4)Inquiry role Approach, (5)Invitation Into Inquiry, (6)Pictorial Riddle, (7) Synectics Lesson, (8)Value Clarification.
Penjabaran macam-macam model inkuiri menurut Sund dan Trowbridge yang telah dipaparkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Guide Inquiry
21 biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. 2. Inkuiri yang dimodifikasi (Modified Inquiry)
Pembelajaranmodified Inquiryyaitu suatu model pembelajaran inkuiri di mana guru merupakan nara sumber yang tugasnya hanya memberikan bantuan yang diperlukan untuk menghindari kegagalan dalam
memecahkan masalah. Dalam kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model ini, guru hanya memberikan permasalahan melalui pengamatan dan siswa melakukan percobaan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan tersebut.
3. Inkuiri bebas (Free Inquiry)
Model inkuiri bebas adalah suatu model pembelajaran inkuiri di mana siswa bebas menentukan cara mencari dan menemukan materi yang dipelajari. Siswa harus mengidentifikasikan dan merumuskan macam problema yang dipelajari dan dipecahkan.
4. Inquiry role Approach
Model pembelajaran inkuiri ini menekankan kerja sama dalam
pembelajaran inkuiri. Siswa dikelompokkan menjadi empat orang untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masing-masing anggota memegang peranan yang berbeda, yaitu sebagai koordinator tim, penasihat teknis, pencatat data, dan evaluator proses.
5. Invitation Into Inquiry
22 ditempuh oleh seorang ilmuwan adalah sebagai berikut: a) Merancang eksperimen, b) Merumuskan Hipotesis , c) Menentukan sebab akibat, d) menginterpretasikan data, e) Membuat grafik, f) Menentukan peranan diskusi dan kesimpulan dalam merencanakan peneitian ,g) Mengenal bagaimana kesalahan eksperimental mungkin dapat dikurangi atau diperkecil.
6. Teka-teki bergambar (Pictorial Riddle)
Model ini dapat mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil atau besar. Suaturiddledapat berupa gambar dipapan tulis, poster, atau diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle tersebut.
7. Synectics Lesson
Model ini memusatkan keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan supaya dapat membuka intelegensinya dan
mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena kiasan dapat membantu siswa dalam berfikir untuk memandang suatu problema sehingga menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
8. Value Clarification
Pada model pembelajaran inkuiri jenis ini siswa lebih difokuskan pada pemberian kejelasan tentang suatu tata aturan atau nilai-nilai pada suatu proses pembelajaran.
23 Lampung mengakibatkan siswa belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri sehingga guru perlu menyediakan bimbingan dan petunjuk dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, model yang cocok digunakan dalam penelitian pengembangan yang dilaksanakan di IX SMPN 1 Bandar Lampung adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).
Secara umum prosedur model inkuiri menurut Sanjaya (2006: 201), (1) orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) mengajukan hipotesis, (4)
mengumpulkan data, (5) menguji hipotesis, dan (6) merumuskan kesimpulan. Keenam tahapan tersebut jika diimplementasikan ke dalam model
pembelajaran inkuiri terbimbing maka secara garis besar guru merencanakan suatu kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat pada peran guru dari setiap tahap inkuiri pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase ke- Indikator Peran guru
1. Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan di papan tulis.
2. Membuat hipotesis Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan Guru membimbing siswa dalam
menentukan langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan untuk memperoleh data
Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan.
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
6. Membuat Kesimpulan Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.
24 Peran guru dalam membimbing siswa di setiap tahap pembelajaran inkuiri dapat dilakukan secara optimal jika guru membuat LKS. LKS yang dibuat dapat membimbing siswa di semua tahapnya sampai tahap menarik kesimpulan.
E. Metode Eksperimen
Sanjaya (2006: 147) berpendapat metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Kusumah (2009: 1)
berpendapat metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dari dua pendapat di atas, metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun pada kegiatan pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini
mengakibatkan, penggunaan metode merupakan salah satu penentu berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, metode berperan penting di dalam kegiatan pembelajaran.
25 pengalaman langsung melalui sebuah percobaan agar siswa dapat
membuktikan sendiri pengetahuan yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan pengertian dari metode eksperimen menurut Djamarah dan Zain (2010: 84),
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
Sejumlah kegiatan yang mengekspesikan pengalaman langsung didalam metode eksperimen , yaitu siswa diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen sendiri berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan, yaitu mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan. Beberapa kelebihan dari metode eksperimen juga membuat metode
eksperimen sangat tepat digunakan pada pembelajaran fisika. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Trianto (2011: 138),
Kelebihan metode eksperimen:
a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
b) Dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.
26 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelaksanaan praktikum. Hal ini diungkapkan oleh Trianto (2011: 137),
(a) Jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
(b) Kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
(c) Perlu waktu yang cukup lama sehingga mereka menemukan pembuktian pembenaran dari teori.
(d) Perlu diberi petunjuk yang jelas sebab mereka di samping memperoleh pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap.
Secara garis besar, hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode eksperimen adalah pengadaan alat dan bahan dan ketersediaan waktu. Dari segi alat dan bahan, jumlah alat dan bahan di dalam melakukan sebuah percobaan harus cukup untuk tiap siswa sehingga siswa dapat merasakan sendiri pengalaman dari kegiatan percobaan yang dilakukan. Selain itu, kondisi alat dan bahan yang akan digunakan harus baik dan bersih sehingga sebelum melakukan praktikum atau percobaan diperlukan persiapan untuk mengecek masing-masing alat dan bahan. Dari kedua kedua faktor ini, metode eksperimen cocok digunakan dalam kegiatan praktikumvirtual laboratory, dengan pertimbangan: (1)Laptopsebagai alat untuk
melaksanakan praktikum telah cukup untuk tiap siswa, (2)Software PhET yang telah menyediakan alat dan bahan dalam bentuk maya, membuat kondisi alat dan bahan untuk percobaan tidak perlu dihawatirkan.
F. Keterampilan Proses Sains (KPS)
27 bahwa sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. (Wikipedia, 2011: 1).
Secara garis besar, dapat ditarik kesimpulan bahwa sains merupakan
kumpulan produk dan proses di mana keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sains sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum. Sedangkan sains sebagai proses merupakan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan tersebut. Hal ini mengakibatkan pembelajaran sains khususnya fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan kumpulan pengetahuan (produk), tetapi juga proses mendapatkan dan menggunakan pengetahuan tersebut.
Menurut Blosser dalam Ramli (2011: 1),
Proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan menumbuhkan kemampuan berpikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukkan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan-keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa proses penyampaian informasi dalam
pembelajaran sains khususnya fisika ditekankan pada pemberian pengalaman langsung. Pengalaman langsung diperoleh dengan cara melakukan
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator agar siswa dapat berpikir, memahami, dan menghayati pesan yang
28 keterampilan-keterampilan untuk mendapatkan dan mempergunakan
pengetahuan. Keterampilan-keterampilan ini terangkum dalam KPS.
KPS di dalam sebuah pembelajaran merupakan sebuah pendekatan. Hal ini dikarenakan siswa tidak berinisiatif sendiri untuk menggunakan KPS di dalam mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Melainkan keterampilan-keterampilan yang terdapat di dalam KPS telah dirancang sedemikian rupa agar dapat muncul di dalam sebuah kegiatan pembelajaran.
Jenis-jenis KPS dan karakteristiknya menurut Rustaman dalam Sidharta (2006: 24), dapat dilihat dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains
No. Keterampilan Proses Sains Karakteristik 1. Kemampuan Mengamati
(Observasi)
a. Menggunakan indera pengelihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba.
b. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai.
2. Menafsirkan Pengamatan (Interpretasi)
a. Mencatat setiap hasil pengamatan.
b. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan. c. Menemukan pola atau keteraturan dari suatu
seri pengamatan. d. Menyimpulkan. 3. Mengelompokkan (Klasifikasi) a. Mencari perbedaan.
b. Mengontraskan ciri-ciri. c. Mencari kesamaan. d. Membandingkan.
e. Mencari dasar penggolongan atau pola yang sudah ada.
4. Meramalkan (Prediksi) a. Mengajukan pemikiran tentang sesuatu yang belum terjadi bedasarkan suatu
kecenderungan.
5. Berkomunikasi a. Membaca grafik, tabel, atau diagram. b. Menjelaskan hasil percobaan.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas.
6. Berhipotesis a. Menyatakan hubungan antara dua variabel atau memperkirakan penyebab sesuatu terjadi.
7. Merencanakan Percobaan atau Penyelidikan
a. Menentukan alat dan bahan. b. Menentukan variabel atau peubah. c. Menentukan variabel kontrol dan variabel
bebas.
29
No. Keterampilan Proses Sains Karakteristik
e. Menentukan cara dan langkah kerja. f. Menentukan cara mengolah data. 8. Menerapkan Konsep atau
Prinsip
a. Menjelaskan sesuatu peristiwa dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki. b. Menerapkan konsep yang telah dipelajari
dalam situasi baru.
9. Mengajukan Pertanyaan a. Mengajukan pertanyaan meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana ataupun menanyakan latar belakang hipotesis.
Berdasarkan tabel di atas, beberapa keterampilan yang dimunculkan dalam penelitian pengembangan ini adalah keterampilan memprediksi, keterampilan berhipotesis, keterampilan merencanakan percobaan, keterampilan melakukan percobaan (observasi), keterampilan menafsirkan pengamatan, dan
keterampilan berkomunikasi.
Menurut Ramli (2011: 1) keterampilan proses dapat diukur dengan tes penampilan. Tes penampilan (performance assesment) dapat diobservasi, jawabannya secara tertulis atau lisan. Penilaian KPS dalam penelitian dan pengembangan ini, penulis memilih penilaian KPS secara lisan (observasi). KPS siswa yang diukur berdasarkan pengamatan berpadu pada instrumen penilaian yang dibuat. Indikator-indikator KPS yang dimunculkan dalam instrumen penilaian disesuaikan dengan model yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini (model pembelajaran inkuiri terbimbing).
Indikator-indikator KPS yang disesuaikan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat dalam Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Kesesuian Prosedur Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Indikator-Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dimunculkan siswa
Fase ke- Prosedur Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) yang dimunculkan siswa
30
atau masalah
2. Membuat hipotesis Keterampilan berhipotesis
3. Merancang percobaan Keterampilan merencanakan percobaan 4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh data
Keterampilan melakukan percobaan
5. Mengumpulkan dan menganalisis data
Keterampilan berkomunikasi dan keterampilan menafsirkan pengamatan
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 di SMPN 1 Bandar Lampung.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX pada semester ganjil SMPN 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah kelas IX di SMPN 1 Bandar Lampung ada 6 kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 24 orang.
C. Prosedur Pengembangan
Penelitian pengembangan ini berpedoman pada prosedur pengembangan Suyanto dan Sartinem (2009: 322). Prosedur pengembangan penelitian ini dipilih karena prosedur pengembangan ini digunakan dalam penelitian pengembangan oleh Priyantono (2010), Sanjaya (2011), dan Dewi (2011). Prosedur pengembangan ini memiliki tujuh tahap pengembangan produk, yaitu (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) pengembangan produk, (5) uji internal: uji kelayakan produk, (6) uji
32 Berdasarkan tujuh tahap pengembangan ini, bagan prosedur pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 322)
Tahap-tahap prosedur penelitian pengembangan di atas, memiliki keterangan sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Pengembangan Tahap I: Analisis Kebutuhan
Pengembangan Tahap II:
Identifikasi Sumber Daya Tahap III:
Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap VII:
Produk Akhir
Tahap IV: Pengembangan Produk
(Prototipe I) Tahap VI: Uji Eksternal
Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe III)
TahapV: Uji Internal Uji Kelayakan Produk
33 Analisis kebutuhan merupakan bagian dari tahap I di dalam penelitian pengembangan ini yangbertujuan untuk mengumpulkan informasi yang relevan mengenai sejauh mana LKS di SMPN 1 Bandar Lampung diperlukan.
Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan carawawancara tak langsung. Kegiatan wawancara tak langsung dilakukan kepada seorang guru fisika kelas IX. Perihal yang menjadi pokok-pokok wawancara adalah evaluasi kegiatan pembelajaran, penggunaan metode, model, sumber dan media belajar dalam kegiatan pembelajaran, serta penggunaan fasilitas belajar yang telah disediakan sekolah.
2. Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi sumber daya merupakan bagian dari tahap II di dalam
34 yang dilakukan pada tahap selanjutnya yaitu perencanaan
(mengidentifikasi spesifikasi produk yang akan dikembangkan).
3. Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Tahap ini dilakukan dengan mengidentifikasi spesifikasi produk yang akan dikembangkan. Identifikasi spesifikasi produk dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menganalisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan
memperhatikan materi pokok, isi pelajaran, pengalaman belajar siswa, kompetensi yang harus dicapai siswa, dan sumber-sumber belajar yang dapat mendukung proses pembelajaran.
2. Menyusun peta kebutuhan LKS yang berguna untuk mengetahui jumlah kebutuhan LKS dan urutan LKS.
3. Menentukan judul-judul LKS.
4. Menentukan format pengembangan LKS yang dapat mengoptimalkan praktikumvirtual laboratorydengan memperhatikan analisis
kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Dari menganalisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan, menentukan judul-judul, dan format pengembangan LKS dapat ditentukan suatu panduan produksi yang kemudian digunakan sebagai panduan penulisan naskah pada tahap IV: pengembangan produk (Prototipe I).
35 Pengembangan produk merupakan tahap perancangan produk. Produk yang dikembangkan harus bersesuaian dengan tahap III: identifikasi spesifikasi produk. Pengembangan produk dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merancang LKS berdasarkan format LKS yang telah ditentukan pada Tahap III (Identifikasi spesifikasi produk).
2. Menentukan Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa yang dapat dimunculkan dalam praktikum virtual (virtual laboratory) berdasarkan format LKS yang telah ditentukan dalam identifikasi spesifikasi produk.
Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1 yang dibuat berdasarkan panduan produksi.
5. Uji Internal (Uji Kelayakan Produk:Prototipe II)
Tahap lima pada penelitian pengembangan ini adalah uji internal. Uji internal yang dilakukan pada produk merupakan uji kelayakan produk (LKS yang mengoptimalkan praktikumvirtual laboratory) Materi Induksi Elektromagnetik yang telah dikembangkan dari segi desain, materi, kesesuaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan LKS dan alat praktikumvirtual laboratory, dan syarat-syarat LKS yang baik. Berdasarkan keempat segi tersebut, uji internal terdiri dari lima uji, yaitu uji desain, uji materi, uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikum virtual laboratory, uji kualitas LKS, dan uji satu lawan satu.
36 dilihat dari penyajian, bahasa, dan kegrafikan. Prosedur pelaksanaan uji desain sebagai berikut:
1. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat dari segi kesesuaian isi LKS untuk proses pembelajaran dengan spesifikasi yang direncanakan, kelayakan penyajian, bahasa, dan kegrafikan LKS.
2. Menyusun kisi-kisi instrumen evaluasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan, dan membuat prediktor. Kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan prediktor yang telah ditentukan.
3. Menyusun Instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan. Bentuk instrumen uji desain berupa tabel. Setiap pertanyaan yang terdapat dalam instrumen uji dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (ya atau tidak) dan saran.
4. Melaksanakan evaluasi yang dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran sains. Penguji diberikan draft prototipe 1 hasil
pengembangan, beserta instrumen penilaian yang dilengkapi dengan petunjuk penilaian secara tertulis.
5. Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi untuk memperoleh desain LKS yang lebih baik.
6. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil evaluasi kepada penguji.
7. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
37 1. Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai
prototipe 1.
2. Menyusun kisi-kisi instrumen evaluasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan, dan membuat prediktor. Kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan prediktor yang telah ditentukan.
3. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan. Instrumen terdiri dari 8 pertanyaan sebagai acuan penilaian produk hasil pengembangan. Bentuk instrumen berupa tabel. Instrumen juga dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (ya atau tidak) dan saran. 4. Melaksanakan evaluasi yang dilakukan oleh ahli isi materi. Penguji
merupakan dosen pendidikan fisika yang ahli konsep Induksi Elektromagnetik. Penguji diberikan draft prototipe 1 hasil
pengembangan, beserta instrumen penilaian yang dilengkapi dengan petunjuk penilaian secara tertulis.
5. Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi yang diberikan oleh penguji.
6. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
7. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
38 1. Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai
prototipe 1.
2. Menyusun kisi-kisi instrumen evaluasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan, dan membuat prediktor. Kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan prediktor yang telah ditentukan.
3. Menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan. Instrumen terdiri dari 17 pertanyaan sebagai acuan penilaian produk hasil pengembangan. Bentuk instrumen berupa tabel. Instrumen juga dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (ya atau tidak) dan saran. 4. Melaksanakan evaluasi yang dilakukan oleh ahli dibidang sains.
Penguji merupakan dua dosen ahli pendidikansains. Penguji diberikan draft prototipe 1 hasil pengembangan, beserta instrumen penilaian yang dilengkapi dengan petunjuk penilaian secara tertulis. 5. Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi yang diberikan oleh
penguji.
6. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
7. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Uji kualitas LKS dilakukan untuk mengetahui apakah LKS yang dikembangkan telah memenuhi kriteria LKS yang baik. Prosedur uji kualitas LKS adalah sebagai berikut:
39 2. Menyusun kisi-kisi instrumen evaluasi berdasarkan indikator penilaian
yang telah ditentukan, dan membuat prediktor. Kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan prediktor yang telah ditentukan.
3. Membuat instrumen penilaian berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan. Instrumen penilaiannya terdiri dari 22 pertanyaan sebagai acuan penilaian produk hasil pengembangan. Bentuk instrumen berupa tabel. Setiap pertanyaan yang ada di dalam instrumen dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (ya atau tidak) dan saran. 4. Melaksanakan evaluasi yang dilakukan oleh dua orang guru fisika di
mana LKS diujikan.
5. Melakukan analisis terhadap hasil evaluasi
6. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
7. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Uji satu lawan satu ini dilakukan untuk mengukur apakah LKS telah memenuhi syarat-syarat LKS yang baik dari segi pengguna di mana LKS yang baik dapat digunakan oleh siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah. Prosedur uji satu lawan satu sebagai berikut: 1. Mengujicobakan produk kepada dua orang siswa secara individual 2. Mencatat lama waktu yang diperlukan oleh siswa untuk
menyelesaikan LKS yang telah dikembangkan.
40 4. Melakukan analisis hasil evaluasi.
5. Merumuskan hasil rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
6. Mengkonsultasi hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Setelah melalui uji internal, dilakukan revisi terhadap LKS yang dikembangkan yang kemudian dihasilkan prototipe II.
6. Uji Eksternal (Uji Kebermanfaatan Produk:Prototipe III)
Hasil prototipe II akan dikenakan uji eksternal yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna dari segi keefektivan produk dilihat dalam segi ketercapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa, kemenarikan produk, dan kemudahan menggunakan produk. Sebelum produk diujicobakan ke pengguna, instrumen penilaian kognitif produk harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
Uji Keefektivan produk (LKS) dilihat dari segi ketercapaian tujuan
pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa dilakukan di kelas IX.3 yang berjumlah 24 orang siswa. Prosedur dalam uji ini sebagai berikut:
1. Membuat instrumen penilaian KPS dan hasil belajar kognitif prosuk berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
41 3. Ketika pembelajaran berlangsung, observer mengobservasi KPS
siswa.
pelajaran fisika di SMPN 1 adalah 80).
4. Melakukan penilaian hasil belajar kognitif produk setelah semua LKS diujicobakan. Siswa dianggap tuntas jika nilai hasil belajar kognitif
5. Melakukan evaluasi terhadap keefektivan LKS. LKS dikatakan efektif
dan KPS.
6. Melakukan analisis hasil evaluasi.
7. Merumuskan hasil rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
8. Mengkonsultasi hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Uji kemenarikan dan kemudahan dalam menggunakan produk dilakukan di kelas IX. 3 yang berjumlah 24 orang siswa. Prosedur uji ini sebagai
berikut:
1. Menentukan aspek-aspek penilaian yang akan digunakan untuk menilai berdasarkan indikator kemudahan dan kemenarikan LKS. 2. Menyusun kisi-kisi instrumen evaluasi berdasarkan indikator penilaian
yang telah ditentukan, dan membuat prediktor. Kemudian menyusun pertanyaan sesuai dengan prediktor yang telah ditentukan.
42 acuan penilaian produk hasil pengembangan. Bentuk instrumen
berupa tabel. Setiap pertanyaan yang ada di dalam instrumen kemenarikan dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (sangat menarik, menarik, kurang menarik, dan tidak menarik) dan saran. Sedangkan pertanyaan yang ada di dalam instrumen kemudahan dilengkapi dengan kolom pilihan jawaban (sangat mudah, mudah, sulit, dan sangat sulit) dan saran.
4. Melaksanakan evaluasi.
5. Melakukan analisis hasil evaluasi.
6. Merumuskan hasil rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil evaluasi.
7. Mengkonsultasi hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada pembimbing.
Setelah melalui uji eksternal, LKS akan direvisi dan dihasilkan prototipe III.
7. Produksi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Hasil akhir dari pengembangan alat praktikum ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan saran yang didapatkan berdasarkan uji internal dan uji eksternal yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
D. Instrumen Penilaian
43
No Data Jenis data Sumber Data Jenis Instrumen
Penilaian
1. Uji desain Data
Kualitatif
Satu orang dosen yang ahli desain
Lembar angket
2. Uji materi Data
Kualitatif
Satu orang dosen yang ahli materi
Lembar angket
3. Uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikumvirtual
4. Uji Kualitas LKS Data
Kualitatif
Dua orang guru fisika SMPN 1 Bandar Lampung
Lembar angket
5. Uji kemanarikan dan kemudahan
6. Uji keefektivan dalam segi ketercapaian tujuan
7. Uji keefektivan dalam segi KPS Siswa
E. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari: 1. Data kualitatif
Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data kualitatif adalah teknik angket yang dilakukan pada uji desain, materi, kesesuian RPP dengan LKS dan alat praktikumvirtual laboratory, kualitas LKS, kemudahan dan kemenarikan LKS.
2. Data kuantitatif
Teknik pengumpulan data kunatitatif dilakukan dengan cara sebagai berikut:
44 b) Pemberian tes hasil belajar untuk melihat keefektifan produk terhadap
pembelajaran. Pengumpulan data hasil dilakukan dengan desainone shot study case.Desain ini digambarkan seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 DesainOne Shot Case Study
di mana X:Treatment, penggunaan produk O: Hasil belajar siswa,posttest
Berdasarkan desain di atas, sampel diberikantreatmentyaitu
penggunaan produk di dalam pembelajaran kemudian sampel diberi soalposttest. hasil belajar siswa segi kognitif produk siswa dilakukan setelah seluruh LKS diujikan.
F. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif yang dihasilkan dikategorikan dalam dua jenis, yaitu:
a. Data kualitatif dalam tahap internal
Data diambil dari hasil uji instrumen angket uji desain, uji materi, uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikumvirtual laboratory, dan uji kualitas LKS. Instrumen penilaian uji desain, uji isi, uji kemudahan dan uji kemenarikan memiliki 2 pilihan jawaban sesuai
45
memberikan masukan khusus terhadap LKS yang sudah dibuat.
b. Data kualitatif dalam tahap eksternal
Data diambil dari uji instrumen aspek kemudahan dan kemenarikan dalam tahap eksternal. Data kemenarikan dan kemudahan LKS
sebagai sumber belajar diperoleh dari siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertan
mudah
mudah sulit sangat sulit Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat menarik Sangat mudah 4
Menarik Mudah 3
Kurang menarik Sulit 2
Tidak menarik Sangat sulit 1
Rumus yang digunakan untuk menentukan kemenarikan dan kemudahan LKS yang dikembangkan adalah sebagai berikut:
=
Keterangan:
= 4
= rata-rata akhir