PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK ELEKTROLISIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh:
LIDIA RAHMAWATI NIM. 0905588
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
▸ Baca selengkapnya: lembar pengamatan ppdp topik 1
(2)LIDIA RAHMAWATI 0905588
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA TOPIK ELKETROLISIS
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I,
Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si. NIP. 196904191992032002
Pembimbing II,
Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si NIP. 195612061983032002
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia,
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS
INKUIRI TEBIMBING PADA TOPIK ELEKTROLISIS
Oleh: Lidia Rahmawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Lidia Rahmawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis dan menilai kualitas LKS tersebut. Langkah penelitian yang dilakukan, yaitu studi pendahuluan (studi kepustakaan, survei lapangan, dan penyusunan produk awal) dan pengembangan model (uji coba terbatas). Sumber data pada penelitian ini adalah guru kimia SMA di Bandung, siswa yang sudah menerima materi prasyarat di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung, dan LKS praktikum elektrolisis yang ada saat ini di lapangan. Hasil penelitian pada tahap studi pendahuluan menunjukkan bahwa karakteristik LKS praktikum elektrolisis yang terdapat dalam bahan ajar masih berbentuk instruksi langsung (cook book), sedangkan karakteristik LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan mengikuti arahan inkuiri, yaitu orientasi (fenomena), merumuskan masalah, membuat hipotesis, merancang desain percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan. Kualitas LKS praktikum yang dikembangkan dapat dilihat dari hasil pada tahap pengembangan model yaitu, dari tingkat keterlaksanaan tahapan inkuiri adalah sangat baik dengan persentase skor sebesar 90,46%, respon siswa tergolong baik dengan persentase skor sebesar 79,17%, dan penilaian guru terhadap LKS adalah sangat baik dengan persentase skor masing-masing sebesar 82,48%. Rata-rata yang didapatkan dari ketiga skor persentase tersebut adalah 84,03%. Dengan demikian, kualitas LKS berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis yang dikembangkan adalah sangat baik.
Kata kunci : pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS), LKS praktikum berbasis
ABSTRACT
The aim of this research was to develop a guide inquiry lab-based worksheet on
electrolysis topic and to assess its quality. This research was consist of two steps,
preliminary studies (such as library research, surveys, and preparation of initial
product) and models development (limited scale testing). The source of the data in
this study were electrolysis lab worksheets that exist nowadays, high school
chemistry teachers in Bandung, and students who already received prerequisite
materials in one of high schools in Bandung. The results of preliminary studies
suggest that the characteristics of electrolysis lab worksheets nowadays are
contained of instructional materials form or direct instruction (cook book), while
the characteristic of inquiry-based worksheet that developed in this study was
follow the direction of inquiry, such as orientation, making formula of the
problem, making hypotheses, designing experimental, doing experiment,
analyzing data, testing hypotheses, and making conclusion. The quality lab
worksheet that developed in this study can be seen from the results of models
development stage, from feasibility level inquiry stage is very good with
percentage of 90.46% , student response quite well with the percentage of
79.17% , and the assessment of teachers against worksheet was very good with
percentage of 82.48 % . The average of those percentages was 84.03 % . Thus, the
quality of guided inquiry lab worksheet on electrolysis topic was very well.
Key word: development of worksheet for student, guide inquiry-lab based
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Definisi Istilah ... 5
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Karakteristik Ilmu Kimia ... 7
B. Metode Praktikum ... 8
C. Inkuiri ... 10
D. Lembar Kerja Siswa ... 15
E. Tinjauan Materi Elektrolisis ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Langkah-langkah Penelitian ... 24
B. Sumber Data Penelitian ... 30
C. Instrumen Penelitian ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Tahap Studi Pendahuluan ... 37
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Tahap Pengembangan Model .... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77
A. Kesimpulan ... 77
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 197
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan antara ookbook labs dan inquiry labs ... 14
3.1 Tabel kriteria interpretasi skor ... 34
3.2 Skor lembar penilaian berdasarkan skala Likert ... 32
4.1 Hasil analisis standar isi dan proses pembelajaran ... 38
4.2 Hasil analisis karakteristik LKS pada bahan ajar dan skripsi berdasarkan judul dan komponen alat dan bahan ... 40
4.3 Hasil analisis LKS praktikum elektrolisis berdasarkan kesesuaian komponen LKS yang ada dengan arahan inkuiri ... 43
4.4 Hasil analisis kelemahan dan kelebihan LKS praktikum elektrolisis yang berada dalam buku ajar maupun yang terpisah ... 45
4.5 Hasil analisis kelemahan dan kelebihan LKS inkuiri terbimbing yang telah ada ... 45
4.6 Hasil wawancara dengan guru kimia SMA dari sekolah berbeda ... 47
4.7 Saran perbaikan dari dosen untuk draft LKS praktikum yang dikembangkan ... 55
4.8 Hasil observasi keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan ... 57
4.9 Persentase respon siswa terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing ... 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Sel elektrolisis lelehan NaCl ... 21
3.1 Alur penelitian ... 29
4.1 Naskah fenomena pada LKS inkuiri yang dikembangkan ... 51
4.2 Diagram waktu rata-rata keterlaksanaan tahapan inkuiri ... 58
4.3 Diagram persentase skor jawaban siswa terhadap tugas-tugas dalam LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan ... 62
4.4 Diagram persentase skor rata-rata kesesuaian LKS dengan konsep elektrolisis ... 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1Lembar Analisis Komponen LKS pada Bahan Ajar ... 82
1.2Pedoman Wawancara untuk Kegiatan Survei Lapangan ... 83
1.3LKS Penelitian yang akan Dimodifikasi ... 85
1.4Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 91
1.5LKS yang Dikembangkan Sebelum Validasi ... 99
1.6LKS yang Dikembangkan Sesudah Validasi ... 107
1.7Lembar Observasi Keterlaksanaan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri yang Dikembangkan ... 116
1.8Pedoman Penilaian Jawaban Siswa terhadap Tugas-tugas dalam LKS .... 117
1.9Lembar Penilaian Guru terhadap Kesesuaian LKS Praktikum Berbasis Inkuiri dengan Konsep ... 121
1.10 Lembar Penilaian Guru terhadap Kesesuaian LKS Praktikum Berbasis Inkuiri dengan Tata Bahasa ... 125
1.11 Angket Respon Siswa ... 136
2.1 Hasil Wawancara pada Tahap Studi Pendahuluan ... 138
2.2 Hasil Analisis Komponen LKS ... 140
2.3 LKS Elektrolisis Berbasis Inkuiri yang Dikembangkan oleh Farina (2011) ... 151
2.4 Pengolahan Skor Keterlaksanaan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri ... 159
2.5 Pengolahan Skor Jawaban Siswa terhadap Tugas-tugas dalam LKS ... 163
2.6 Pengolahan Skor Penilaian Guru terhadap Kesesuaian LKS Praktikum Berbasis Inkuiri dengan Konsep ... 165
2.7 Pengolahan Skor Penilaian Guru terhadap Kesesuaian LKS Praktikum Berbasis Inkuiri dengan Tata Bahasa ... 169
2.8 Pengolahan Skor Angket Respon Siswa terhadap LKS ... 178
3.1 Daftar Guru Penilai LKS ... 182
3.2 Pengelompokkan Siswa ... 183
4.1 LKS yang Dikembangkan Setelah Diujicoba Terbatas ... 184
4.2 Dokumentasi Penelitian ... 193
1 kimia sebagai proses atau kerja ilmiah. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga ilmu kimia bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas, 2003).
Dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya mempelajari kimia sebagai produk, tetapi kimia sebagai proses juga harus dipelajari. Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran kimia di sekolah adalah untuk membekali sejumlah pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan kepada siswa, serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, pembelajaran kimia tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan teori-teori, tetapi juga mengembangkan kemampuan sains siswa. Ketercapaian tujuan pembelajaran kimia di sekolah juga bergantung pada strategi pembelajaran yang digunakan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran kimia sebagai proses adalah metode praktikum.
Melalui metode praktikum, siswa mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari (Siregar, 2010). Dalam kegiatan praktikum, siswa dilatih mengembangkan sikap ilmiah dan berbagai keterampilan proses sains yang dapat mendukung proses penerimaan ilmu pengetahuan dalam diri siswa. Dengan demikian, kegiatan praktikum dalam mempelajari ilmu sains seperti kimia sangat diperlukan.
2
laboratorium kimia sekolah, tempat melakukan praktikum yang tidak memadai, dan materi pelajaran yang padat sehingga jam pelajaran untuk praktikum dikurangi. Temuan lain yang didapatkan adalah pada pembelajaran menggunakan metode praktikum yang dilakukan di sekolah, siswa hanya bekerja sesuai dengan perintah yang ada dalam langkah kerja pada LKS atau buku panduan. Kegiatan praktikum di sekolah pada umumnya belum memberikan pengalaman pada siswa untuk membuat hipotesis, menguji kebenaran hipotesis dan menganalisis data. Hal ini disebabkan LKS atau petunjuk praktikum yang digunakan pada umumnya hanya berisi instruksi langsung seperti dalam buku memasak (cookbook atau langkah per langkah). Kegiatan praktikum seperti ini tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktikum secara mandiri seperti seorang ilmuwan, sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang bermakna bagi siswa.
Salah satu model pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran yang lebih bermakna adalah melalui pembelajaran inkuiri. Inkuiri adalah model pembelajaran inovatif yang diperlukan untuk melibatkan siswa secara mandiri dalam proses pembelajaran (Siregar, 2010). Menurut Gulo (dalam Suyanti, 2010), model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelididki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Dalam pembelajaran melalui kegiatan inkuiri siswa dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan proses, sehingga sifat ilmiah siswa seperti menghargai pendapat orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif dapat terlatih (Suyanti, 2010).
3
inkuiri yang dapat menuntun siswa melakukan percobaan untuk memecahkan masalah dan menemukan konsep secara mandiri.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan mengenai LKS berbasis inkuiri terbimbing, ditemukan bahwa telah dilakukan penelitian pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing oleh Aljohani (2011) pada mata pelajaran fisika. Penelitian yang dilakukan oleh Aljohani (2011) bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi listrik dinamis. Penelitian yang menerapkan pembelajaran inkuiri yang dilakukan dalam bidang fisika ini menunjukkan hasil yang baik namun belum banyak diterapkan dalam bidang IPA yang lain seperti kimia.
Dalam pembelajaran menggunakan metode praktikum, diperlukan materi kimia yang cocok dengan metode tersebut. Topik elektrolisis cocok jika diterapkan dengan metode praktikum. Dalam Standar Isi mata pelajaran kimia dijelaskan bahwa salah satu Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas XII IPA adalah “Menjelaskan reaksi oksidasi-reduksi dalam sel elektrolisis” (Depdiknas, 2006). Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut maka siswa harus mampu menjelaskan reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis. Salah satu cara agar siswa mampu memahami reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis, yaitu melalui kegiatan praktikum elektrolisis.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan ditemukan bahwa telah dilakukan penelitian tentang pengembangan prosedur praktikum pada topik elektrolisis oleh Kusumawardhani (2012). LKS praktikum yang dikembangkan oleh Kusumawardhani sudah dinyatakan valid dan optimal, namun LKS praktikum elektrolisis tersebut belum melibatkan siswa dalam berinkuiri. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Topik Elektrolisis”.
B. Rumusan Masalah
4
1. Bagaimana karakteristik LKS praktikum pada topik elektrolisis yang terdapat pada bahan ajar dan hasil penelitian sebelumnya yang telah ada saat ini?
2. Bagaimana karakteristik LKS berbasis inkuiri terbimbing untuk topik elektrolisis hasil pengembangan pada penelitian ini?
3. Bagaimana kualitas LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan jika dilihat dari tingkat keterlaksanaan tahapan inkuiri, respon siswa, dan penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis yang dikembangkan pada penelitian ini?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mengarahkan penelitian ini, maka permasalahan dibatasi oleh hal-hal berikut:
1. Analisis karakteristik LKS praktikum yang ada saat ini dibatasi pada komponen alat, bahan, langkah kerja, dan jenis LKS praktikum tersebut (cook book atau inkuiri).
2. Analisis karakteristik LKS praktikum dibatasi pada LKS yang ada dalam kurun waktu hingga bulan Mei 2013.
3. Kualitas LKS dibatasi sesuai dengan kualitas LKS menurut Widjajanti (2008).
4. Topik elektrolisis dibatasi pada materi penentuan reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada suatu sel elektrolisis.
5. Uji coba penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dilakukan secara terbatas.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis.
5
E. Manfaat Penelitian
Penelitian pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Guru kimia SMA, sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk menggunakan LKS praktikum pada topik elektrolisis yang dikembangkan dalam pembelajaran di kelas.
2. Peneliti lain, dapat memberikan wawasan atau melakukan penelitian lebih lanjut terhadap pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan lainnya dalam mata pelajaran kimia.
3. Siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sikap ilmiah siswa terhadap pelajaran kimia khususnya pada topik elektrolisis. F. Definisi Istilah
Agar penafsiran istilah yang digunakan dalam penelitian ini lebih terarah, maka dirumuskan penjelasan sebagai berikut
1. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003).
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar seperti praktikum pada pokok kajian tertentu (Dhari, 1998).
3. Inkuiri adalah proses mencari dan menyelidiki suatu masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya (Suyanti, 2010).
6
5. LKS berbasis inkuiri terbimbing adalah bentuk LKS yang memuat langkah-langkah pendekatan inkuiri terbimbing di dalamnya.
G. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dalam skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan struktur organisasi skripsi.
BAB II Kajian pustaka, dibahas mengenai landasan teori-teori yang mendukung penelitian.
BAB III Metodologi penelitian, berisi langkah-langkah penelitian, alur penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengolahan data.
BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi mengenai temuan dan pembahasan hasil penelitian.
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan. Kedua tahapan tersebut merupakan bagian dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall pada tahun 1989. Sepuluh langkah tersebut kemudian dimodifikasi kembali oleh Sukmadinata (2010) menjadi tiga tahapan. Dengan demikian, berdasarkan rumusan Sukmadinata maka langkah dalam penelitian ini merupakan tahap kesatu dan kedua dari langkah penelitian yang telah dimodifikasi oleh Sukmadinata yaitu studi pendahuluan dan pengembangan model.
1. Studi Pendahuluan
Menurut Sukmadinata (2010), studi pendahuluan merupakan tahap awal atau tahap persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu, studi kepustakaan, survei lapangan dan penyusunan produk awal.
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan penyusunan produk atau model yang akan dikembangkan (Sukmadinata, 2010). Pada langkah ini, peneliti mengkaji hasil penelitian sebelumnya yang telah dikembangkan oleh Kusumawardhani pada tahun 2012 tentang pengembangan prosedur praktikum pada topik elektrolisis yang berjudul “Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia Berbasis Material Lokal pada Topik Elektrolisis”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardhani (2012) adalah sebuah produk penelitian berupa prosedur praktikum pada topik elektrolisis yang dikemas dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sudah optimal. Karakteristik LKS yang dikembangkan oleh Kusumawardhani (2012) masih berisi instruksi langsung, sehingga kurang dapat memberikan pengalaman kepada siswa dalam berinkuiri.
25
dalam bahan ajar kimia SMA/MA kelas XII. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik LKS praktikum elektrolisis terdapat dalam bahan ajar tersebut. Identifikasi dilakukan terhadap komponen LKS seperti alat, bahan, prosedur, dan jenis komponen LKS.
b. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data yang berkenaan dengan produk yang akan dikembangkan (Sukmadinata, 2010). Dalam penelitian ini, survei lapangan ditujukan untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan praktikum elektrolisis di sekolah, kendala dalam melaksanakan praktikum elektrolisis, dan penggunaan jenis LKS praktikum elektrolisis yang digunakan di beberapa SMA di kota Bandung.
c. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun agar kegiatan praktikum pada topik elektrolisis menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing berlangsung secara terarah. Dalam RPP ini terdapat langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan ketika kegiatan praktikum berlangsung. RPP dalam penelitian ini dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 1.3.
d. Penyusunan Produk Awal
Setelah survei lapangan dilakukan, langkah selanjutnya adalah penyusunan produk awal. Langkah ini terbagi lagi menjadi empat langkah sebagai berikut: 1) Penyusunan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing
Penyusunan LKS berbasis inkuiri ini mengacu pada prosedur praktikum elektrolisis yang telah dikembangkan oleh Kusumawardhani pada tahun 2012. Oleh karena prosedur praktikum yang dikembangkan tersebut telah dinyatakan valid dan optimal, maka peneliti tidak melakukan optimalisasi lagi.
26
2) Validasi LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing
Rancangan LKS berbasis inkuiri yang disusun oleh peneliti divalidasi terlebih dahulu oleh dua dosen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI sehingga didapatkan LKS berbasis inkuiri yang valid dan dapat diujicobakan. Judul LKS yang dikembangkan adalah “LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Topik Elektrolisis”.
3) Penyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar analisis karakteristik LKS praktikum elektrolisis yang ada pada saat ini, lembar pedoman wawancara, pedoman jawaban tugas-tugas dalam LKS, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, angket respon siswa, dan lembar penilaian guru terhadap LKS yang dikembangkan dalam penelitian.
Lembar analisis karakteristik LKS digunakan untuk menganalisis LKS praktikum elektrolisis yang ada pada saat ini. Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring informasi pada saat kegiatan survei lapangan. Pedoman jawaban tugas-tugas dalam LKS merupakan jawaban yang benar dari pertanyaan/tugas yang ada dalam LKS yang dikembangkan.
27
percobaan, kebenaran isi, dan kegiatan siswa) dan tata bahasa dalam LKS (kejelasan kalimat, kebahasaan, penampilan fisik, dan penggunaan ejaan).
4) Validasi Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen penelitian dapat digunakan, maka dilakukan validasi terlebih dahulu oleh dosen pembimbing, sehingga didapatkan instrumen penelitian yang siap untuk digunakan dalam penelitian.
2. Pengembangan Model
Dalam penelitian ini, tahap pengembangan model yang dilakukan hanya sampai dilakukannya uji coba terbatas terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap pengembangan model ini adalah sebagai berikut:
1) Uji coba terbatas
Setelah didapatkan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang sudah divalidasi, maka tahap selanjutnya adalah uji coba terbatas agar didapatkan informasi yang lebih baik mengenai kualitas produk yang dikembangkan. Uji coba terbatas dilakukan melalui beberapa pengujian sebagai berikut:
a) Uji keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing
Untuk mengetahui keterlaksanaan tahap-tahap inkuiri menggunakan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan. Penilaian dilakukan oleh seorang observer untuk setiap kelompok siswa, menggunakan instrumen lembar observasi ketika pembelajaran sedang berlangsung. Uji coba terbatas ini dilakukan di sebuah kelas IPA SMA Negeri yang sudah menerima materi prasyarat terlebih dahulu.
b) Penjaringan jawaban siswa terhadap tugas-tugas dalam LKS berbasis inkuiri terbimbing
28
berbasis inkuiri terbimbing berdasarkan nilai dari jawaban-jawaban siswa dalam LKS.
c) Penjaringan respon siswa terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing
Setelah melakukan praktikum, siswa diminta untuk merespon angket yang diberikan oleh peneliti. Respon tersebut digunakan untuk menjaring informasi mengenai tanggapan siswa terhadap pelaksanaan praktikum dan penggunaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan. Instrumen yang digunakan adalah angket respon siswa.
d) Penilaian LKS berbasis inkuiri terbimbing oleh guru
Penilaian LKS berbasis inkuiri oleh guru dilakukan kepada 10 orang guru kimia dari beberapa sekolah yang berbeda di kota Bandung. Instrumen yang digunakan adalah angket yang ditujukan untuk mengetahui penilaian guru terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan.
29
Hasil analisis Analisis terhadap materi elektrolisis
berdasarkan Standar Isi dan proses pembelajaran
Analisis LKS praktikum pada topik elektrolisis yang telah ada dan hasil
penelitian sebelumnya
Penyusunan pedoman wawancara
Studi Kepustakaan
Uji coba terbatas LKS praktikum berbasis inkuiri
Penjaringan penilaian guru menggunakan lembar penilaian guru
Temuan
Pengolahan data
Revisi LKS berdasarkan hasil uji coba Penyusunan RPP dan LKS
Survei lapangan mengenai keterlaksanaan praktikum dan ketersediaan LKS praktikum pada topik elektrolisis di SMA
Validasi pedoman wawancara
Studi Pendahuluan Survei Lapangan
30
B. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Sumber Data pada Studi Kepustakaan
Pada tahap studi kepustakaan yang menjadi sumber data adalah LKS praktikum elektrolisis yang ada di lapangan pada saat ini dan LKS praktikum elektrolisis yang digunakan dalam penelitian sebelumnya.
2. Sumber Data pada Tahap Survei Lapangan
Pada survei lapangan yang menjadi sumber data adalah sepuluh SMA di kota dan kabupaten Bandung.
3. Sumber Data pada Uji Coba Terbatas
Pada saat uji coba terbatas yang menjadi sumber data adalah siswa kelas XI IPA yang sudah menerima materi prasyarat di salah satu SMA Negeri di kota Bandung. Materi prasyarat yang diberikan meliputi, reaksi redoks dan potensial reduksi standar beberapa spesi. Siswa yang menjadi sumber data berjumlah 24 orang yang terbagi menjadi enam kelompok.
4. Sumber Data pada Penilaian LKS oleh Guru
Sumber data pada penilaian LKS oleh guru adalah sepuluh orang guru kimia dari beberapa SMA yang berbeda di kota Bandung dan sekitarnya.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lembar Analisis Komponen LKS Praktikum Elektrolisis yang Terdapat pada Bahan Ajar
31
2. Pedoman Wawancara untuk Kegiatan Survei Lapangan
Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan yang akan diajukan kepada responden dalam rangka pengumpulan data. Pedoman wawancara pada penelitian ini digunakan pada tahap survei lapangan untuk mengetahui keterlaskasaan praktikum elektrolisis di SMA dan jenis LKS praktikum yang digunakan di SMA di Bandung dan sekitarnya. Jumlah SMA yang disurvei ada sebanyak sepuluh sekolah. Pedoman wawancara dapat dilihat di Lampiran 1.2.
3. Pedoman Penilaian Tugas-tugas dalam LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing Sebelum peneliti menilai jawaban tugas siswa yang terdapat dalam LKS berbasis inkuiri terbimbing, peneliti mempersiapkan format penilaian untuk jawaban siswa pada LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing tersebut. Pedoman penilaian jawaban siswa dapat dilihat di Lampiran 1.8.
4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Praktikum pada Tahap Pengembangan Model
Sukmadinata (2010) mendefinisikan observasi sebagai suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Jenis observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi nonpartisipatif karena observer tidak terlibat dalam kegiatan melainkan hanya sebagai pengamat.
32
5. Angket Respon Siswa
Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa yang menjadi subjek penelitian terhadap pelaksanaan praktikum dan penggunaan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Data yang diperoleh berupa respon siswa mengenai penggunaan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing dan keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS tersebut. Sumber data yang digunakan adalah siswa yang telah mendapatkan materi prasyarat dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang. Angket respon siswa dapat dilihat selengkapnya di Lampiran 1.11.
6. Lembar Penilaian Guru
Lembar penilaian guru digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengetahui penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis yang dikembangkan. Lembar penilaian guru ini berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada sepuluh orang guru kimia SMA yang berpendidikan minimal S1. Penilaian ini meliputi aspek kesesuaian LKS dengan konsep elektrolisis dan tata bahasa yang digunakan dalam LKS. Lembar penilaian guru terhadap kesesuaian LKS dengan konsep elektrolisis dapat dilihat di Lampiran 1.9 dan lembar penilaian guru terhadap tata bahasa pada LKS dapat dilihat di Lampiran 1.10.
D. Pengolahan Data
Teknik pengolahan data untuk lembar analisis LKS praktikum elektrolisis yang ada pada saat ini, lembar observasi, lembar penilaian jawaban siswa, angket respon siswa, dan lembar penilaian guru adalah sebagai berikut:
1. Pengolahan Data dari Lembar Analisis LKS Praktikum Elektrolisis yang Ada pada Saat Ini
LKS praktikum elektrolisis yang ada pada saat ini di lapangan, komponen-komponennya dianalisis seperti alat dan bahan, hingga ditemukanlah kelebihan dan kekurangan dari LKS tersebut. Selain itu, dianalisis juga jenis LKS praktikum tersebut, apakah berbentuk cook book atau inkuiri. LKS yang berbentuk cook
book memiliki komponen langkah kerja yang berupa instruksi langsung dan tidak
33
memiliki arahan-arahan inkuiri di dalamnya dan prosedur atau langkah kerja didesain sendiri oleh siswa.
2. Pengolahan Data dari Jawaban Siswa terhadap Tugas-tugas dalam LKS
Pengolahan data jawaban siswa terhadap tugas-tugas dalam LKS dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Pemberian skor untuk setiap pertanyaan yang terdapat dalam LKS seperti rumusan masalah, rumusan hipotesis, pemilihan alat dan bahan, rancangan langkah kerja, pertanyaan prediksi, hasil pengamatan, pengujian hipotesis, dan pembuatan kesimpulan.
b. Pengolahan skor
Pengolahan skor dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang dikemukakan sebelumnya sebagai berikut:
1) Menjumlahkan skor seluruh responden pada setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri.
2) Menentukan skor maksimal
a. Skor maksimal pada komponen rumusan masalah, rumusan hipotesis, pemilihan alat dan bahan, rancangan langkah kerja, hasil pengamatan, pengujian hipotesis, dan pembuatan kesimpulan.
Skor maksimal = bobot maksimal x jumlah responden = 5 x 24 = 120 b. Skor maksimal pada komponen pertanyaan prediksi
Skor maksimal = bobot maksimal x jumlah responden = 8 x 24 = 192 c. Skor maksimal pada komponen menganalisis data
Skor maksimal = bobot maksimal x jumlah responden = 16 x 24 = 384
3) Menghitung persentase keterlaksanaan seluruh responden pada setiap aspek penelitian dalam tahapan inkuiri
Persentase setiap aspek penilaian =
34
Rata-rata persentase keterlaksanaan
5) Penafsiran skor
Untuk menyatakan keterlaksanaan LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan, maka digunakan kriteria interpretasi persentase seperti terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Tabel kriteria interpretasi skor Rentang persentase skor (%) Kategori
81 – 100 Baik sekali
61 – 80 Baik
41 – 60 Cukup
21 – 40 Kurang
0 – 20 Kurang sekali
3. Pengolahan Data dari Lembar Observasi
Tahapan penilaian data dari lembar observasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Pemberian skor pada lembar observasi adalah sebagai berikut 1 = jika siswa melakukan tahapan inkuiri
0 = jika siswa tidak melakukan tahapan inkuiri b. Pengolahan skor
Pengolahan skor pada lembar observasi adalah sebagai berikut:
1) Menentukan skor maksimal (jika siswa melakukan seluruh tahapan inkuiri) untuk setiap aspek penilaian dalam tahapan inkuiri
Skor maksimal = jumlah responden x bobot maksimal = 24 x 1 = 24 2) Penentuan persentase keterlaksanaan oleh seluruh kelompok pada setiap
aspek penilaian dalam tahapan inkuiri
Persentase seluruh aspek penilaian =
x 100%
35
=
x 100%
c. Penafsiran skor
Penafsiran skor digunakan untuk mengetahui kriteria interpretasi skor keterlaksanaan setiap item. Kriteria interpretasi persentase skor menurut Arikunto (2009) dapat diperlihatkan pada Tabel 3.1.
4. Pengolahan Data dari Angket Respon Siswa
Teknik pengolahan data dari angket respon siswa dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Pemberian skor dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam angket dapat dikategorikan ke dalam bentuk SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Cara memberikan skor dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Skor lembar penilaian berdasarkan skala Likert Skor
SS S TS STS
4 3 2 1
b. Pengolahan skor
Pengolahan skor dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan skor maksimal
Skor maksimal = jumlah responden x bobot maksimal = 24 x 4 = 96 2) Penentuan persentase skor setiap item pernyataan dalam angket =
x 100 %
36
c. Penafsiran Skor
Penafsiran skor digunakan untuk mengetahui kriteria interpretasi skor keterlaksanaan setiap item. Kriteria interpretasi persentase skor menurut Arikunto (2009) tertera pada Tabel 3.1.
5.
Pengolahan Lembar Penilaian GuruTahapan penilaian lembar observasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pemberian skor
Pemberian skor pada setiap item dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan dalam lembar penilaian dapat dikategorikan ke dalam skala Likert dengan SS (Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Cara memberikan skor dapat dilihat pada Tabel 3.2.
b. Pengolahan skor
Pengolahan skor dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan skor maksimal
Skor maksimal = bobot maksimal x jumlah responden = 4 x 10 = 40 2) Menentukan skor setiap responden sesuai dengan nomor item
pertanyaan dan kelompoknya.
3) Menjumlahkan skor semua kelompok responden. 4) Menentukan persentase skor.
Persentase skor =
x 100%
c. Penafsiran skor
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada umumnya LKS praktikum pada topik elektrolisis yang ada pada saat ini memiliki karakteristik cook book dengan menggunakan alat dan bahan standar laboratorium kimia SMA.
2. Karakteristik LKS praktikum yang dikembangkan adalah LKS berbasis inkuiri terbimbing pada topik elektrolisis dengan prosedur percobaan mengetahui reaksi redoks pada elektrolisis larutan garam inggris menggunakan elektroda karbon, prosedur percobaan dirancang sendiri oleh siswa dengan menggunakan alat dan bahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari (material lokal).
3. Kualitas LKS yang dikembangkan dilihat dari tingkat keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing, respon siswa, dan penilaian guru adalah sangat baik dengan perolehan persentase skor masing-masing sebesar 90,46%, 79,17%, dan 82,48%.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan pengembangan lanjutan, yaitu uji coba lebih luas terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan pada topik elektrolisis sesuai dengan alur metode Research and Development menurut Sukmadinata (2010).
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu implementasi pembelajaran menggunakan LKS yang dikembangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustiati, I. (2012). Acuan Pangayaan Kimia SMA Kelas XII. Surakarta: CV. Sindhunata.
Aljohani, K. (2011). Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Listrik Dinamis. Skirpsi
Sarjana pada FPMIPA UNES Semarang: Tidak diterbitkan.
Arifin, M., et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Common Textbook
Edisi Revisi. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Arikunto, S. (2009). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Bagi
Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Colburn, A. (2000). “An Inquiry Primer”. Science Scope. 23, (6), 42-44.
Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata
Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Silabus Mata Pejaran Kimia SMA. Direktorat Jenderal Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah Drirektorat Pembinaan SMA.
Dhari. (1998). Metodologi Pembelajaran. Malang: Depdikbud.
Farina, J. (2011). Pengembangan KPS Siswa SMA dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Pokok Bahasan Sel Elektrolisis.
Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kimia UPI: Tidak diterbitkan.
Hendrawan dan Mulyani, S. (2003). Kimia Fisika II. Common Textbook Edisi
Revisi. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
79
Johari, J.M.C. dan Rachmawati, M. (2006). Kimia SMA dan MA untuk KelasXII.
Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Johnstone, A.H., dan Al-Shuaili, A. (2001). “Learning in the Laboratory: Some Thoughts from the Literature”. Journal of U.Chem.Ed. 5, 4 2 - 5 1.
Kusumawardhani, D. S. (2012). Pengembangan Prosedur Praktikum Kimia
Berbasis Material Lokal pada Topik Elektrolisis. Skripsi Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Lustiyati, E.D., dkk. (2009). Aktif Belajar Kimia: untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
National Research Council .(2000). Inquiry and the National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.
Pangajuanto, T., dkk. (2009). Kimia 3 untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Parning, dkk. (2007). Kimia 3 SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira.
Permendiknas. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Mengengah. Jakarta: Depdiknas.
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif,
Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan.
Yogyakarta: Diva Press.
Rahayu, I. (2009). Praktis Belajar Kimia untuk Kelas XII SMA Program IPA. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional.
80
Rohaeti, E. et al. (2006). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata
Pelajaran Sains Kimia SMP Kelas VII, VIII dan XI. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rumansyah, dan Yudha I. (2002). Penerapan Metode Latihan Berstruktur dalam
Meningkatkan Pemahaman Siswa tarhadap Konsep Persamaan Kimia.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No.35, hal.172.
Rustaman, N., et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sastrawijaya, T. (1988). Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Siregar, E. dan Hartini N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sukarna, I. M. (2000). “Karakteristik Ilmu Kimia dan Keterkaitannya dengan
Pembelajaran di Tingkat SMU”. Makalah pada Seminar Nasional
Pengembangan Pendidikan MIPA di Era Globaliasi, Yogyakarta.
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmanawati, W. (2009). Kimia 3: untuk SMA dan MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sunarya, Y. dan Agus S. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia untuk Kelas XII
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
81
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tim Pudak Scientific. (2008). Panduan Contoh-contoh Percobaan dan Aktivitas
Kimia untuk SMA, MA, dan yang Sederajat Kelas XII. Bandung: Pudak
Scientific.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 18, 2003, tentang sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wenning, et al., (2004). “Hierarchies of Pedagogical Practices and Inquiry
Process”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2(3), 3-11.