• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KESADAHAN AIR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS 7E DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KESADAHAN AIR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS 7E DI SMA."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KESADAHAN AIR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS 7E

DI SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh:

NURUL ARINI PRATIWI 0802807

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA

SISWA UNTUK PRAKTIKUM

KESADAHAN AIR BERBASIS MODEL

PEMBELAJARAN SIKLUS

7E

DI SMA

Oleh Nurul Arini Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nurul Arini Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

NURUL ARINI PRATIWI

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK PRAKTIKUM KESADAHAN AIR BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS 7E DI

SMA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. H. Kurnia NIP. 195309061980021002

Pembimbing II

Drs. Asep Suryatna, M. Si NIP. 196212091987031002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia

(4)

ABSTRACT

This study aims to develop a Student Worksheet To Practice Water Hardness Based Learning Cycle Model 7E in high school. Student Worksheet developed consists of two titles: (1) Determination of hardness levels, (2) Hard Water Softening. The research began with a preliminary survey, the optimization of procedure in the lab, preparating Student Worksheet and Student Worksheet limited trial in school. Total hardness of a sample can be determined by titration using a standard solution kompleksometri 0.01 M EDTA at pH 10. The optimum conditions obtained by titration using 25 mL samples of river water. Temporary hardness can be removed by heating using synthetic samples that prepared by mixing a solution of 0.1 M CaCl2 and 0.1 M Na2CO3 solution, whereas permanent hardness can be removed by adding Na2CO3 to the solution containing the synthetic sample solution of CaCl2 0, 1 M. LKS components developed in this research consisted of: pre-lab, lab instruction, tools and materials, procedures, and post-lab. These components function in accordance with the stages of the cycle 7E. From the limited test the level of accomplished procedures of Determination of Hardness Levels and Hard Water Softeing on worksheets developed very high. The percentage for each procedure are 97% and 85%. In general, students and teachers responded positively to the both lab procedures (Determination of Hardness Levels and Hard Water Softening) because the practical guidance clearly also easy to implement in schools. In addition, the presence of a number of questions in the pre-lab and post-lab can increase students' understanding and knowledge and apply it in everyday life.

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa Untuk Praktikum Kesadahan Air Di SMA Berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E. LKS yang dikembangkan terdiri dari dua judul praktikum; (1) Praktikum Penentuan Kadar Kesadahan, (2) Praktikum Pelunakan Air Sadah. Penelitian diawali dengan survey pendahuluan, optimasi prosedur praktikum di Lab, penyusunan LKS dan uji-coba terbatas LKS di Sekolah. Kesadahan total dari suatu sampel dapat ditentukan dengan cara titrasi kompleksometri menggunakan larutan standar EDTA 0,01 M pada pH 10. Kondisi titrasi optimum diperoleh menggunakan 25 mL sampel air sungai. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan menggunakan sampel sintetik yang dibuat dengan cara mencampurkan larutan CaCl2 0,1 M dan larutan Na2CO3 0,1 M; sedangkan kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan cara menambahkan Na2CO3 ke dalam larutan sampel sintetik yang berisikan larutan CaCl 2 0,1 M. Komponen LKS yang dikembangkan pada penelitian ini terdiri dari: pre-lab, pengantar praktikum, alat dan bahan, prosedur, dan post-lab. Komponen-komponen tersebut berfungsi sesuai dengan tahapan pada siklus 7E. Dari hasil uji terbatas tingkat keterlaksanaan prosedur praktikum Penentuan Kadar Kesadahan dan Pelunakan air Sadah pada LKS yang dikembangkan sangat tinggi dengan persentase masing-masing keterlaksanaan prosedur sebesar 97% dan 85%. Secara umum siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap kedua prosedur praktikum (Penentuan Kadar Kesadahan dan Pelunakan air Sadah) karena selain petunjuk praktikum jelas juga mudah dilaksanakan di sekolah. Selain itu, dengan adanya sejumlah pertanyaan dalam pre-lab dan pos-lab dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

DAFTAR ISI

A. Karakteristik Ilmu Kimia ... B. Model Pembelajaran Siklus 7E ……... C. Metode Praktikum ...

D. Lembar Kerja Siswa (LKS)………...

E. Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Model Pembelajaran Siklus

7E………..

F. Pengembangan Bahan Ajar………….………... G. Tinjauan Materi Kesadahan………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian Pengembangan………

B. Objek Penelitian ... C. Instrumen Penelitian ... D. Sumber Data ………... E. Waktu dan Tempat Penelitian ... F. Teknik Pengolahan Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tahap Pertama (Pendahuluan)

1. Analisis SK dan KD………..

2. Analisis Karakteristik Topik Kesadahan ……….. 3. Observasi Pembelajaran di sekolah Topik Kesadahan……….. 4. Observasi LKS topik Kesadahan Air pada Buku Paket SMA

(7)

B. Tahap Kedua (Pengembangan Draft LKS)

1. Optimasi Prosedur Praktikum……….

2. Penyusunan Draft LKS………...

C. Tahap Ketiga (Uji Coba Terbatas)

1. Uji Keterlaksanaan Prosedur Praktikum……….

2. Angket Respon Siswa………..

3. Wawancara Perwakilan Siswa………

4. Wawancara Guru Kimia………..

5. Revisi LKS………..

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

45 54

55 60 63 64 65

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian pendidikan di atas secara tersirat menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan membekali kemampuan-kemampuan untuk menunjang kehidupan kepada peserta didik. Oleh karena itu, proses pendidikan yang dilakukan di kelas pada setiap mata pelajaran di sekolah harus dapat menunjang tercapainya tujuan tersebut, tidak terkecuali dengan pelajaran Kimia.

Kimia merupakan mata pelajaran yang termasuk ke dalam rumpun Ilmu Pengetehuan Alam (IPA) sehingga karakteristik yang dimiliki sama dengan karakteristik IPA. Karakteristik Ilmu Pengetehuan Alam (IPA), seperti yang dijelaskan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu, salah satu karakteristik dari sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak (Kean dan Middlecamp, 1985).

(9)

Menurut Subiantoro (2007) Berdasarkan terminologinya, praktikum dapat diartikan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang memungkinkan seseorang (siswa) menerapkan keterampilan atau mempraktikkan sesuatu. Dalam pembelajaran IPA, sesuatu ini adalah proses-proses sains. Dengan kata lain, di dalam kegiatan praktikum sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan proses sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan) dalam diri siswa. Di sinilah tampak betapa praktikum memiliki kedudukan yang amat penting dalam pembelajaran IPA. Hart et al., (2005) mengatakan bahwa siswa menikmati kegiatan di laboratorium karena mereka bisa lebih aktif dan termotivasi. Di laboratorium, siswa memiliki kesempatan untuk terlibat dalam hands-on activities, pada pelajaran sains dan non-sains dilaporkan kegiatan laboratorium dapat memotivasi dan menarik (Markow & Lonning, 1998). Hal ini sejalan dengan paradigma pembelajaran konstruktivisme yang menekankan bahwa siswa harus berperan aktif dalam pembelajaran. Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (Hamzah, 2008).

Kesadahan adalah salah satu topik kimia di SMA kelas XII dengan materi utama Kimia Unsur dan sangat penting untuk dipahami lebih dalam oleh siswa, karena pengetahuan tentang kesadahan sangat erat kaitannya dengan lingkungan hidup siswa. Dengan metode praktikum diharapkan siswa dapat membangun pemahamannya sendiri mengenai Kesadahan. Untuk menunjang kegiatan praktikum tersebut dibutuhkanlah bahan ajar, salah satunya berupa LKS.

(10)

memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri. Senam (Nurfalah, 2012) mengungkapakn bahawa ”...LKS merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai.“

Untuk mengetahui kondisi di lapangan mengenai pembelajaran topik Kesadahan dilakukanlah survei ke tiga sekolah. Hasil survei pada tiga sekolah tersebut menemukan bahwa metode yang digunakan pada pembelajaran Kesadahan adalah metode ceramah. Sedangkan untuk mengetahui keberadaan LKS praktikum topik Kesadahan dilakukanlah observasi terhadap sepuluh buku Kimia Kelas XII. Pada sepuluh buku kimia kelas XII yang diobervasi tersebut, hanya tiga buku yang terdapat lembaran kegiatan praktikum topik kesadahan. Dari ketiga buku tersebut ditemukan bahwa kegiatan prosedur yang digunakan pada penentuan kadar kesadahan didominasi dengan prosedur yang bersifat kualitatif. Kekurangan lain dari kegiatan praktikum pada ketiga buku tersebut adalah kurangnya pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk memperdalam pengetahuannya pada topik Kesadahan.

Atas dasar temuan di lapangan tersebut maka diperlukanlah usaha pengembangan LKS pada topik Kesadahan. Pengembangan ini bertujuan menghasilkan bahan ajar (LKS) suplementer yang berkualitas. Bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum (Direktorat PSMA Kemendikbud, 2010). Pada penelitian ini LKS yang dikembangkan berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E (7E learning cycles model).

(11)

sebelumnya; memberikan motivasi untuk siswa agar lebih aktif dan menambah rasa ingin tahu; membimbing siswa untuk belajar menemukan konsep melalui eksperimen; melatih siswa untuk mengemukanan konsep yang telah didapatkan secara verbal; memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan konsep atau aplikasi dari konsep yang telah dipelajari; guru dan siswa mengalami tahapan belajar yang dapat saling melengkapi; guru dapat mengaplikasikan model ini dengan metode yang berbeda.

Penelitian sebelumnya yaitu Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E pada Penentuan Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif oleh Nurfalah (2012) dan Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E pada Sub Topik Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi Menggunakan Kalorimeter Sederhana oleh Fathiya (2012) menunjukkan hasil yang baik dilihat dari respon siswa dan penilaian dari guru kimia.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitan sejenis pada materi kimia SMA lainnya dengan mengusung judul penelitian

“Pengembangan LKS Praktikum Berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E

pada Topik Kesadahan Air.“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang akan diteliti yaitu, Bagaimana mengembangkan lembar kerja siswa praktikum kesadahan di SMA menggunakan model siklus belajar 7E?

Rumusan masalah secara terperinci adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengembangkan prosedur praktikum kesadahan yang optimum? 2. Bagaimana mengembangkan LKS untuk praktikum kesadahan di SMA

menggunakan model siklus belajar 7E?

(12)

C. Pembatasan Masalah

1. LKS yang dikembangkan merupakan LKS ekperimen.

2. Prosedur praktikum yang optimal ditinjau dari kemudahan memperoleh alat dan bahan praktikum, mudah dilaksanakan oleh siswa, sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia, dan hasilnya mendekati akurat.

3. Pengembangan prosedur praktikum dibatasi pada kelayakan prosedur praktikum, kesesuaian dengan stadar isi, keterlaksanaan prosedur dan kelayakan LKS.

4. Dalam penelitian ini tidak diteliti pengaruh digunakannya LKS berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E terhadap hasil belajar.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan LKS praktikum berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E pada topik kesadahan air.

E. Manfaat Penelitian

Bagi guru SMA, temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai alternatif pembelajaran kimia dengan menggunakan LKS praktikum berbasis model pembelajaran siklus 7E serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia.

Bagi siswa SMA, temuan penelitian ini diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar untuk mempelajari dan memahami kimia.

(13)

F. Penjelasan Istilah 1. Pengembangan

Proses, cara, perbuatan menjadikan maju, baik atau sempurna. (KBBI, 2008)

2. Lembar Kerja Siswa

Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. (BSNP Kemendikbud, 2010)

3. Metode praktikum

Suatu metode dimana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.

4. Prosedur praktikum

Bagian dari isi LKS yang terdiri dari urutan langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa.

5. Model Pembelajaran Siklus 7E

Model pembelajaran yang terdiri dari 7 tahap, yaitu elicit, engage, elaborate, explore, explain, eval uate, dan extand.

6. LKS praktikum berbasis model pembelajaran siklus 7E

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian (Aji Suraji). Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011) metode penelitan secara lebih luas dapat berarti desain atau rancangan penelitan yang berisikan rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah terntentu.

Dalam penelitian ini dilakukan tiga tahap secara garis besar sebagai berikut. Tahap pendahuluan terdiri dari: 1) Analisis SK dan KD; 2) Analisis Karakteristik Materi Topik Kesadahan Air; 3) Survey Pembelajaran Topik Kesadahan di Sekolah; 4) Observasi LKS Topik Kesadahan pada Buku Paket SMA Kelas XII; 5) Studi Literatur Model Pembelajaran Siklus 7E; 6) Studi Literatur Kesadahan Air. Tahap Pengembangan draft LKS terdiri dari: 1) Optimasi Prosedur Praktikum; 2) Penyusunan draft LKS. Tahap Uji Coba Terbatas terdiri dari: 1) Uji Keterlaksanaan Prosedur; 2) Penjaringan respon siswa terhadap LKS menggunakan angket dan wawancara; 3) Penilaian guru kiia terhadap LKS. Tahapan-tahapan tersebut merujuk pada metode penelitian pengembangan (Development Research).

A. Metode Penelitian Pengembangan

(15)

bahwa Penelitan Pengembangan (Design Research) merupakan salah satu cara untuk meneliti pengembangan Inovasi Pembelajaran.

Metode Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu: (1) Model pengembangan, (2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

1) Model pengembangan

Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual, dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.

2) Prosedur penelitian pengembangan

Prosedur penelitian pengembangan akan memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur, peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.

Prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah utama:

1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan 2. Mengembangkan produk awal

(16)

4. Ujicoba lapangan skala kecil dan revisi produk 5. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir

Pada penelitian ini hanya dilakukan sampai dengan langkah ke empat.

3) Uji Coba Model atau Produk

Uji coba model atau produk merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau produk juga melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan.

Ada beberapa tahap uji coba, yaitu: (1) Uji-ahli (2) Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3) Uji-lapangan (field Testing). Pada penelitan ini hanya dilakukan sampai dengan uji coba terbatas.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah LKS praktikum berbasis Model Pembelajaran Siklus 7E pada Topik Kesadahan.

C. Instrumen Penelitian

1. Lembar Observasi Keterlakasanaan Proseder Praktikum

(17)
(18)

2. Angket

Angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak lagsung bertanya-jawab dengan responden) (Sukmadinata, 2011). Pada penelitian ini angket digunakan untuk melihat respon siswa terhadap LKS yang mereka gunakan pada uji keterlaksanaan prosedur.

3. Wawancara

Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual (Sukmadinata, 2011). Menurut Sugiyono (2010) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Pada penelitian ini dilakukan wawancara pada tahap pendahulauan kepada guru kimia dan pada tahap pengujian terbatas kepada guru kimia dan perwakilan siswa.

D. Sumber Data

(19)

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Tabel 3.1 Waktu, Tempat dan Kegiatan Penelitian

No. Waktu Tempat Kegiatan

Bandung Uji coba terbatas LKS

F. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari instrumen penelitian kemudian diolah untuk diinterpretasikan sebagai hasil penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

A. Keterlaksanaan Prosedur Praktikum

Pengolahan keterlaksanaan dilakukan pengolahan data dari lembar observasi yang diisi oleh observer selama siswa melakukan praktikum.

1) Pengolahan Lembar Observasi a. Menjumlahkan Skor

(20)

Tabel 3.2 Kriteria Rubrik Penilaian Lembar Observasi

Skor Rubrik Penilaian

2 Siswa melaksanakan langkah prosedur praktikum sesuai dengan prosedur kerja dalam LKS secara rapih dan teliti

1

Siswa melaksanakan langkah prosedur praktikum sesuai dengan prosedur kerja dalam LKS, namun terdapat

kesalahan

0 Siswa tidak melaksanakan langkah prosedur praktikum dalam LKS

b. Menghitung Persentase Skor

Ada dua skor yang dihitung yaitu skor hasil uji keterlaksanaan tiap kelompok dan hasil uji keterlaksanaan tiap prosedur praktikum. Persentase skor dapat dihitung dengan cara:

c. Pengolahan Skor

Pengolahan skor tersebut dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut: (Somantri dalam Wahyuningtyas, 2011)

1. Menentukan skor maksimal (skor ideal). 2. Menentukan skor minimal.

3. Menentukan nilai median, yaitu hasil penjumlahan skor maksimal dengan skor nilai minimal dibagi dua.

4. Menentukan nilai kuartil 1, yaitu hasil penjumlahan skor minimal dengan median dibagi dua.

(21)

6. Membuat skala yang menggambarkan skor minimal, nilai kuartil kesatu, nilai median, nilai kuartil ketiga, dan skor maksimal.

Gambar 3.2. Rentang Skor Angket Berdasarkan Skala Likert

7. Mencari batas-batas skor untuk masing-masing kategori sikap, berdasarkan gambar skala di atas.

8. Membuat tabel distribusi frekuensi sikap tiap responden terhadap kualitas produk.

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Keterlaksanaan

Katagori Sikap Katagori Skor

Keterlaksanaan sangat tinggi Kuartil 3 ≤ x ≤ skor maksimal Keterlaksanaan tinggi Median ≤ x < kuartil 3

Keterlaksanaan rendah Kuartil 1 ≤ x < median Keterlaksanaan sangat rendah Skor minimal ≤ x < kuartil 1

B. Pengolahan Angket Respon Siswa a. Pemberian Skor

Butir-butir angket respon siswa nantinya disusun oleh peneliti berbentuk skala Likert. Pernyataan yang digunakan berupa pernyataan positif dan negatif. Jawaban siswa terhadap pernyataan positif tersebut dikategorikan dengan skala sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (KS), dan sangat tidak setuju (STS). Cara memberi skor dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(22)

Tabel 3.4 Skor Angket Berdasarkan Skala Likert

Pernyataan Skor

SS S R TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Setelah dilakukan penyekoran maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan skor angket respon setiap siswa sehingga diperoleh skor total setiap siswa.

b. Mengolah Skor

Pengolahan skor angket respo siswa adalah sebagai berikut (Fauziah, 2012):

1) Menentukan batas skor

a) Batas skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS) Skor = 5 × Jumlah Responden

b) Batas skor untuk pernyataan Setuju (S) Skor = 4 × Jumlah Responden

c) Batas skor untuk pernyataan Ragu-ragu (R) Skor = 3 × Jumlah Responden

d) Batas skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 × Jumlah Responden

e) Batas skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 × Jumlah Responden

2) Menghitung Persentase Respon Siswa

(23)

c. Tafsiran Persentase Respon Siswa

Tabel 3.5 Tafsiran Persentase Respon Siswa Rentang Persentase (%) Katagori

81 – 100 Sangat Kuat

61 – 80 Kuat

41 – 60 Cukup

21 – 40 Lemah

(24)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan pada peneletian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kesadahan total dari suatu sampel dapat ditentukan dengan cara titrasi kompleksometri menggunakan larutan standar EDTA 0,01 M pada pH 10 (menambahkan larutan buffer pH =10). Kondisi titrasi optimum diperoleh menggunakan 25 mL sampel air sungai. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan cara pemanasan menggunakan sampel sintetik yang dibuat dengan cara mencampurkan larutan CaCl2 0,1 M dan larutan Na2CO3 0,1 M; sedangkan kesadahan tetap dapat dihilangkan dengan cara menambahkan Na2CO3 ke dalam larutan sampel sintetik yang berisikan larutan CaCl 2 0,1 M. 2. LKS kesadahan yang dikembangkan pada penelitian ini berbasis “Model

Pembelajaran Siklus 7E“ dengan struktur: pre-tes, pengantar praktikum, alat dan bahan, prosedur, dan post-tes. Tahap elicit dituangkan dalam pre-tes untuk menggali pengetahuan dan pengalaman siswa, sedangkan tahap extend dituangkan dalam post-tes untuk memperluas, memperdalam dan mengaplikasikan pengetahuan dan konsep-konsep yang diperoleh siswa ke dalam siatuasi baru. Dalam penelitian ini telah dikembangkan dua LKS, yaitu LKS-1 untuk menyelidiki kesadahan total dari suatu sampel dan LKS-2 untuk menunjukkan cara menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. 3. Hasil uji coba terbatas prosedur praktikum (LKS) di laboratorium sekolah

menunjukkan bahwa bahwa kedua prosedur LKS-1 dan LKS-2 dapat

(25)

petunjuk praktikum jelas juga mudah dilaksanakan di sekolah. Selain itu, dengan adanya sejumlah pertanyaan dalam pretes dan posttes dapat

meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

B. Saran

1. Bagi guru disarankan untuk menggunakan LKS praktikum berbasis model pembelajaran siklus 7E pada topik kesadahan karena LKS ini memuat tahapan-tahapan yang membantu siswa memahami topik kesadahan dengan baik.

2. Bagi peneliti lain dapat mencari indikator logam lain selain indikator EBT yang lebih murah untuk digunakan pada percobaan penetapan kadar kesadahan. 3. Bagi peneliti sejenis diharapkan dapat mengembangkan LKS berbasis model

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.-. Alkalinitas dan Kesadahan.

Anonim._. A Volumetric Analysis (Complexomtric Titration) of Calcium in Hard

Water.

Anonim._. Calcium Analysis by EDTA Titration.

Anonim._. Determination of hardness of water using complexometric titration.

Anonim._. Determination of Mg by Totration with EDTA. Truman State University.

Arifin, Mulyati. et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurdik Kimia FPIMIPA UPI.

Badan Standar Pendidikan Nasional. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Cash, D. (2008). EDTA Titration 2: Analysis of Calcium in a Supplement Tablet; Analysis of Magnesium in Epsom Salt; Hardness of Water. Penerbit: Mohawk College

Day, R.A dan A.L Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Penerbit Erlangga

Direktorat Pembinaan SMA. (2010). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdikbud.

(27)

Department of Fats and Detergents Technology Gdaǹsk University of

Technology

Fatiya, U.N. (2012). Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E pada Sub Topik Penentuan Perubahan Entalpi Reaksi Menggunakan Kalorimeter Sederhana. Skripsi pada FPIMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hamzah. (2008). Teori Belajar Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/08/20/teori-belajar-

konstruktivisme/. [24 April 2012].

HAM, Mulyono. (2009). Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2006). Standar Isi. Jakarta: Kemendikbud.

Marsidi, Ruliasih. (2001). “Zeolit Untuk Mengurangi Keadahan Air”. Jurnal Teknologi Lingkungan, 2, (1), 1-10.

Nurfalah, Fauziah. (2012). Pengembangan Prosedur Praktikum dan Lembar Kerja Siswa Berbasis Learning Cycle 7E pada Penentuan Massa Atom Relatif dan Massa Molekul Relatif. Skripsi pada FPIMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ozmen, Haluk., Demircioglu, G dan Coll, R.K. (2007). “A Comparative Study of The Effect of A Concept Mapping Enhanced Laboratory Experience on Turkish High School Students’ Understanding of Acid-Base Chemistry”. Internastional Journal of Science and Mathematics Education. 7, 1-24.

(28)

Safrizal, Rino. (2011). Karakteristik Ilmu Kimia. [online]. Tersedia: http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/02/karakteristik-ilmu-kimia.htm. [16 Desember 2012].

Said, N.I dan Ruliasih.-. Penghilangan Kesadahan di Dalam Air Minum.

Santyasa, I. W. (2009). “Metode Penelitian Pengembangan dan Teori Pengembangan

Modul”. Makalah disajikan dalam Pelatihan Bagi Para Guru TK, SD, SMP, SMA dan SMK Tanggal 12-14 Januari 2009, Kecamatan Penida Kabupaten Klungkung.

Sudarmo, Unggul. (2006). Kimia untuk SMA/ MA Kelas XII. Jakarta: PhiBETA

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukamadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda Sutresna, Nana. (2007). Kimia untuk Kelas XII semester 1 Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama

TIM PBM. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Jurdik Kimia FPMIPA IKIP Bandung.

Tim Puslitjaknov. (2008). Metode Penelitian Pengembangan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan Inovasi Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional

UPI. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: UPI

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Waktu, Tempat dan Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Rubrik Penilaian Lembar Observasi
Gambar 3.2. Rentang Skor Angket Berdasarkan Skala Likert
+3

Referensi

Dokumen terkait

5 Penelitian terdahulu mengenai perilaku perencanaan investasi oleh (Pritazahara dan Sriwidodo, 2015) mengenai perencanaan investasi terdapat pengaruh yang

Drs. Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Media Promosi “BEBAS Furniture” Untuk Konsumen Lokal Dan Mancanegara. Industri mebel di Indonesia memiliki berbagai

pada gelas kimia tidak mengalami perubahan juga tidak terdapat adanya gas atau gelembung, tidak terdapat adanya gelembung tersebut membuktikan bahwa tidak

 Memiliki paling sedikit 2 (dua) karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah internasional bereputasi sebagai penulis pertama; dan3.  Memenuhi syarat-syarat

Sonia Ferary Tujuan perancangan ini yaitu untuk menciptakan suatu lingkungan kondusif atau lingkungan fisik yang baik dan bersifat “psychological supportive” serta dapat

Tanggal 22 Agustus 2013 ini paroki kita merayakan ulang tahun ketiga, bertepatan dengan pesta pelindung paroki, Santa Perawan Maria Ratu (Maria Regina).. Kita bersyukur atas

Hal ini disebabkan karena sudah terbiasanya guru dalam menyampaikan suatu materi dengan cara atau metode tertentu, sehingga kurang menyadari bahwa sesunguhnya ada yang

Persaingan surat kabar dan berbagai media cetak lainnya dengan media elektronik seperti televisi, menuntut media cetak yang satu ini memiliki nilai lebih dalam penyajian