KARAKTERISTIK DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DALAM KAITANNYA DENGAN
PERKEMBANGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SETEMPAT
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilrau Pendidikan Bandung
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Ilmu Pendidikan
dalam bidang Pengembangan Kurikulum
O l e h
ENCO MULYASA
NIM.
9332048/PK/S2
PROGRAM
PASCASARJANA
▸ Baca selengkapnya: rpp muatan lokal sd kurikulum 2013
(2)DISETUJUI DAN DISYAHKAN
UNTUK MENGIKUTI UJIAN TAHAP II
PROF. DR. H. NANA SYAODIH SUKMADINATA
PEMBIMBING I
ABSTRAK
Mulyasa.
1997.
iLaraki£r_ia.tik dan. Lwalejoejoiasi
Kurikulum
Hjiaian
Loiial dalam. Kaitarmia dengan. Pj&rkemhanfian
Kebu-tunan ttaayaxakai. Setempal LSJtudi Kualitatif di Kami^alfia
llaialejigJiaj.^ Pembimbing:
Prof. DR.
H.
Nana Syaodih
Sukmadinata dan DR. R. Ibrahim M.A.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia telah
dilakukan
dengan
berbagai
cara
dalam berbagai
bidang.
Dalam
bidang
pendidikan
hal tersebut antara lain dilakukan dengan
mening-katkan
relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat
dan
lingkungannya.
Untuk kepentingan tersebut
diantaranya
telah
dikembangkan kurikulum muatan lokal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan
karakteristik
dan implementasi kurikulum muatan
lokal
dalam
kaitannya
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
setempat.
Pentingnya
penelitian
ini
terutama
bagi
Depdikbud/Lembaga
Pengembang
Kurikulum, Lembaga Penataran dan
Pelatihan
Guru,
Lembaga
Kependidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), para
kepala
sekolah,
para
pengelola pendidikan, para
guru,
masyarakat,
orang tua,
dan
pihak lapangan kerja,
sebagai bahan masukan dan
umpan
balik
dalam meningkatkan relevansi
pendidikan
dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif,
dengan sumber data dokumen, Guru,
Kepala Sekolah,
Kakandepdik-budcam, Sekwilcam, KadindikKakandepdik-budcam, dan Beberapa Tokoh Masyara
kat
Nonformal.
Pengumpulan
data
dilakukan
melalui
teknik
observasi,
wawancara,
dan studi dokumentasi.
Analisis
data
dilakukan
selama penelitian ini berlangsung,
melalui
reduksi
data, display data, kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
implementasi
kuriku
lum
muatan
lokal belum dilakukan secara oftimal,
baik
yang
berkaitan dengan pengembangan tujuan,
pengembangan isi/materi,
proses pembelajaran, maupun evaluasi kurikulum muatan lokal.
Dalam
pada itu terdapat kesenjangan (tidak
ada
keterkaitan)
antara
kurikulum muatan
lokal dengan
perkembangan
kebutuhan
masyarakat
setempat,
baik secara keseluruhan
maupun
dalam
bagian-bagiannya.
Sehubungan
dengan
itu
disarankan
kepada
berbagai pihak,
antara lain disarankan kepada para Guru muatan
lokal
untuk
mencari
sumber-sumber
belajar
yang
berkaitan
dengan
kebutuhan
masyarakat.
Sumber-sumber
tersebut
bisa
didapatkan
dalam buku program pengembangan wilayah di
Kantor
Kecamatan
(Sekwilcam),
atau di Kantor-kantor
Kelurahan/Desa.
Disamping itu bisa ditanyakan kepada beberapa tokoh masyarakat
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
ii
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
ix
ABSTRAK
x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 9
C. Definisi Operasional 12
D. Rincian Masalah 13
E. Tujuan Penelitian 14
F. Manfaat Hasil Penelitian 15
BAB II. KURIKULUM MUATAN LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF
PENINGKATAN RELEVANSI PENDIDIKAN
A. Relevansi Pendidikan 18
B. Proses Pengembangan Kurikulum 22
C. Kurikulum Muatan Lokal Sebagai
Alternatif Peningkatan Relevansi
Pendidikan 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Ancangan Penelitian 35
B. Sumber Data 35
C. Teknik Pengumpulan Data 37
D. Kredibilitas Data 41
E. Analisis Data 44
BAB
IV.
DESKRIPSI,
INTENPRETASI,
DAN PEMBAHASAN
\
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi
51
B. Interpretasi g4
C. Pembahasan 100
BAB V. KESIMPULAN,PEMBAHASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 107
B. Saran-saran 113
C. Penutup 118
DAFTAR PUSTAKA
117
LAMPIRAN - LAMPIRAN
119
1. Tabel 3.
Kesenjangan Tujuan Matapelajaran
Muatan Lokal dengan Perkembangan Kebutuhan Masyarakat Setempat 2. Tabel 4. Kesenjangan Isi/Materi Kurikulum
Muatan Lokal dengan Perkembangan
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
halaman
Bagan
1.
Paradigma Penelitian
11
Bagan 2.
Pengembangan Kurikulum Model Tyler
24
Bagan 3. Pengembangan Kurikulum Model Skilbeck... 25 Tabel 1. Proses Pengembangan Kurikulum
Model Skilbeck 26
Tabel 2. Susunan Program Pengajaran Kurikulum
Pendidikan Dasar 54
Tabel 3. Kesenjangan Tujuan Matapelajaran
Muatan Lokal dengan Perkembangan
Kebutuhan Masyarakat Setempat 121 Tabel 4. Kesenjangan Isi/Materi Kurikulum
Muatan Lokal dengan Perkembangan
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
ekonomi mendorong pada perubahan kebutuhan dan kondisi baru
yang menimbulkan berbagai macam tantangan dan permasalahan yang semakin rumit dan kompleks. Untuk menghadapi tantangan dan permasalahan tersebut diperlukan manusia berkualitas, yaitu "manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terainpil, ber-disiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab,
dan
produktif,
serta sehat jasmani dan
rohani",
seperti
yang diamanatkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN, 1993).
Manusia berkualitas seperti diharapkan di atas hanya
dapat
diwujudkan
melalui
pendidikan
yang
komprehensif,
terpadu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan ling-kungannya. Dalam hal ini perlu adanya perubahan sosial yang member! arah bahwa pendidikan merupakan pendekatan dasar dalam proses perubahan itu. Pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar harus diacukan pada lingkungan
kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Pemecahan masalah
secara reflektif sangat penting dalam kegiatan belajar yang
.iuga harus peka
terhadap perkembangan masyarakat dan
ling-kungannya.
Pendidikan
merupakan
hal
yang
sangat
penting
dan
berkaitan
langsung dengan segala aspek
kehidupan
manusia
yang menyangkut setiap individu. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan berperan dan berpengaruh secara langsung
terha
dap perkembangan manusia dengan seluruh aspek
kepribadian-nya. Kalau bidang-bidang lain seperti:
ekonomi,
pertanian,
perindustrian
dan sebagainya berperan
menciptakan
sarana
dan
prasarana
bagi kepentingan manusia,
maka
pendidikan
berurusan
langsung dengan pembentukkan manusianya.
Dengan
kata
lain
pendidikan menentukan model
manusia
yang
akan
dihasilkannya.
Apa
yang
diungkapkan
di atas
tidak
mungkin
dapat
direalisasikan sekaligus, tetapi perlu dilakukan secara berangsur-angsur, sistematis dan berencana. Hal tersebut harus dimulai sedini mungkin pada usia pra sekolah, kemudi-an diintensifkkemudi-an secara formal melalui pendidikan di seko
lah
dasar sampai perguruan tinggi.
Dengan demikian
proses
pendidikan tidak hanya mentransformasikan seperangkat ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dalam setiap bidang studi, tetapi tugas terpenting adalah mengembangkan kemam-puan berpikir peserta didik melalui proses berpikir yang
ilenghadapi berbagai isu dan tantangan tersebut dan
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
sesuai dengan amanat GBHN 1993 sebagaimana dikemukakan di
atas , Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud,
1994: 97-98), menetapkan "empat strategi pokok pembangunan
pendidikan nasional", yaitu peningkatan: (1) pemerataan
kesempatan pendidikan, (2) relevansi pendidikan, (3) kuali
tas pendidikan, dan (4) efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah
telah mengambil kebijakan "link and match" yang
diopera-sionalkan melalui pengembangan kurikulum muatan lokal.
Pada jenjang pendidikan dasar, pengembangan kurikulum muatan lokal telah dilakukan sejak digunakannya kurikulum 1984 dengan muatan lokal yang disisipkan pada berbagai
bidang studi yang sesuai, dan hal ini lebih diintensifkan
lagi pelaksanaanya dalam kurikulum 1994. Dalam kurikulum
1994 muatan lokal tidak lagi disisipkan pada setiap bidang
studi, tapi menggunakan pendekatan monolitik berupa bidang
studi, baik bidang studi wajib maupun pilihan. Pengembangan
kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama untuk
mengim-bangi keiemahan-kelemahan pengembangan kurikulum
sentrali-sasi, dan bertu.juan agar peserta didik mencintai dan
menge-nal 1ingkungannya, serta mau dan mampu melestarikan dan
mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan kebu
regional,
maupun
pembangunan
lokal, sehingga peserta
didik
tidak terlepas dari akar sosial budaya 1ingkungannya.
Kurikulum muatan
lokal pada hakekatnya merupakan suatu
perwujudan
dari Pasal 38 ayat I Undang-undang sistem
pen
didikan nasional (UUSPN) yang berbunyi: Pelaksanaan kegiat
an pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas
kurikulum
yang berlaku secara nasional dan kurikulum
yang
disesuaikan
dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan
dan
ciri
khas
satuan pendidikan.
Sebagai
tindak
lanjut
hal
tersebut,
muatan
lokal
telah
dijadikan
strategi
pokok
operasionalisasi
'link
& match'
(Depdikbud,
1993:
14):
"...
(2) memaksimalkan muatan lokal untuk kemampuan
keter-ampilan
yang
relevan dengan kebutuhan
lokal
dan
sejauh
mungkin melibatkan peranserta masyarakat dalam
perencanaan
dan pelaksanaan program ini.
Sebagaimana dikemukakan di atas,
peningkatan
relevansi
pendidikan
merupakan
salah satu dari empat strategi
pokok
pembangunan pendidikan nasional. Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan relevansi pendidikan, antara lain mela
lui pengembangan kurikulum muatan lokal, namun belum
menun-jukkan
hasil yang memuaskan.
Oleh karena
itu
pengembangan
kurikulum muatan
lokal masih perlu ditingkatkan dan
disem-purnakan.
Untuk
kepentingan tersebut dapat dilakukan dengan
kemampuan gurunya. Dari berbagai hal tersebut nampaknya faktor guru perlu mendapat perhatian yang pertama dan
utama, di samping kurikulumnya, karena baik buruknya suatu
kurikulum pada akhirnya bergantung pada aktivitas dan
kreatifitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan
kurikulum tersebut. Demikian halnya dalam pengembangan kurikulum muatan lokal, di sini guru diberi kebebasan yang
lebih leluasa untuk mengembangkan kurikulum sesuai kemam-puannya dengan memperhatikan kebutuhan lokal. Dengan kata
lain berhasil tidaknya pengembangan kurikulum muatan lokal
sangat bergantung pada unjuk kerja gurunya. Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan Nana Syaodih (1988: 212):
...betapapun bagusnya suatu kurikulum (offisial), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dan juga murid dalam kelas (actual). Dengan demikian guru memegang peranan penting baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan
kurikulum.
Uraian di atas menunjukkan betapa pemerintah dan masyarakat terutama ahli pendidikan menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pengembangan kurikulum dalam
memecah-kan masalah pendidikan, karena kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, yang menentukan proses dan hasil pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi memerlukan landasan yang kuat berdasarkan hasil-hasil pemikiran dan
penel it ian.
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menun.jukkan perlunya dilakukan berbagai penelitian terhadap
pengembangan kurikulum muatan lokal. Hasil-hasil penelitian
tersebut antara lain:
Penelitian yang dilakukan oleh Pistos Manila (1992),
dengan judul Konsep dan Pelaksanaan Muatan Lokal dalam Kurikulum Sekolah Dasar (studi pada tiga sekolah dasar
negeri di kabupaten Dati II Bandung). Hasilnya antara lain menunjukkan bahwa: pelaksanaan muatan lokal dalam kegiatan belajar-mengajar masih dikatagori kurang, hal tersebut paling tidak dilihat dari dua aspek yakni: satuan pelajaran (SP) dan kegiatan praktikum; pelaksanaan muatan lokal lebih banyak dilaksanakan di dalam kelas, dan lebih mene-kankan pada aspek pengetahuan, dan mengabaikan aspek keterampilan (praktek). Lebih lanjut dikemukakan adanya persamaan dan perbedaan terhadap konsep dan pelaksanaan muatan lokal dari ketiga sekolah yang menjadi objek peneli tian. Sehubungan dengan itu disarankan kepada peneliti lain
untuk melakukan penelitian lanjutan secara mendalam terha
dap muatan lokal, baik berkenaan dengan ruang lingkup permasalahan, sumber data maupun lokasi penelitian.
dengan
judul
Penerapan Program Muatan Lokal dalam
Praktek
Pengajaran
di
Sekolah Dasar (studi kualitatif
pada
tiga
sekolah
dasar negeri Kotamadya Pekanbaru
Riau).
Hasilnya
menunjukkan
bahwa
penerapan program
muatan
lokal
dalam
praktek
pengajaran belum terlaksana dengan
baik.
Hal
ini
disebabkan
persepsi guru yang kurang tentang gagasan
pro
gram
muatan
lokal,
terbatasnya pengetahuan
dan
pemahaman
guru,
tidak tersedianya buku petunjuk/pedoman yang
lebih
rinci dan buku sumber lainnya yang relevan,
serta
miniranya
pembinaan
dan
petunjuk dari
kepala
sekolah.
Rekomendasi
yang
dikemukakan
antara
lain ditujukan
untuk
penelitian
lebih
lanjut bahwa guna memperoleh
efektifitas
penerapan
program muatan lokal yang akan datang, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kontinuitas dan
konsisten-si
pelaksanaan
pengajaran
muatan
lokal
...
Pengajaran
muatan
lokal dengan pendekatan monolitik perlu pula
menda
pat perhatian lebih lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Abas (1993)
ten
tang
pengembangan
muatan lokal SD dan SLTP
dalam
rangka
wajib belajar sembilan tahun di Jawa Barat, antara lain
disimpulkan
bahwa,
:"Mengingat wajib belajar
akan
diber-lakukan
sembilan
tahun
maka
upaya
pengembangan
muatan
lokal ... perlu mencakup bahan kajian untuk sekolah dasar
muatan
lokal perlu menunjuk perguruan
tinggi untuk
secara
terus menerus mengembangkan konsep dasar muatan lokal dan
memberikan
masukan-masukan yang berarti
berkaitan
dengan
pengembangan
dan
penilaian kurikulum muatan
lokal
untuk
pendidikan dasar."Penelitian yang dilakukan oleh Engkoswara, dkk.
(1993)
tentang
pengembangan muatan lokal SD dan SLTP dalam
rangka
wajib
belajar sembilan tahun di Jawa Barat,
dalam
laporan
eksekutifnya antara lain mengemukakan bahwa,
:"dalam rangka
pengembangan
bahan
kajian muatan lokal
perguruan
tinggi
perlu
mengadakan pengkajian/penelitian pelaksanaan
muatan
lokal dan satuan biaya muatan lokal."
Memahami
hasil-hasil penelitian
tersebut,
tampaknya
kajian
yang
pernah dilakukan
mengenai
kurikulum
muatan
lokal
lebih menitikberatkan pada masalah-masalah di sekitar
program
dan pelaksanaannya/proses belajar-mengajar
muatan
lokal.
Sebagaimana
diketahui bahwa salah
satu
kelemahan
pendidikan dewasa ini adalah lulusannya tidak
B. Runusan Masalah
Penelitian
ini berkisar pada
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal dalam kaitannya dengan
perkembangan
kebutuhan
masyarakat
dan
pekerjaan yang terdapat
dalam
lingkungan
tempat
dimana pendidikan itu dilaksanakan.
Penelitian
ini
akan
berupaya untuk mengungkapkan hal-hal
yang
berkaitan
dengan
relevansi
pendidikan,
khususnya
relevansi
antara
kurikulum muatan lokal dengan perkembangan kebutuhan masya
rakat setempat. Penelitian ini akan mengungkapkan pula
hal-hal
yang berkaitan dengan peranan guru dan kepala
sekolah
dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal. Di samping
itu
akan
diungkap
pula hal-hal yang
berkaitan
dengan
peran
serta masyarakat dalam pengembangan kurikulum muatan
lokal.
Dengan demikian penelitian ini tidak hanya akan
mengungkap
dan menjawab pertanyaan tentang "bagaimanakah" pengembangan
kurikulum muatan lokal,
tetapi harus pula
dapat mengungkap
dan menjawab pertanyaan
"bagaimana"
kaitan
kurikulum muatan
lokal dengan kebutuhan masyarakat dan pekerjaan lokal,
dan
"bagaimana"
peran
serta masyarakat
dalam
merealisasikan
kurikulum tersebut, serta "mengapa" hal tersebut dilakukan.
Murr ay P r i n t (1987: 21), m e1u k is k an curriculum models" sebagai berikut:
'continuum of
Rat iona1/objective Cyc1ica1 Dynamic/interaction
models models models
Tyler Taba Wheeler Nicholls Walker Skillbeck
Secara singkat ia menjelaskan ketiga pendekatan terse but sebagai berikut:
Rational models, such as those of Tyler and Taba, follow a logical, sequential approach to
curriculum development. In these models the state
ment of objectives is very important and the other curriculum elements follow in fixed order.
Cyclical models are an elaboration of rational
models in that they are essentially logical and
sequential in approach. However, cyclical models view the curriculum process as a continous activi ty that is constantly updating itself.
Dynamic models lie at the other end of continu
um from rational models. Here developers begin
with
any
curriculum
element,
progress
in
any
sequence of elements, interrelate between elements constantly and tend to relate more directly to
perceived learner needs.
Dalam penelitian ini, model dinamik (dynamic model)
dijadikan dasar dalam mengembangkan dan mengkaji permasa lahan mengenai pengembangan kurikulum muatan lokal dalam
kaitannya dengan perkembangan kebutuhan masyarakat dan pekerjaan yang ada dalam lingkungan masyarakat setempat.
Model ini dipilih karena lebih fleksibel untuk
dilaksana-kan. "Teachers, however, appear to prefer a form of dynamic
model, often adapted from a recognised model such as
Berdasarkan
beberapa
paradigma konseptual
di
atas,
paradigma penelitian
ini dilukiskan
sebagai berikut:
Ide
Sosok pribadi
yang akan di wujudkan me lalui kuriku lum muatan
lokal
Pengembangan Penerapan
Desain Kurikulum
Implementasi
dan Modifikasi
\
\ \
\ /
/
\ /
/
Mas y a r eikat
Gb. 1. Paradigma Penelitian
Hasil
Berdasarkan paradigma tersebut. masalah penelitian
ini
dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah karakteristik
dan
implementasi kurikulum muatan lokal dalam kaitannya
dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat setempat?.
Adapun
konsep
1. Bagaimanakah karakteristik dan implementasi kurikulum
muatan
lokal di SLTP Negeri Kabupaten Majalengka?
2.
Bagaimanakah
perkembangan
kebutuhan
masyarakat
di
Kabupaten
Majalengka,
tempat
kurikulum
muatan
lokal
diimplementasikan?
3.
Bagaimanakah
keterkaitan kurikulum muatan lokal dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat setempat?
C. Definisi Operasional
Implementasi kurikulum.
Implementasi kurikulum yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kegitan
guru
dalam
mewujudkan
kurikulum
muatan
lokal,
melalui
kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum muatan lokal. Kurikulum muatan lokal
yang
dimaksud
dalam
penelitian
ini
adalah
program
pendidikan yang isi dan media penyampaiannya disesuaikan
dengan
lingkungan alam,
lingkungan sosial,
dan
ling-kungan
budaya serta kebutuhan daerah dan wajib
dipela-jari oleh peserta didik di daerah itu.
Pengembangan kurikulum.
Pengembangan
kurikulum yang
dimaksud dalam penelitian
ini adalah kegiatan guru dalam
melakukan
penjabaran tujuan muatan
lokal,
pengembangan
strategi
belajar-mengajar,
pengembangan
materi,
dan
pengembangan
alat
evaluasi,
yang
semuanya
dituangkan
Keterkaitan.
Keterkaitan yang dimaksud dalam
pene
litian ini adalah kesesuaian antara implementasi kuriku
lum muatan lokal dengan perkembangan kebutuhan
masyara
kat setempat.
Kebutuhan masyarakat setempat.
Yang dimaksud dengan
kebutuhan
masyarakat
setempat
dalam
penelitian
ini
adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di
kabupaten Majalengka, khususnya untuk kelangsungan hidup
dan
peningkatan
taraf kehidupan
masyarakat
tersebut,
sesuai
dengan
arah perkembangan daerah
serta
potensi
daerah.
D. Rincian Masalah
Untuk lebih operasionalnya, maka permasalahan
peneli
tian sebagaimana telah dirumuskan di atas diadakan
rincian
masalah sebagai berikut
1. Bagaimanakah
karakteristik dan
implementasi
kurikulum
muatan
lokal di SLTP Negeri Kabupaten Majalengka,
baik
yang
menyangkut
tujuan,
struktur,
isi/materi,
proses
pembelajaran,
maupun
evaluasi kurikulum muatan
lokal?
2. Bagaimanakah
perkembangan
kebutuhan
masyarakat
di
Kabupaten
Majalengka,
yang berkaitan
dengan
perkem
bangan kebutuhan masyarakat akan pelestarian dan pengem
bangan
kebudayaan
daerah,
pengembangan
perekonomian
berwiraswata
tempat kurikulum muatan lokal
diimplemen-tasikan?
3. Bagaimanakah
keterkaitan kurikulum muatan lokal dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat
setempat,
baik
secara
keseluruhan maupun dalam bagian-bagiannya?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk
menganali-sis dan menemukan karakteristik dan implementasi
kurikulum
muatan lokal dalam kaitannya dengan perkembangan
kebutuhan
masyarakat
setempat,
sebagai bahan masukan untuk
mening
katkan
relevansi
pendidikan
terutama
dengan
kebutuhan
masyarakat
dan
lingkungannya,
dalam
rangka
memberikan
pengalaman
yang
lebih bermakna bagi peserta
didik,
baik
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikannya pada
jenjang
yang lebih tinggi maupun untuk mengembangkan diri di masya
rakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup.
Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk
menganali-sis dan menemukan:1.
Karakteristik dan implementasi
kurikulum muatan
lokal di
SLTP
Negeri Kabupaten Majalengka,
baik yang
menyangkut
tujuan,
struktur,
isi/materi,
proses
pembelajaran,
maupun evaluasi kurikulum muatan lokal.
masya-rakat
akan
pelestarian
dan
pengembangan
kebudayaan
daerah,
pengembangan perekonomian daerah,
dan
pengem
bangan kemampuan masyarakat dalam berwiraswata,
tempat
kurikulum muatan lokal diimplementasikan.
3. Keterkaitan
kurikulum muatan lokal dengan
perkembangan
kebutuhan
masyarakat setempat, baik secara
keseluruhan
maupun dalam bagian-bagiannya.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian
ini
difokuskan
pada
masalah
relevansi
pendidikan,
khususnya
relevansi
pengembangan
kurikulum
dengan
kebutuhan
masyarakat setempat.
Untuk
kepentingan
tersebut
penelitian ini diharapkan dapat memberikan
suatu
masukan
tentang cara mengembangkan kurikulum muatan
lokal
sekolah
lanjutan
tingkat pertama; dengan
demikian
dapat
memberikan
sumbangan terhadap upaya peningkatan
relevansi
pendidikan
melalui
pengembangan
kurikulum,
khususnya
pengembangan kurikulum muatan lokal.
Secara
rinci
hasil-hasil penelitian
ini
diharapkan
berguna:
1.
Bagi
Depdikbud/Lembaga
Pengembang
Kurikulum,
hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber
dalam
menyempurnakan
dan
meningkatkan
pengembangan
2. Bagi Lembaga Penataran dan Pelatihan Guru,
hasil peneli
tian
ini dapat digunakan sebagai masukan untuk
menyem
purnakan
dan meningkatkan latihan dan
penataran
guru-P>
guru .
3.
Bagi
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan
(LPTK),
hasil
penelitian ini dapat dijadikan
sebagai
masukan,
umpan
balik
dan dapat digunakan
sebagai
bahan
untuk
menyempurnakan dan meningkatkan kualitas perkuliahan dan
pembekalan di kampus.
4.
Bagi
para
guru,
hasil penelitian ini
merupakan
umpan
balik dan dapat digunakan sebagai bahan untuk menyempur
nakan
dan
meningkatkan pengembangan
kurikulum
muatan
lokal,
sehingga diperoleh relevansi pembelajaran dengan
kebutuhan
masyarakat
dan
pembangunan
di
lingkungan
setempat (lokal) .
5.
Bagi para kepala sekolah dan para pengelola
pendidikan,
hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan
sebagai
bahan
supervisi dalam menyempurnakan dan meningkatkan relevan
si
pengembangan kurikulum,
khususnya
kurikulum
muatan
lokal .
6.
Bagi masyarakat, orang tua, dan pihak pengusaha/
lapan
gan kerja,
hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai
tolok ukur tentang partisipasinya dalam bidang
pendidi
kan, dan sebagai bahan untuk meningkatkan partisipasinya
7. Bagi
program
pengembangan kurikulum,
sebagai
masukan
untuk
membuka wawasan bagi penelitian-penelitian
lebih
lanjut,
khususnya dalam masalah pengembangan
kurikulum
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ancangan Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode penelitian
kualitatif
yang
ditujukan
untuk mengkaji
permasalahan
dan
memperoleh
makna yang lebih mendalam sesuai kondisi lingkungan.
"...
take
their meaning as much from their contex as they do from
them
selves"
(Lincoln and Guba,
1985:
1989).
Penelitian
ini ditujukan untuk mengungkap
karakteristik
dan implementasi kurikulum muatan lokal dalam kaitannya dengan
perkembangan kebutuhan masyarakat setempat.
Keterkaian terse
but
meliputi keterkaitan pengembangan kurikulum muatan
lokal
yang
mencakup
tujuan,
isi/materi,
proses
pembelajaran,
dan
evaluasi
kurikulum dengan perkembangan
kebutuhan
masyarakat
setempat,
yang
meliputi pelestarian dan
pengembangan
kebu-dayaan
daerah,
pengembangan perekonomian daerah, dan
pengem
bangan
kemampuan masyarakat dalam berwiraswasta.
Dalam
pada
itu
diungkap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keterkaitan
kurikulum muatan
lokal dengan perkembangan kebutuhan
masyara
kat,
yang
menyangkut kemampuan guru, peran
kepala
sekolah,
ketersediaan
dan pendayagunaan sumber belajar,
dan
keterli-batan masyarakat dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
B. Sumber Data
Ling-kungan Depdikbud Kabupaten Majalengka. Pelaksanaannya pada
cawu pertama dan kedua tahun ajaran 1995/1996.
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, data yang diper
oleh dalam penelitian ini berasal dari berbagai sumber. Sumber data ini diuraikan berdasarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Sumber data yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal adalah:
1. Beberapa dokumen yang berkaitan dengan pengembangan kuriku lum muatan lokal, antara lain garis-garis besar program pembelajaran (GBPP), program tahunan, program catur wulan, program mingguan dan satuan pembelajaran.
2. Guru yang mengajar matapelajaran muatan lokal.
3. Kepala sekolah yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolahnya.
4. Kakandepdikbudcam yang bertanggungjawab dan bertugas
meman-tau kelancaran pengembangan kurikulum muatan lokal di
wilayahnya.
Sumber data yang berkaitan dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat setempat:
1. Beberapa dokumen kecamatan yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, antara lain rencana pengembangan wilayah.
2. Sekwilcam
3. Kakandepdikbudcam
5. Beberapa Tokoh Masyarakat nonformal yang dapat memberikan
data tentang kebutuhan masyarakat setempat.
Berbagai sumber data di atas, khususnya yang berkaitan
dengan subjek penelitian telah dipertimbangkan kelayakannya
sesuai kriteria yang dikemukakan Spradley (dalam Sanafiah,
1990: 57) bahwa dalam menentukan subjek penelitian perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (a) subjek sudah
cukup lama dan intensif menyatu dalam kegiatan atau bidang
yang menjadi kajian penelitian, (b) subjek masih aktif atau
terlibat penuh dengan kegiatan atau bidang tersebut, dan (c)
subjek memiliki waktu yang cukup untuk dimintai informasi.
C. Teknik Pengumpulan Data
Selama dilaksanakannya penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai instrumen utama, sehingga memiliki peran yang sangat
penting dan menyatu dengan kegiatan penelitian. J. Moleong
(1993: 103) mengemukakan bahwa kedudukan peneliti dalam
penelitian kualitatif sangat rumit, ia sekaligus merupakan
perencana, pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada
akhirnya ia juga sebagai pelapor hasil penelitiannya. Karena
itu ia juga disebut sebagai instrumen penelitian; sebab menja
di segalanya dari keseluruhan proses penelitian itu.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi,
1. Observasi
Dalam penelitian ini observasi digunakan untuk mengumpul-kan data yang berkaitan dengan kegiatan guru dalam melakukan pengembangan kurikulum dan pembelajaran muatan lokal dalam hubungannya dengan perkembangan kebutuhan masyarakat setempat.
Observasi merupakan salah satu teknik yang dapat mengha-silkan data lapangan secara lebih objektif. Guba dan Lincoln (1981: 1991-1993) memberikan beberapa alasan mengapa observasi sangat diperlukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitataif, yaitu: a. didasari oleh pengalaman langsung di lapangan, b. dapat ,mengamati dan mencatat perilaku dan keja-dian sebagaimana adanya, c. dapat mengungkap suatu peristiwa dengan segala keterkaitannya, d. dapat memperkecil atau menghilangkan keraguan tentang data yang diperolehnya, e. memungkinkan untuk memahami situasi yang rumit dan berbagai perilaku dalam suatu peristiwa yang kompleks, f. dapat
mengungkap suatu kasus tertentu yang mungkin saja tidak dapat dilakukan dengan teknik lain.
Berdasarkan pendapat tersebut Lexy J. Moleong (1993: 108) menyimpulkan empat fungsi pokok pentingnya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu: a. mengoftimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar dan
kebiasaan, b. memungkinkan pengamat untuk melihat dunia seba
gai yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu,
menang-kap
kehidupan
budaya berdasarkan pandangan dan
anutan
para
subjek saat itu,
c.
memungkinkan peneliti dapat merasakan
apa
yang dirasakan dan dihayati subjek, d. memungkinkan
pembentuk-kan
pengetahuan berdasarkan apa yang diketahui
peneliti
dan
subjek penelitian.
2. wawancara
Dalam
penelitian ini wawancara digunakan sebagai
teknik
pengumpulan data untuk mengumpulkan data tentang
pengembangan
kurikulum
muatan lokal dari guru yang mengajar
matapelajaran
muatan
lokal,
kepala sekolah yang bertanggungjawab
terhadap
pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolahnya, dan
Kakan
depdikbudcam
yang
bertanggungjawab
dan
bertugas
memantau
kelancaran pengembangan kurikulum muatan lokal di
wilayahnya.
Wawancara
juga
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
perkembangan kebutuhan masyarakat dari Sekwilcam, Kepala Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan;
dan beberapa Tokoh Masya
rakat
Nonformal
yang dapat memberikan data
tentang
perkem
bangan kebutuhan masyarakat di
lingkungannya.
Wawancara
dimaksudkan untuk menemukan
informasi
tentang
sesuatu
yang diketahui oleh seseorang atau
sekelompok
orang
yang menjadi sumber data dalam bentuk lisan. Dengan komunikasi
diajukan.
Patton (1990: 197) membedakan wawancara sebagai berikut:
a. wawancara pembicaraan informal, b. wawancara dengan
menggu-nakan petunjuk umum, c. wawancara baku terbuka. Wawancara
informal berlangsung dalam situasi alamiah dan
pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan sangat bergantung
pada
spontanitas
pewawancara.
Pada wawancara yang menggunakan petunbjuk
umum,
kerangka dan garis besar mengenai pokok-pokok yang
ditanyakan
sudah harus disiapkan sebelumnya oleh pewawancara. Langkah ini dimaksudkan agar yang hal-hal yang ingin diketahui tercakup
secara keseluruhan. Kata-kata yang digunakan dan urutan perta
nyaan
cukup dibuat dalam kerangka garis besarnya saja,
untuk
kemudian disesuaikan dengan keadaan responden di lapangan.
Pada wawancara baku terbuka, urutan pertanyaan, kata-kata yang
digunakan
dan
cara penyajiannya disiapkan bsecara
baku
dan
berlaku untuk semua responden yang diwawancarai.
Dalam
penelitian
ini wawancara
informal
lebih
banyak
digunakan,
karena untuk memperoleh data yang diperlukan,
tanpa
mengganggu perasaan orang yang diwawancarai, dan wawancara
bisa dilakukan setiap saat.
3. Studi Dokumentasi
Studi
dokumentasi dalam penelitian
ini
dilakukan
untuk
setempat. Dokumen-dokumen tersebut antara lain satuan pelaja-ran, buku paket, program tahunan, program catur wulan, program mingguan, dan rencana pengembangan daerah/wilayah dan program
kerja kecamatan.
D. Validitas Data
Untuk memperoleh data yang sahih dan absah, terutama
yang diperoleh lewat observasi, wawancara dan studi dokumenta si diperlukan suatu teknik pemeriksaan. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibili-tasnya. Kredibilitas data dapat diperiksa dengan beberapa cara. Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memperpanjang waktu keikutsertaan
Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu keikutsertaan
dengan
responden atau
sumber data adalah dengan cara
mening
katkan frekuensi pertemuan dan menggunakan waktu seefisien mungkin. Misalnya menghadiri acara rapat, mengikuti upacara,
dan kegiatan lain yang menunjang.
2. Melakukan Pengamatan Secara Tekun
Pengamatan
secara
tekun
dilaksanakan
untuk
menemukan
ciri-ciri atau unsur sfesifik yang relevan dengan situasi yang
sfesifik yang sesuai dengan situasi dimana kurikulum muatan lokal dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu ber kaitan dengan ciri-ciri atau unsur sfesifik yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat setempat, tempat kurikulum
muatan lokal diimplementasikan.
Melalui pengamatan secara tekun peneliti berhasil men gungkap informasi yang lebih mendalam terhadap kegiatan guru
dalam mengembangkan kurikulum dan mengimplementasikannya dalam proses pembelajaran. Dalam pada itu peneliti berhasil mengung kapkan informasi yang lebih mendalam terhadap perkembangan kebutuhan masyarakat, tempat kurikulum muatan lokal diimple mentasikan. akan menjadikan pengamat berhasil mengungkap
informasi yang lebih mendalam terhadap permasalahan peneli
tian.
3. Triangulasi
Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang telah dikumpulkan. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan suatu data dari beberapa sumber yang berbeda. Untuk mengumpulkan data tentang pengembangan kurikulum dan
implementasi kurikulum muatan lokal dari sumber yang berbeda,
peneliti
menghubungi guru
lain yang mengajar muatan
lokal
di
mengumpulkan data tentang perkembangan kebutuhan masyarakat setempat dari sumber yang berbeda, peneliti menghubungi re sponden lain dalam posisi yang sama dalam wilayah yang berbe da, tapi masih dalam satu Kabupaten, tempat penelitian ini
dilakukan.
Triangulasi juga dilakukan dengan mengumpulkan data dari sumber yang sama tetapi dengan menggunakan beberapa metode yang berbeda. Selanjutnya menganalisis data yang diperoleh dari kedua cara tersebut untuk menemukan informasi yang lebih
absah.
4. Mengupayakan Referensi yang Cukup
Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informa
si yang diperlukan dengan menggunakan dukungan bahan referensi
secukupnya, seperti catatan observasi, dan bahan-bahan doku
mentasi lainnya.
5. Melakukan Membercheck
Seperti halnya dengan cara pemeriksaan data yang lain,
membercheck juga dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data.
Dalam penelitian ini data yang masuk dianalisis dan
diinter-pretasikan untuk selanjutnya dikonfirmasikan kembali kepada
E. Analisis Data
Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dengan
pengurutan dan pengorganisasian data.
Pengurutan
dan
pengorganisasian data dalam penelitian ini dilakukan dalam dua
kelompok besar, yaitu kelompok kurikulum muatan lokal dan kelompok perkembangan kebutuhan masyarakat. Kelompok kurikulum muatan lokal meliputi tujuan, isi/materi, proses pembelajaran,
dan
eveluasi
kurikulum,
sedangkan
kelompok
perkembangan
kebutuhan masyarakat meliputi pengembangan dan pelestarian kebudayaan daerah, pengembangan perekonomian daerah, dan
pengembangan kemampuan masyarakat dalam berwiraswasta.
S. Nasution (1992: 126) mengemukkan bahwa analisis data
kualitatif adalah proses menyusun data yaitu menggolongkannya
dalam pola, tema dan katagori, agar dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan berdasarkan pandangan peneliti untuk mem
berikan makna kepada analisis. Hal tersebut sesuai dengan
ungkapan Patton (1980:268):
Analysis is the process of bringing order to data, organ izing what is there in to patterns, categories, and basic
descriptive units. Interpretation involves attaching mean ing and significance to analysis, explaining descriptive patterns, and looking for relationships and linkages among descriptive dimensions. Evaluation involves making judge ments about and assigning value to what has been analyzed
and interpreted.
Kegiatan analisis, interpretasi dan evaluasi bukan proses yang mudah. Meskipun tak ada suatu peraturan formal maupun
menginterpre-tasikan dan mengevaluasi data kualitatif, dalam penelitian ini penulis tetap berpedoman pada langkah-langkah pengolahan data yang dikemukakan S. Nasution yang terdiri dari: reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi.
1. Reduksi Data
Selama pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara,
observasi dan studi dokumentasi, baik data yang berkaitan
dengan pengembangan kurikulum muatan
lokal maupun perkembangan
kebutuhan masyarakat setempat, langsung dibuat catatan la
pangan.
Berdasarkan catatan
lapangan kemudian disusun
laporan
lapangan secara lebih rinci dan lengkap.
Setelah seluruh
data
terkumpul, dilakukan reduksi data dengan merangkum laporan lapangan tersebut sehingga lebih mudah dikendalikan, mencatat hal-hal pokok yang relevan dengan fokus penelitian, menyusun
secara sistematis berdasar katagori dan klasifikasi tertentu.
Data
yang
direduksi
memberikan gambaran
yang
lebih
tajam
mengenai
hasil penelitian dan
memudahkan peneliti untuk
men-cari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2. Display Data
Display
data
digunakan untuk melihat
gambaran
tentang
keterkaitan kurikulum muatan lokal dengan perkembangan kebu
dilaku-kan penyajian data dalam bentuk tabel sehingga hubungan antar data satu dengan lainnya menjadi jelas dan tidak terlepas satu dengan lainnya, sebagai suatu kebulatan yang utuh.
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi
Sejak pertama peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan, baik yang berkaitan dengan kurikulum muatan lokal maupun perkembangan kebutuhan masyarakat setempat. Data
yang terhimpun dicari pola,
tema,
serta hubungan persamaan dan
lainnya
sampai pada suatu kesimpulan.
Kesimpulan
ini
mulanya
masih
sangat tentatif,
kabur,
diragukan,
akan tetapi
dengan
bertambahnya
data,
maka kesimpulan
tersebut
menjadi
lebih
jelas dan
tegas.
Oleh karena itu kesimpulan yang dibuat selalu
diverifikasi selama berlangsungnya penelitian.
Ketiga macam analisis tersebut merupakan kegiatan yang
kontinyu dari awal sampai akhir penelitian,
saling berhubungan
dan berlangsung terus selama penelitian dilakukan.
F. Tahap-tahap Penelitian
Proses
pelaksanaan
penelitian,
mulai
dari
penelitian
pendahuluan
sampai dengan penulisan konsep
(draft)
laporan,
ditempuh dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
tahap penelitian pendahuluan, tahap penyusunan proposal, dan tahap penyusunan instrumen (alat pengumpul data).
a. Tahap Penelitian Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan memilih lokasi penelitian yang diperlukan dalam rangka melihat permasalahan di lapangan
dengan
lebih dekat,
serta berusaha menemukan alternatif
peme-cahannya.
Dari beberapa masalah yang diperoleh melalui peneli
tian
pendahuluan tersebut,
peneliti tertarik
dengan
masalah
keterkaitan kurikulum muatan lokal dengan kebutuhan masyarakat
setempat.
b. Tahap Penyusunan Proposal
Setelah melakukan penelitian pendahuluan maka langkah selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian. Penyusunan
proposal ini dilakukan untuk memberi arah dan pedoman terhadap
segala
sesuatu yang harus diperhatikan dalam
penelitian
la
pangan.
Disamping itu penyusunan proposal ini bermanfaat dalam
mengurus
ijin mulai dari
tingkat fakultas,
institut,
sampai
pada tempat yang akan dijadikan lokasi penelitian.
c. Tahap Penyusunan Instrumen (alat pengumpul data)
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Namun demikian karena dalam pelaksanaan penelitian ini
teknik pengumpulan data, maka penyusunan instrumen atau alat
pengumpul data tetap merupakan suatu hal yang penting.
Dikata-kan demikian karena instrumen yang digunakan sangat membantu
kelancaran jalannya penelitian dan menentukan kualitas data yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan adalah berupa format dan pedo man: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan keterkaitan kurikulum muatan lokal dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat setempat. Pengumpulan data dilakukan dari
sumber-sumber data yang telah ditetapkan, dengan menggunakan
instrumen yang telah disusun.
Analisis data dilakukan selama pelaksanaan penelitian dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditentukan,
sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan untuk mencapai
tujuan penelitian. Setelah data dianalisis kemudian diambil
kesimpulan dan saran pemecahan dari permasalahan penelitian.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian atau tahap penyusunan konsep (draft) laporan, adalah menyusun kerangka laporan hasil penelitian
disim-pulkan.
Penyusunan konsep (draft) laporan penelitian ini dimak sudkan untuk diajukan kepada pembimbing dan dewan penguji, serta dipertanggungjawabkan pada ujian sidang. Akhirnya, tetapi bukan terakhir dalam kepentingannya disusun laporan
akhir
penelitian,
digandakan dan
disampaikan
kepada
pihak-pihak yang berwenang dan membutuhkan.
Setelah hasil penelitian disusun dalam bentuk draft
laporan penelitian,
selanjutnya diajukan kepada pembimbing dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab
ini merupakan bab terakhir dari
laporan
penelitian
tentang karakteristik dan implementasi kurikulum muatan
lokal
dalam
kaitannya
dengan
perkembangan
kebutuhan
masyarakat
setempat. Dalam bab terakhir ini dikemukakan beberapa
kesim
pulan dan beberapa saran yang ditujukan kepada berbagai
pihak
yang berkepentingan dengan pengembangan kurikulum muatan lokal
dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat setempat.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis karakteristik dan implementasi
kurikulum
muatan
lokal dalam kaitannya
dengan
perkembangan
kebutuhan
masyarakat setempat yang dikemukakan pada
bab
IV,
secara
umum
dapat disimpulkan bahwa
implementasi
kurikulum
muatan lokal belum dilakukan secara oftimal, baik yang berkai
tan
dengan
pengembangan
tujuan,
pengembangan
isi/materi,
proses pembelajaran, maupun evaluasi kurikulum muatan lokal.
Dalam kaitannya dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat
setempat
dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan
(tidak-ada keterkaitan) antara kurikulum muatan lokal dengan
perkem
bangan kebutuhan masyarakat setempat,
baik secara keseluruhan
maupun
dalam bagian-bagiannya, berkaitan dengan
pengembangan
kebudayaan
daerah, pengembangan perekonomian
daerah,
maupun
pengembangan kemampuan masyarakat dalam berwiraswasta, dilihat
pembelajar-an, maupun evaluasi kurikulum muatan lokal yang dilaksanakan.
Secara
khusus dapat
dikemukakan
beberapa
kesimpulan
sebagai berikut:
Pertama,
kurikulum muatan lokal merupakan
bagian
yang
tidak terpisahkan dari kurikulum nasional, keberadaannya lebih
diutamakan
agar
penyelenggaraan pendidikan di
daerah
lebih
meningkat
relevansinya dengan keadaan dan
kebutuhan
ling
kungannya, yang ditujukan terutama agar peserta didik
mencin-tai lingkungannya, sehingga mereka tidak merasa asing terhadap
lingkungannya.
Hal tersebut sejalan dengan upaya
peningkatan
mutu pendidikan nasional, oleh karena itu keberadaan kurikulum
muatan lokal harus mendukung pelaksanaan kurikulum nasional.
Implementasi
kurikulum muatan lokal di
kabupaten
Maja
lengka
belum dilakukan secara oftimal, meskipun muatan
lokal
tersebut
merupakan matapelajaran yang wajib diberikan
kepada
peserta didik di setiap tingkat kelas. Rumusan tujuan
kuriku
lum muatan lokal masih banyak didominasi oleh aspek
pengeta
huan
dan keterampilan, sedikit sekali aspek-aspek
yang
ber
kaitan
langsung
dengan
pembinaan sikap
dan
watak
peserta
didik.
Hal
ini yang agak bertentangan
dengan
tujuan
utama
Pengembangan
kurikulum
muatan
lokal,
yakni
membina
sikap
peserta
didik untuk mencintai lingkungannya.
Rumusan tujuan yang hanya menekankan pada aspek
pengeta
huan
dan keterampilan, dengan sendirinya
mendorong
kegiatan
guru
untuk melaksanakan pembelajaran muatan lokal yang
tidak
berbeda
dengan pembelajaran lainnya
(tidak
ada
keunikkan).
Pengembangan
isi/materi kurikulum muatan lokal belum
memper
hatikan
kaidah-kaidah
pengembangan
isi/materi
kurikulum,
isi/materi
kurikulum tersebut baru memperhatikan
tujuan
ku
rikulum,
belum memperhatikEin aspek-aspek lain
seperti
aspek
peserta didik,
kebermaknaan, dan fleksibilitas, dan
Iain-lain
yang dirasakan masih lemah.
Proses
pembelajaran
muatan
lokal
belum
dilaksanakan
secara oftimal, baik perencanaan maupun pelaksanaannya,
belum
digunakannya
metode yang bervariasi, dan belum
didayagunakan
secara
oftimal
media
dan sumber belajar
yang
terdapat
di
masyarakat, serta belum dilakukannya kerjasama dengan masyara
kat,
baik
dalam perencanaan,
pelaksanaan,
maupun
evaluasi
kurikulum
muatan lokal. Dalam pada itu
pelaksanaan
evaluasi
kurikulum terbatas pada evaluasi hasil belajar, belum
dilaku
kan
evaluasi program maupun evaluasi proses
secara
oftimal,
demikian
pula hasil evaluasi belum digunakan secara
oftimal,
baru
digunakan
untuk menentukan nilai
bagi
setiap
peserta
didik dan pengisian buku laporan kemajuan belajar.
Kedua,
sesuai dengan program yang sedang dikembangkan
di
lokasi penelitian ini, kebutuhan masyarakat setempat
mencakup
tiga
hal sebagai berikut: pelestarian dan pengembangan
kebu
dayaan
daerah, pengembangan perekonomian daerah, dan
pengem
bangan
kemampuan masyarakat dalam berwiraswasta.
Pelestarian
dan
pengembangan
kebudayaan
daerah
merupakan
bagisin
dari
kebutuhan
masyarakat
di kabupaten Majalengka,
karena
kebu
dayaan daerah merupakan kekayaan bangsa yang turut
memperkaya
kebudayaan nasional yang perlu dilestarikan dan
dikembangkan,
baik
melalui pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
seko
lah.
Sehubungan itu maka diprogramkan dan dilakukan
langkah-langkah
strategis melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
memelihara dan melindungi, menggali dan meneliti,
mengembang
kan
dan memperkaya, menyebarluaskan, memanfaatkan,
menanggu
langi
pengaruh
luar yang negatif, dan melakukan
kerja
sama
dengan daerah lain untuk melestarikan dan mengembangkan
kebu
dayaan daerah tersebut.
Perekonomian
daerah
merupakan penunjang
dan
sekaligus
merupakan sumber kekuatan perekonomian nasional yang
memegang
peranan sangat penting dan dominan yang perlu mendapat
perha
tian dari berbagai bidang, termasuk pendidikan. Usaha
pengem
bangan perekonomian daerah di kabupaten Majalengka antara lain
dilakukan
dengan
pembentukkan koperasi, hal
tersebut
tentu
saja
menuntut
dukungan pengetahuan, keterampilan
dan
sikap
masyarakatnya,
karena
pendirian
suatu
koperasi
di
daerah
(desa)
menggunakan
suatu
teknik
organisasi
tertentu
yang
memerlukan
administrasi serta pembukuan yang modern,
meminta
tanggungjawab
finansial, yang dengan sendirinya sikap
orang-orang desa terhadap uang dan kredit harus berubah sebab
keak
tifan koperasi dan para anggotanya harus dapat
diperhitungkan
dengan
uang. Sehubungan dengan itu maka kebutuhan
masyarakat
akan pengembangan perekonomian daerah meliputi hal-hal sebagai
berikut:
memiliki sikap kerja sama dan gotong
rorong,
mampu
membina
rasa kekeluargaan, memiliki kemampuan dalam
mengatur
keuangan, memahami berbagai jenis pekerjaan yang dapat
mengem-ba.ngkan
perekonomism daerah, menghargai waktu dan
memanfaat-kannya
untuk kegiatan-kegiatan yang produktif, tidak
bergaya
hidup mewah dan mampu mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang
produktif,
memiliki keterampilan yang memadai dalam
adminis-trasi dan pembukuan,
dan memiliki sikap untuk selalu
mening
katkan prestasi kerja.
Kemampuan masyarakat dalam berwiraswasta merupaksm
suatu
kebutuhan masyarakat yang perlu terus dibina dan
dikembangkan
sehingga
masyarakat
memiliki
penghasilan
yang
tetap
dari
pengembangan
kemampuannya.
Kemampuan yang perlu
dibina
dan
dikembangkan
di
kabupaten
Majalengka
untuk
mengembangkan
kemampuan berwiraswasta di kalangan masyarakatnya antara
lain
kerajinan tangan. Dalam hal tersebut peserta didik tidak hanya
perlu
terampil menggunakan tangannya untuk menulis,
menggam-bar,
memegang,
dan melempar,
melainkan perlu
terus
dilatih
secara
berencana untuk memproduksi suatu benda,
untuk
berta
nam,
merangkai
bunga dan sebagainya.
Sehubungan
dengsui
itu
maka kebutuhan masyarakat akan pengembangan kemampuan masyara
kat
dalam
berwiraswasta adalah menumbuhkan
sikap-sikap
dan
sifat-sifat
sebagai berikut: percaya diri/percaya pada
diri
sendiri,
memiliki pribadi yang menyenangkan,
mensyukuri
diri
sendiri,
menghilangkan perasaan rendah diri, disiplin terhadap
diri sendiri,
semangat dan
keberanian,
aktif dan
kreatif dalam
mengembangkan suatu kegiatan yang produktif,
tidak
bergantung
pada suatu pekerjaan tertentu,
ulet dalam
cahkan
suatu
masalah
(mudah putus
asa),
mampu
menerapksm
hasil-hasil teknologi untuk meningkatkan hasil usaha, dan pada
akhirnya mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat menampung
tenaga kerja lain.
Ketiga,
terdapat kesenjangan antara tujuan kurikulum
dan
isi/materi kurikulum muatan lokal dengan perkembangan kebutuh
an masyarakat setempat, baik yang berkaitan dengan pelestarian
dan pengembangan kebudayaan daerah, pengembangan
perekonomian
daerah,
maupun pengembangan kemampun masyarakat dalam
berwi
raswasta.
Dalam pada itu terdapat kesenjangan
antara
proses
pembelajaran
dan evaluasi kurikulum muatan lokal dengan
per
kembangan kebutuhan
masyarakat setempat, baik dalam
perenca
naan maupun pelaksanaannya.
Dilihat
dari
tujuan, kesenjangan tersebut
nampak
dari
rumusan tujuan kurikulum muatan lokal yang masih banyak
dido-minasi oleh aspek pengetahuan dan keterampilan, sedikit sekali
aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan pembinasin siksip dan
watak
peserta
didik. Hal ini yang agak
bertentangan
dengan
tujuan utama pengembangan kurikulum muatan lokal, yakni
membi-na
sikap
peserta didik untuk mencintai
lingkungannya.
Dari
isi/materi
kurikulum muatan lokal nampak bahwa
hal
tersebut
belum
memperhatikan
kaidah-kaidah
pengembangan
isi/materi
kurikulum yang dengan sendirinya akan menimbulkan kesenjangan.
Dari proses pembelajaran kesenjangan tersebut nampak dari
kegiatan guru yang kurang/tidak menghubungkan proses
pembela
jaran
dengan
masyarakat lingkungannya.
Dalam
mengembangkan
Perencanaan guru tidak pernah melibatkan masyarakat, dan tidak
Pernah melakukan analisis terhadap situasi tempat pembelajaran
dilaksanakan, bahkan guru jarang membuat perencanaan tertulis.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak pernah melibatkan
masyarakat dan tidak pernah mendayagunakan sumber belajar yang
terdapat di masyarakat, sehingga pembelajaran yang
dilaksana-k&n terlepas dari lingkungannya. Demikian halnya dalam evalua
si
kurikulum
muatan lokal,
tidak dilibatkannya
masyarakat
dalam perencanaan, pelaksanaan maupun penggunaan hasil evalua
si
mengakibatkan
kesenjangan antara
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
setem
pat .
B. Saran-saran
Berdasarkan temuan-temuan selama dilaksanakannya
peneli
tian ini, disarankan hal-hal sebagai berikut:
Pertama,
bagi Depdikbud/Lembaga Pengembang Kurikulum,
mengingat pengembangan dan implementasi kurikulum muatan lokal
di lapangan masih jauh berbeda dengan apa yang telah
digaris-kan
dalam
buku Pedoman Umum
Pelaksanaan
dan
Pengembangan
Kurikulum
Muatan Lokal, disarankan agar senantiasa
melakukan
pemantauan ke lapangan untuk melihat secara langsung
pelaksa
naan
pembelajaran
(pembelajaran muatan lokal)
di
lapangan,
untuk
memperoleh data yang autentik sebagai bahan
untuk
me
lakukan
perbaikan.
Untuk mengefektifkan
peraantauan
ke
la
pangan, bisa dilakukan secara sampel. Agar data yang diperoleh
ben&r-benar
autentik
sebaiknya kedatangan
tim
pemantau
di
lapangan tanpa diberitahukan terlebih dahulu.
Kedua, bagi Lembaga Penataran dan Pelatihan Guru,
Penata
ran
untuk
para guru muatan lokal,
baik
mengenai
persiapan
mengajar, pelaksanaan pembelajaran, maupun evaluasi pembelajar
an muatan lokal, hendaknya lebih menekankan pada hal-hal
yang
lebih praktis dan aplikatif. Untuk kepentingan tersebut
mung
kin
diperlukan
adanya perubahan dan perbaikan
dalam
sistem
penetaran
guru.
Dengan demikian sepulangnya
dari
penataran
para guru benar-benar terampil, mahir, mau, dan mampu
membuat
perencanaan,
melaksanakan
pembelajaran secara
efektif,
dan
melakukan
eveluasi secara efektif pula. Disamping
itu
perlu
dilakukan
penataran
terhadap para
kepala
sekolah
mengenai
tugas dan wewenangnya sehubungan dengan kegiatan
pembelajaran
muatan lokal.
Ketiga,
Bagi
LPTK/IKIP, sebagai
penghasil
calon
guru
SLTP,
berkaitan
dengan
rendahnya
pemahaman
guru
terhadap
pengembangan kurikulum muatan lokal, baik tentang perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasi, disarankan agar proses pembinaan
calon
guru disamping menekankan pada penguasaan materi
keil-muan dan kependidikan, juga harus menekankan pada bidang
yang
berkaitan
dengan kecakapan-kecakapan untuk
mampu
menerapkan
secara
nyata
materi keilmuan
dan
pengetahuan
kependidikan
tersebut ke dalam praktek yang sebenarnya di lapangan.
Keempat,
bagi
Para
Kepala
Sekolah,
disarankan
untuk
senantiasa melakukan pemantauan terhadap kegiatan pembelajaran
yang
dilakukan
oleh para guru, baik
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan
maupun evaluasi
pembelajaran,
dan
disarankan
untuk
melihat secara langsung
terhadap
kegiatan
pembelajaran
yang sedang dilakukan guru.
Hal
tersebut
perlu
dilakukan
karena
disamping untuk melihat
unjuk
kerja
para
guru, juga memotivasi dan membangkitkan semangat kerja mereka.
Kelima,
disarankan kepada Para Guru muatan
lokal,
Agar
proses belajar-mengajar yang dilakukan terkait dengan kebutuh
an masyarakat dan
lingkungannya,
maka disarankan untuk mencari
sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan kebutuhan masyara
kat. Sumber-sumber tersebut bisa didapatkan dalam buku pengem
bangan
wilayah di Kantor Kecamatan (Sekwilcam), atau di
Kan-tor-kantor
Kelurahan/Desa.
Disamping
itu
bisa
ditanyakan
kepada beberapa tokoh masyarakat nonformal.
Keenam,
disarankan
kepada masyarakat,
orang
tua,
dan
pihak
lapangan kerja,
untuk senantiasa
meningkatkan
parti
sipasinya
dalam
pelaksanaan
pendidikan,
karena
pendidikan
merupakan
tanggungjawab bersama antara keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah.
Peningkatan partisipasi
ini
bisa
dilakukan
antara
lain
memberitahukan
program-program
yang
akan
dan
sedang dilaksanakan kepada pihak sekolah untuk dipelajari
dan
disesuaikan dengan program/kurikulum di sekolah.
Akhirnya,
tetapi
bukan terakhir
dalam
kepentingannya,
disarankan kepada para peneliti selanjutnya,
untuk
mengadakan
penelitian
yang berkaitan dengan proses penyusunan
kurikulum
muatan
lokal.
Hal
tersebut disarankan mengingat
pengembangan
kurikulum
muatan
lokal
yang sekarang
terjadi
di
sekolah-sekolah,
tidak jauh berbeda (tidak ada
keunikkan)
dibanding
dengan
kurikulum-kurikulum bidang studi
lainnya.
C. Penutup
Penelitian tentang karakteristik dan implementasi kuriku
lum muatan
lokal dalam kaitannya dengan perkembangan kebutuhan
masyarakat setempat dalam tulisan
ini masih memerlukan
pengka-jian
lebih lanjut,
mengingat bahwa kebutuhan masyarakat
raen-cakup
berbagai hal yang sangat luas dan
kompleks,
sementara
dalam
penelitian
ini terbatas pada
hal-hal
yang
berkaitan
dengan kebutuhan akan pengembangan kebudayaan daerah,
pengem
bangan perekonomian daerah, dan pengembangan kemampuan
masya
rakat
dalam berwiraswasta.
Kendatipun demikian hasil
peneli
tian
ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam
pengembangan kurikulum, khususnya pengembangan kurikulum muatan lokal.
DAPTAR PUSTAKA
Achasius
Kaber.
1988. Pengembangim
KjiriklLlnm^
Jakarta:
Depdikbud. P2LPTK.
Ahmad Abas.
1993.
Pengembangan analan Lokal ££
dan
£LI£
dais*
rangJia
ftajLLb. Belajar
Sembilan. raJum
di
Jawa
tiarai^. Bandung: Lembaga Penelitian IKIP Bandung.
Beane
A. James. (editor). 1995. loiiard A Cnnerejil Cjirrimir:
lain.
Alexandria,
Virginia:
ASCD.
Beeby
c.E.
1979. Assesment of.
Indonesian
Education,
a.
Snide, jji Planing
Jakarta:
BP3K.
Bell-Gredler,
Margaret E. 1986. Learning and.
Instruction
ineorv
and
Practice,. New York:
Macmillan
Publihing
Company.
Bogdan,
Robert C. & Biklen, Sari Knopp.
1985.
Qualitatif
Research for Education. USA: Alin and Bacon Inc