• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN A PERATURAN - PERATURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAMPIRAN A PERATURAN - PERATURAN"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

Engineering Design”, Ann-Arbor Science, Michigan, 1978.

Chow, Ven Te, “Open Channel Hydraulic” , Mc. Graw Hill Inc, New York, 1959.

Droste, Ronald L, “Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment”, John Willey and Sons Inc. New York, 1997

Fair, Geyer, Okun, “Water & Wastewater Engineering-Volume II : Water Purification and Wastewater Treatment and Disposal “, John Wiley & Sons Inc, Toronto, 1968.

Darmasetiawan, Martin, “ Teori dan Perencanaan Instalasi Pengolahan Air”, Ekamitra Engineering, Jakarta, 2004.

JICA, “Design Criteria for Waterwork Facilities”, JICA, Japan, 1990.

Kawamura, Susumu, “ Integrated Design of Water Treatment Facilities”, John Willey & Sons, Inc. New York, 1991.

KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal 29 Tahun 2002 tentang “Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum”.

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang “Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air”.

Schulz, C. R, D. A. Okun, “Surface Water Treatment for Communities in Developing Countries”, John Wiley and Sons, Toronto, 1984.

Streeter, Wylie, Prijono, “ Mekanika Fluida”, Erlangga, Jakarta, 1999. 

_________, “Sekilas 17 Tahun Perjalanan PDAM Tirta Darma Ayu Kabupaten Indramayu”, PDAM Tirta Darma Ayu Kabupaten Indramayu, Indramayu, 2005.

_________, “Indramayu Dalam Angka Tahun 2005”, BPS Kabupaten Indramayu, Indramayu, 2006.

_________, “RUTR Kota Haurgeulis Kabupaten Indramayu”, BAPPEDA Kabupaten Indramayu, Indramayu, 2004.

(2)

_________, “Laporan Debit Harian Bendung Salam Darma dan Saluran Induk Bugis”,PERUM JASA TIRTA II Seksi Patrol Kabupaten Indramayu, Indramayu, 2007.

_________, “Rencana Pokok Penyediaan dan Penggunaan Air”, PERUM JASA TIRTA II Kabupaten Subang, Subang, 2007.

(3)

LAMPIRAN A

PERATURAN - PERATURAN

A.1 Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI

NOMOR 907/MENKES/SK/VII/2002 TANGGAL 29 JULI 2002 TENTANG

SYARAT-SYARAT DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM

1. BAKTERIOLOGIS

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan a. Air Minum :

E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 b. Air yang masuk sistem distribusi:

E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0 c. Air pada sistem distribusi :

E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml sampel 0 Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0

2. KIMIA

A. Bahan-bahan inorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Antimony mg/L 0.005 Air raksa mg/L 0.001 Arsenic mg/L 0.01 Barium mg/L 0.7 Boron mg/L 0.3 Cadmium mg/L 0.003 Kromium mg/L 0.05 Tembaga mg/L 2 Sianida mg/L 0.07 Fluroride mg/L 1.5 Timah mg/L 0.01 Molybdenum mg/L 0.07 Nikel mg/L 0.02

Nitrat (sebagai NO3) mg/L 50 Nitrit (sebagai NO2) mg/L 3

(4)

B. Bahan-bahan inorganik (yang dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Ammonia mg/L 1.5 Aluminium mg/L 0.2 Chloride mg/L 250 Copper mg/L 1 Kesadahan mg/L 500 Hidrogen Sulfide mg/L 0.05 Besi mg/L 0.3 Mangan mg/L 0.1 pH - 6,5 - 8,5 Sodium mg/L 200 Sulfate mg/L 250 Padatan terlarut mg/L 1000 Seng mg/L 3

C. Bahan-bahan organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Chlorinate alkanes : carbon tetrachloride µg/L 2 dichloromethane µg/L 20 1,2 -dichloroethane µg/L 30 1,1,1 -trichloroethane µg/L 2000 Chlorinated ethenes : vinyl chloride µg/L 5 1,1 -dichloroethene µg/L 30 1,2 -dichloroethene µg/L 50 Trichloroethene µg/L 70 Tetrachloroethene µg/L 40 Benzene µg/L 10 Toluene µg/L 700 Xylenes µg/L 500 benzo[a]pyrene µg/L 0,7 Chlorinated benzenes : Monochlorobenzene µg/L 300 1,2 -dichlorobenzene µg/L 1000 1,4 -dichlorobenzene µg/L 300 Trichlorobenzenes (total) µg/L 20 Lain-lain : di(2-ethylhexy)adipate µg/L 80 di(2-ethylhexy)phthalate µg/L 8 Acrylamide µg/L 0.5 Epichlorohydrin µg/L 0.4 Hexachlorobutadiene µg/L 0.6 edetic acid (EDTA) µg/L 200

Nitriloacetic acid µg/L 200 Tributyltin oxide µg/L 2

(5)

D. Bahan-bahan organik (yang kemungkinan menimbulkan keluhan pada konsumen)

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Toluene µg/L 24-170 Xylene µg/L 20-1800 Ethylbenzene µg/L 2-200 Styrene µg/L 4-2600 Monochlorobenzene µg/L 10-12 1.2 -dichlorobenzene µg/L 1-10 1.4 -dichlorobenzene µg/L 0.3-30 Trichlorobenzenes (total) µg/L 5-50 2 -chlorophenol µg/L 600-1000 2,4 -dichlorophenol µg/L 0.3-40 2,4,6 -trochlorophenol µg/L 2-300 E. Pestisida

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Alachlor µg/L 20 Aldicarb µg/L 10 aldrin/dieldrin µg/L 0.03 Atrazine µg/L 2 Bentazone µg/L 30 Carbofuran µg/L 5 Chlordane µg/L 0.2 Chlorotoluron µg/L 30 DDT µg/L 2 1,2 -dibromo-3-chloropropane µg/L 1 2,4 –D µg/L 30 1,2 -dichloropropane µg/L 20 1,3 -dichloropropane µg/L 20

Heptachlor and Heptachlor epoxida µg/L 0.03

Hexachlorobenzene µg/L 1 Isoproturon µg/L 9 Lindane µg/L 2 MCPA µg/L 2 Molinate µg/L 6 Pendimethalin µg/L 20 Pentachlorophenol µg/L 9 Permethrin µg/L 20 Propanil µg/L 20 Pyridate µg/L 100 Simazine µg/L 2 Trifluralin µg/L 20

Chlorophenoxy herbicides selain 2,4-D dan MCPA

2,4 –DB µg/L 90

Dichlorprop µg/L 100

Fenoprop µg/L 9

Mecoprop µg/L 10

(6)

F. Desinfektan dan hasil sampingannya

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Monochloramine, di- dan

trichloramine mg/L 3 Chlorine mg/L 5 Bromate µg/L 25 Chlorite µg/L 200 2,4,6 -trichlorophenol µg/L 200 Formaldehyde µg/L 900 Bromoform µg/L 100 Dibromochloromethane µg/L 100 Bromodichloro-methane µg/L 60 Chloroform µg/L 200

Chlorinated acetic acids :

Dichloroacetic acid µg/L 50 Trichloroacetic acid µg/L 100 Chloral hydrate (Trichloroacetal-dehyde) µg/L 10 Dichloroacetonitrile µg/L 90 Dibromoacetonitrile µg/L 100 Trichloroacetonitrile µg/L 1 Cyanogen chloride µg/L 70 (sebagai CN) µg/L 25 3. RADIOAKTIFITAS

Parameter Satuan Kadar Maksimum yang diperbolehkan Gross alpha activity Bq/L 0.1 Gross beta activity Bq/L 1

4. FISIK

Parameter Satuan Kadar Maksimum

yang diperbolehkan Ket.

Warna TCU 15

Rasa dan bau - - Tidak berbau

dan berasa Temperatur ºC Suhu udara ± 3 ºC

(7)

A.2 Baku Mutu Air Baku Air Minum

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001

TENTANG

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

KELAS PARAMETER SATUAN I II III IV KETERANGAN FISIKA Temperatur oC deviasi 3 deviasi 3 deviasi 3 deviasi 5

Deviasi temperatur dari keadaan almiahnya Residu Terlarut mg/ L 1000 1000 1000 2000 Residu Tersuspensi

mg/L 50 50 400 400 Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/ L

KIMIA ANORGANIK

pH 6-9 6-9 6-9 5-9 Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah

BOD mg/L 2 3 6 12

COD mg/L 10 25 50 100

DO mg/L 6 4 3 0 Angka batas minimum Total Fosfat sbg P mg/L 0,2 0,2 1 5 NO 3 sebagai N mg/L 10 10 20 20

NH3-N mg/L 0,5 (-) (-) (-) Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3 Arsen mg/L 0,05 1 1 1 Kobalt mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2 Barium mg/L 1 (-) (-) (-) Boron mg/L 1 1 1 1 Selenium mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05 Kadmium mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01 Khrom (VI) mg/L 0,05 0,05 0,05 0,01

Tembaga mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 Besi mg/L 0,3 (-) (-) (-) Bagi pengolahan air minum

secara konvensional, Fe ≤ 5 Timbal mg/L 0,03 0,03 0,03 1 Bagi pengolahan air minum

secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/L

Mangan mg/L 0,1 (-) (-) (-) Air Raksa mg/L 0,001 0,002 0,002 0,005

(8)

Seng mg/L 0,05 0,05 0,05 2 Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/L Khlorida mg/l 600 (-) (-) (-) Sianida mg/L 0,02 0,02 0,02 (-) Fluorida mg/L 0,5 1,5 1,5 (-) Nitrit sebagai N

mg/L 0,06 0,06 0,06 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2 ≤ 1

Sulfat mg/L 400 (-) (-) (-)

Khlorin bebas mg/L 0,03 0,03 0,03 (-) Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Belereng

sebagai H2S

mg/L 0,002 0,002 0,002 (-) Bagi pengolahan air minum secara konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L MIKROBIOLOGI Fecal coliform jml/100 ml 100 1000 2000 2000 -Total coliform jml/100 ml 1000 5000 10000 10000

Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml / 100 ml dan total coliform ≤ 10000 jml/100 ml RADIOAKTIVITAS - Gross-A Bq /L 0,1 0,1 0,1 0,1 - Gross-B Bq /L 1 1 1 1 KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug /L 1000 1000 1000 (-) Detergen sebagai MBAS ug /L 200 200 200 (-) Senyawa Fenol ug /L 1 1 1 (-) sebagai Fenol BHC ug /L 210 210 210 (-) Aldrin / Dieldrin ug /L 17 (-) (-) (-) Chlordane ug /L 3 (-) (-) (-) DDT ug /L 2 2 2 2 Heptachlor dan ug /L 18 (-) (-) (-) heptachlor epoxide Lindane ug /L 56 (-) (-) (-) Methoxyclor ug /L 35 (-) (-) (-) Endrin ug /L 1 4 4 (-) Toxaphan ug /L 5 (-) (-) (-)

(9)

Keterangan : mg = miligram ug = mikrogram ml = mililiter L = liter Bq = Bequerel

MBAS = Methylene Blue Active Substance ABAM = Air Baku untuk Air Minum

Logam berat merupakan logam terlarut

Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.

Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum. Nilai DO merupakan batas minimum.

Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas termasuk, parameter tersebut tidak dipersyaratkan Tanda ≤ adalah lebih kecil atau sama dengan

(10)

LAMPIRAN B

PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK

Proyeksi penduduk sangat diperlukan dalam perencanaan untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air minum selama periode perencanaan. Proyeksi penduduk ini dilakukan berdasarkan Buku Indramayu Dalam Angka Tahun 2005 dan beberapa tahun sebelumnya. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis pada tahun 1996 – 2005 dapat dilihat pada tabel B.1 berikut ini :

Tabel B. 1 Jumlah Penduduk di Kecamatan Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis pada Tahun 1996 – 2005

Jumlah Penduduk (jiwa) Tahun

Sukra Anjatan Haurgeulis Jumlah 1996 86.456 84.502 74.165 245.123 1997 86.634 84.737 74.251 245.622 1998 86.785 84.564 74.203 245.552 1999 86.966 86.438 74.294 247.698 2000 86.606 85.147 78.543 250.296 2001 86.843 88.143 78.897 253.883 2002 87.389 88.500 79.418 255.307 2003 91.969 89.415 91.840 273.224 2004 92.847 89.390 90.030 272.267 2005 97.811 85.115 90.496 273.422 Sumber : Indramayu Dalam Angka Tahun 2005 dan tahun sebelumnya.

B.1 Metode Aritmatika Rumus:

(

n 0

)

0 n P r T T P = + − n P P )/ ( r= 21

Dengan, Pn = jumlah penduduk tahun ke-n

P0 = jumlah penduduk awal

r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun rata-rata Tn = tahun yang diproyeksi

(11)

T0 = tahun awal

P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)

n = jangka waktu

Tabel B. 2 Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika Tahun Jumlah Penduduk (P) Kenaikan Proyeksi Jumlah Penduduk (Pn) 1996 245.123 245.123 1997 245.622 499 248.268 1998 245.552 -70 251.412 1999 247.698 2.145 254.556 2000 250.296 2.598 257.700 2001 253.883 3.587 260.845 2002 255.307 1.424 263.989 2003 273.224 17.916 267.133 2004 272.267 -957 270.278 2005 273.422 1.155 273.422 Rata-rata 256.239,47 3.144,31   r = 3.144,31 Pr = 256.239,47

Tabel B. 3 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Aritmatika Tahun P Pn (Pn - Pr)2 (Pn - P)2 1996 245.123 245.123 123.571.545 0 1997 245.622 248.268 63.552.189 6.996.236 1998 245.552 251.412 23.306.219 34.333.449 1999 247.698 254.556 2.833.635 47.037.744 2000 250.296 257.700 2.134.436 54.829.683 2001 253.883 260.845 21.208.623 48.463.074 2002 255.307 263.989 60.056.195 75.371.988 2003 273.224 267.133 118.677.153 37.091.752 2004 272.267 270.278 197.071.496 3.957.359 2005 273.422 273.422 295.239.226 0 Jumlah 907.650.716 308.081.284

(12)

(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 r n 2 n 2 r n 2 P P P P P P r 0,660573 6 907.650.71 284 . 081 . 308 716 . 650 . 907 = − = r = 0,812756

(

)

2

[

(

)

2

]

12

/

=

n

n

P

P

P

P

STD

n n 6733 , 265 . 5 10 ) 10 / 284 . 081 . 308 ( 4 308.081.28 12 = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =   Gambar B. 1 Proyeksi Penduduk Metode Aritmatika

  B.2 Metode Geometrik Rumus:

(

)

n 0 n P 1 r P = + 1 1 2 P P P r= −

Dengan, Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi

P0 = jumlah penduduk tahun awal

(13)

n = jangka waktu

P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)

P2 = jumlah penduduk tahun berikutnya (yang diketahui)

Tabel B. 4 Proyeksi Penduduk Metode Geometrik

Tahun Penduduk Jumlah (P)

Rasio ( r ) Penduduk Proyeksi (Pn) 1996 245.123 245.123 1997 245.622 0,002037 248.169 1998 245.552 -0,00029 251.253 1999 247.698 0,008737 254.375 2000 250.296 0,010489 257.536 2001 253.883 0,014333 260.736 2002 255.307 0,005609 263.976 2003 273.224 0,070175 267.256 2004 272.267 -0,0035 270.577 2005 273.422 0,004242 273.940 Rata-rata 256.239,47 0,012426 r = 0,012426 Pr = 256.239,47

Tabel B. 5 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Geometrik Tahun P Pn (Pn - Pr)2 (Pn - P)2 1996 245.123 245.123 123.571.545 0 1997 245.622 248.169 65.130.255 6.485.532 1998 245.552 251.253 24.865.583 32.496.686 1999 247.698 254.375 3.476.095 44.586.578 2000 250.296 257.536 1.680.856 52.420.700 2001 253.883 260.736 20.219.980 46.962.563 2002 255.307 263.976 59.855.201 75.146.799 2003 273.224 267.256 121.370.447 35.609.607 2004 272.267 270.577 205.572.434 2.855.185 2005 273.422 273.940 313.291.278 267.816 Jumlah 939.033.674 296.831.466

(14)

(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 r n 2 n 2 r n 2 P P P P P P r 0,683897 4 939.033.67 466 . 831 . 296 674 . 033 . 939 = − = r = 0,826981

(

)

2

[

(

)

2

]

12

/

=

n

n

P

P

P

P

STD

n n 6393 , 168 . 5 10 ) 10 / 466 . 831 . 296 ( 466 . 831 . 96 2 12 = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =   Gambar B. 2 Proyeksi Penduduk Metode Geometrik

B.3 Metode Regresi Linear Rumus: bx a y= +

( )

( )

∑ ∑

− − = 2 2 2 x x N xy x x y a

( )

( )

∑ ∑

− − = 2 2 x x N y x xy N b

(15)

Tabel B. 6 Proyeksi Penduduk Metode Regresi Linear

Tahun Penduduk Jumlah (P) x y x2 xy Penduduk Proyeksi (Pn) 1996 245.123 1 245.123 1 245.123 239.713 1997 245.622 2 245.622 4 491.245 243.385 1998 245.552 3 245.552 9 736.657 247.058 1999 247.698 4 247.698 16 990.791 250.731 2000 250.296 5 250.296 25 1.251.479 254.403 2001 253.883 6 253.883 36 1.523.299 258.076 2002 255.307 7 255.307 49 1.787.152 261.748 2003 273.224 8 273.224 64 2.185.789 265.421 2004 272.267 9 272.267 81 2.450.403 269.093 2005 273.422 10 273.422 100 2.734.220 272.766 Jumlah 55 2.562.395 385 14.396.158

( )

( )

236.040,34 ) 55 ( ) 385 10 ( ) 158 . 396 . 14 55 ( ) 385 395 . 562 . 2 ( 2 2 2 2 = − × × − × = − − =

∑ ∑

x x N xy x x y a

( )

( )

3.672,5694 ) 55 ( ) 385 10 ( ) 395 . 562 . 2 55 ( ) 158 . 396 . 14 10 ( 2 2 2 × − = × − × = − − =

∑ ∑

x x N y x xy N b Persamaan : y = 236.040,34 + 3.672,5694x

Tabel B. 7 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Regresi Linear Tahun P Pn (Pn - Pr)2 (Pn - P)2 1996 245.123 239.713 273.127.260 29.271.220 1997 245.622 243.385 165.225.132 5.004.126 1998 245.552 247.058 84.298.537 2.267.142 1999 247.698 250.731 30.347.473 9.198.440 2000 250.296 254.403 3.371.941 16.871.156 2001 253.883 258.076 3.371.941 17.577.435 2002 255.307 261.748 30.347.473 41.486.031 2003 273.224 265.421 84.298.537 60.883.387 2004 272.267 269.093 165.225.132 10.071.317 2005 273.422 272.766 273.127.260 430.289 Jumlah 1.112.740.688 193.060.544 Pr = 256.239,47

(16)

(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 r n 2 n 2 r n 2 P P P P P P r 0,8265 688 1.112.740. 544 . 060 . 193 688 . 740 . 112 . 1 = − = r = 0,909120

(

)

2

[

(

)

2

]

12

/

=

n

n

P

P

P

P

STD

n n 3869 , 168 . 4 10 ) 10 / 544 . 060 . 193 ( 544 . 060 . 193 12 = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =   Gambar B. 3 Proyeksi Penduduk Metode Regresi Linear

  B.4 Metode Eksponensial Rumus: n bx ae y=

(

)

⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = ln y b x N 1 a ln

(

)

(

)

(

2

)

( )

2 x x lny x y ln x b

∑ ∑

− − = N N

(17)

Tabel B. 8 Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial

Tahun Penduduk Jumlah (P) x x2 y ln y x ln y Penduduk Proyeksi (Pn) 1996 245.123 1 1 245.123 12,4095 12,4095 240.142 1997 245.622 2 4 245.622 12,4116 24,8231 243.577 1998 245.552 3 9 245.552 12,4113 37,2338 247.061 1999 247.698 4 16 247.698 12,4200 49,6799 250.594 2000 250.296 5 25 250.296 12,4304 62,1520 254.178 2001 253.883 6 36 253.883 12,4446 74,6678 257.813 2002 255.307 7 49 255.307 12,4502 87,1516 261.501 2003 273.224 8 64 273.224 12,5180 100,1444 265.241 2004 272.267 9 81 272.267 12,5145 112,6308 269.034 2005 273.422 10 100 273.422 12,5188 125,1877 272.882 Jumlah 55 385 2.562.395 124,5289 686,0805

(

)

(

)

(

)

( )

0,014201 ) 55 ( ) 385 10 ( ) 5289 , 124 55 ( ) 0805 , 686 10 ( x x lny x y ln x b 2 2 2 × − = × − × = − − =

∑ ∑

N N

(

)

(124,5289 (0,014201 55)) 12,374786 10 1 x b y ln N 1 a ln ⎟ − × = ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =

a = 236.756,24 Persamaan : y = 236.756,24e0,014201x

Tabel B. 9 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Eksponensial Tahun P Pn (Pn - Pr)2 (Pn - P)2 1996 245.123 240.142 259.117.600 24.808.929 1997 245.622 243.577 160.341.465 4.184.473 1998 245.552 247.061 84.253.142 2.274.594 1999 247.698 250.594 31.871.418 8.388.377 2000 250.296 254.178 4.249.652 15.072.001 2001 253.883 257.813 2.476.845 15.445.372 2002 255.307 261.501 27.678.745 38.355.359 2003 273.224 265.241 81.018.982 63.730.679 2004 272.267 269.034 163.700.236 10.452.208 2005 273.422 272.882 276.965.441 291.868 Jumlah 1.091.673.526 183.003.860 Pr = 256.239,47

(18)

(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 r n 2 n 2 r n 2 P P P P P P r 0,832364 526 1.091.673. 860 . 003 . 183 526 . 673 . 091 . 1 = − = r = 0,912340

(

)

2

[

(

)

2

]

12 / ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − =

n n P P P P STD n n 3676 , 058 . 4 10 ) 10 / 860 . 003 . 183 ( 860 . 003 . 83 1 12 = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =   Gambar B. 4 Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial

B.5 Metode Logaritmik Rumus: x ln b a y= +

[

]

= 1 y b (lnx) N a

(

)

( )

(

)

∑ ∑

− − = 2 2 ln ln ln ln x x N x y x y N b

(19)

Tabel B. 10 Proyeksi Penduduk Metode Logaritmik

Tahun Penduduk Jumlah (P) x y ln x (ln x)2 y ln x Penduduk Proyeksi (Pn) 1996 245.123 1 245.123 0 0 0 236.389 1997 245.622 2 245.622 0,693147 0,4805 170.253 245.498 1998 245.552 3 245.552 1,098612 1,2069 269.767 250.827 1999 247.698 4 247.698 1,386294 1,9218 343.382 254.608 2000 250.296 5 250.296 1,609438 2,5903 402.835 257.541 2001 253.883 6 253.883 1,791759 3,2104 454.898 259.937 2002 255.307 7 255.307 1,945910 3,7866 496.805 261.963 2003 273.224 8 273.224 2,079442 4,3241 568.153 263.717 2004 272.267 9 272.267 2,197225 4,8278 598.232 265.265 2005 273.422 10 273.422 2,302585 5,3019 629.577 266.650 Jumlah 55 2.562.395 15,104413 27,6502 3.933.901

(

)

( )

(

)

(10 27,6502) (15,104413) 13.142,23 ) 104413 , 15 73 , 394 . 562 . 2 ( ) 901 . 933 . 3 10 ( ln ln ln ln 2 2 2 × − = × − × = − − =

∑ ∑

x x N x y x y N b

[

]

[

2.562.395 (13.142,23 15,104413)

]

236.388,9 10 1 ) (ln 1 = × = =

y b

x N a Persamaan : y = 236.388,9 + 13.142,23ln x

Tabel B. 11 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Logaritmik Tahun P Pn (Pn - Pr)2 (Pn - P)2 1996 245.123 236.389 394.044.816 76.287.791 1997 245.622 245.498 115.370.465 15.391 1998 245.552 250.827 29.293.531 27.823.271 1999 247.698 254.608 2.662.010 47.750.594 2000 250.296 257.541 1.692.696 52.486.729 2001 253.883 259.937 13.668.902 36.643.752 2002 255.307 261.963 32.753.085 44.290.916 2003 273.224 263.717 55.919.452 90.369.230 2004 272.267 265.265 81.466.192 49.023.304 2005 273.422 266.650 108.379.223 45.859.883 Jumlah 835.250.372 470.550.860 Pr = 256.239,47

(20)

(

)

(

)

(

)

− − − − = 2 r n 2 n 2 r n 2 P P P P P P r 0,436635 2 835.250.37 860 . 550 . 470 372 . 250 . 835 = − = r = 0,660784

(

)

2

[

(

)

2

]

12

/

=

n

n

P

P

P

P

STD

n n 6553 , 507 . 6 10 ) 10 / 860 . 550 . 470 ( 860 . 550 . 70 4 12 = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − =   Gambar B. 5 Proyeksi Penduduk Metode Logaritmik

 

B.6 Pemilihan Metode Proyeksi

Metode proyeksi yang digunakan dalam menentukan jumlah penduduk di masa mendatang adalah metode yang memberikan nilai korelasi paling besar dan standar deviasi paling kecil. Perbandingan nilai-nilai tersebut terlihat pada tabel B.12.

(21)

Tabel B. 12 Perbandingan Nilai Korelasi dan Standar Deviasi Setiap Metode Proyeksi

Metode Proyeksi Tahun

Aritmatika Geometrik

Regresi

Linear Eksponensial Logaritmik 1996 245.123 245.123 239.713 240.142 236.389 1997 248.268 248.169 243.385 243.577 245.498 1998 251.412 251.253 247.058 247.061 250.827 1999 254.556 254.375 250.731 250.594 254.608 2000 257.700 257.536 254.403 254.178 257.541 2001 260.845 260.736 258.076 257.813 259.937 2002 263.989 263.976 261.748 261.501 261.963 2003 267.133 267.256 265.421 265.241 263.717 2004 270.278 270.577 269.093 269.034 265.265 2005 273.422 273.940 272.766 272.882 266.650 r2 0,660573 0,683897 0,826500 0,832364 0,436635 r 0,812756 0,826981 0,909120 0,912340 0,660784 STD 5.265,6733 5.168,6393 4.168,3869 4.058,3676 6.507,6553

Berdasarkan tabel B.12 maka digunakan metode eksponensial sebagai metode proyeksi penduduk. Hasil proyeksi penduduk setiap metode selama periode perencanaan ditunjukkan oleh gambar B.6 dan tabel B.13.

  Gambar B. 6 Proyeksi Penduduk

(22)

Tabel B. 13 Hasil Proyeksi Penduduk Metode Proyeksi Tahun

Aritmatika Geometrik

Regresi

Linear Eksponensial Logaritmik 1996 245.123 245.123 239.713 240.142 236.389 1997 248.268 248.169 243.385 243.577 245.498 1998 251.412 251.253 247.058 247.061 250.827 1999 254.556 254.375 250.731 250.594 254.608 2000 257.700 257.536 254.403 254.178 257.541 2001 260.845 260.736 258.076 257.813 259.937 2002 263.989 263.976 261.748 261.501 261.963 2003 267.133 267.256 265.421 265.241 263.717 2004 270.278 270.577 269.093 269.034 265.265 2005 273.422 273.940 272.766 272.882 266.650 2006 276.566 277.344 276.439 276.785 267.903 2007 279.711 280.790 280.111 280.743 269.046 2008 282.855 284.279 283.784 284.758 270.098 2009 285.999 287.811 287.456 288.831 271.072 2010 289.144 291.388 291.129 292.962 271.979 2011 292.288 295.009 294.801 297.152 272.827 2012 295.432 298.675 298.474 301.402 273.624 2013 298.576 302.386 302.147 305.712 274.375 2014 301.721 306.143 305.819 310.085 275.085 2015 304.865 309.948 309.492 314.519 275.760 2016 308.009 313.799 313.164 319.018 276.401 2017 311.154 317.698 316.837 323.580 277.012 2018 314.298 321.646 320.509 328.208 277.596 2019 317.442 325.643 324.182 332.902 278.156 2020 320.587 329.689 327.855 337.663 278.692 2021 323.731 333.786 331.527 342.493 279.208 2022 326.875 337.934 335.200 347.391 279.704 2023 330.020 342.133 338.872 352.360 280.181 2024 333.164 346.385 342.545 357.399 280.643 2025 336.308 350.689 346.217 362.511 281.088 2026 339.453 355.047 349.890 367.695 281.519 2027 342.597 359.458 353.563 372.954 281.936 2028 345.741 363.925 357.235 378.288 282.341 2029 348.885 368.447 360.908 383.698 282.733

(23)

LAMPIRAN C

PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM

C.1 Standar Kebutuhan Air Minum

Kebutuhan air minum dihitung dengan mengacu kepada standar kebutuhan air minum yang telah berlaku dan pola penggunaan air di wilayah perencanaan. Berbagai standar kebutuhan air ditunjukkan oleh tabel C.1, C.2 dan C.3.

Tabel C. 1 Standar Pemakaian Air Menurut PPSAB, Jawa Barat No. Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan

1 Sambungan Rumah L/o/h 100-200

2 Hidran Umum L/o/h 30-40

3 Sekolah L/murid/h 15-30 4 Kantor L/peg/h 40-80 5 Mesjid L/unit/h 800-2000 6 Langgar L/unit/h 300-1000 7 Gereja L/unit/h 200-600 8 Pura/Vihara L/unit/h 100-500 9 Pesantren L/unit/h 5000 10 Rumah Sakit L/tt/h 200-400 11 Puskesmas L/unit/h 1000-2000

12 Puskesmas Pembantu L/unit/h 800-1200 13 BKIA/RS. Bersalin L/unit/h 600-1000 14 Balai Pengobatan L/unit/h 1000-2000

15 Apotek L/unit/h 100 16 Bank L/unit/h 1100-1500 17 Warung/Toko L/unit/h 6-12 18 Pasar L/unit/h 2500-5000 19 Koperasi L/unit/h 500-1000 20 Asuransi L/unit/h 1100 21 Terminal L/unit/h 2000-4500 22 Supermarket L/unit/h 1500-2500 23 Restoran L/kursi/h 40-140 24 Bioskop L/unit/h 1000-3000

25 Gedung Serba Guna L/unit/h 1000-3000 26 Balai Pertemuan L/unit/h 2000

(24)

28 Kantor Polisi L/unit/h 2000 29 Hotel/Penginapan L/tt/h 75-150 No. Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan

30 Gelanggang Olahraga L/unit/h 1200-1600 31 Kolam Renang L/unit/h 1000-1300

32 Industri L/o/h 20-30

Sumber: PPSAB, Jawa Barat

Tabel C. 2 Standar Pemakaian Air Menurut PU Cipta Karya

No. Jenis Pemakaian Satuan Kebutuhan

1 Sambungan Rumah L/o/h 150

2 Hidran Umum L/o/h 30

3 Sekolah L/murid/h 10 4 Kantor L/peg/h 10 5 Rumah Sakit L/tt/h 200 6 Puskesmas L/unit/h 2000 7 Pasar m³/hektar/h 12 8 Restoran L/kursi/h 100 9 Hotel/Penginapan L/tt/h 150

Sumber: PU Cipta Karya

Tabel C. 3 Pedoman Perencanaan Jumlah Konsumsi Air (dalam L/orang/hari) Domestik Populasi SR HU Rata-rata Non Domestik Kehilangan Air Rata-rata >1.000.000 210 30 120 72 78 240 500.000-1.000.000 170 30 100 40 35 175 100.000-500.000 150 30 90 27 29 146 20.000-100.000 90 30 60 12 18 90 <20.000 60 30 45 2,5 12 60 Sumber : Iwaco-Waseco

C.2 Kebutuhan Air Minum Domestik

Kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air untuk sambungan rumah dan hidran umum. Standar kebutuhan air untuk sambungan rumah dan hidran umum yaitu :

• Sambungan Rumah : 100 - 150 L/orang/hari • Hidran Umum : 30 – 50 L/orang/hari

(25)

Kebutuhan-kebutuhan air tersebut akan diproyeksikan naik untuk tahun-tahun ke depan, dikarenakan meningkatnya kebutuhan manusia akan air bersih di masa mendatang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel C.4 dan C.5.

Tabel C. 4 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Sambungan Rumah

Satuan 2005 2014 2019 2024 2029

Jumlah Penduduk jiwa 272882 310085 332902 357399 383698

Persentase % 20 50 60 70 80

Jumlah Penduduk SR jiwa 54576 155042 199741 250179 306959 Kebutuhan Standar l/o/hr 100 110 120 130 140 Jumlah Kebutuhan Air l/hr 5457635 17054655 23968964 32523307 42974205

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel C. 5 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Hidran Umum

Satuan 2005 2014 2019 2024 2029

Jumlah Penduduk jiwa 272882 310085 332902 357399 383698

Persentase % 80 50 40 30 20

Jumlah Penduduk HU jiwa 218305 155042 133161 107220 76740 Kebutuhan Standar l/o/hr 30 30 40 40 50 Jumlah Kebutuhan Air l/hr 6549162 4651270 5326437 4288788 3836983

Sumber : Hasil Perhitungan

C.3 Kebutuhan Air Minum Non Domestik

Kebutuhan air non domestik meliputi kebutuhan air untuk berbagai fasilitas umum dan sosial yang berada di wilayah perencanaan selama periode perencanaan.

C.3.1 Fasilitas Pendidikan

Kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap tingkat pendidikan, asumsi yang diambil adalah Madrasah menampung ±200 orang, Pondok Pesantren menampung ±70 orang, TK menampung ±70 orang, SD menampung ±240 orang, SMP dan SMU menampung ±360 murid, SMK menampung ±250 orang, Sekolah Akademi menampung ±500 orang. Jadi, standar yang dipakai adalah :

• Madrasah : 15 L/murid/hari • Pesantren : 100 L/murid/hari

(26)

• TK : 15 L/murid/hari • SD : 15 L/murid/hari • SLTP : 15 L/murid/hari • SMU : 15 L/murid/hari • Sekolah Akademi : 15 L/murid/hari

Perhitungan kebutuhan air fasilitas pendidikan ditunjukkan oleh tabel C.6.

Tabel C. 6 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Pendidikan

2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas

Pendidikan Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Madrasah 43 129000 49 146587 52 157374 56 168954 60 181387 Pondok Pesantren 19 133000 22 151132 23 162253 25 174193 27 187011 TK 24 25200 27 28636 29 30743 31 33005 34 35434 SD 119 428400 135 486805 145 522627 156 561084 167 602372 SMP 21 113400 24 128860 26 138342 28 148522 30 159451 SMU 6 32400 7 36817 7 39526 8 42435 8 45558 SMK 5 18750 6 21306 6 22874 7 24557 7 26364 Sekolah Akademi 0 0 1 6986 1 7500 2 15000 2 15000 Jumlah Keb. Air (l/hr) 880150 1007130 1081240 1167751 1252576

Sumber : Hasil Perhitungan C.3.2 Fasilitas Peribadatan

Kebutuhan air untuk fasilitas peribadatan ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap tempat peribadatan yaitu :

• Mesjid : 1500 L/unit/hari • Langgar : 500 L/unit/hari • Musholla : 500 L/unit/hari • Gereja : 200 L/unit/hari • Vihara 150 L/unit/hari

(27)

Tabel C. 7 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Peribadatan

2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas

Peribadatan Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Masjid 131 196500 149 223290 160 239720 172 257360 184 276298 Langgar 472 236000 536 268175 576 287908 618 309094 664 331839 Musholla 49 24500 56 27840 60 29889 64 32088 69 34449 Gereja Protestan 4 800 5 909 5 976 5 1048 6 1125 Gereja Katolik 2 400 2 455 2 488 3 524 3 562 Vihara 2 300 2 341 2 366 3 393 3 422 Jumlah Keb. Air

(l/hr) 458500 521009 559347 600507 644696

Sumber : Hasil Perhitungan C.3.3 Fasilitas Kesehatan

Kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap fasilitas kesehatan yaitu :

• Puskesmas : 1200 L/unit/hari • Puskesmas Pembantu : 1000 L/unit/hari

• Rumah sakit : 30.000 L/unit/hari (dengan asumsi satu rumah sakit memiliki 100 tempat tidur) • BKIA/RS Bersalin : 800 L/unit/hari

• Balai Pengobatan : 1500 L/unit/hari • Apotek : 100 L/unit/hari

Perhitungan kebutuhan air fasilitas kesehatan ditunjukkan oleh tabel C.8.

Tabel C. 8 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Kesehatan

2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas

Kesehatan Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Puskesmas 7 8400 8 9545 9 10248 9 11002 10 11811 Puskesmas Pembantu 8 8000 9 9091 10 9760 10 10478 11 11249 Rumah sakit 4 120000 5 136360 5 146394 5 157167 6 168732 Rumah sakit bersalin 3 2623 4 2981 4 3200 4 3435 5 3688 Balai pengobatan 6 9000 7 10227 7 10980 8 11787 8 12655 Apotek 9 902 10 1025 11 1100 12 1181 13 1268 Jumlah Keb. Air

(l/hr) 148925 169228 181681 195050 209403

(28)

C.3.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kebutuhan air untuk fasilitas perdagangan dan jasa ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap fasilitas perdagangan dan jasa yaitu :

• Bank : 1200 L/unit/hari • Pelayanan Telepon,

Pos, dan PLN : 1000 L/unit/hari • Kantor Polisi : 2000 L/unit/hari • Perkantoran : 1000 L/unit/hari • Terminal : 2000 L/unit/hari • Stasiun Kereta Api : 2000 L/unit/hari • Pasar : 4000 L/unit/hari

• Restoran : 10.000 L/unit/hari (dengan asumsi satu restoran memiliki 100 kursi)

• Koperasi : 1000 L/unit/hari • Minimarket : 1000 L/unit/hari

Perhitungan kebutuhan air fasilitas perdagangan dan jasa ditunjukkan oleh tabel C.9.

(29)

Tabel C. 9 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Perdagangan dan Jasa

2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas

Perdag&Jasa Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Bank 5 6000 6 6818 6 7320 7 7858 7 8437 Pelayanan Telepon 3 3000 3 3409 4 3660 4 3929 4 4218 Pelayanan Pos 2 2000 2 2273 2 2440 3 2619 3 2812 Pelayanan PLN 3 3000 3 3409 4 3660 4 3929 4 4218 Kantor Polisi 2 4000 2 4545 2 4880 3 5239 3 5624 Perkantoran 10 10000 11 11363 12 12200 13 13097 14 14061 Terminal 1 2000 1 2273 1 2440 1 2619 1 2812 Stasiun kereta api 1 2000 1 2273 1 2440 1 2619 1 2812 Pasar 3 12000 3 13636 4 14639 4 15717 4 16873 Restoran 8 80000 9 90907 10 97596 10 104778 11 112488 Koperasi 5 5000 6 5682 6 6100 7 6549 7 7030 Minimarket 6 6000 7 6818 7 7320 8 7858 8 8437 Jumlah Keb. Air

(l/hr) 135000 153405 164693 176812 189823

Sumber : Hasil Perhitungan

C.3.5 Fasilitas Umum dan Rekreasi

Kebutuhan air untuk fasilitas umum dan rekreasi ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap fasilitas umum, rekreasi dan olahraga yaitu :

• Kantor Kecamatan : 1500 L/unit/hari (dengan asumsi tiap kantor kecamatan memiliki 30 pegawai)

• Kantor Desa : 750 L/unit/hari (dengan asumsi tiap kantor desa memiliki 15 pegawai) • Balai Pertemuan : 2000 L/unit/hari

• Tempat Rekreasi : 2000 L/unit/hari • Taman Lingkungan : 1000 L/unit/hari • Bioskop : 1500 L/unit/hari

• Hotel/Penginapan : 5000 L/unit/hari (dengan asumsi tiap hotel memiliki 40 tempat tidur)

(30)

• Kolam renang : 1200 L/unit/hari

Perhitungan kebutuhan air fasilitas umum dan rekreasi ditunjukkan oleh tabel C.10.

Tabel C. 10 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Fasilitas Umum dan Rekreasi

2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas Umum,

Rekreasi, dan

Olahraga Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air

Kantor Kecamatan 3 4500 4 6000 4 6000 4 6000 4 6000 Kantor Desa 38 28500 43 32386 46 34769 50 37327 53 40074 Balai pertemuan 0 0 1 1863 1 2000 1 2147 1 2305 Tempat rekreasi 1 2000 1 2273 1 2440 1 2619 1 2812 Taman lingkungan 0 0 1 931 1 1000 1 1074 1 1153 Bioskop 0 0 1 1397 1 1500 1 1610 1 1729 Hotel/penginapan 0 0 2 9315 2 10000 2 10736 2 11526 GOR 1 1500 1 1705 1 1830 1 1965 1 2109 Kolam renang 0 0 1 1118 1 1200 1 1288 1 1383 Jumlah Keb. Air

(l/hr) 36500 56987 60738 64766 69091

Sumber : Hasil Perhitungan C.3.6 Fasilitas Kegiatan Industri

Kebutuhan air untuk kegiatan industri ditentukan dengan menggunakan standar kebutuhan setiap kegiatan indutri yaitu :

• Industri kecil : 1250 L/unit/hari (dengan asumsi tiap industri kecil memiliki 50 pegawai)

• Industri sedang : 7500 L/unit/hari (dengan asumsi tiap industri sedang memiliki 300 pegawai)

• Industri besar : 18.750 L/unit/hari (dengan asumsi tiap industri besar memiliki 750 pegawai)

(31)

Tabel C. 11 Perhitungan Kebutuhan Air Untuk Kegiatan Industri

2005 2014 2019 2024 2029 Kegiatan

Industri Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Unit Keb. Air Industri kecil 12 15000 18 22500 27 33750 30 37500 45 56250 Industri sedang 0 0 5 37500 10 75000 15 112500 20 150000 Industri besar 0 0 1 17465 1 18750 2 37500 2 37500 Jumlah Keb. Air

(l/hr) 15000 77465 127500 187500 243750

Sumber : Hasil Perhitungan

C.3.7 Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Non Domestik

Jumlah dari kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan dapat diketahui pada tabel C.12.

Tabel C. 12 Rekapitulasi Kebutuhan Air Minum Non Domestik Kebutuhan Air (liter/hari) Jenis 2005 2014 2019 2024 2029 Fasilitas Pendidikan 880150 1007130 1081240 1167751 1252576 Fasilitas Peribadatan 458500 521009 559347 600507 644696 Fasilitas Kesehatan 148925 169228 181681 195050 209403 Fasilitas Perdag&Jasa 135000 153405 164693 176812 189823 Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga 36500 56987 60738 64766 69091 Fasilitas Kegiatan Industri 15000 77465 127500 187500 243750 Total Kebutuhan Air 1674075 1985223 2175200 2392387 2609338 Total Kebutuhan Air (L/det) 19 23 25 28 30

(32)

LAMPIRAN D

PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN KIMIA

Lampiran ini menguraikan perhitungan kebutuhan bahan kimia pada masing-masing unit pengolahan air minum yang memerlukan penambahan bahan kimia, serta memperhitungkan pula pengaruh yang diberikan oleh penambahan zat kimia tersebut terhadap korosifitas air melalui perhitungan dengan menggunakan Langelier Index.

D.1. Kondisi Air Baku

Kondisi air baku yang berasal dari Saluran Induk Bugis Sektor Anjatan ( dengan pengambilan sampling pada tanggal 23 Agustus 2007), berdasarkan hasil pemeriksaan lab adalah sebagai berikut :

ƒ Suhu = 25°C ƒ pH = 7,47

ƒ CO2 = 4,27 mg/L = 9,7 x 10-5 mol/L

ƒ HCO3- = 60,57 mg/L = 9,93 x 10-4 mol/L

ƒ Ca2+ = 11,25 mg/L = 2,81 x 10-4 mol/L ƒ Kesadahan = 41,77 mg/L CaCO3 = 4,18 x 10-4 mol/L

Berdasarkan Fair, Geyer, dan Okun (1968) konstanta Langelier Index untuk air pada suhu 25 °C adalah sebagai berikut :

ƒ K1 (25°C) = 4,466 x 10-7 maka pK1 = 6,35

ƒ K2 (25°C) = 4,4667 x 10-11 maka pK2 = 10,35

ƒ KS (25°C) = 4,571 x 10-9 maka pKS = 8,34

Perhitungan Langelier Index ƒ pH = 7,47 ƒ μ = 4HT 4 4 4 10 79 , 6 10 93 , 9 ) 10 18 , 4 4 ( − − − × = × − × ⋅ =

(33)

ƒ pK1’ 0,5 5 , 0 1 4 , 1 1 μ μ + − = pK

(

)

(

)

33 , 6 02 , 0 35 , 6 10 79 , 6 4 , 1 1 10 79 , 6 35 , 6 0,5 4 5 , 0 4 = − = × + × − = − − ƒ K1’ =10−6,33 7 10 73 , 4 × − = ƒ pK2’ 0,5 5 , 0 2 4 , 1 1 2 μ μ + − = pK

(

)

(

)

30 , 10 05 , 0 35 , 10 10 79 , 6 4 , 1 1 10 79 , 6 2 35 , 10 0,5 4 5 , 0 4 = − = × + × − = − − ƒ pKs’ 0,5 5 , 0 9 , 3 1 4 μ μ + − = pKS

(

)

(

)

25 , 8 09 , 0 34 , 8 10 79 , 6 9 , 3 1 10 79 , 6 4 34 , 8 0,5 4 5 , 0 4 = − = × + × − = − − ƒ pCa2+=log

(

2,81×10−4

)

55 , 3 = ƒ pHCO3- =−log

(

9,93×10−4

)

00 , 3 = ƒ pHs = pK2' + pCa2 + pHCO3 − pKs' − + 60 , 8 25 , 8 00 , 3 55 , 3 30 , 10 = − + + =

(34)

ƒ LI = pHpHs 13 , 1 60 , 8 47 , 7 − = − =

ƒ LI < 0 → Air bersifat agresif

D.2. Kondisi Air Setelah Proses Koagulasi

Proses koagulasi ini bertujuan untuk menghilangkan partikel-partikel koloid yang terdapat di dalam air. Proses koagulasi dilakukan dengan pembubuhan Alumunium Sulfat (alum) ke dalam air baku sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :

2 2 4 2 3 3 2 3 4 2(SO ) 18H O 6HCO 2Al(OH) 18H O 3SO 6CO Al ⋅ + − → + + − +

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa setiap 1 mol alum yang digunakan akan mengurangi 6 mol HCO3- dari dalam air baku serta

membentuk 6 mol CO2.

Dosis alum yang dibubuhkan ke dalam air baku diperoleh berdasarkan hasil jar test yang dilakukan di laboratorium Berdasarkan hasil percobaan tersebut kebutuhan alum untuk proses ini adalah sebagai berikut :

ƒ Kebutuhan Alum (1 ml = 10 mg), ml Alum = 3 ml/L ƒ Kebutuhan Alum, mg Alum = 30 mg/L

ƒ Kebutuhan Alum, mol Alum = 8,77×10−5 mol/L

Sehingga dengan penambahan alum tersebut akan terjadi perubahan dalam kandungan air sebagai berikut :

ƒ Pengurangan HCO3-, mol HCO3- = 6

1 10 77 , 8 5 × × − = 5,26×10−4 mol/L ƒ Penambahan CO2, mol CO2 = 6 1 10 77 , 8 5 × × − = 5,26×10−4 mol/L

(35)

Kondisi air baku setelah proses koagulasi oleh alum dilakukan adalah sebagai berikut : ƒ Suhu = 25 °C ƒ CO2 = 9,7×10−5+5,26×10−4 = 6,23×10−4 mol/L = 27,41 mg/L ƒ HCO3- = 9,93×10−4 −5,26×10−4 = 4,67×10−4 mol/L = 28,49 mg/L ƒ Ca2+ = 2,81×10−4 mol/L = 11,25 mg/L

ƒ Kesadahan Total = 4,18×10−4 mol/L CaCO

3

= 41,77 mg/L

Perhitungan Langelier Index ƒ μ = 4HT 3 4 4 10 21 , 1 10 67 , 4 10 18 , 4 4 − − − × = × − × ⋅ = ƒ pK1’ 0,5 5 , 0 1 4 , 1 1 μ μ + − = pK

(

)

(

)

32 , 6 03 , 0 35 , 6 10 21 , 1 4 , 1 1 10 21 , 1 35 , 6 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ K1’ =10−6,32 7 10 79 , 4 × − =

(36)

ƒ pK2’ 0,5 5 , 0 2 4 , 1 1 2 μ μ + − = pK

(

)

(

)

28 , 10 07 , 0 35 , 10 10 21 , 1 4 , 1 1 10 21 , 1 2 35 , 10 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pKs’ 0,5 5 , 0 9 , 3 1 4 μ μ + − = pKs

(

)

(

)

22 , 8 12 , 0 34 , 8 10 21 , 1 9 , 3 1 10 21 , 1 4 34 , 8 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pCa2+=log

(

2,81×10−4

)

55 , 3 = ƒ pHCO3 =−log

(

4,67×10−4

)

33 , 3 = ƒ pHs = pK2' + pCa2+ + pHCO3− − pKs' 94 , 8 22 , 8 33 , 3 55 , 3 28 , 10 = − + + = ƒ pH ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 3 2 ' 1 log HCO CO K 19 , 6 10 67 , 4 10 23 , 6 10 79 , 4 log 4 4 7 = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ × × × − = − − ƒ LI = pHpHs 75 , 2 94 , 8 19 , 6 − = − =

(37)

D.3. Kondisi Air Setelah Proses Desinfeksi

Proses desinfeksi ini bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme patogen yang terdapat di dalam air. Proses desinfeksi dilakukan dengan pembubuhan kaporit atau kalsium hipoklorit seperti ke dalam air baku sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :

3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ) ( ) ( CO H HCO H OCl H HOCl HOCl OH Ca O H OCl Ca → + + → + → + − + − + 3 2 2 3 2 2 2 2 ( ) 2 2 )

(OCl H O HCO Ca OH OCl H CO

Ca + + → + − +

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa setiap pembubuhan 1 mol kaporit akan terjadi pengurangan 2 mol HCO3- dari dalam air baku

serta membentuk 1 mol Ca2+.

Dosis kaporit yang dibubuhkan ke dalam air baku diperoleh berdasarkan hasil percobaan break point chlorination yang dilakukan di laboratorium dengan persentase kandungan klor (Cl2) dalam kaporit tersebut sebesar

52%. Berdasarkan hasil percobaan kebutuhan kaporit untuk proses ini adalah sebagai berikut :

ƒ DPC, mg klor = 2,52 mg/L ƒ Sisa Klor, mg klor = 0,5 mg/L

ƒ Dosis Klor (52%) = DPC + Sisa Klor = 2,52 + 0,5 = 3,02 mg/L ƒ Dosis Kaporit (100%) = 5,81 mg/L

= 4,06×10−5 mol/L

Sehingga dengan penambahan kaporit tersebut akan terjadi perubahan dalam kandungan air sebagai berikut :

ƒ Pengurangan HCO3-, mol HCO3- = 2

1 10 06 , 4 5 × × − = 8,12×10−5 mol/L

(38)

ƒ Penambahan Ca2+, mol Ca2+ = 1 1 10 06 , 4 5 × × − = 4,06×10−5 mol/L

Kondisi air baku setelah proses desinfeksi oleh kaporit dilakukan adalah sebagai berikut : ƒ Suhu = 25 °C CO2 = 6,23×10−4 mol/L = 27,41 mg/L ƒ HCO3- = 4,67×10−4−8,12×10−5 = 3,86×10−4 mol/L = 23,55 mg/L ƒ Ca2+ = 2,81×10−4+4,06×10−5 = 3,22×10−4mol/L = 12,88 mg/L ƒ Kesadahan Total = 4,18×10−4+4,06×10−5 = 4,59×10−4mol/L CaCO 3 = 45,86 mg/L

Perhitungan Langelier Index ƒ μ = 4HT 3 4 4 10 45 , 1 10 86 , 3 10 59 , 4 4 − − − × = × − × ⋅ = ƒ pK1’ 0,5 5 , 0 1 4 , 1 1 μ μ + − = pK

(

)

(

)

31 , 6 04 , 0 35 , 6 10 45 , 1 4 , 1 1 10 45 , 1 35 , 6 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − −

(39)

ƒ K1’ =10−6,31 7 10 9 , 4 × − = ƒ pK2’ 0,5 5 , 0 2 4 , 1 1 2 μ μ + − = pK

(

)

(

)

28 , 10 07 , 0 35 , 10 10 45 , 1 4 , 1 1 10 45 , 1 2 35 , 10 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pKs’ 0,5 5 , 0 9 , 3 1 4 μ μ + − = pKs

(

)

(

)

21 , 8 13 , 0 34 , 8 10 45 , 1 9 , 3 1 10 45 , 1 4 34 , 8 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pCa2+=log

(

3,22×10−4

)

49=3, ƒ pHCO3 =−log

(

3,86×10−4

)

41 , 3 = ƒ pHs 3 ' 2 ' 2 pCa pHCO pKs pK + + − = + − 97 , 8 21 , 8 41 , 3 49 , 3 28 , 10 = − + + = ƒ pH ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 3 2 ' 1 log HCO CO K 10 , 6 10 86 , 3 10 23 , 6 10 9 , 4 log 4 4 7 = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ × × × − = −

(40)

ƒ LI = pHpHs 87 , 2 97 , 8 10 , 6 − = − =

ƒ LI < 0 → Air bersifat agresif

D.4. Proses Netralisasi

Proses netralisasi ini bertujuan untuk menetralkan kondisi air dan mengurangi kadar CO2 agresif yang terdapat di dalam air, sehingga air tidak

memiliki sifat korosif. Hal tersebut dapat dicapai ketika nilai Langelier Index mendekati 0. Proses netralisasi dilakukan dengan pembubuhan kapur (CaO) ke dalam air baku sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :

− − − + → + + → → + 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 ) ( ) ( HCO CO OH OH Ca OH Ca OH Ca O H CaO − +

+

+

+

2 3 2 2

O

2

CO

Ca

2

HCO

H

CaO

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa setiap pembubuhan 1 mol kapur akan terjadi pengurangan 2 mol CO2 serta membentuk 2 mol

HCO3- dan 1 mol Ca2+.

Kondisi air baku sebelum proses netralisasi (setelah desinfeksi) dilakukan adalah sebagai berikut :

ƒ Suhu = 25 °C

ƒ CO2 = 6,23×10−4 mol/L = 27,41 mg/L

ƒ HCO3- = 3,86×10−4 mol/L = 23,55 mg/L

ƒ Ca2+ = 3,22×10−4mol/L = 12,88 mg/L ƒ Kesadahan Total = 4,59×10−4mol/L CaCO

3 = 45,86 mg/L

ƒ pK1’ = 6,31 ; K1’ = 4,9×10−7

ƒ pK2’ = 10,28 ; K2’ = 5,23×10−11

(41)

Dosis kapur yang dibubuhkan ke dalam air baku diperoleh berdasarkan persamaan berikut ini :

Jika menginginkan nilai LI = 0, maka :

(

)

(

)

(

)

+ + − + − − + − − + − ⋅ = ⋅ ⋅ = ⋅ − − = − + − − + + = − − + + = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 2 2 3 2 ' ' 1 ' 2 2 2 3 2 ' ' 1 ' 2 2 2 3 2 ' ' 2 ' 1 ' 3 2 ' 2 3 2 ' 1 ' 3 2 ' 2 3 2 ' 1 log log log log log log log log log log Ca HCO CO K K K Ca HCO CO K K K Ca HCO CO K K K pK pHCO pCa pK HCO CO pK pK pHCO pCa pK HCO CO K pH pH s s s s s s

Jika dosis kapur yang diberikan sebesar X mol/L, maka

(

)

(

) (

)

(

) (

)

0 10 22 , 6 011 , 2 99 , 48 200 . 69 10 22 , 3 2 10 86 , 3 2 10 23 , 6 10 17 , 6 10 9 , 4 10 23 , 5 2 2 4 2 3 4 2 4 4 9 7 11 2 2 3 2 ' ' 1 ' 2 2 2 3 2 ' ' 1 ' 2 = × − + + + × ⋅ + × − × = × ⋅ × × + ⋅ + − = ⋅ ⋅ = ⋅ − − − − − − − + − + − x x x x x x x Ca x HCO x CO K K K Ca HCO CO K K K awal awal awal s s

Dengan cara trial n error, diperoleh dosis kapur sebesar :

Mol CaO = X = 3,061 x 10-4 mol/L

Mg CaO = 17,14 mg/L ≈ 17 mg/L

Sehingga dengan penambahan kapur tersebut akan terjadi perubahan dalam kandungan air sebagai berikut :

ƒ Pengurangan CO2, mol CO2 = 2 1 10 061 , 3 4 × × − = 6,122×10−4 mol/L

(42)

ƒ Penambahan HCO3-, mol HCO3- = 2 1 10 061 , 3 4 × × − = 6,122×10−4 mol/L ƒ Penambahan Ca2+, mol Ca2+ = 1 1 10 061 , 3 4 × × − = 3,061×10−4 mol/L

Kondisi air baku setelah proses netralisasi menggunakan kapur adalah sebagai berikut : ƒ Suhu = 25 °C ƒ CO2 = 6,23×10−4 −6,122×10−4 = 1,08×10−5mol/L = 0,475 mg/L ƒ HCO3- = 3,86×10−4+6,122×10−4 = 9,98×10−4 mol/L = 60,89 mg/L ƒ Ca2+ = 3,22×10−4+3,061×10−4 = 6,28×10−4mol/L = 25,12 mg/L ƒ Kesadahan Total = 4,59×10−4 +3,061×10−4 = 7,65×10−4mol/L CaCO 3 = 76,51 mg/L

Perhitungan Langelier Index ƒ μ = 4HT 3 4 4 10 062 , 2 10 98 , 9 10 65 , 7 4 − − − × = × − × ⋅ =

(43)

ƒ pK1’ 0,5 5 , 0 1 4 , 1 1 μ μ + − = pK

(

)

(

)

307 , 6 043 , 0 35 , 6 10 062 , 2 4 , 1 1 10 062 , 2 35 , 6 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ K1’ =10−6,307 7 10 93 , 4 × − = ƒ pK2’ 0,5 5 , 0 2 4 , 1 1 2 μ μ + − = pK

(

)

(

)

265 , 10 085 , 0 35 , 10 10 062 , 2 4 , 1 1 10 062 , 2 2 35 , 10 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pKs’ 0,5 5 , 0 9 , 3 1 4 μ μ + − = pKs

(

)

(

)

186 , 8 154 , 0 34 , 8 10 062 , 2 9 , 3 1 10 062 , 2 4 34 , 8 0,5 3 5 , 0 3 = − = × + × − = − − ƒ pCa2+=log

(

6,28×10−4

)

20=3, ƒ pHCO3 =−log

(

9,98×10−4

)

00 , 3 = ƒ pHs = pK2' + pCa2+ + pHCO3− − pKs' 279 , 8 186 , 8 00 , 3 20 , 3 265 , 10 = − + + =

(44)

ƒ pH ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = 3 2 ' 1 log HCO CO K 273 , 8 10 98 , 9 10 08 , 1 10 93 , 4 log 4 5 7 = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ × × × − = − − ƒ LI = pHpHs 0 006 . 0 279 , 8 273 , 8 ≅ − = − =

Berdasarkan perhitungan Langelier Index dapat dilihat bahwa kondisi air baku setelah pembubuhan kapur dengan dosis 3,061 x 10-4 mol/L (17 mg/L) memiliki nilai Langelier Index hampir mendekati nol. Sehingga, air baku tidak bersifat korosif lagi.

(45)

LAMPIRAN E

HASIL PERCOBAAN LABORATORIUM

E.1. Jar test

Percobaan Jar test dilakukan untuk mengetahui dosis koagulan yang optimal untuk digunakan pada pengolahan air.

E.1.1. Prinsip Percobaan

Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat tersuspensi dalam bentuk lumpur kasar, lumpur halus dan koloid. Permukaan koloid bermuatan listrik sehingga koloid dalam keadaan stabil, akibatnya koloid akan sulit mengendap.

Senyawa koagulan berkemampuan mendestabilisasi koloid (menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid) sehingga koloid dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan ukuran lebih besar sehingga dapat mengendap.

E.1.2. Alat dan Bahan

ƒ Larutan alum (1 ml = 10 mg) ƒ Sampel air

ƒ Alat Jar test

ƒ Gelas kimia ukuran 0,5 liter 6 buah

ƒ Pipet 1 ml ƒ pH meter ƒ Turbidimeter

E.1.3. Cara Kerja

ƒ Menyiapkan 6 buah gelas kimia 0,5 liter, diisi dengan 500 ml sampel air.

ƒ Menambahkan larutan alum secara bertingkat mulai dari 0,25 ml; 0,5 ml; 0,75 ml; 1 ml; 1,25 ml; 1,5 ml; disusul dengan larutan sebanyak 1,75 ml; 2 ml; dan 2,5 ml.

ƒ Mengocok sampel air dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit dan 60 rpm selama 10 menit.

ƒ Membiarkan flok mengendap.

(46)

E.1.4. Hasil Percobaan

Tabel E. 1 Data Hasil Percobaan Jar Test

Tabung Koagulan Dosis (mg/l) Kekeruhan (NTU) pH 1 5 12 7,32 2 10 5,9 7,2 3 15 4,7 7,12 4 20 3,1 7,01 5 25 2,5 6,91 6 30 1,6 6,98 7 35 1,6 6,78 8 40 2,1 6,77 9 50 2,3 6,67     Gambar E. 1 Grafik Hubungan Antara Dosis Koagulan dengan Kekeruhan

Dari hasil percobaan yang diperoleh maka ditetapkan dosis koagulan sebesar 30 mg/l.

(47)

E.2. Daya Pengikat Chlor

Percobaan DPC (Daya Pengikat Chlor) dilakukan untuk menentukan dosis desinfektan yang akan dibubuhkan pada proses pengolahan air.

E.2.1. Prinsip Percobaan

DPC adalah jumlah senyawa chlor yang dibutuhkan air untuk proses desinfeksi (membunuh bakteri). Daya pengikat chlor ditentukan berdasarkan selisih antara klor yang yang dibubuhkan dengan sisa klor setelah kontak selama 30 menit.

Pengukuran sisa klor dilakukan dengan menggunakan alat komparator. Klor dalam air dengan ortholidin akan membentuk senyawa kompleks berwarna kuning. Warna kuning yang terjadi dibandingkan dengan warna standar.

E.2.2. Alat dan Bahan ƒ Sampel air

ƒ Larutan kaporit (1 ml = 1 mg) ƒ Larutan orthotolidin

ƒ Labu erlenmeyer 10 buah @ 50 ml

ƒ Pipet 2 buah @1 ml ƒ Tabung komparator ƒ Alat komparator

E.2.3. Cara Kerja

ƒ Siapkan 10 buah labu erlenmeyer 50 ml, masing-masing diisi dengan 50 ml sampel air yang telah memenuhi persyaratan secara fisik dan kimia. ƒ Terhadap erlenmeyer tersebut ditambahkan larutan kaporit (1 ml = 1

mg) masing-masing sebesar 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml, 0,2 ml, 0,25 ml, 0,3 ml, 0,35 ml, 0,4 ml, 0,45 ml, dan 0,5 ml.

ƒ Kocok dan simpan di tempat gelap selama 30 menit.

ƒ Tentukan sisa klor tiap labu dengan menggunakan metode pengukuran klor berikut :

− Masukkan 10 ml sampel air ke dalam tabung komparator. − Tambahkan 20 tetes (1 ml) larutan orthotolidin.

− Kocok dan masukkan ke dalam alat komparator.

− Putar piringan komparator sampai mendapatkan warna kuning yang sesuai dengan warna dalam sampel air.

− Pembacaan konsentrasi klor dapat dibaca langsung pada alat komparator tersebut.

(48)

E.2.4. Hasil Percobaan

Tabel E. 2 Data Hasil Percobaan DPC

Tabung Dosis Kaporit (mg/l) Sisa klor (mg/l)

1 0,05 0,15 2 0,1 0,2 3 0,15 0,5 4 0,2 0,6 5 0,25 0,7 6 0,3 0,6 7 0,35 2,5 8 0,4 2,5 9 0,45 3,5 10 0,5 4   Gambar E. 2 Grafik Hubungan Antara Dosis Kaporit dengan Sisa Klor  

Untuk menghitung DPC digunakan rumus berikut :

sisaklor Cl x x ml xkaporit ml sampel DPC ⎟⎟− ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ( ) 1 % 2 ) ( 1000

(49)

Data Percobaan Sampel air = 50 ml

Dosis kaporit = 0,3 ml (berdasarkan grafik DPC) %Cl2 = 52 %

Sisa klor = 0,6 mg/l (untuk dosis kaporit 0,3 ml)

Perhitungan DPC l mg x mlx x ml DPC 0,3 1 0,52 0,6 2,52 / 50 1000 = ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ =

Dari hasil percobaan yang diperoleh maka ditetapkan daya pengikat chlor (DPC) sampel air sebesar 2,52 mg/l.

(50)

LAMPIRAN F

PERHITUNGAN UNIT PENGOLAHAN AIR MINUM

Lampiran ini menguraikan perhitungan detail tiap unit pengolahan dalam perencanaan instalasi pengolahan air minum

F.1. Intake

Pada perencanaan ini akan dibuat empat buah intake. Masing-masing intake akan dilengkapi oleh :

ƒ Bar Screen ƒ Saluran Intake ƒ Pintu Air ƒ Bak Pengumpul ƒ Sistem Transmisi F.1.1. Bar Screen                             α Bar Screen Dasar Saluran Bak Pengumpul P1 P2 P3 Pintu Air

Gambar F. 1 Skema Intake

Gambar F. 2 Batang Barscreen

Batang Barscreen 

w  b 

(51)

™ Kriteria Desain :

ƒ Jarak antar batang, b = 1″ - 2″ ƒ Tebal batang, w = 0,8″ - 1,0″ ƒ Kecepatan aliran saat melalui batang, v = 0,3 – 0,75 m/s ƒ Kemiringan batang dari horizontal, θ = 30˚ - 60˚ ƒ Headloss maksimum, hL = 6″

™ Data Perencanaan :

ƒ Debit perencanaan, Q = 0,6 m3/s ƒ Jumlah bar screen, n = 4 buah

ƒ Jarak antar batang, b = 1″ = 2,54 cm ƒ Tebal batang, w = 0, 8″ = 2,032 cm

ƒ Kecepatan aliran saat melalui batang, V = 0,3 m/s ƒ Kemiringan batang, θ = 60°

ƒ Batang berbentuk bulat dengan faktor Kirschmer, β = 1,79 ƒ Perbandingan lebar dan kedalaman saluran, L : h = 2 : 1

™ Perhitungan :

ƒ Kapasitas tiap intake, q :

s m s m Q q 0,15 / 4 / 6 , 0 4 3 3 = = =

ƒ Luas penampang saluran, A :

2 3 5 , 0 / 3 , 0 / 15 , 0 m s m s m V q A= = = ƒ Dimensi saluran Kedalaman saluran, h : m m A h h A h L 5 , 0 2 5 , 0 2 2 2 2 2 = = = = = Lebar saluran, L : m L h L 1 5 , 0 2 2 = × = =

(52)

Freeboard, f : m m m f h p f 23 , 1 5 , 0 60 tan 1 tan = − ° × = − × = θ ƒ Jumlah batang, n : 21 32 , 21 46 , 97 572 , 4 54 , 2 ) 1 ( 032 , 2 100 ) 1 ( ≈ = = ⋅ + + ⋅ = ⋅ + + ⋅ = n n n n b n w n L ƒ Jumlah bukaan, s : 22 1 21 1= + = + = n s

ƒ Lebar bukaan koreksi, b :

cm cm b b b b n w n L 6 , 2 61 , 2 328 , 57 22 ) 1 21 ( 032 , 2 21 100 ) 1 ( ≈ = = ⋅ + + ⋅ = ⋅ + + ⋅ = ƒ Luas bukaan, Ab : 2 32 , 0 60 sin 5 , 0 026 , 0 ) 1 21 ( sin ) 1 ( m A h b n A b b = ° × ⋅ + = ⋅ ⋅ + = θ

ƒ Kecepatan melalui batang, vb :

s m m s m A q v b b 0,46 / 32 , 0 / 15 , 0 2 3 = = =

ƒ Head kecepatan melalui batang, hv :

cm m s m s m g v hv b 1,1 10 1,1 / 81 , 9 2 ) / 46 , 0 ( 2 2 2 2 2 = × = ⋅ = = −

ƒ Kehilangan tekan melalui batang, HL :

OK cm cm H cm cm cm H h b w H L L v L → ≈ = ° ⋅ ⋅ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⋅ = ⋅ ⋅ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ ⋅ = 1 27 , 1 60 sin 05 , 1 61 , 2 032 , 2 79 , 1 sin 3 4 3 4 θ β

(53)

ƒ Tinggi muka air setelah batang, Y’ : cm m Y m m Y H Y Y L 49 49 , 0 ' 01 , 0 5 , 0 ' ' = = − = − = F.1.2. Saluran Intake ™ Kriteria Desain :

ƒ v = 0,6 – 1,5 m/s, hal ini untuk mencegah sedimentasi pada saluran intake.

ƒ Kecepatan aliran pada kedalaman minimum harus lebih besar dari 0,6 m/s.

ƒ Kecepatan aliran pada kedalaman maksimum harus lebih kecil dari 1,5 m/s.

™ Data Perencanaan :

ƒ Debit perencanaan tiap saluran, q = 0,15 m3/s

ƒ Saluran terbuat dari beton dengan bentuk persegi memiliki koefisien kekasaran Manning, n = 0,013.

ƒ Panjang saluran intake, p = 3 m. Saluran ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

− Panjang antara mulut saluran dengan barscreen, p1 = 0,5 m

− Panjang antara barscreen dengan pintu air, p2 = 1,5 m

− Panjang antara pintu air dengan bak pengumpul, p3 = 1 m

ƒ Tinggi muka air di dalam saluran pada beberapa kondisi : − Ymin = 0,3 m

− Ymaks = 1 m

− Yave = 0,5 m

™ Perhitungan : ƒ Jari-jari hidrolis :

Jari-jari hidrolis saat Ymin, Rmin :

m m m m m L Y L Y R 0,1875 1 ) 3 , 0 2 ( 1 3 , 0 ) 2 ( min min min × + = × = + × × =

(54)

Jari-jari hidrolis saat Yave, Rave : m m m m m L Y L Y R ave ave ave 0,25 1 ) 5 , 0 2 ( 1 5 , 0 ) 2 ( × + = × = + × × =

Jari-jari hidrolis saat Ymax, Rmax :

m m m m m L Y L Y R 0,33 1 ) 1 2 ( 1 1 ) 2 ( max max max × + = × = + × × = ƒ Kemiringan saluran, S :

Agar kecepatan aliran di atas 0,6 m/s, maka kemiringan saluran minimum harus dapat menyebabkan kecepatan aliran pada saat kedalaman air minimum lebih besar dari 0,6 m/s, sehingga :

4 2 3 / 2 2 3 / 2 min min 5,67 10 ) 1875 , 0 ( 013 , 0 / 6 , 0 = × − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ ⋅ = ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ ⋅ = m s m R n v S ƒ Kontrol aliran :

Kecepatan saat Ymaks, vmaks :

(

m

)

(

)

m s S R n vmaks 0,33 5,67 10 0,881 / 013 , 0 1 1 2/3 1/2= 2/3 × 41/2= = − → OK

Kecepatan saat Yave, vave :

(

m

)

(

)

m s S R n vave 0,25 5,67 10 0,727 / 013 , 0 1 1 2/3 1/2= 2/3 × 41/2= = − → OK

Kecepatan saat Ymin, vmin :

(

m

)

(

)

m s S R n v 0,1875 5,67 10 0,6 / 013 , 0 1 1 2/3 1/2 2/3 41/2 min= ⋅ ⋅ = ⋅ ⋅ × = − → OK

ƒ Kehilangan tekan antara mulut saluran dan bar screen, Hp1 :

cm cm m Hp m p S Hp 03 , 0 028 , 0 10 835 , 2 5 , 0 10 67 , 5 4 1 4 1 1 ≈ = × = × × = × = − −

ƒ Kehilangan tekan antara bar screen dan pintu air, Hp2 :

cm cm m Hp m p S Hp 09 , 0 085 , 0 10 5 , 8 5 , 1 10 67 , 5 4 2 4 2 2 ≈ = × = × × = × = − −

ƒ Kehilangan tekan pada saluran setelah pintu air, Hp3 :

cm cm m Hp m p S Hp 06 , 0 057 , 0 10 67 , 5 1 10 67 , 5 4 3 4 3 3 ≈ = × = × × = × = − −

Gambar

Tabel B. 3 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Aritmatika
Tabel B. 5 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Geometrik  Tahun P  Pn  (Pn  - Pr)2  (Pn  - P)2 1996 245.123 245.123 123.571.545 0  1997 245.622 248.169 65.130.255 6.485.532  1998 245.552 251.253 24.865.583 32.496.686  1999 247.698 254.375 3.476
Tabel B. 7 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Regresi Linear  Tahun P  Pn  (Pn  - Pr)2  (Pn  - P)2 1996 245.123 239.713 273.127.260 29.271.220  1997 245.622 243.385 165.225.132 5.004.126  1998 245.552 247.058 84.298.537 2.267.142  1999 247.698
Tabel B. 9 Perhitungan Korelasi dan Standar Deviasi Metode Eksponensial  Tahun P  Pn  (Pn  - Pr)2  (Pn  - P)2 1996 245.123 240.142 259.117.600 24.808.929  1997 245.622 243.577 160.341.465 4.184.473  1998 245.552 247.061 84.253.142 2.274.594  1999 247.698 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini melalui wawancara dan observasi. Data

Berdasarkan penelitaian atas pengelolaan barang/aset daerah pada Pemerintah Kabupaten Sampang tersebut diketahui hal-hal: (1) Secara umum, masih banyak Pengguna Barang

JUDUL : SEPERTIGA ANAK DI INDONESIA ALAMI TUBUH PENDEK. MEDIA :

Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules- mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat

Led terdiri dari delapan buah yang disusun dengan secara common katoda, di mana led tersebut berfungsi sebagai indicator cahaya yang mengindikasikan pintu tersebut dalam keadaan

Hendro Gunawan, MA Pembina Utama Muda

Pada gaya arsitektur kedua bangunan masjid ini terdapat perbedaan dari segi kebudayaan yang diterapkan, yang terlihat pada bagian – bagian bangunan seperti pada

dari pada iblis, tetapi secara konseptual manusia lebih baik karna manusia memiliki.. kemampuan