AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID DI KOTA
MEDAN
(Studi Kasus : Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al
–
Osmani)
1Atika Zalina2
ABSTRAK
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani merupakan dua buah bangunan masjid tua di Kota Medan. Nilai seja rah yang dimiliki kedua bangunan masjid ini sangat besar sehingga kedua bangunan masjid ini dikatakan sebagai ikon bangunan masjid di Kota Medan. Selain dari nilai sejarah dari kedua bangunan masjid tersebut, arsitektur bangunan Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani ya ng memiliki akulturasi budaya antara budaya setempat yakni Melayu dan budaya asing juga menjadi pusat perhatian yang menarik untuk dikemukakan. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara deskriptif bagaimana bentuk bagian – bagian bangunan masjid dan ornamen yang terdapat pada kedua bangunan masjid. Data ya ng diperlukan didapatkan melalui observasi dan studi dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi budaya apa saja yang terdapat pada bangunan masjid dan bagaimana bentuk dari akulturasi budaya tersebut. Hal ini dapat diketahui melalui bentuk bangunan dan ornamen – ornamen dekoratif yang terdapat pada bangunan masjid. Dari hasil karakteristik bentuk dan struktur dari masing – masing bangunan masjid selanjutnya dilakukan perbandingan yang mengidentifikasi perbedaan bentuk bangunan yang dilihat dari segi elemen pembentuk bangunan masjid.
Kata kunci : Masjid, Akulturasi budaya, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
ABSTRACT
Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani are the two old mosque in Medan. They have a significant history. With its history, they are known as the icon of the mosque in Medan. Adding from the history, architecture of Masjid Gang Bengkok and Masjid Al – Osmani have an acculturation between the local Malay culture and foreign culture that is very interesting for exploration. For exploration the information, this research used qualitative research by identifying data descriptively how the part of the building and ornaments were found on the building of the mosque. The necessary data were obtained through observation and documentation study. The aim of this study is identifying any culture contained in the mosque and how the shape of acculturation. It can be seen through the building form and ornaments on the mosque building. From the results of the characteristics of the shape and structure of each mosque, the next step is comparing and identifying the differences of the building in terms of constituent elements of the building of the mosque.
Keywords : Mosque, Acculturation, Masjid Al – Osmani, Masjid Gang Bengkok
1 Tulisan ini merupakan bagian akhir dari Tugas Mata Kuliah Studi Perencanaan Lingkungan Binaan II di
Program Studi Teknik Arsitektur FakultasTenik USU Medan dengan Bimbingan Dr.Wahyu Utami ST, MT
2Mahasiswa Semester VIII Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik USU Jl. Perpustakaan Gedung D
▸ Baca selengkapnya: seorang pekerja pada bangunan menaikkan pasir dengan cara seperti terlihat pada gambar berikut
(2)PENDAHULUAN
Masjid merupakan bangunan yang bukan sekedar tempat bersujud, persucian, tempat salat dan bertayamum, namun Masjid juga merupakan tempat melaksanakan segala aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab, 1997) dalam (Kusyanto & Nandang, 2014). Di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tersebar banyak masjid mulai dari pedesaan hingga kota – kota besar.
Indonesia yang merupakan negara dengan penganut agama Islam yang sangat banyak yang tersebar di hampir seluruh penjuru tanah air, menjadikan keragaman gaya arsitektur masjid di Indonesia, yang dipengaruhi oleh lokasinya. Perbedaan lokasi tempat keberadaan masjid menyebabkan terjadinya keberagaman gaya arsitektur masjid di Indonesia, di karenakan mengikuti gaya arsitektur yang terdapat pada wilayah tersebut. Beberapa arsitektur pada suatu daerah mendapatkan pengaruh dari arsitektur luar dan pengaruh tersebut diterima dan diolah dengan baik bersama arsitektur daerah tersebut tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian masing – masing budaya.
PENGARUH BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID
Pengertian dan Fungsi Masjid
Kata masjid secara etimologi diambil dari akar kata sajada-sujudun, yang berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat. Oleh karena itu dapat diartikan “masjid” adalah tempat untuk bersujud. Secara umum masjid merupakan bangunan yang bukan sekedar tempat bersujud, persucian, tempat salat dan bertayamum, namun masjid juga merupakan tempat melaksanakan segala aktivitas kaum Muslim yang bersangkut paut dengan ketaatan terhadap Tuhan (Shihab , 1997) dalam (Kusyanto & Nandang, 2014).
Fungsi dari masjid adalah sebagai sarana tempat untuk menyampaikan pembicaraan mengenai pokok – pokok kehidupan (yang berhubungan dengan ibadah, maupun kebudayaan yang berdasarkan Islam) dalam upaya menyampaikan ajaran Islam dan sebagai tempat melaksanakan ibadah salat.
Bagian Bangunan Masjid
Menurut Frehman (1997) bangunan masjid terdiri dari bagian bagian bangunan antara lain:
Kubah. Kubah merupakan karakteristik arsitektur Islam dari masa pembaruan Islam dengan arsitektur barat yang disebut arsitektur Byzantium (Rochim, 1983).
Menara. Menara merupakan bangunan
yang memiliki ukuran tinggi yang ukurannya jauh lebih tinggi dari bangunan induknya. Struktur bangunan menara juga merupakan bangunan yang ukuran ketinggiannya lebih besar dibandingkan dengan ketebalannya. Bangunan menara dapat berdiri sendiri ataupun juga dapat ditemukan di bangunan lain. Fungsi menara pada bangunan masjid digunakan oleh seseorang yang mengumandangkan adzan (muadzim) untuk tempat mengumandangkan adzan sebagai tanda shalat.
Taman. Taman merupakan bagian dari bangunan yang menghubungkan bangunan dengan alam. Taman juga berfungsi untuk peralihan unsur kontiunitas antara elemen interior pada ruang dalam yang didominasi unsur tumbuhan, bunga, dan daun .
Aula Shalat. Aula shalat merupakan ruangan yang luas yang berfungsi sebagai tempat untuk shalat dan aktifitas keagamaan lainnya. Ruang shalat biasanya dibagi menjadi dua bagian dengan pembatas. Untuk membedakan daerah pria dan wanita.
Mihrab. Mihrab merupakan bagian tempat berdirinya imam dalam melaksanakan shalat yang terdapat di aula shalat. Mihrab biasanya berbentuk sebuah bidang dinding yang melengkung ke dalam sehingga menciptakan ruang. Arahnya berada pada arah kiblat yang merupakan orientasi shalat.
Mimbar. Mimbar merupakan sebuah
podium yang difungsikan untuk penyampai khutbah (khotib). Terdapat pada sisi kanan mihrab. Kedudukannya lebih tinggi dari ruang shalat dengan tujuan agar khatib dapat dilihat oleh jamaah. Arah hadap mimbar ke arah jamaah sehingga membelakangi arah kiblat.
Akulturasi Budaya
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Menurut Koentjaraningrat (2005) akulturasi adalah proses sosial yang terjadi apabila kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda, sehingga unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah di dalam kebudayaan daerah tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan daerah itu sendiri, yang tidak menyebabkan hilangnya kepribadian masing – masing budaya.
Arsitektur Melayu
Kebudayaan lokal yang terdapat di Kota Medan yaitu kebudayaan Melayu. Kebudayaan Melayu memiliki karakteristik dari segi struktur bangunan dan ornamen berupa :
Struktur Bangunan a. Atap
Menurut Julaihi Wahid & Alamsyah (2013) bangunan Melayu umumnya memiliki atap dengan bentuk kajang, layar, lontik, dan limas. b. Bubungan
Bangunan Melayu memiliki bubungan yang curam tinggi dan berabung panjang sederhana dan tinggi. Bentuk bubung dengan bentuk curam agar memudahkan air hujan mengalir ke bumi (Wahid & Alamsyah, 2013).
c. Dinding dan Lantai
Dinding bangunan Melayu umumnya terbuat dari papan yang dipasang miring, vertikal, maupun bersilang dipenuhi hiasan ukiran sebagai ornamen (Wahid & Alamsyah, 2013). Lantai rumah Melayu memiliki ketinggian level yang bertingkat-tingkat.Tingkat paling tinggi umumnya adalah berfungsi sebagai ruang induk dikarenakan ruang yang memiliki level tertinggi adalah ruang yang paling di anggap sakral atau penting. Lantai biasanya terbuat dari kayu papan yang halus dengan sambungan papan dan alur (Wahid & Alamsyah, 2013) d. Pintu, Jendela, dan Tangga
Pintu dan tangga pada bangunan Melayu biasanya terletak di depan. Pintu pada rumah dihadapkan ke arah matahari terbit dan matahari terbenam (Wahid & Alamsyah, 2013). Jendela pada bangunan melayu biasanya terletak pada bagian dinding terbuka layar dan selalu memiliki bukaan ke arah luar. Bentuknya selalu memanjang ke atas dengan tinggi sampai 6 kaki dan lebar 1 ½ kaki (Wahid & Alamsyah, 2013).
Jumlah anak tangga pada bangunan Melayu umumnya tidak dalam jumlah genap melainkan dalam jumlah ganjil (Wahid & Alamsyah, 2013)
e. Tiang
Tiang pada bangunan Melayu terbuat dari bahan kayu. Penampang tiang berbentuk bulat dan segi empat. (Wahid & Alamsyah, 2013) f. Warna
Pada bangunan arsitektur Melayu, warna yang digunakan terdiri dari 3 warna pokok yakni kuning, hijau, dan putih.
Ornamen
Menurut Kartini (2014) adapun jenis-jenis ornamen Melayu berdasarkan bentuknya dibagi atas : motif floral (tumbuh-tumbuhan), motif fauna (hewan), Motif Alam, Motif Kaligrafi, dan Motif Beraneka Ragam.
Gambar 1. Ornamen Arsitektur Melayu (Sumber : Ayu Kartini, 2014)
Arsitektur Cina
Karakteristik Arsitektur Cina dapat dilihat dari segi struktur bangunan dan Ornamen.
Struktur Bangunan a. Atap
Menurut Widayati (2004) pada bangunan Arsitektur Cina terdapat 5 jenis atap yang sering digunakan antara lain : Atap Pelana dengan Overhanging gable roof , Atap pelana dengan Flush gable roof , Atap perisai, Gabungan atap pelana dan perisai, Atap pyramid.
b. Bubungan
Pada bubungan terdapat unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga.
c. Dinding
Bahan pembuatan dinding berupa batu, bata, kayu, papan, ataupun bambu.
d. Kolom
Menurut Qinghua (2002) pada bangunan arsitektur Cina terdapat tiga jenis kolom, yaitu kolom kayu dengan penampang berbentuk bujur sangkar yang ujung-ujungnya ditumpulkan, kedua adalah kolom dengan
Floral Fauna
Alam
Kaligrafi
ukuran besar berbentuk cembung dan yang ketiga adalah kolom tergantung, yaitu sebuah kolom berukuran pendek pada konstruksi atap kayu berfungsi sebagai ornament.
e. Pintu dan Jendela
Pintu pada bangunan Arsitektur Cina umumnya memiliki dua daun dengan ukuran 2.1m x 2.1 m hingga 7.2m x 7.2 m.
Jendela pada bangunan Cina harus berbentuk biasa dengan bukaan yang lebar ke arah luar. f. Lantai
Lantai pada bangunan Arsitektur Cina umumnya terbuat dari bahan keramik dan ubin.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada Arsitektur Cina terdiri dari motif fauna (hewan), motif floral, fenomena alam, legenda, dan geometris.
Gambar 2. Ornamen Arsitektur Cina (Sumber : Moedjiono, 2011)
Arsitektur Arab
Arsitektur Arab memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari struktur bangunan dan ornamen.
Struktur Bangunan a. Plafond
Plafond pada bangunan Arsitektur Arab umumnya berukuran tinggi yang bertujuan menciptakan kesan yang luas yang memberikan rasa nyaman dalam qalbu manusia (Mubarok, 2010).
b. Pintu
Berdasarkan fungsinya sebagai alat transisi pintu pada bangunan Arsitektur Arab hanya memiliki satu akses menuju bangunan yakni pintu utama yang memberikan akses menuju ruang masuk atau gang dengan sudut yang membelok sehingga tidak mungkin melihat halaman tersebut dari luar.
c. Serambi
Serambi pada bangunan arsitektur Arab umumnya bertingkat-tingkat dengan ketinggian 12-17 cm. (Astuti, 2002).
d. Dinding
Dinding pada bangunan arsitektur Arab dibangun dengan ukuran yang tinggi, yang terbuat dari susunan bata. Hal ini bertujuan agar
bagian interior bangunan tidak mudah terlihat dari luar.
e. Warna
Warna pada bangunan dengan arsitektur Arab banyak menggunakan warna cerah namun natural. Warna – warna tersebut seperti merah, terakota, ungu, dan juga biru yang dikombinasikan warna netral putih dan warna pasir.
Ornamen
Ornamen yang terdapat pada arsitektur Arab meliputi : geometris, kaligrafi, tumbuhan, dan muqarnas.
Gambar 3. Ornamen Arsitektur Arab (Sumber : Farhan Mubarok, 2010)
Arsitektur Spanyol
Arsitektur Spanyol (Andalusia) memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari struktur bangunan dan ornamen
Struktur Bangunan a. Atap
Atap bangunan di Mediterania menggunakan atap miring, baik pelana (dua sisi) ataupun limasan (empat sisi), kuda-kuda kayu dan genteng tanah liat berwarna terakota, teritisan pendek atau tanpa teritisan sama sekali.
b. Dinding
Dinding bangunan di Mediterania (terutama Spanyol) banyak dibuat dari batubata tanpa dibakar yang disebut adobe.
c. Kubah
Kubah banyak dipakai sebagai elemen hiasan (dekoratif) pada area masuk bangunan (entrance) atau khusus di atas ruang yang membutuhkan penekanan suasana special. Karena kubah memberi kesan mewah, biasanya ditempatkan pada area ruang tamu atau orang berkumpul dalam rumah.
d. Pintu dan Jendela
Pintu dan jendela biasanya berbentuk segiempat, dengan bentuk lengkungan di atasnya.
Fauna Floral Geometris Floral Muqarnas
e. Pilar
Pilar biasanya berbentuk bulat panjang dan dihiasi permukaannya dengan hiasan yang mirip dengan aturan-aturan Yunani-Romawi tersebut, atau hiasan yang didesain sendiri, dibuat mirip-mirip dengan aslinya. Kadangkala pilar malah berpenampang segiempat. Pilar biasanya menopang bagian portico, balkon atau carport dengan model tympanum di atas-nya. f. Balkon
Portico adalah bagian bangunan terbuka yang menempel bangunan, digunakan untuk area masuk (entrance) bangunan, biasanya memiliki kolom-kolom untuk menyangga atapnya sendiri.
g. Warna
Warna yang banyak muncul pada bangunan di wilayah Mediterania adalah warna batuan seperti terakota, kuning kapur, putih, abu-abu dan sebagainya.
Ornamen
Ornamen arsitektur spanyol meliputi geometris dan kaligrafi.
Gambar 4. Ornamen Arsitektur Spanyol (Sumber : M. Sahid Indraswara, 2008)
Arsitektur India
Karakteristik India dapat dilihat dari segi ornamen meliputi :
Ornamen
Ornamen Arsitektur India meliputi hewan (fauna), legenda, tumbuhan dan geometris.warna yang merupakan karakteristik Arsitektur India ialah menggunakan warna yang beraneka ragam warna – warna yang cerah sepeti merah, orange, biru dan lain-lain.
Gambar 5. Ornamen Arsitektur India (Sumber : Lano Hapia Penta, 2015)
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena menghasilkan data yang bersifat deskriptif mengenai apa saja gaya arsitektur yang terdapat pada bangunan Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al-Osmani berupa data tertulis.
Tahapan Analisis Data
Tahapan analisis data yang dipergunakan adalah :
Pengumpulan data
Data merupakan bentuk hasil yang didapatkan dari sumber data dengan proses observasi dan dokumentasi.
Identifikasi data
Kumpulan data dalam bentuk catatan hasil pengamatan, gambar, foto, dokumen, artikel tentang Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani, selanjutnya data yang terkumpul tersebut disusun dan dikelompokkan.
Analisa data
Data yang dikumpulkan dianalasis guna mendapatkan jawaban atas perpaduan gaya arsitektur pada bangunan Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al-Osmani di Medan. Setelah data di analisis selanjutnya diambil kesimpulan hasil dari penelitian.
AKULTURASI BUDAYA PADA BANGUNAN MASJID GANG
BENGKOK DAN MASJID AL –
OSMANI
Kawasan Penelitian
Penelitian ini mengambil dua studi kasus bangunan masjid yang berbeda yaitu Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani. Masjid Gang Bengkok berada di Jalan Mesjid, tepatnya berada di Kelurahan Kesawan, Kabupaten Medan Kota, Provinsi Sumatera Utara. Masjid Al – Osmani terletak di Jalan Yos. Sudarso km 17,5 tepatnya berada di wilayah Desa Pekan Labuhan, Kecamatan Medan Labuhan, Kabupaten Medan, Provinsi Sumatera Utara (Sumalyo, 2000).
Geometris Kaligrafi
Floral Geometris
Gambar 6. Letak Kawasan Penelitian (Sumber : Google Maps & Google Earth)
Pada kawasan Masjid Gang Bengkok terdapat gapura pada bagian depan kawasan, lalu terdapat jalan setapak yang menghubungkan menuju bangunan utama masjid. Di sebelah bangunan masjid terdapat
Gambar 7. Kawasan Eksisting Masjid Gang Bengkok (atas) dan Masjid Al – Osmani (bawah)
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok
Arsitektur Masjid Gang Bengkok dapat diidentifikasi berdasarkan bagian bangunan dan struktur bangunan.
Bagian Bangunan
Bagian bangunan arsitektur masjid yang terdapat pada Masjid Gang Bengkok meliputi:
Tabel 1. Tabulasi Bagian – bagian Bangunan Masjid Gang Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015) Bagian hijau pada lis dinding Aula shalat 1.Penggunaa
n cat
Mihrab 1.Terdapat
lengkunga (Sumber: Google Earth)
Peta Masjid Gang Bengkok (Sumber: Google Earth) Peta Kota Medan
(Sumber: Google Maps)
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang terdapat pada Masjid Gang Bengkok diperlukan mengidentifikasi struktur bangunan yang terdapat pada bangunan Masjid Gang Bengkok.
Struktur
Kolom 1.Bentuk
dasar
Tabel 2. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Gang Bengkok
(Sumber : Atika Zalina, 2015)
Masjid Al – Osmani
Arsitektur Masjid Al – Osmani
Bagian arsitektur masjid yang terdapat pada Masjid Al – Osmani meliputi :
Bagian Bangunan Masjid
Bagian Kubah 1.Terdapat
ornamen
Tabel 3. Tabulasi Bagian Bangunan Masjid Al – Osmani (Sumber : Atika Zalina, 2015)
Struktur Bangunan Masjid
Untuk mengetahui penerapan budaya yang terdapat pada Masjid Al – Osmani diperlukan mengidentifikasi struktur bangunan yang terdapat pada bangunan Masjid Al – Osmani.
Atap 1.Terdapat
ornamen
Tabel 4. Tabulasi Struktur Bangunan Masjid Al – Osmani (Sumber : Atika Zalina, 2015)
Ornamen pada Bangunan Masjid
Selain dari segi struktur bangunan penerapan budaya juga dapat diidentifikasi berdasarkan ornamen yang terdapat pada bangunan Masjid Al – Osmani.
Letak Ornamen Keterangan Ornamen pada
lisplang atap
1.Merupakan ornamen dengan motif fauna Melayu yang bernama Lebah bergantung
Ornamen pada pintu
Ornamen pada bagian atas pintu
1.Merupakan ornamen geometris cina dengan pola persegi dan garis
2.Menggunakan cat berwarna kuning dan hijau khas Melayu
1.Merupakan ornamen dengan motif floral yaitu Bunga Ketola dan Bunga Kundur
2.Menggunakan warna yang beraneka ragam dengan warna yang cerah khas India
Ornamen pada dinding penopang atap
Ornamen pada gapura
1.Merupakan ornamen motif floral Melayu yang bernama Pucuk Rebung
2.Menggunakan bahan dari kayu warna hijau khas Melayu
1.Merupakan ornamen motif aneka ragam Melayu yang bernama terali biola
2.Menggunakan bahan dari kayu dan warna kuning khas Melayu
Ornamen pada dinding mihrab
1.Merupakan ornamen dengan motif kaligrafi Arab
2.Warna yang digunakan beraneka ragam dengan warna yang cerah khas India
Ornamen pada jendela
1.Merupakan ornamen motif floral Melayu yaitu Bunga Kundur dan Bunga Ketola. 2.Warna yang digunakan beraneka ragam dengan warna yang cerah khas India
1.Merupakan ornamen motif floral Melayu yaitu Bunga Cengkih
2.Warna yang digunakan berwarna coklat khas Spanyol
Ornamen pada plafond
1.Merupakan ornamen motif muqarnas Arab
2.Terdapat ornamen motif floral Melayu pada sekitar plafond yaitu Pucuk Rebung.
3. Warna yang digunakan warna coklatdan warna cerah bernaka ragam khas Spanyol dan India
Tabel 5. Tabulasi Ornamen Masjid Al – Osmani (Sumber : Atika Zalina, 2015)
Perbedaan Masjid Al – Osmani dan Masjid Gang Bengkok
Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani memiliki perbedaan dari segi gaya arsitektur nya hal ini tercermin pada letak kawasan dan elemen bangunan kedua masjid tersebut antara lain :
Tabel 6. Tabulasi Perbedaan antara Masjid Gang Bengkok dan Masjid Al – Osmani
(Sumber : Atika Zalina, 2015) Elemen
Bangun an
Masjid Gang Bengkok
Masjid Al – Osmani
Analisa
Atap Perbedaan
terdapat pada bentuk atap pada kedua bangunan. Masjid Gang Bengkok : Atap pyramid Masjid Al – Osmani : Kubah segi delapan
Gapura Perbedaan
terdapat pada bentuk gapura. Masjid Gang Bengkok : ditopang oleh kolom berbentuk besar Masjid Al - Osmani: terdapat kolom berbentuk langsing disisi gapura Dinding
Interior
Perbedaan terdapat pada material dinding. Masjid Gang Bengkok : Terbuat dari dinding marmer Masjid Al – Osmani : Terbuat dari susunan bata
Mimbar Perbedaan
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang dijelaskan dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Gaya arsitektur yang terdapat pada bangunan Masjid Gang Bengkok merupakan perpaduan antara kebudayaan Melayu yang merupakan kebudayaan setempat dengan kebudayaan asing yang meliputi kebudayaan Cina dan Arab. Penerapan kebudayaan – kebudayaan tersebut dapat dilihat pada bagian – bagian bangunan masjid seperti kubah, gapura, menara, aula shalat, mihrab, dan mimbar. Penerapan berbagai kebudayaan tersebut juga dapat dilihat pada struktur bangunan meliputi atap, pintu, jendela, dinding, lantai, dan kolom dari bangunan Masjid Gang Bengkok.
2. Gaya arsitektur yang terdapat pada bangunan Masjid Al – Osmani merupakan perpaduan antara kebudayaan Melayu yang merupakan kebudayaan setempat dengan kebudayaan asing yang meliputi kebudayaan Cina, Arab, Spanyol dan India. Penerapan kebudayaan – kebudayaan tersebut dapat dilihat pada bagian – bagian bangunan masjid seperti kubah, gapura, aula shalat, mihrab, dan mimbar. Penerapan berbagai kebudayaan tersebut juga dapat dilihat pada struktur bangunan meliputi atap, pintu, jendela, dinding, lantai, dan kolom dari bangunan Masjid Al - Osmani.
3. Pada gaya arsitektur kedua bangunan masjid ini terdapat perbedaan dari segi kebudayaan yang diterapkan, yang terlihat pada bagian – bagian bangunan seperti pada bagian kawasan, gapura, dinding, pintu, mimbar dan ornamen masing – masing masjid baik dari segi bentuk maupun warna yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anom, I Gusti Ngurah, 1998. Masjid Kuno Indonesia. Indonesia: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala. Frehman, Martin; Hasan, 1997. The Mosque :
History Architectural Development. Husny, Tengku M. Lah, 1976. Bentuk Rumah
Tradisi Melayu. Medan
Indraswara, M. Sahid, 2008. Kajian Arsitektur Mediterania dan Perkembangannya di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Pemukiman
Kartini, Ayu, 2014. Analisis Penerapan Ornamen Bernuansa Melayu Ditinjau dari Bentuk dan Warna di Kota Medan. Medan: Universitas Negeri Medan. Koentjaraningrat, 1990 & 2005. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Moedjiono, 2011. Ragam Hias dan Warna
Sebagai Simbol Dalam Arsitektur Cina. Semarang: Universitas Diponegoro. Mubarok, Farhan, 2010. Konsep Perencanaan
dan Perancangan Pondok Pesantren Internasional di Surakarta dengan Pendekatan Arsitektur Islam. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Penta, Lano Hapia, 2015. Masjid Di Kesultanan Demak Sebagai Cerminan Akulturasi Budaya Jawa Hindu Buddha Dengan Budaya Islam Studi Kasus : Masjid Menara Kudus. Jurnal Aspek Sosial Budaya Dalam Arsitektur.