• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bertahan Penjualan Jamu Gendong (Studi Deskriptif Pada Penjual Jamu Gendong di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Bertahan Penjualan Jamu Gendong (Studi Deskriptif Pada Penjual Jamu Gendong di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

STRATEGI BERTAHAN PENJUALAN JAMU GENDONG

( Studi Deskriptif Pada Penjual Jamu Gendong di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang )

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ESHA APRILIANTY

060901002

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Sa lah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Banyak upaya yang dilakukan masyarakat untuk nenjaga kesehatan, salah satu diantaranya dengan meminum jamu yang dipercaya bagi sebahagian orang dapat menjaga kesehatan dan stamina tubuh manusia.Cara mendapatkan jamu tersebut tidaklah sulit karna banyak dijumpai tidak hanya didesa tetapi juga dikota. Salah satu cara untuk mendapatkan jamu yaitu dengan membeli dan penjual gendong yang jumlahnya sudah mulai berkurang. Dalam kemajuan zaman jamu gendong bias bertahan dikarnakan berbagai cara atau strategi yang dilakukan para penjual jamu gendong. Bertahannya para penjual jamu gendong didasari atas karna adanya sesuatu yang membuat para penjual jamu gendong masih bertahan yaitu; karna adanya suatu cirri khas dari penjual jamu gendong tersebut seperti; membawa bakul, digendong dengan sebuah kain.

Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini bagaimana strategi yang dilakukan penjualan jamu gendong bisa bertahan sampai sekarang. Dan selanjutnya akan dilihat bagaimana cara-cara maupun strategi-strategi yang dilakukan penjual dalam bertahannya penjualan jamu gendong dan kendala-kendala yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan untuk skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menjelaskan untuk menceritakan dan menggambarkan tentang bertahannya penjualan jamu gendong. Informasi didapat dari para informan yang terdiri dari informan kunci yaitu penjual jamu gendong berjumlah 10 orang yang ada di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan informan biasa yaitu para pembeli jamu gendong. Ini dilakukan agar penulis mengetahui gambaran atau fenomena tentang strategi bertahan penjual jamu gendong. Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas do’a dan anugerah-Nya yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi yang berjudul “Strategi Bertahan Penjualan Jamu Gendong”.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan namun, berkat bantuan serta dukungan do’a dari berbagai pihak maka kesulitan itu dapat diatasi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu jalannya penyusunan skripsi ini, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Badaruddin, Msi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan juga sebagai Ketua Departemen Sosiologi.

2. Ibu Dra. Rosmiani, MA sebagai Sekretaris Departemen Sosiologi.

3. Bapak Drs. Sismudjito, Msi sebagai Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran dan membimbing penulis serta tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak karena sudah sangat meluangkan waktu dan tenaga dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. (Dan penulis selalu mendo’akan Bapak agar selalu berada dilindungan-Nya, panjang umur dan sehat selalu serta tidak lupa penulis mengucapkan kata maaf apabila tanpa disadari penulis pernah melakukan kesalahan dan semoga Bapak bisa memaafkan penulis).

4. Bapak Drs. Terang Kita Brahmana, sebagai dosen wali yang telah bersedia membimbing penulis selama ini.

(5)

6. Dan seluruh Staf Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya staf administrasi Departemen Sosiologi.

7. Secara khusus dan teristimewa kepada kedua orangtua penulis yang sangat disayangi dan dicintai, Ayahanda Sarimin dan Ibunda Sugiani yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan kasih dan saying serta selalu memberikan perhatian yang besar, karena penulis menyadari skripsi ini tidak aka nada tanpa dukungan penuh dan do’a serta pengorbanan dari kedua orangtua penulis.

8. Buat Kakanda penulis Devi Andria Sari, SE yang telah banyak memberi teladan dalam kedisiplinan hidup dan selalu mendo’akan serta yang telah memberi sarana dan prasarana fasilitas penulis sampai penulis bisa menyelesaikan kuliah dan menyelesaikan skripsi.

9. Buat Adinda penulis Putri Arnilda Sari dan Rizky Ayu yang telah memberikan dorongan dan memotivasi penulis bisa maju dan berhasil.

10.Buat Kakek dan Nenek penulis yang selalu mendo’akan penulis.

11.Buat Anak-anak sosiologi stambuk 2006 yang telah memberikan sumbangan dan masukan pemikiran semasa perkuliahan (Dilla, Vivi, Dwi, Rini, Nalon, Azhan, Elin, Magdalena, Rizki Khairil, Nidya, Okto, Angga, Regar, Afwan dan teman-teman lain yang tidak disebutkan satu persatu).

12.Buat Kawan-kawan PKL (Chandra, Zhon, Darma, Maradona, dan Melinda). 13.Buat Sahabat penulis Rosianty Limbong yang selalu menemani dan sahabat

seperjuangan penulis dalam membuat skripsi yang susah senang selalu kita rasakan bersama).

14.Buat Anggota “IMAGIP” (Yandi, Fadly, Khalil, Asma Keter, Imay Keter, Tuti Keter, Eka Keter, dan Tantri Keter) karena kalian penulis bisa semangat dalam penyusunan skripsi dan meluangkan kejenuhan dengan berkreasi bersama “IMAGIP”.

(6)

16.Buat Ahmad Ganda SE, yang selalu memotivasi kepada penulis secara khusus. 17.Buat Zulfandyansyah Dalimunthe, terima kasih karena telah memberikan segala

hal buat penulis (hanya kata maaf yang bisa penulis ucapkan).

18.Buat Serda Apiep Pratama, Vespa Azrel S. Kom yang pernah penulis jadikan sahabat maupun lebih dari sahabat.

19.Dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh informan penelitian yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi melalui jawaban atas wawancara penelitian sehingga dapat menjawab permasalahan dari skripsi penulis.

Medan, Juli 2010 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Defenisi Konsep ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Strategi... 12

2.2. Teori Aksi ... 13

2.3. Teori Sistem ... 14

2.4. Jaringan Sosial ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi Penelitian ... 24

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 24

3.3.1. Unit Analisis ... 24

3.3.2. Informan ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan data ... 25

3.5. Interpretasi Data ... 27

3.6. Jadwal Kegiatan ... 28

(8)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRESTASI DATA

4.1. Deskripsi Wilayah ... 30

4.1.1. Sejarah Kelurahan Helvetia ... 30

4.1.2. Kondisi Geografis dan Batas Wilayah ... 30

4.1.3. Administrasi Desa ... 31

4.1.4. Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia ... 32

4.2. Profil Informan ... 36

4.2.1. Informan Kunci (Penjual Jamu Gendong) ... 36

4.2.1.1. Sri Atun ... 36

4.2.2. Informan Biasa (Pembeli Jamu Gendong) ... 45

4.2.2.1. Sugiani ... 45

4.3. Identitas Kegiatan ... 48

4.3.1. Profil/Sejarah Jamu Gendong ... 48

4.3.2. Sumber-Sumber Bahan Baku Jamu Gendong/Jenis-Jenis Jamu Gendong ... 49

(9)

4.3.5. Modal/Pendapatan Penjualan Jamu Gendong ... 53 4.3.6. Kehadiran Organisasi/Bantuan Kepada Penjualan Jamu Gendong ... 55 4.3.7. Kondisi Sosial Ekonomi Penjual Jamu Gendong ... 56 4.4. Pola Strategi Bertahan... 56

4.4.1. Strategi Bertahannya Penjualan Jamu Gendong Dalam Memaksimalkan Waktu Penjualan Untuk Memaksimalkan Jumlah Penjualan ... 56 4.4.2. Pemilihan Sasaran Penjualan Jamu Gendong ... 58

4.4.2.1. Strategi-Strategi yang Dilakukan Para Penjual Jamu Gendong ... 58 4.4.2.2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Para Penjual Jamu Gendong ... 63 4.4.3. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Berjualan Jamu Gendong Dengan Cara Digendong... 63 4.5. Pandangan Penjual Jamu Gendong ke Depan ... 65 4.5.1. Rencana Beralih Pekerjaan... 65 4.5.2. Kemampuan Penjualan Jamu Gendong Dengan Penjualan Jamu Lainnya Untuk Mempertahankan Hidup ... 66

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 67 5.2.Saran ... ..68

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAKSI

Banyak upaya yang dilakukan masyarakat untuk nenjaga kesehatan, salah satu diantaranya dengan meminum jamu yang dipercaya bagi sebahagian orang dapat menjaga kesehatan dan stamina tubuh manusia.Cara mendapatkan jamu tersebut tidaklah sulit karna banyak dijumpai tidak hanya didesa tetapi juga dikota. Salah satu cara untuk mendapatkan jamu yaitu dengan membeli dan penjual gendong yang jumlahnya sudah mulai berkurang. Dalam kemajuan zaman jamu gendong bias bertahan dikarnakan berbagai cara atau strategi yang dilakukan para penjual jamu gendong. Bertahannya para penjual jamu gendong didasari atas karna adanya sesuatu yang membuat para penjual jamu gendong masih bertahan yaitu; karna adanya suatu cirri khas dari penjual jamu gendong tersebut seperti; membawa bakul, digendong dengan sebuah kain.

Adapun permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini bagaimana strategi yang dilakukan penjualan jamu gendong bisa bertahan sampai sekarang. Dan selanjutnya akan dilihat bagaimana cara-cara maupun strategi-strategi yang dilakukan penjual dalam bertahannya penjualan jamu gendong dan kendala-kendala yang dihadapi. Metode penelitian yang digunakan untuk skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang menjelaskan untuk menceritakan dan menggambarkan tentang bertahannya penjualan jamu gendong. Informasi didapat dari para informan yang terdiri dari informan kunci yaitu penjual jamu gendong berjumlah 10 orang yang ada di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan informan biasa yaitu para pembeli jamu gendong. Ini dilakukan agar penulis mengetahui gambaran atau fenomena tentang strategi bertahan penjual jamu gendong. Lokasi penelitian terletak di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan kesehatan masyarakat konsekuensi perilaku yang berwujud pada tindakan yang disadari atau tidak disadari akibatnya dapat merugikan kesehatan atau menurunkan kesehatan si pelaku sendiri atau orang lain, atau suatu kelompok. Sesuai dengan batasan kesehatan yang dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu, khususnya yang mengetahui tentang kesehatan. Kesehatan bagi kehidupan yang merupakan salah satu modal yang utama. Gaya hidup yang terdapat pada masyarakat Indonesia kini lebih cenderung dan mengarah pada kemajuan “modern” yang manusianya agar selalu bugar dan sehat di sepanjang waktu.

(12)

Jamu gendong merupakan salah satu minuman kesehatan yang banyak dikonsumsi bagi masyarakat baik masyarakat kalangan atas, bawah, maupun menengah. Dengan adanya jamu gendong hampir seluruh masyarakat mempercayai hasil khasiatnya, terutama bagi kesehatan. Hasil ramuan jamu gendong ini sudah lama diyakini untuk segala berbagai penyakit, diantaranya untuk mengembalikan stamina tubuh dan khasiat lainnya dipercayai sebagai penambah nafsu makan, dan masalah kewanitaan.

Sebelum maraknya dan menyebar berbagai jamu di kalangan masyarakat, tentunya jamu gendong adalah pewaris utama untuk meyakini dalam menyembuhkan segala jenis penyakit dan tentunya menjadikan sebagai jamu kesehatan. Dapat diperkirakan bahwa pemanfaatan jamu gendong masih tinggi. Banyaknya masyarakat yang masih berminat untuk mengkonsumsi sebagai salah satu upaya untuk minuman kesehatan secara umum, sudah diketahui tentang khasiat dan manfaat dari jamu gendong tersebut.

Dalam kondisi era globalisasi yang sekarang ini, seorang usaha mampu untuk mengikuti perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar. Usaha yang cenderung berfikiran tradisional dan tidak mengharapkan adanya suatu perubahan, tentunya akan menemui banyak kendala maupun kesulitan dalam menghadapi penjualannya (James Scot, 1991:48-49).

(13)

1. Karena adanya suatu ciri khas dari penjual jamu gendong tersebut (seperti: membawa bakul, digendong dengan sebuah kain).

2. Adanya perbedaan dari letak cara penjualannya yang menjadikan penjualan jamu gendong bisa bertahan dengan cara digendong.

3. Harganya yang relatif murah dan terjangkau untuk dikonsumsi.

4. Hasil penjualannya yang dilakukan baik secara out to door (dari rumah ke rumah) sehingga jamu gendong bisa bertahan.

5. Ramuannya yang masih alami yang membuat para pembeli yakin akan mutu dan kualitasnya yang dibuat secara alami dengan ramuan-ramuan.

Berbagai cara yang dapat diperoleh dan dilakukan dalam mencapai keberhasilan dan kesuksesan suatu penjualannya. Strategi yang diterapkan penjual untuk tiap-tiap bidang di dalamnyapun berbeda-beda, mulai dari bagian produksi, distribusi penjualannya.

Target penjualan yang akan dicapai oleh suatu penjualannya tentunya harus didukung dengan adanya suatu strategi yang tepat agar hasil penjualannya mengalami peningkatan kualitas usahanya. Setiap usaha tentunya memiliki strategi masing-masing dalam berusaha.

Tahun 1990-1995, jamu gendong ini meningkatkan pesat atau berada di puncak kejayaannya ketika pemasaran produk jamu gendong sudah sangat menghasilkan keuntungan yang besar. Ditandai dengan semakin banyaknya produk-produk jamu yang lain di Indonesia.

(14)

sekarang penjual jamu gendong yang ada di daerah Sumatera semakin banyak apalagi dengan banyak warga-warga luar yang menjalani hidup di Sumatera yang menjadi sebahagian dari mereka berjualan jamu gendong.

Pada awalnya, jamu gendong muncul di daerah Sumatera pada tahun 1980-an yang dimana jamu gendong berkesan tradisional, jamu yang merupakan obat kuno yang biasanya dijual dengan cara digendong oleh wanita memakai pakaian kebayak dan memakai konde atau memakai sanggul dan membawa bakul yang diikat oleh kain.

Penjualan jamu gendong di kawasan Deli Serdang dilakukan penjualan dari rumah ke rumah dan kemudian harganya yang masih bertahan untuk sekarang ini, adapun hasil yang diketahui ada penjual jamu gendong di daerah Sumatera hampir sekitar ± 350 orang untuk kawasan seluruh Sumatera Utara. Keadaan dan banyaknya penjual jamu gendong meyakini bahwa penjualan jamu gendong masuk di kawasan Sumatera Utara khususnya di kawasan Deli Serdang.

Kawasan Deli Serdang hampir banyak dijajaki penjual jamu gendong diantaranya di Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal. Hampir banyak para pendatang masyarakat luar masuk di kawasan Kelurahan Helvetia Kecamatan Sunggal untuk mengadu nasib bekerja sebagai penjual jamu gendong.

(15)

Cara penjualannya yang terkesan masih sangat tradisional dan turun-menurun. Banyaknya penjualan jamu gendong yang berada di kawasan ini menjadikan penjualan jamu gendong dapat ditemui dan bertahan dengan terlihat banyaknya warga khususnya di kawasan Helvetia mulai menekuni usaha membuat dan menjual jamu gendong sebagai mata pencaharian. Cara penjualannya pun masih sama dalam penjualan yang masih secara tradisional.

Dari wawancara yang dilakukan disebutkan ada 30 kepala keluarga yang menekuni penjualan jamu gendong di kawasan Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal. Hal inilah yang menjadikan jamu gendong masih bisa bertahan di setiap kawasan walaupun telah banyaknya jamu-jamu yang lain yang cara penjualan dan penyajiannya sangat berbeda.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, adapun yang menjadi perumusan masalah ini adalah: “Bagaimana strategi yang dilakukan penjual jamu gendong sehingga bisa bertahan sampai sekarang?”

1.3. Tujuan Penelitian

(16)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah hasil kajian ilmiah yang akurat dan dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya guna dapat memberi bantuan untuk pemikiran dan memperluas pengetahuan.

1.4.1. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan bagi perkembangan ilmu sosiologi sekaligus menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya kajian yang berhubungan dengan masalah strategi penjualan.

1.4.2. Manfaat Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan dan pengetahuan mengenai fenomena yang ada di dalam masyarakat dan sebagai wadah pembentukan pola pemikiran dalam menghadapi segala macam persoalan yang terjadi di masyarakat.

1.5. Defenisi Konsep

(17)

Agar penelitian ini terfokus dan untuk mengetahui konsep-konsep yang digunakan :

1.5.1. Strategi

Merupakan cara/metode yang dilakukan oleh masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan baik sosial maupun ekonomi, dalam hal ini strategi diartikan sebagai suatu proses untuk memenuhi syarat dasar untuk melangsungkan hidup.

1.5.2. Pembeli

Para konsumen yang secara langsung mendatangi lokasi pedagang guna untuk membeli barang ataupun jasa, baik secara langsung maupun tidak langsung.

1.5.3. Pelanggan

Mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud guna untuk membeli suatu barang dan jasa, dan mempunyai tujuan dimana dan kemana akan membeli.

1.5.4. Pengelolaan Jamu

Yaitu perlakuan terhadap jamu untuk mengelola dan meramu jamu, meracik berdasarkan resep peninggalan leluhur, yang dibuat secara alamiah dan khasiat maupun keamanannya dikenal secara empiris (berdasarkan turun-temurun).

1.5.5. Pedagang dan Penjual

(18)

1.5.6. Jamu Gendong

Merupakan obat tradisional yang bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan, mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Jamu yang merupakan ramuan tradisional yang diperjualbelikan atau diperdagangkan secara digendong dengan bakul yang digendong dengan sebuah kain panjang yang ditopang di bahu (Yuliarti, 2008:3).

1.5.7. Bahan-Bahan Jamu

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi

Strategi merupakan suatu proses memenuhi syarat untuk dapat melangsungkan hidup dengan memenuhi kebutuhan. Fungsional berupa sistem menjamin kebutuhannya dari lingkungan dan mendistribusikan sumber-sumber dalam masyarakat fungsional dilakukan oleh sistem ekonomi.

Edi Suharto (Damsar, 2003), menyatakan strategi bertahan (Coping Strategis) dalam perekonomian dilakukan dengan berbagai cara yaitu :

1. Strategi Aktif

Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dan lingkungan sekitar dan sebagainya.

2. Strategi Pasif

Yaitu strategi yang mengurangi pengeluaran guna memenuhi kebutuhan. Misalnya: pengeluaran sandang, pangan dan pendidikan.

3. Strategi Jaringan

(20)

Dalam strategi penjualan jamu gendong agar bisa bertahan diwujudkan dalam tindakan sosial yang dalam arti dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Menurut Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjek bagi dirinya (Damsar. 2002:124).

Dalam Teori Ekonomi keberadaan hubungan social dan pembeli,juga penjual dapat dibedakan para ekonom mengasumsikan bahwa aktor ekonomi (penjual dan pembeli) bertindak untuk mencapai kepentingan pribadinya sendiri,dalam isolasi dari setiap faktor factor hubungan social yang ada (Damsar,2002).

Adam Smith (Damsar, 1976:17) terlihat bahwa orang mempunyai kecendrungan untuk memindahkan, menukar dan memperjual belikan suatu barang kepada orang lain.Aktivitas Ekonomi dari seseorang individu hanya jika dan sejauh ia memperhatikan prilaku orang lain.Dalam aktivitas perdagangan dan penjualan adalah orang atau insitusi yang memperjual belikan hasil produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam Sosiologi Ekonomi (Ritzer, Damsar 1980 ; 1981) membedakan pedagang dan penjual berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari penjualannya dan hubungan dengan ekonomi dapat disimpulkan bahwa penjualan dibagi atas:

1. Penjualan Profesional

(21)

2. Penjualan Semi Propesional

Penjualan yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang,tetapi pendapatan dari hasil penjualan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi.

3. Penjualan Subsistensi

Merupakan pendapatan yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitasnya atas subsitensi untuk memenuhi ekonomi (khususnya rumah tangga).

4. Penjualan Semu

Orang yang melakukan kegiatan penjualan karna hobi dan untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu lainnya.Penjualan jenis ini tidak mengharapkan kegiatan penjualan sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam menjual.

2.2. Teori Aksi

Teori aksi juga dikenal sebagai teori bertindak, pada awalnya dikembangkan oleh Max Weber. Weber berpendapat bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, pemahaman, persepsi atas suatu objek stimulus dan situasi tertentu. Tindakan individu merupakan sosial yang rasional yaitu untuk men capai tujuan atau sarana-sarana yang paling tepat (Ritzer, 1983).

(22)

macam, yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan rasional dan tindakan afektif.

Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas instrumental, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar. Tujuan-tujuan sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya (Wan Sri, 2009).

Keterkaitan strategi dengan teori aksi terlihat adanya pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan. Perencanaan dalam aktivitas dalam kurun waktu yang akan muncul teori aksi yang memerlukan atas pengalaman dan atas pemahaman dari para individu atas suatu objek dan situasi tertentu yang nantinya pengalaman dan pemahaman akan muncul.

(23)

2.3. Teori Sistem

Teori sistem jika dikaitkan dengan teori aksi yaitu sebuah kritikan dari Talcott Parson mengenai teori aksi Weber, bahwa aksi merupakan tanggapan respons mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Menurut Parson yang utama bukanlah tindakan individual, melainkan norma-norma dan nilai sosial yang menuntun dan mengatur perilaku (Poloma, 1987).

Parson melihat bahwa tindakan individu dan kelompok dipengaruhi oleh 3 sistem, yaitu sistem sosial, sistem budaya, dan sistem kepribadian masing-masing individu kita dapat meningkatkan individu dengan sistem sosialnya melalui status dan perannya. Dalam setiap sistem sosial individu menduduki suatu tempat (status) tertentu dan bertindak (berperan) sesuai dengan norma atau aturan yang dibuat oleh sistem tersebut dan perilaku individu ditentukan pula oleh tipe kepribadiannya.

Pedagang penjualan jamu gendong dalam strategi bertahannya berusaha untuk memperluas jaringannya dan menarik pelanggan melalui teori aksi tentang tindakan sosial sebagai konsep dasar dari Talcott Parsons, mengatakan bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial yang memiliki kebebasan untuk bertindak. Menurut teori aksi ada beberapa asumsi tentang teori aksi yaitu :

1. Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi tidak dapat diubah dengan sendirinya.

(24)

4. Tindakan manusia, mulai dari kesadaran sendiri sehingga subjek dan situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

5. Dalam bertindak manusia menggunakan cara metode, teknik serta seperangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

Talcott Parsons menggunakan istilah “Action” yang mengatakan secara tidak langsung aktivitas, kreativitas, dan proses dari penghayatan dari individu dengan menyusun rencana dari unti-unit dasar tindakan sosial dan karakteristik sebagai berikut: actor berada kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif untuk mencapai tujuan (Ritzer, 2004:57).

Talcott Parsons juga mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat adalah suatu susunan organisme yang hidup, dan agar masyarakat itu sendiri bisa hidup harus ada pencapaian dan suatu tujuan maka perlu adanya 4 syarat fungsional yaitu : 1. Adaptation (Adaptasi)

Yang dimana semua keseluruhan sistem sosial yang berawal dan hubungan dua orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dengan dihadapinya secara lingkungan fisik dan sosial.

2. Goal Attainment (Pencapaian Tujuan)

(25)

3. Integration

Agar dari suatu sistem dapat bekerja secara baik maka harus diperlukan adanya tindakan dari solidaritas diantara individu-individu yang terlihat. Integration mengarah pada akan kebutuhan yang menjamin emosional yang nantinya dapat dipertahankan dan bisa dikembangkan.

4. Latent Patent Maintenance (Pemeliharaan Susunan yang Laten)

Sistem sosial yang diharapkan mampu untuk mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa jenuh sehingga mengarah pada terhentinya interaksi. Hal ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan secara utuh sehingga interaksi sistem tersebut bisa dapat dilanjutkan (Doyle, 1986:131).

Keterkaitan strategi dengan teori sistem terlihat dalam sistem adanya pelaku (aktor) yang pasti adanya strategi ataupun sub-sub yang saling menguntungkan. (Terlihat dalam pencapaian harus adanya adaptasi, tujuan dan adanya tindakan timbal balikdari individu yang terlihat dan kemudian terkait dalam pemeliharaan susunan yang laten dalam mempertahankan strategi).

2.4. Jaringan Sosial

(26)

Tetapi rentang jaringan maupun kepercayaan yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan cirri pengelolaan organisasi yang lebih modern dan akan memiliki partisipasi yang lebih baik dengan memiliki tingkat partisipasi yang lebih baik dengan memiliki rentang jaringan yang luas.

Jaringan sosial juga memainkan peranan penting dalam penjualan. Jaringan tersebut merupakan ikatan antar pribadi yang mengikat para penjual, melalui ikatan kekerabatan, persahabatan dan komunitas yang sama. Jaringan sosial memudarkan penjual dalam bertahan di tengah kota yang sangat maju. Jaringan sosial yang dimaksud adalah dala, bentuk pertukaran informasi dan dukungan finansial.

Selain untuk mempertahankan dari usaha perdagangan dan dengan diperluasnya jaringan untuk mempertahankan penjualan jamu gendong, ada juga pembentukan dengan melalui adanya jaringan sosial ataupun pola dan kerja sama yang dijalankan oleh pedagang jamu gendong antara lain :

1. Jaringan sosial sesame penjual jamu gendong yang dikembangkan dengan adanya cara jaringan sosial yang sifatnya bertimbal-balik dan seimbang (jaringan sosial dapat dilihat sebagai pengaturan dari logika untuk memajukan strategi bertahap penjualan jamu gendong). Keterlekatan adanya hubungan timbal-baliknya merupakan hal jaringan baik untuk setiap tindakan-tindakan yang dekat dalam struktur yang kajiannya lebih luas (Damsar, 2002:45).

(27)

tindakan yang meresponsitas (hubungan timbal balik) dan melalui adanya hubungan ini akan diperoleh keuntungan baik bagi penjual.

Strategi dapat dikembangkan dalam suatu jaringan sosial. Pola kerja sama yang dapat diterapkan (pedagang) yaitu :

1. Jaringan sosial diantara sesama pedagang yang mana jaringan sosial yang dikembangkan secara timbal balik.

2. Jaringan sosial yang dibentuk yaitu pola kerja sama pedagang dengan orang-orang yang berada di daerah sekitar.

Jaringan sosial dihubungkan dengan strategi yang bagaimana individu terkait satu dengan yang lainnya oleh bagaimana ikatan aplikasi melayani baik sebagai mempermudah untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar, 2002:35). Jaringan yang telah lama dilihat sangat penting ini dikarenakan adanya keberhasilan strategi. Pada tingkat permulaan fungsi jaringan diterima dengan luas sebagai suatu sumber informal penting yang sangat menentukan identifikasi dan mengeksploitasi peluang-peluang strategi. Jaringan-jaringan itu dapat juga menyediakan akses Field (Damsar, 2005:16-17).

(28)

Itu berarti mereka perlu merasa bahwa mereka mempunyai suatu kesesuaian satu sama lain. Jika mereka berbagai nilai-nilai, mereka sangat mungkin bekerja sama untuk memperoleh tujuan yang saling menguntungkan.

Jaringan-jaringan manusia hendaknya dilihat sebagai bagian dari perangkat hubungan-hubungan dan norma-norma yang lebih luas yang mengarahkan orang-orang dalam mencapai tujuan mereka dan berperan membantu untuk merekatkan masyarakat secara bersama (Field, 2005. Medan, Modal Sosial, Bina Media Priatis).

Smith-Doerr (Damsar, 1994:365) pada jaringan sosial dapat didefenisikan sebagai rangkaian hubungan yang khas di antara sejumlah orang dengan sifat tambahan, yang ciri-ciri dari hubungan ini sebagai keseluruhan, yang digunakan untuk menginterpretasikan tingkah laku sosial dan individu-individu yang terlibat. Pada tingkatan struktur memperlihatkan bahwa pola atau struktur hubungan sosial meningkatkan dan atau menghambat perilaku orang untuk terlibat dalam macam area dari kehidupan sosial.

Aliansi strategis dan produksi bersama merupakan jaringan produksi yang lebih bersifat formal, karena dibentuk atas persetujuan bersama untuk bekerja sama (joint-venture) dan sub kontrak yang jangka waktunya relatif pendek. Jaringan sosial

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang diteliti guna mendapatkan ataupun menghasilkan tulisan, data, dan tingkah laku tentang apa yang menjadi penelitian (Moloeng, 2005).

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati. Mengungkapkan dan memahami sesuatu di balik fenomena, mendapatkan wawasan dari penelitian. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif yakni agar di dalam pencarian makna di balik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara komprehensif, mendalam, alamiah tanpa banyak campur tangan dari peneliti. Dimana dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan strategi bertahannya para penjual jamu gendong.

Bentuk penelitian deskriptif mempunyai ciri-ciri :

1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang terjadi pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) masalah yang bersifat aktual.

(30)

Pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh objek peneliti secara holistic (utuh) misalnya: tentang perilaku, motivasi, tindakan dan sebagainya. Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini dikarenakan :

1. Peneliti melihat individu secara holistik.

2. Peneliti mengutamakan latar ilmiah, dengan maksud menggambarkan fenomena yang terjadi yang melibatkan berbagai metode seperti: wawancara, observasi, dan sebagainya.

3. Pendekatan ini bersifat emik, misalnya peneliti dapat membangun pandangan sendiri tentang apa yang diteliti secara rinci (Moloeng, 2005:4-6).

Data kualitatif tidak memiliki perbandingan yang pasti, karena kebenaran yang dibuktikan bersifat relatif. Data itu dapat berupa pandangan atau pendapat, konsep-konsep keterangan dan kesan-kesan, tanggapan-tanggapan dan lain-lain.

Sebagai rangkaian kegiatan atau proses menyaring informasi dan kondisi dalam kehidupan suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis (Nawawi, 1992:2008). Objek dalam penelitian kualitatif adalah manusia atau segala sesuatu yang dipengaruhi oleh manusia. Objek itu diselidiki dalam kondisi sebagaimana adanya (Natural Setting).

Penelitian ini juga dikategorikan sebagai penelitian lapangan (Field Research), karena peneliti berupaya mengamati secara langsung kehidupan penjual

(31)

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun I, Kelurahan Helvetia, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan dalam memilih lokasi tersebut yaitu :

1. Efektivitas dan efisiensi pada saat penelitian sehingga mempermudah penulis untuk melakukan penelitian untuk mengumpulkan data.

2. Mudahnya menemui penjual jamu gendong di daerah ini sehingga sangat mudah mewawancarai dan meneliti langsung di lokasi penelitian.

Unit Analisis dan Informan

Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah pedagang ataupun penjual jamu gendong, pelanggan dan pembeli yang membeli jamu gendong.

Informan

Informan kunci adalah orang-orang yang menjadi sumber dari informasi dalam penelitian ini dalam strategi bertahan dalam penjualan jamu gendong yaitu: seluruh penjual jamu gendong di Dusun I, Kelurahan Helvetia Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

Informan biasa adalah sumber informasi yang dipergunakan untuk data-data pendukung informan biasa ini terdiri dari beberapa indikator, yaitu :

a. Pelanggan jamu gendong

b. Pembeli jamu gendong, yang membeli jamu gendong c. Relasi

(32)

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka pencapaian tujuan penelitian. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode tertentu untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Teknik dari data penelitian dalam hal ini menggunakan 2 (dua) jenis yaitu:

a. Observasi

Yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian yang dimana peneliti akan melakukan observasi yang dilakukan peneliti dengan mengobservasi secara langsung ke lapangan guna ikut serta dalam penjualan jamu gendong (baik di pasar, maupun di daerah-daerah lain seperti perumahan).

Dalam hal ini peneliti akan membagi pengamatan ke dalam dua bagian yaitu: pengamatan awal, dalam hal ini peneliti akan melihat apakah topik yang peneliti angkat sesuai atau tidak dengan lokasi penelitian, jika sesuai peneliti akan mencoba menyesuaikan masalah yang peneliti temukan di lapangan dengan topik penelitian penulis. Tahap kedua, setelah penulis menetapkan topik penulis dan menyesuaikan dengan lokasi penelitian, penulis akan mengamati secara langsung objek penelitian di lapangan tentang bagaimana sebenarnya objek dalam konteks penelitian ini, sehingga akan didapat ganbaran mengenai objek kajian dalam penelitian ini (Moloeng, 2005:176).

(33)

peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara (Bungin, 2003:76).

b. Wawancara Mendalam

Yaitu metode wawancara memperoleh proses untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai (Dept Interview). Wawancara mendalam merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Pewawancara itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2000:186).

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara untuk dapat berfikir secara sistematis dalam proses pengambilan data. Dalam hal ini peneliti mendatangi rumah informan dan melakukan komunikasi dengan informan untuk mendapatkan informasi dengan memberikan pertanyaan sesuai dengan yang tercantum dalam pedoman wawancara. c. Studi Kepustakaan

(34)

berhubungan dengan masalah penelitian dan akan menggunakan data-data yang menurut peneliti sesuai dengan penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan tahap penyederhanaan data, setelah data dan informasi yang dibutuhkan dan diharapkan telah terkumpul. Data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini akan diinterpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan sampai akhir akan disusun sebagai laporan akhir penelitian.

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √ 2 ACC Judul √ 3 Penyusunan Proposal √ √ 4 Seminar Proposal √ 5 Revisi Proposal √ 6 Penyerahan Hasil Seminar √ 7 Operasional Penelitian √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

(35)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini salah satu diantaranya adalah pembuatan surat izin penelitian. Terbatasnya data sekunder atau tambahan melalui buku, dokumen dan jurnal yang mendukung penelitian yang telah dilaksanakan, serta adanya keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan.

Keterbatasan dalam pengurusan dan pembuatan surat izin penelitian adalah begitu banyaknya rentetan jalur pengurusan surat izin penelitian menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengurus surat, baik di lingkungan fakultas, birokrasi pemerintahan maupun instansi tempat peneliti melakukan penelitian yang terlalu berhati-hati dalam memberikan izin penelitian.

(36)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

Deskripsi Lokasi Penelitian

Sejarah Kelurahan Helvetia

Sejarah mengenai munculnya kelurahan Helvetia sampai saat ini banyak yang belum jelas mengetahui secara jelas. Berdasakan dari hasil data yang didapat di kelurahan Helvetia bahwa kelurahan Helvetia merupakan salah satu wilayah yang ada di kota Medan yang bagian dari kelurahan-kelurahan lain yaitu Helvetia Timur, Helvetia Tengah. Kehadiran dan munculnya kelurahan Helvetia didasari karena adanya 8 dusun yang sekarang menjadi kawasan kelurahan Helvetia (data ini dijelaskan dari pegawai yang ada di kantor lurah).

Kondisi Geografis dan Batas Wilayah

Secara geografis kelurahan Helvetia memiliki batas-batas wilayah yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kecamatan Labuhan Deli

Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kotamadya Medan Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kecamatan Tanjung Kusta

Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kelurahan Karang Berombak Kotamadya Medan

4.1.3. Administrasi Desa

(37)

Lurah: Petrus Mt. Sinurat. SP Sekretaris lurah: Sugiarno Kepala Dusun I: Saidi Kepala Dusun II: Suharsono Kepala Dusun III: Ngadono Kepala Dusun IV: Abdul Karim Kepala Dusun V: Suradi

Kepala Dusun VI: Jamian Kepala Dusun VII: Sulianto

Kepala Dusun VIII: Mangapul Tindan

Lembaga dan Struktur Desa merupakan salah satu susunan yang sangat penting dalam kelurahan Helvetia. Kelurahan Helvetia mempunyai susunan dalam pemerintahan yang lengkap dan jelas. Dan kelurahan Helvetia merupakan salah satu desa diwilayah kecamatan Sunggal yang mempunyai luas 386 Ha yang terbagi atas beberapa lahan seperti pemukiman, pekarangan, lahan sarana sekolah dan sarana lainnya.

Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia

(38)

Penduduk Kelurahan Helvetia Berdasarkan Agama dapat dilihat sebagai berikut :

No Agama Jumlah

1 Islam 10.578 orang 2 Protestan 2.475 orang 3 Katolik 2.510 orang

Total 15.563 orang

(Sumber data: Kelurahan Helvetia, 2007)

Dari data di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa mayoritas penduduk Helvetia adalah penganut agama Islam dan dari data yang didapat di lapangan penjual jamu yang ada di Helvetia mayoritas beragama Islam.

Penduduk kelurahan Helvetia berdasarkan suku :

No Suku Jumlah

1 Batak Toba 339 orang

2 Nias 108 orang

3 Karo 909 orang

4 Jawa 1460 orang

5 Aceh 41 orang

Total 15.563 orang

Dari jumlah penduduk berdasarkan suku dapat dilihat bahwa suku jawa yang berdomisili di wilayah kelurahan Helvetia jumlahnya cukup banyak. Banyaknya suku jawa yang membuat kelurahan Helvetia didatangi suku yang sudah menetap sejak dahulu. Sedangkan suku yang paling sedikit jumlahnya yaitu suku aceh yang merupakan pendatang yang berjumlah 41 orang.

(39)

membuat kelurahan Helvetia meluas khususnya bagi masyarakat jawa yang merupakan pendatang.

Komposisi Penduduk berdasarkan pekerjaan :

No Pekerjaan Jumlah

1 Buruh/Kuli Bangunan 1954 orang

2 PNS 205 orang

3 Pedagang 80 orang 4 Penjahit 20 orang

5 Dokter 10 orang

6 Supir 35 orang

7 Supir Becak 50 orang 8 TNI/Polri 17 orang 9 Pengusaha 8 orang

(Sumber Data: Kantor Lurah Helvetia, 2007)

(40)

Jumlah Sarana dan Prasarana di Kelurahan Helvetia :

No Pendidikan Jumlah

1 SD 2

2 Mesjid 8

3 Gereja 9

4 Madrasah 7

5 Posyandu 6

6 Puskesmas 1

Total 33

Sarana dan Prasarana Kelurahan Helvetia

Untuk mendukung dalam kegiatan yang ada di kelurahan Helvetia ada berbagai sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan di kehidupan masyarakat. Dengan tersedianya sarana maupun prasarana tersebut maka kegiatan maupun kebutuhan masyarakat sehari-hari akan berjalan dengan lancar dan baik.

Adapun sarana dan prasarana di kelurahan Helvetia : 1. Sarana Kesehatan

Adanya sarana kesehatan di kelurahan Helvetia yaitu tersedianya 6 posyandu dan 1 puskesmas. Dengan adanya 7 sarana kesehatan membuat masyarakat kelurahan Helvetia mempermudah cara menangani masalah kesehatan baik dari anak-anak, balita, orangtua, dengan sarana dan prasarana yang tersedia.

2. Sarana Pendidikan

(41)

pendidikan membuat masyarakat yang bersekolah di kelurahan Helvetia. Dengan bangunan SD yang berjumlah 2 yaitu Impres, Karya Bakti, 7 madrasah, 4 TK, dan 2 TK Al-Qur’an. Banyaknya sarana dan prasarana pendidikan membuat masyarakat Helvetia menyekolahkan anak-anaknya sesuai keinginan.

3. Sarana Ibadah

Banyaknya perbedaan di setiap agama di kelurahan Helvetia memiliki 8 mesjid dan 9 gereja yang terbagi di sekitar wilayah kelurahan Helvetia. Banyak tempat ibadah membuat warga kelurahan Helvetia bisa saling menghargai antara umat yang satu dengan umat yang lainnya. Dengan adanya tempat-tempat beribadah yang telah disediakan.

4. Sarana Olahraga

Sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang ada di kelurahan Helvetia menyediakan sarana dan prasarana olahraga yang telah disediakan, yaitu 5 lapangan sepak bola, 3 lapangan voli dan 2 lapangan bulutangkis. Dengan adanya fasilitas sarana dan prasarana olahraga ini berharap akan berguna bagi menjaga kesehatan masyarakat kelurahan Helvetia dan bisa dipergunakan sebagai lokasi latihan bagi masyarakat.

5. Sarana Air Bersih

(42)

Profil Informan

Informan Kunci (Penjual Jamu Gendong)

Dalam penelitian ini terdapat 10 informan kunci untuk mengetahui banyak hal yang diperlukan dalam penelitian. Kriteria informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui pengetahuan dan adanya keterlibatan langsung dalam menjalankan penjualan jamu gendong serta mengetahui strategi-strategi bertahannya penjualan jamu gendong.

Penjual Jamu Gendong

4.2.1.1.Nama : Sri Atun Umur : 29 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Security Status : Menikah Pendidikan : SMP

Asal Daerah : Kabupaten Seragen, Majenang Kabupaten Sukadono Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono dusun 2

Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 2 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 2 Tahun

(43)

Kepindahan penjual jamu gendong Sri Atun ke kota Medan awalnya hanya ikut saudara karena ia melihat penjual jamu gendong menjanjikan dan tidak rumit. Oleh karena itu, Sri Atun berniat berjualan dengan modal seadanya yang ia miliki. Dengan modal seadanya, ia mulai berjualan di sekitar kelurahan Helvetia dari rumah ke rumah.

Ia berjualan jamu gendong dengan ikhlas dan penuh dengan keyakinan karena Sri Atun mengakui bahwa daerah kota Medan yang sangat menjanjikan untuk berjualan apa saja, dengan penuh semangat membuat dirinya yakin untuk berjualan jamu gendong. Dengan waktu yang cukup lama, Sri Atun penjual jamu gendong akhirnya memberanikan diri untuk berjualan di tempat-tempat lain, seperti pusat pasar, kantor-kantor dan pasar-pasar tradisional.

4.2.1.2. Nama : Prapti Umur : 42 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Penjual Bakso Pendidikan : SD

Status : Menikah Asal Daerah : Jawa Tengah

Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono dusun 5 Helvetia Suku : Jawa

(44)

Prapti (42 tahun) selain bekerja sebagai penjual jamu gendong ibu tiga anak ini juga bekerja sebagai buruh di salah satu rumah tangga yaitu sebagai penyetrika pakaian. Pekerjaan sampingan ini berguna untuk membantu kebutuhan suami dan kebutuhan rumah tangga. Hasil penjualan jamu gendong hanya bisa digunakan untuk makan, sementara penghasilan tambahannya digunakan sebagai tabungan yang digunakan apabila ada keperluan yang mendesak dan memerlukan uang.

Menurut pengakuan Prapti, Ia berjualan jamu gendong sore hari sekitar pukul 15.00 WIB sampai dengan 18.00 WIB. Prapti menyadari berjualan jamu gendong tidak mendapatkan untung yang sangat besar, melainkan hanya pas-pasan buat makan.

4.2.1.3. Nama : Suratmi Tanggal Lahir : 20-12-1967 Umur : 43 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan Suami : Penjual Mie Ayam Pendidikan : SMP

Status : Menikah

Asal Daerah : Wonogiri, Jawa Tengah

Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono dusun 5 Helvetia Suku : Jawa

(45)

Suratmi (43 Tahun) menekuni profesi penjualan jamu gendong ditekuni dari gadis. Pengetahuan dan keahlian tentang jamu didapat dari ibunya. Keahlian dalam berjualan jamu gendong ditekuni oelh Bu Suratmi karena ia berpendapat bahwa berjualan jamu gendong mudah dan banyak dikonsumsi.

Suratmi tidak begitu mengetahui strategi-strategi apa saja yang dilakukan dalam berjualan jamu gendong. Baginya ia hanya menjual dengan cara-cara biasa saja dan Suratmi hanya pasrah pada rezeki yang diberikan Sang Maha Kuasa. Ia berjualan jamu gendong pada pagi hari pukul: 09.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB dan lokasi tempat ia berjualan adalah pusat-pusat pasar dan pedagang-pedagang lainnya.

4.2.1.4. Nama : Irwantik Umur : 40 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Berjualan batik Pendidikan : SD

Status : Menikah

Asal Daerah : Gondang Mayang, Sragen, Jawa Tengah

Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono dusun 3 gang Wilis Helvetia Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 2 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 2 Tahun

(46)

Kesadaran untuk berjualan jamu dilakukan karena ia dan keluarganya mulai merasakan kekurangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hanya bermodalkan kenekatan dan keterampilan seadanya yang ia miliki menjadikan Ibu Irwantik menekuni penjual jamu gendong.

Ibu Irwantik berjualan jamu gendong di lokasi dekat rumah dengan berjualan dari rumah ke rumah. Dengan hasil pendapatan yang tidak menentu membuat Ibu Irwantik yang mempunyai 2 tanggungan anak ini bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga walaupun hanya memiliki modal dan pendapatan seadanya.

4.2.1.5. Nama : Mamak Ali Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Berjualan Bakso Pendidikan : SD

Status : Menikah Asal Daerah : Solo, Sragen Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 2 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 25 Tahun

(47)

Mamak Ali berjualan jamu gendong pada awalnya di pasar sekitar lingkungan daerah tempat tinggalnya. Tetapi, karena kenekatan dan keberaniannya jualannya meluas sampai ke kantor-kantor dan perumahan yang ada di Medan, seperti: Perumnas Helvetia.

Ia mengatakan :

“…strategi dan kendala sangat saya rasakan ketika mulai berjualan jamu gendong (sambil tersenyum).” (Wawancara dengan Mamak Ali)

4.2.1.6. Nama : Yuni Umur : 41 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Buruh Pendidikan : SD Status : Menikah

Asal Daerah : Solo, Jawa Tengah

Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono Karya 5 Dusun 4 Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 1 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 20 Tahun

(48)

daerah asal, meninggalkan suami dan anaknya demi mencari uang dan penghasilan yang menguntungkan.

Keberanian untuk menjual jamu gendong ke Medan guna mendapatkan penghasilan maksimal. Profesi yang dilakukan Ibu Yuni dikarenakan kota Medan sangat ramai sehingga ia beranggapan bahwa apa yang dijual akan mudah dibeli. Hal ini yang membuat Ibu Yuni menjadikan pekerjaan tetapnya menjadi penjual jamu gendong.

Dalam berjualan jamu gendong harus ada strategi yang dipakai agar jamu dapat dijual dan bisa diminati banyak orang. Penjualannya pun hampir mempunyai kendala-kendala penjualan jamu gendongnya yang dijual disekitar daerah stasiun kereta api. Lokasinya ini sangat menjanjikan buat Ibu Yuni yang mencari nafkah. 4.2.1.7. Nama : Supini

Umur : 45 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Berjualan Bakso Pendidikan : SD

Status : Menikah

Asal Daerah : Wonogiri, Jawa Tengah

Tempat Tinggal : Jln. Kapten Sumarsono Dusun 1 Kelurahan Helvetia Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 3 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 10 Tahun

(49)

Ibu anak 3 ini, mulai berjualan menjadi penjual jamu gendong dimulai dari awal pertama Ibu Supini dan suaminya menginjakan kota Medan.

Profesi yang ditekuninya diyakini dapat membantu dan menafkahi rumah tangga. Banyak yang dilakukan Ibu dari tiga anak ini, Ia melakukan strategi-strategi dalam penjualan jamu gendong yang hingga saat ini masih bertahan dan diminati masyarakat.

Ibu Supini mengatakan :

“…harus adanya kebersihan dan harga maupun rasa yang beda dari penjual-penjual jamu lainnya. Strategi lainnya sangat diperlukan dengan cara bahan-bahan yang alami dan yang menjadi modal utama agar bisa bertahan. Kendala juga dirasakan dalam penjualan jamu gendong…” ( Hasil wawancara pukul 20:30 WIB)

Ibu Supini juga mengatakan :

“…kendala selalu datang ketika hujan datang, karena banyak penjual malas keluar rumah, dan terpaksa harus punya inisiatif untuk mendatangi para pembeli agar jamu bisa habis terjual. Dan kalau tidak begitu pastinya saya rugi dan tidak membawa uang dan hasil jualan banyak tersisa…” (Hasil wawancara pukul 20:30 WIB)

4.2.1.8. Nama : Satiyem Umur : 42 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan Suami : Tidak menentu Pendidikan : SD

Status : Menikah

Asal Daerah : Seragen, Jawa Tengah

(50)

Suku : Jawa

Jumlah Keluarga yang ditanggung : 4 Orang Lama Berjualan Jamu Gendong : 15 Tahun

Dengan lama berjualan hampir 15 tahun, Satiyem (42 tahun) mengadu nasib menjadi penjual jamu gendong, tidak banyak cara-cara maupun strategi-strategi yang dilakukan dalam penjualannya begitu juga dalam kendala-kendala yang dihadapi dalam penjualannya.

“…kendala hanya hujan dan modal saja, kendala ini yang membuat penjualan jamu gendong saya tidak laku, dan saya melakukan penjualan dengan cara digendong karena mudah dibawa kemana-mana jadi saya bisa mendapatkan rezeki diatas rata-rata yang saya dapat dalam seharian…” (Hasil wawancara; pukul 17:00)

4.2.2. Informan Biasa (Pembeli Jamu Gendong)

4.2.2.1.Sugiani

Sugiani (39 tahun) adalah seorang wanita penggemar jamu gendong karena sejak gadis ia sudah rajin minum jamu gendong. Dengan demikian secara tidak langsung ia merupakan salah seorang pembeli yang setia dalam membeli jamu gendong. Awal ketertarikannya membeli jamu karena khasiatnya dan harganya yang masih relatif murah.

“…saya senang minum jamu dari mulai gadis. Alasannya saya meminum agar bisa menguruskan dan membuat badan saya sehat setiap hari…” (Hasil wawancara, Juli 2010)

4.2.2.2.Devi

(51)

tenaga, ia rajin minum jamu yang dijual di sekitar rumahnya walaupun sebelumnya ia paling susah minum jamu.

“…dulu saya paling tidak suka minum maupun mengkonsumsi jamu, tetapi karena saya merasa yakin untuk kesehatan saya. Saya membeli jamu dari penjual jamu gendong yang saya yakin rasa, kebersihan dari penjualan jamu gendong dan saya merasakan jamu gendong masih diyakini lebih enak daripada jamu yang tidak digendong…” (Hasil wawancara, Juli 2010)

4.2.2.3.Ibu Reza

Ibu Reza (30 tahun) adalah seorang Ibu rumah tangga yang kesehariannya menjaga dan mengurusi 2 buah hatinya. Dengan kesibukannya mengurus anak dan mengurusi rumah tangga, maka untuk menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan badannya, ia mengaku suka dan sering mengkonsumsi jamu gendong. Dan ia mengaku bahwa jamu aman untuk ibu-ibu yang baru selesai melahirkan demi menjaga daya tahan tubuh.

(52)

4.2.2.4.Rohana

Rohana (35 tahun), adalah seorang ibu yang berprofesi sebagai penjual makanan, dan rujak di kawasan Helvetia serta sudah memiliki lima orang anak. Ia juga mengaku kalau hampir setiap hari ia selalu membeli jamu gendong pada sore hari yang ia beli dari seorang penjual jamu gendong yang setiap hari mendatangi warungnya yang ada di kawasan Helvetia untuk menjagakan jamu gendong buatan penjual jamu gendong tersebut.

Ia berkata :

“…saya selalu membeli jamu pegal linu yang berguna bagi badan saya yang sering pegal-pegal karena berjualan setiap hari dan jamu gendong diyakini khasiatnya dan lebih manjur…” (Hasil wawancara pada bulan Juli 2010)

4.2.2.5.Kak Lili

Kak Lili adalah seorang ibu dari 3 orang anak yang baru-baru saja mengkonsumsi jamu gendong. Dan ia mengakui bahwa penjual jamu gendong ditemukan pada saat Ibu 3 anak ini hamil untuk anak yang ke-3. Setelah melahirkan Ibu yang manis dan berkulit putih ini mulai minum jamu gendong yang hampir setiap hari melewati rumahnya dan jamu tersebut diyakini berkhasiat.

(53)

4.2.2.6.Sugeng

Tidak hanya wanita yang mengkonsumsi jamu gendong laki-laki juga mengkonsumsi jamu gendong seperti yang dilakukan oleh Sugeng, laki-laki (43 tahun), mengaku menyukai jamu gendong karena pekerjaannya yang memerlukan tenaga. Sugeng yang belum menikah ini bekerja sebagai kuli pikul di salah satu pusat took yang ada di pasar sentral yang pekerjaannya benar-benar menguras tenaga karena mengangkat barang dan pakaian-pakaian dari luar medan menjadikan ia harus tahan banting.

“…pekerjaanku harus tahan banting mengangkat barang-barang dan pakaian-pakaian sampai perkodi maupun perlusin. Jadi kalau tidak dijaga kesehatanku bisa-bisa aku tidak bisa punya uang karena tak bisa bekerja. Aku selalu meminum jamu gendong setiap hari selalu memakai telur ayam kampung agar bisa bertenaga…” (Hasil wawancara dengan Pak Sugeng, Juli 2010)

4.3. Identitas Kegiatan

4.3.1. Profil/Sejarah Jamu Gendong

Jamu dikenal sudah berabad-abad di Indonesia yang mana pertama kali jamu dikenal dalam lingkungan istana atau kraton yaitu kesultanan di Djogjakarta dan kesultanan di Surakarta. Zaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan kraton dan tidak diperbolehkan keluar dari kraton. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, orang-orang lingkungan kraton sendiri yang sudah modern.

(54)

kekayaannya, tanah yang subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan yang luas.

Jamu gendong seiring perjalanan sejarah kerajaan Mataram Islam. Wiku, salah satu orang pintar atau dukun yang pertama kali membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan yang kemudian dijajakan dengan dipikul laki-laki dan digendong oleh perempuan. Diantara kedua cara ini, jamu gendong inilah yang tetap berjalan hingga sekarang.

Pemasaran jamu tradisional dengan cara digendong masih bertahan. Umumnya, resep jamu gendong ada 8 macam, yaitu beras kencur, kunyit asam dan lain-lain. Jamu gendong yang popular sampai sekarang adalah beras kencur

4.3.2. Sumber-Sumber Bahan Baku Jamu Gendong dan Jenis-Jenis Jamu

Gendong

Rempah-rempah merupakan bahan baku pembuatan jamu gendong. Pada umumnya, rempah-rempah digunakan para penjual sangat alami dan didapat dari lingkungan maupun dapat diperoleh dan dibeli di pasar. Para penjual jamu gendong mengaku bahan-bahan tersebut mudah didapat dan harganya sangat relatif murah untuk dibeli.

Jenis jamu gendong bermacam-macam seperti cabe puyang, beras kencur dan daun papaya. Jamu gendong yang popular sampai sekarang ini adalah beras kencur yang banyak memiliki khasiat.

(55)

• Kunyit • Beras Kencur • Biji Kedaung • Rimpang Jahe • Biji Kapulago • Gula Pasir • Gula Merah • Jeruk Nipis • Kayu Keningar • Buah Asam

Saat ini kebanyakan masyarakat masih berminat untuk mengkonsumsi jamu gendong sebagai salah satu upaya untuk kesehatan, walaupun secara umum sudah diketahui manfaat jamu gendong. Namun, secara tertulis belum banyak yang mengidentifikasi khasiat dan manfaatnya. Masyarakat luas sudah banyak mengenal produk-produk yang biasa dijual oleh penjual jamu gendong beserta khasiatnyadan jamu-jamu tradisional yang selama ini dijual dipasaran mengakibatkan produk jamu ini popular dikalangan masyarakat yang jumlahnya hampir banyak.

Khasiat, Jenis Jamu Gendong

 Jamu cabe puyang

Jamu yang dipercayai sebagai jamu pegal linu yaitu untuk menghilangkan pegal, linu-linu di tubuh terutama pegal-pegal.

(56)

Jamu yang dimanfaatkan untuk berbagai masalah kesehatan seperti gatal-gatal dan kencing manis.

Dari hasil wawancara dengan para penjual mengatakan :

“…jamu ini berkhasiat untuk menghilangkan bau badan dan bisa juga kolestrol, jerawat, pusing bisa hilang. (Hasil wawancara bulan Juli 2010)

 Jamu Kunyit Asam

Jamu yang dimanfaatkan untuk menyegarkan tubuh dan dapat membuat tubuh menjadi dingin.

Dari hasil wawancara, para penjual mengatakan :

“…jenis jamu ini baik dikonsumsi oelh Ibu yang sedang hamil muda dan dapat menyuburkan kandungan dan bermanfaat untuk melancarkan haid…” (Hasil wawancara bulan Juli 2010)

 Jamu Beras Kencur

Jamu yang dikhasiatkan sebagai jamu yang dapat menghilangkan pegal-pegal pada tubuh.

Para Penjual mengatakan :

“…dengan membiasakan minum jamu beras kencur, tubuh akan terhindar dari pegal-pegal dan linu yang biasa timbul bila bekerja terlalu sulit. Selain itu, bahwa jamu beras kencur dapat merangsang nafsu makan agar selera makan dan meningkat tubuh menjadi lebih sehat…” (Hasil wawancara bulan Juli 2010)

(57)

menjajakan jamu. Cara pengolahan yang dilakukan para penjual jamu gendong sudah menjadi tradisi turun-temurun yang membuat jamu gendong masih bisa bertahan. Penjual Jamu mengatakan (x) :

“…cara pembuatan cukup mudah…” (Hasil wawancara bulan Juli 2010)

4.3.3. Sumber Peralatan yang Dipakai Penjual Jamu Gendong

Alat produksi merupakan benda yang dapat dipergunakan secara berulang-ulang untuk menciptakan suatu benda baru dengan mengolah bahan baku. Penggunaan alat sebagai pengolahan jamu bertujuan mempermudah dan mempercepat produksi. Alat yang digunakan memiliki ciri; bahan bakunya mudah diperoleh karena tersedianya di daerah, menggunakan teknologi sederhana sehingga mudah dilakukan (Sumarno, 2004:34).

Para penjual jamu gendong menggunakan alat tradisional yaitu lumpang dan sementara penggunaan alat modern dan berteknologi seperti blender. Alat yang digunakan sebagai penghancur bahan-bahan untuk hasil jamu. Seseorang harus memiliki keahlian dan kemampuan dalam pembuatan dan penjualan jamu gendong. Pemanfaatan dari sumber daya yang dapat merupakan strategi aktif dan juga strategi pasif yang dapat juga mengurangi biaya produksi.

(58)

4.3.4. Cara-Cara Pembuatan Jamu Gendong

Dalam penjualan jamu gendong banyak jenis-jenis jamu yang bervariasi, mulai dari rasa, warna, bahan baku dan khasiat. Variasi dalam penjualan jamu gendong memberikan perbedaan dan khasiat jamu yang menjadi andalan dan keistimewaan masing-masing dalam pembuatan jamu. Upaya dalam pembuatan jamu dilakukan untuk memenuhi selera konsumen. Berdasarkan pengalaman para penjual jamu gendong sehari-hari dalam menjajakan jamu, pengolahan jamu gendong sendiri dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

a. Merebus seluruh bahan-bahan/rempah-rempah untuk pembuatan jamu, kemudian cara selanjutnya mengambil dan memeras sari yang terkandung dalam bahn-bahan maupun rempah-rempah tersebut. Cara-cara ini dilakukan untuk mengikuti cara-cara yang dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara sederhana dan tradisional.

b. Cara selanjutnya yaitu ditumbuk sampai halus dengan komposisi racikan yang akan diolah dan diramu yang menggunakan lumping maupun blender. Setelah diperas dan disaring dengan saringan atau diperas dengan memakai kain pembungkus bahan. Sari perasan bahan dicampurkan kedalam air matang yang sudah tersedia, kemudian cara selanjutnya diaduk rata dan dimasukan kedalam botol-botol.

(59)

langsung mereka juga mendapatkan pendapatan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

4.3.5. Modal dan Pendapatan Per Hari Penjualan Jamu Gendong

Dalam penjualan jamu gendong diperlukan modal dalam penjualannya untuk setiap harinya. Pelaku penjual jamu gendong merupakan penjualan yang memiliki pengetahuan dalam hal meracik jamu-jamuan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa dalam modal yang diperlukan untuk berjaualn jamu sehari-hari sekitar Rp 50.000 dan yang dipergunakan dalam membeli bahan maupun keperluan jamu lainnya. Modal yang dikeluarkan Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 merupakan modal untuk membeli bahan-bahan alami seperti kunyit, temulawak, jahe, gula merah, sedangkan modal lainnya diperlukan juga dalam penjualan jamu gendong untuk membeli bahan-bahan jamu lainnya seperti serbuk jamu, dan telur ayam kampung yang bisa menghabiskan modal sekitar Rp 200.000 sampai dengan Rp 500.000 untuk perminggunya.

Dalam perhari para penjual jamu gendong dapat menghasilkan 6 hingga 8 botol yang terdiri dari :

• 2 botol kunyit asam • 2 botol kencur • 2 botol temulawak

• 1 botol gula merah/pemanis • 1 botol air sirih/pahitan

(60)

jamu yang sesuai dengan khasiat yang menggunakan serbuk dan telur ayam kampung pergelas seharga Rp 5000. Para penjual mendapatkan pendapatan perhari sebesar Rp 80.000 sampai dengan Rp 100.000. Pendapatan ini belum termasuk modal penjualan, jadi bisa dipastikan pendapatan penjual jamu gendong sebesar Rp 30.000 sampai dengan Rp 50.000 untuk pendapatan bersih yang dihasilkan perharinya para penjual jamu gendong.

4.3.6. Kehadiran Organisasi/Bantuan Kepada Penjual Jamu Gendong

Organisasi merupakan salah satu penampung dalam upaya para penjual jamu gendong. Bantuan yang diberikan kepada para penjual jamu gendong diberikan secara cuma-Cuma. Hal ini bertujuan agar para penjual jamu gendong bisa lebih maju dan berubah dalam sector penjualannya. Dalam arti agar para penjual jamu gendong bisa mempermudah cara penjualannya dan untuk memperluas penjualannya.

Bentuk bantuan yang diberikan kepada penjual jamu gendong yaitu berupa sepeda, dan kotak sebagai wadah tempat penempatan botol-botol para penjual jamu. Pemberian ini dilakukan secara gratis dari pihak salah satu industri jamu terkenal di Indonesia yaitu sidomuncul, pemberian bantuan ini dilakukan pada tahun 2007 secara menyeluruh bagi penjual jamu gendong. Pemberian bantuan maupun sumbangan berupa sepeda dan kotak berjualan diberikan tidak secara merata. Hal ini dikarenakan banyak data-data yang kurang akurat dalam pendataan jumlah jamu gendong sehingga hanya sebahagian saja para penjual jamu gendong yang mendapatkan bantuan. Pemberian bantuan ini hanya terjadi sekali saja.

(61)

kegiatan ini hanya dilakukan sekali pada tahun 2007 yang bersamaan dengan pemberian sepeda dan kotak sebagai wadah penjualan jamu bagi para penjual jamu gendong yang ada dikawasan kelurahan Helvetia, kecamatan Sunggal, kabupaten Deli Serdang.

4.3.7. Kondisi Sosial Ekonomi Penjual Jamu Gendong

Dari hasil wawancara, para penjual jamu gendong bisa mendapatkan pendapatan Rp 30.000 sampai dengan Rp 50.000 untuk perharinya. Dalam hal ini para penjual jamu gendong merasa kondisi sosial mereka dirasakan biasa-biasa saja dalam arti pendapatan yang mereka dapatkan bisa mencukupi kebutuhan perekonomian rumah tangga. Pendapatan yang didapat dari penjualan jamu gendong hanya bisa dilakukan untuk memenuhi dan menutupi kebutuhan dalam rumah tangga khususnya untuk makan. Hal ini yang dilakukan para penjual jamu gendong lainnya dan bisa bertahan untuk mencari nafkah sebagai penjualan jamu gendong.

4.4. Pola Strategi Bertahan

4.4.1. Strategi Bertahan Penjual Jamu Gendong dalam Memaksimalkan Waktu

Penjualan Untuk Memaksimalkan Jumlah Penjualan.

Keadaan yang digambarkan Parson sebagai adaptasi sistem merupakan adaptasi yang dilakukan para penjual jamu gendong agar mampu memenuhi kebutuhan. Adaptasi merupakan keharusan bagi sistem sosial untuk menghadapi hidupnya.

Berkaitan dengan hal diatas, ada dua dimensi permasalahan yang seharusnya dapat dibedakan :

(62)

2. Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang kuat dan mungkin tidak dapat diubah (Inflexible) dari lingkungan.

Para penjual jamu gendong memiliki waktu jam kerja yang menentu dalam melakukan aktifitasnya untuk berjualan. Para penjual jamu gendong melakukan penjualan dengan waktu yang sudah diatur dan ditetapkan. Setiap saat ada waktu tersedia diselang waktu tersebut mereka melaksanakan fungsinya sebagai ibu rumah tangga. Penjual jamu gendong mempunyai jam kerja yaitu 2 kali dalam sehari berjualan jamu gendong. Waktu itu dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 sampai dengan 12.00 dan kemudian waktu penjualan kedua dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00 sampai dengan 18.00 WIB. Tidak semua para penjual jamu gendong melakukan penjualan dengan cara 2 kali sehari, melainkan para penjual bisa melakukan penjualan dalam 1 kali sehari yaitu pagi saja sekitar pukul 09.00 sampai dengan 12.00 WIB.

Dalam penjualan jamu gendong, para penjual bisa menghabiskan 4 sampai 10 botol jamu yang terdiri dari 3 kuningan, 4 kencur, dan 1 manisan. Penjual jamu gendong bisa melakukan penjualan setiap hari. Para penjual tidak menentukan kapan bisa libur dan kapan bisa tetap berjualan. Tetapi, para penjual jamu gendong hanya bisa menentukan banyak dan sedikitnya ukuran maupun takaran jamu. Tindakan strategi aktif ini dilakukan penjual dengan memanfaatkan kesehatan dan kemampuan daya tahan tubuh penjual sebagai tolak ukur optimalisasi hasil penjualan.

4.4.2. Pemilihan Sasaran Penjualan Jamu Gendong

(63)

pusat pasar yang ramai dikunjungi pembeli seperti pasar sentral, sambu, dan pasar Olympia. Tidak dijual dengan cara begitu saja melainkan penjualan jamu gendong dilakukan dengan cara menjualnya kepada konsumen (secara individu) yang memesannya terlebih dahulu secara langsung. Bukan dengan cara itu saja, para penjual jamu gendong melakukan sasaran penjualan dengan cara door to door yang dilakukan dari mendatangi pintu ke pintu yang dari rumah satu ke rumah yang lain sehingga penjual jamu gendong masih diminati.

“… selain harganya yang cukup murah, jamu gendong sangat dipercayai khasiatnya yang sangat alami dan saya meyakini sebagai jamu kesehatan dan mudah dijumpai…” (Hasil wawancara dengan Sugiani, Juli 2010)

Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, metode dan perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut (Ritzer, 2004:57). Maka diperlukan 3 dari 4 syarat fungsional Talcott Parsons yaitu adaptasi, pencapaian tujuan dan integrasi.

4.4.2.1. Strategi-Strategi yang Dilakukan Para Penjual Jamu Gendong

Strategi-strategi bertahan penjual jamu gendong yaitu : 1. Cita Rasa dalam jamu gendong.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan yang berguna mengenai peranan analisis biaya kualitas untuk menekan biaya produksi, serta

Berdasarkan tabel 5 di atas, diperoleh data kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tentang satuan waktu dalam perhitungan dengan menggunakan cooperative

 Berikut ini adalah cara mencuci bahan pangan yang masih mentah:  pisahkan bahan pangan yang masih kotor dari yang sudah bersih..  buang bagian-bagian bahan pangan yang sudah

Jumlah beras Raskin yang diberikan ke Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) di Kelurahan Tanjung Mulia Kecamatan Medan Deli sesuai dengan yang tertulis dalam

It looked like the Zeta Project wasn’t running terribly smoothly.. The nun led them up a ramp and into a wide holding chamber lined with a series

DATA gramatikal s ual muncul pengelom (1) lomok mem KBBI bera da yang dap dsb (KBBI n supir ten (2) seperti afiks sebagai a pokkan ter miliki arti arti berlumu pat mengoto

Penyajian informasi yang utuh dalam laporan keuangan akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas (Nordi- awan, 2010). Semakin baik

Hasil data dengan menggunakan TNM berhasil menurunkan tingkat kebisingan menjadi dibawah baku tingkat yang diperbolehkan yaitu sebesar 55 dB(A) dengan menggunakan