• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi-Strategi yang Dilakukan Para Penjual Jamu Gendong Strategi-strategi bertahan penjual jamu gendong yaitu :

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.4. Pola Strategi Bertahan

4.4.2. Pemilihan Sasaran Penjualan Jamu Gendong

4.4.2.1. Strategi-Strategi yang Dilakukan Para Penjual Jamu Gendong Strategi-strategi bertahan penjual jamu gendong yaitu :

Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, metode dan perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut (Ritzer, 2004:57). Maka diperlukan 3 dari 4 syarat fungsional Talcott Parsons yaitu adaptasi, pencapaian tujuan dan integrasi.

4.4.2.1. Strategi-Strategi yang Dilakukan Para Penjual Jamu Gendong Strategi-strategi bertahan penjual jamu gendong yaitu :

1. Cita Rasa dalam jamu gendong.

Rasa yang dihasilkan jamu gendong sangat berpengaruh terhadap strategi agar jamu gendong bias diminati para konsumen, dengan adanya rasa para konsumen meyakini jamu gendong bisa banyak berkhasiat sebagai minuman kesehatan yang ramuannya sudah diyakini. Keahlian para penjual jamu gendong memiliki cara tersendiri untuk mengolah dan meracik jamu sehingga jamu bisa menjadi ramuan yang nantinya ramuan tersebut bias menjadi khasiat untuk para konsumen.

“...rasa jamu gendong sudah diyakini dari dulu secara turun temurun, bukan hanya rasanya saja tapi khasiat dan ramuannya sudah diyakini baik bagi kesehatan…….”. (Hasil wawancara dengan sugeng, juli 2010).

2. Cara pembuatannya yang tahan lama /tahan basi.

Cara pembuatan jamu harus memiliki cara cara agar jamu bisa tetap bertahan dan tidak mudah basi, Dengan pengelolaan yang secara ahli membuat para penjual harus memiliki keahlian khusus agar jamu yang dijual bisa bertahan lama dan tidak mudah basi.Cara ini dilakukan dengan cara pengelolahannya yang harus selalu higenis dan dengan cara cara yang sudah diketahui para penjual jamu gendong, yaitu dengan cara pengolahannya jamunya tidak dicampur bahan bahan campuran lainnya seperti pemanis kemudian suhu dari hasil racikan jamu yang harus benar benar dijaga agar jamu tahan lama dan tidak basi ketika akan dijual. (contohnya; ketika selesai memasak dan meramu hasil jamu tersebut disarankan agar tidak langsung menutup wadah yang disediakan untuk jamu tersebut).

“…..jamu bisa bertahan dan Apabila cara pengolahan dan pembuatannya bisa dibuat dengan cara cara yang sudah diketahui para penjual jamu, baik dalam cara pembuatan dan pengelolahannya…..”

3. Cara Bahan yang masih alami tanpa ada bahan campuran.

Penjual jamu gendong meramu bahan-bahan jamu gendong, kreativitas dari meramu dan mengolah ramuan jamu dari bahan-bahan yang masih alami dan mudah

dalam meramu bahan-bahan alami menjadi racikan jamu yang bermacam-macam antara lain, jamu beras kencur, jamu cabe puyang dan campuran jamu lainnya yang dikonsumsi berhubungan dengan masalah selera yang ditawarkan melalui kebutuhan (Sketsa, Majalah Nova, artikel, Maret 2009).

Veblen menjelaskan bahan yang alami dan tradisional merupakan kunci pokok utama dalam persaingan (Damsar, 2002:12). Kreativitas dan keanekaragaman pada pembeli jamu gendong disalurkan melalui bahan-bahan yang sangat alami dan tradisional yang nantinya menjadi salah satu simbol-simbol dari tingkatan minat pembeli jamu gendong.

Adaptasi yang merupakan salah satu prasyarat atas fungsional dari Talcott Parsons yang terlihat dari bahan-bahan yang masih alami melalui ramuan dan pengolahan yang secara alami, baik bahan maupun cara pengolahannya yang masih tradisional dan alami.

“…jamu diyakini sebagai minuman kesehatan, walaupun susu sebagai kesehatan juga tetapi saya lebih suka jamu yang berguna juga bagi kesehatan…” (Hasil wawancara dengan Devi, Juli 2010) 4. Harga Murah

Minuman yang diyakini sebagai minuman kesehatan, ditambahkan dengan harga yang sangat murah yaitu Rp 1000 sampai dengan 1500 per gelas untuk ukuran jamu biasa, sedangkan harga bisa lebih mahal apabila sesuai dengan jamu apa yang diperlukan.

“…harganya masih relatif murah, coba bayangkan untuk zaman sekarang ini harganya hanya Rp 1000/gelas…” (Hasil wawancara dengan Rasydah, Juli 2010)

Pemilihan lokasi dalam penjualan jamu gendong yang tepat yaitu lokasi pasar dan perumahan warga dan pasar-pasar /pertokoan yang ada disekitar Medan. Persaingan dalam mendapatkan pelanggan sangatlah tinggi sehingga hampir banyak para penjual yang menghentikan penjualan jamu gendong.

Penjualan jamu gendong yang banyak diperjualbelikan dengan cara mendatangi dari rumah ke rumah untuk mendatangi pembeli. Dalam hal ini para penjual tidak hanya mendatangi para pembeli dari rumah ke rumah melainkan para pembeli dan pelanggan bisa mendatangi rumah penjual dan mendatangi daerah yang biasa banyak ditemui penjual jamu gendong.

Pola strategi bertahannya penjualan jamu gendong dilakukan dengan jaringan sosial dengan strategi kerja sama yang dapat diterapkan oleh para penjual, pembeli maupun pelanggan jamu gendong. Jaringan sosial antara pembeli dan penjual jamu gendong melalui jaringan sosial yang bersifat timbale balik yang bisa dilihat sebagai suatu cara dari hubungan atau pelaku ekonomi.

Jaringan sosial merupakan suatu sistem dalam menyatukan individu yang secara bersama-sama yang membuat adanya suatu keterlekatan dari adanya suatu hubungan timbale balik yang merupakan hubungan jaringan baik dari setiap tindakan yang melekat secara lebih luas (Damsar, 2002:46). Semakin terlestarinya penjual jamu gendong maka semakin banyak hubungan timbal balik dari penjualan dan pembelian. Jaringan sosial juga muncul dari individu ke individu yang lain yang diketahui bahwa masih adanya penjualan jamu gendong.

fungsional. Jaringan sosial terjadi ketika adanya penjual dan pembeli yang melakukan transaksi penjualan dan pembelian. Bukan dengan cara ini saja, jaringan sosial para penjual jamu gendong masih bisa bertahan, melainkan dengan adanya cara perluasan masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dan hubungan yang saling dibutuhkan dan diperlukan.

6. Ramah Tamah

Ramah tamah dan senyuman manis merupakan salah satu strategi yang dilakukan para penjual jamu gendong agar jamu gendongnya bisa bertahan. Hal ini merupakan cara yang diyakini para penjual jamu gendong. Dalam tingkah dan perilaku ramah tamah membuat para penjual jamu gendong yakin dan percaya bisa membuat para pembeli maupun pelanggan percaya untuk menikmati dan memilih jamu gendong.

7. Kebersihan dan Penampilan

Kebersihan juga merupakan strategi dasar dalam bertahannya jamu gendong dikalangan masyarakat. Dengan adanya kebersihan, para penjual bisa mendapatkan pembeli dan pelanggan yang cukup banyak. Mulai dari kebersihan dalam proses pembuatan sampai kebersihan dalam proses penjualan dan juga kebersihan dalam penampilan penjual. Dan ini merupakan kunci keberhasilan dalam penjualan.

“…penjual jamu gendong tidak sembarangan begitu saja melainkan kebersihan selalu saya jaga agar pembeli banyak yang membeli jamu gendong saya. Apabila penampilan dan kebersihan kurang ya… pastinya pembeli menjauh dan memilih penjual jamu gendong yang lain yang ada disekitar saya juga. Terutama botol-botol, gelas, sendok yang dipakai dan baju pakaian saya harus bersih dan enak dilihat orang…” (Hasil wawancara dengan Mamak Ali, Juli 2010).

8. Mencari Pelanggan

Untuk mencapai tujuan dan untuk bertahannya penjualan jamu gendong, maka para penjual jamu gendong harus bisa mencari pelanggan agar jamu gendong diminati dengan banyak orang. Strategi ini dilakukan para penjual dengan cara menawarkan hasil penjualannya kepada pembeli agar bisa diketahui dan diminati tidak dengan cara itu saja melainkan cara lain juga dilakukan para penjual jamu dalam memperjualbelikan jamunya yaitu dengan cara mendatangi para pembeli yang ada disekitar pusat-pusat pasar seperti pasar sentral, pasar Olympia dan pertokoan serta rumah ke rumah agar bisa memperoleh pelanggan.

9. Menjaga Kualitas Rasa yang Enak

Rasa yang enak merupakan salah satu daya tarik dan diyakini oleh para penjual untuk menarik pembeli dan pelanggan agar membeli, bisa menyukai dan mengkonsumsi jamu gendong. Memiliki cita rasa yang beda dari penjual jamu lainnya yang dijual secara tidak digendong.

Rasa yang enak merupakan kualitas dari bagaimana cara pembuatan dan pengolahan maupun pemilihan bahan-bahan yang alami menjadikan jamu gendong diyakini masih digemari. Oleh karena itu, diwajibkan para penjual harus benar-benar bisa menjaga mutu, kualitas dari rasa sehingga bisa diterima dikalangan konsumen. 4.4.2.2. Kendala-Kendala yang Dihadapi Para Penjual Jamu Gendong

Dalam melakukan penjualan jamu gendong tidak hanya strategi-strategi yang bisa dilakukan, melainkan ada juga kendala-kendala atau hambatan yang dihadapi para penjual jamu gendong yaitu:

Faktor cuaca diyakini para penjual jamu gendong menjadi kendala dalam penjualan. Seperti hujan, apabila hujan turun maka hampir seluruh penjual jamu gendong mengaku terjadi penurunan dalam pembelian dan diyakini juga hasil yang mereka dapatkan menurun serta secara langsung pendapatan yang mereka dapatkan berkurang. Selain itu juga, para penjual tidak leluasa menjajakan jamu gendong. 2. Kurangnya modal

Setiap penjual bukan hanya penjual pakaian dan makanan, penjual jamu gendong juga membutuhkan modal usaha agar lancar dalam berjualan. Oleh karena itu, dengan adanya modal yang kurang menjadi satu kendala yang harus dihadapi oleh para penjual dimana ini mengakibatkan penjual tidak sepenuhnya bisa berjualan. Ditambah lagi dengan adanya mahalnya bahan-bahan yang dipergunakan untuk pembuatan jamu gendong membuat para penjual harus bisa mengatur keuangan guna untuk modal penjualan maupun untuk membeli bahan-bahan jamu.

4.4.3. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Berjualan Dengan Cara Digendong

Dokumen terkait