• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabinet Indonesia bersatu telah menetapkan program pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) yang berasas

pro-growth, pro-employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur

tersebut dirancang melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6,5 persen pertahun melalui percepatan investasi dan eksport, pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan kerja baru dan revitalisasi sektor pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada pengentasan kemiskinan. Kemiskinan merupakan cermin entitas sosial dan ekonomi mayoritas penduduk di perdesaan, yang terkait erat dengan ketimpangan, yang sebagian besar terjadi akibat bekerjanya sistem kapitalisme yang mengkooptasi perdesaan Indonesia sejak masa kolonisme (Elizabeth 2007).

Salah satu program kebijakan pembangunan pertanian dalam rangka pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan mewujudkan kesejahteraan petani di perdesaan adalah program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Kementan (2010a) menerangkan bahwa Program PUAP merupakan program Bantuan Langsung Mayarakat (BLM) merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan kementerian pertanian maupun kementerian atau lembaga lain di bawah payung program PNPM Mandiri. Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif budidaya (on farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta kegiatan non budidaya (off farm) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan usaha lain berbasis pertanian.

Kementan (2010a) menjelaskan gabungan kelompok tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani. Gapoktan PUAP diharapkan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Adapun tujuan dari PUAP adalah:

1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah;

2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani;

3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaaan untuk mengembangkan kegiatan usaha agribisnis; dan

4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.

Sedangkan sasaran yang hendak dicapai ialah:

1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/tertinggal sesuai dengan potensi pertanian desa;

2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh petani;

3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak (pemilik/penggarap) skala kecil, buruh tani; dan

4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian, mingguan, maupun musiman.

Adapun ruang lingkup kegiatan PUAP meliputi:

1. Identifikasi dan verifikasi desa calon lokasi serta Gapoktan penerima BLM-PUAP;

2. Identifikasi dan verifikasi dan penetapan desa dan Gapoktan penerima BLM-PUAP;

3. Pelatihan bagi fasilitator, penyuluh pendamping, pengurus Gapoktan; 4. Rekrutmen dan pelatihan bagi PMT;

5. Sosialisasi dan koordinasi kegiatan PUAP; 6. Pendampingan;

7. Penyaluran bantuan langsung masyarakat; 8. Pembinaan dan pengendalian;

9. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Program PUAP memiliki indikator keberhasilan output dan outcome, adapun indikator output antara lain:

1. Tersalurkannya BLM–PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan

2. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumberdaya manusia pengelola Gapoktan, penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani.

Sedangkan indikator keberhasilan outcome antara lain:

1. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga petani;

2. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga petani yang mendapatkan bantuan modal usaha;

3. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di perdesaan; 4. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan

rumah tangga petani dalam berusahatani sesuai dengan potensi daerah. Indikator benefit dan impact antara lain:

1. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga petani di lokasi desa PUAP;

2. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

3. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan (Kementan 2010a)

Keragaan Komunikasi

Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin, communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya communis adalah communico yang artinya berbagi. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi sebagai kata kerja (verb) dalam bahasa inggrisnya communicate, berarti: bertukar pikiran, perasaan dan informasi; membuat tahu; membuat sama; dan untuk mempunyai sebuah hubungan yang simpatik; sedangkan dalam kata benda (noun), communication, berarti: pertukaran simbol-simbol, pesan yang sama dan informasi; proses pertukaran di antara individu melalui simbol-simbol yang sama; seni untuk mengekspresikan gagasan-gagasan; dan ilmu pengetahuan tentang pengiriman informasi (Stuart 1983 dalam Vardiansyah 2004).

Komunikasi (communication) menurut West dan Turner (2009) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Effendy (2006) lebih lanjut memaparkan bahwa proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati.

Muhammad (2009) mengatakan komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Komunikasi yang disampaikan secara komunikatif dapat merubah sikap, perilaku, pendapat/pandangan dan kehidupan sosial seseorang. Hal ini dimungkinkan karena kegiatan komunikasi bukan hanya sekedar membuat orang lain mengerti (informative) akan tetapi juga dimaksud agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, ajakan, perbuatan atau kegiatan (persuasive) seperti pendapat Effendy (2006) bahwa kegiatan komunikasi bukan hanya sebatas informatif yakni orang lain mengerti dan tahu tetapi juga persuatif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Mulyana (2008) mengutip pendapat Wenburg dan Wilmot juga Sereno dan Bodaken yang menyatakan terdapat tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah, komunikasi sebagai interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. DeVito (1997) mengatakan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Berdasarkan konseptualisasi ini, komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Menurut pandangan ini maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan, setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan.

Keragaan komunikasi adalah merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh manusia. Adapun bentuk komunikasi menurut Effendy (2006) adalah:

a. Komunikasi Persona (Personal Communication)

1. Komunikasi intrapersona (intrapersonal communication) 2. Komunikasi antarpersona (interpersonal communication) b. Komunikasi Kelompok (Group Communication)

1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

2. Komunikasi kelompok besar (large group communication/public

speaking)

c. Komunikasi Massa (Mass Communication) Pers, radio, televisi dll

d. Komunikasi Medio (Medio Communication) Surat, telepon, pamphlet, poster dll

DeVito (1997) membagi bidang komunikasi antar manusia menjadi:

a. Intrapribadi, yaitu komunikasi dengan diri sendiri yang tujuan lazimnya adalah berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.

b. Antarpribadi, yaitu komunikasi antara dua orang yang tujuan lazimnya adalah mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu.

c. Kelompok kecil, yaitu komunikasi dalam sekelompok kecil orang yang tujuan lazimnya adalah berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan masalah dan membantu.

d. Organisasi, yaitu komunikasi dalam suatu organisasi formal yang tujuan lazimnya adalah meningkatkan produktivitas, membangkitkan semangat kerja, member informasi dan menyakinkan.

e. Publik (terbuka), yaitu komunikasi dari pembicara kepada khalayak yang tujuan lazimnya adalah memberi informasi, meyakinkan dan menghibur.

f. Antarbudaya, yaitu komunikasi antara orang dari budaya yang berbeda yang tujuan lazimnya adalah mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu.

g. Massa, yaitu komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat luas, disalurkan melalui sarana audio dan/atau visual yang tujuan lazimnya adalah

menghibur, meyakinkan (mengukuhkan, mengubah, mengaktifkan), memberikan informasi, mengukuhkan status, membius dan menciptakan rasa persatuan.

Diperkuat oleh Vardiansyah (2004) komunikasi selalu muncul dalam konteks, yakni dalam suatu setting atau situasi tertentu. Secara teoritis, konteks komunikasi dapat dibagi dengan berbagai cara, tergantung kategori yang kita gunakan. Konteks komunikasi (lingkungan di mana komunikasi terjadi) menurut West dan Turner (2009) ada tujuh yaitu:

a. Komunikasi intrapersonal yaitu komunikasi dengan diri sendiri.

b. Komunikasi antarpersonal yaitu komunikasi antara dua orang yang berhadapan langsung.

c. Komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi dengan sekelompok orang. d. Komunikasi organisasi yaitu komunikasi dalam lingkungan yang besar dan

luas.

e. Komunikasi publik/retorika yaitu komunikasi kepada pendengar dalam jumlah besar.

f. Komunikasi massa yaitu komunikasi kepada pendengar/penonton dalam jumlah besar melalui media.

g. Komunikasi lintas budaya yaitu komunikasi antara orang-orang dengan latar belakang budaya yang berbeda.

Keragaan komunikasi pada Gapoktan dalam penelitian ini dilihat dari komunikasi antara sesama anggota Gapoktan yang terwujud dalam bentuk komunikasi kelompok, sedangkan komunikasi yang dilakukan oleh petugas PUAP yaitu komunikasi penyuluh pendamping dan penyelia mitra tani dalam bentuk komunikasi antarpribadi.

Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang bisa kelompok kecil atau bisa juga besar dalam situasi tatap muka (Effendy 2006). Diperkuat oleh Saleh (2010) yang mengatakan bahwa komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seorang dengan orang-orang lain dalam kelompok, berhadapan satu sama lain sehingga memungkinkan terdapat

kesempatan bagi setiap orang dalam kelompok untuk memberikan tanggapan secara verbal.

Komunikasi yang berlangsung dengan jumlah orang sedikit disebut komunikasi kelompok kecil (small group communication), sedangkan apabila jumlah orang yang berkomunikasi banyak dinamakan komunikasi kelompok besar (large group communication). Vardiansyah (2004) mengatakan bahwa apabila jumlah pelaku komunikasi lebih dari tiga orang, cenderung dianggap komunikasi kelompok kecil atau lazim disebut komunikasi kelompok saja sedangkan komunikasi kelompok besar biasa disebut sebagai komunikasi publik.

Pada komunikasi kelompok kecil, komunikator menunjukkan pesannya kepada kognisi (pikiran) komunikan dan prosesnya berlangsung secara dialogis, dimana komunikan dapat menanggapi uraian komunikator, bisa bertanya dan dapat menyanggah. Robert F. Bales mengatakan kelompok kecil yang dikutip Saleh (2010) adalah sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap anggota kelompok mendapat kesan atau peningkatan antara satu sama lainnya yang cukup jelas sehingga anggota-anggota kelompok, baik pada saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya, dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan. Muhammad (2009) juga mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan satu sama lain, berinteraksi untuk beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka.

Komunikasi besar adalah kelompok komunikasi yang karena jumlahnya yang banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal sehingga memiliki kemungkinan yang kecil sekali bagi komunikator untuk berdialog dengan komunikan.

Robbins (2002) menjelaskan bahwa komunikasi berfungsi mengendalikan perilaku anggotanya, memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan, sebagai jalan untuk menyatakan emosi perasaan dan pemenuhan kebutuhan sosial dan komunikasi memberikan informasi bagi perseorangan atau kelompok untuk membuat keputusan menyertakan data untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan. Dapat dikatakan bahwa komunikasi

mempunyai empat fungsi utama dalam sebuah kelompok yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan informasi.

Littlejohn dan Foss (2009) mengatakan bahwa kelompok dan organisasi diciptakan melalui interaksi selain itu Sendjaja (2007) menambahkan bahwa komunikasi kelompok selain menfokuskan pada interaksi antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil, komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi.

Pada dasarnya kelompok itu lahir dari suatu kondisi sosial tertentu yang menimbulkan motivasi bagi beberapa orang yang mempunyai kesamaan identitas untuk berinteraksi dan melakukan sesuatu untuk kepentingan mereka bersama dalam rangka usaha untuk mewujudkan harapan, tujuan atau kehendak bersama. Interaksi

Teori komunikasi yang masuk dalam kelompok teori interaksi memandang kehidupan sosial sebagai suatu proses interaksi, komunikasi merupakan bentuk interaksi. Komunikasi adalah kendaraan atau alat yang digunakan untuk bertingkah laku dan untuk memahami serta memberi makna terhadap segala sesuatu di sekitar kita (Morissan dan Wardhany 2009).

Goldberg dan Larson (2006) bahwa interaksi adalah komunikasi antarpribadi, interaksi mencakup penyampaian maksud dari pemikiran seorang pemikir ke orang yang lain baik secara sengaja maupun tidak. Proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi, menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi (Vardiansyah 2004). Mulyana (2008) menjelaskan bahwa komunikasi sebagai interaksi mensetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian yang memiliki respons atau umpan-balik.

Berinteraksi membutuhkan kontak satu sama lain dan juga komunikasi antarorang yang melakukan kontak (Suharman 2010). Menurut van den Ban dan Hawkins (1999), interaksi merupakan proses saling mempengaruhi dan bersifat timbal-balik dari suatu tindakan berbagai individu atau kelompok tani, biasanya digabungkan dengan komunikasi. Interaksi sosial dapat berupa interaksi timbal-balik atau satu arah (kerjasama) dan perselisihan. Bungin (2009) mengatakan bahwa kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka satu sama

lainnya, intensitas hubungan di antara mereka merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut.

Interaksi sosial adalah titik awal berlangsungnya suatu peristiwa sosial merupakan merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. Kata sosial menyatakan bahwa lebih dari seorang yang terlibat dan interaksi berarti bahwa terjadi saling mempengaruhi satu sama lain. (Gillin dan Gillin 1954 dalam Sumarti 2003). Adapun bentuk interaksi sosial tersebut menurut Soekanto (2007) dapat berupa kerjasama (cooperation), persaingan (competition) dan bahkan juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Fisher berpendapat bahwa sebuah interaksi adalah tindakan dari seseorang yang diikuti dengan tindakan yang lainnya (Littlejohn dan Foss 2009).

Wiyati (2004) dalam penelitiannya menemukan bahwa semakin tinggi intensitas interaksi kelompok semakin tinggi petani penghijauan di sub DAS Citarik melakukan kegiatan teknik sipil dan organisasi.

Format Komunikasi Kelompok

DeVito (1997) menerangkan bahwa kelompok kecil melaksanakan kegiatannya dengan berbagai format. Format yang paling popular adalah panel atau meja bundar, seminar, simposium dan simposium forum.

a. Panel atau meja bundar, anggota kelompok mengatur diri mereka sendiri dalam pola melingkar atau semi melingkar. Mereka berbagi informasi atau memecahkan permasalahan tanpa pengaturan siapa dan kapan mereka berbicara.

b. Seminar, anggota kelompok adalah para pakar dan berpartisipasi dalam format panel atau meja bundar. Perbedaannya adalah dalam seminar terdapat peserta yang anggotanya diminta untuk berkontribusi. Mereka ini bisa diminta untuk mengajukan pertanyaan atau memberikan beberapa umpan balik. Modifikasi lain dari seminar adalah format seminar dua panel, yang terdiri dari panel pakar dan panel awam. Panel awam mendiskusikan topik, tetapi jika mereka memerlukan informasi teknis, tambahan data atau pengarahan, mereka akan

meminta bantuan kepada anggota panel pakar untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.

c. Simposium, setiap anggota menyajikan presentasi yang telah disiapkan, seperti halnya pidato di depan umum. Semua pembicara menilik dari aspek yang berbeda mengenai satu topik. Dalam simposium, pemimpin akan memperkenalkan para pembicara, mengatur alur dari satu pembicara ke pembicara lain, dan bisa juga menyampaikan ringkasannya secara berkala. d. Simposium Forum, terdiri dari dua bagian: simposium, dengan pembicara

yang sudah disiapkan dan forum, yang mempersilakan para hadirin untuk mengajukan pertanyaan dan dijawab oleh pembicara. Pimpinan akan memperkenalkan para pembicara dan menjadi moderator dalam acara tanya-jawab.

Panel atau Meja Bundar

Seminar

Simposium

Simposium-forum

Effendy (2006) juga mengatakan bahwa bentuk-bentuk komunikasi kelompok kecil antara lain: seminar, kuliah, ceramah, briffing, lokakarya, diskusi forum atau simposium. Adapun bentuk dari komunikasi kelompok besar seperti rapat raksasa.

Materi Pertemuan

Menurut Lestari dkk (2001) materi adalah isi atau topik pengajaran yang bermanfaat bagi pembelajar. Materi tersebut harus: a) sesuai dengan kebutuhan pembelajar; b) dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) tersusun dengan baik, logis dan jelas; d) konsisten dengan tujuan keseluruhan; e) menantang, menyenangkan dan penting bagi pembelajar.

Komunikasi Antarpribadi

DeVito (1997) menjelaskan bahwa definisi komunikasi antarpribadi dibagi atas tiga ancangan utama yaitu:

a. Definisi berdasarkan komponen, menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya dalam hal ini penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpanbalik segera.

b. Definisi berdasarkan hubungan diadik, komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.

c. Definisi berdasarkan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan suatu komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.

Sendjaja (2007) mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon atau surat menyurat.

Komunikasi Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani

Komunikasi penyuluh pendamping dan komunikasi penyelia mitra tani adalah komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh petugas PUAP dalam melakukan penyuluhan dan pendampingan kepada Gapoktan binaannya.

Slamet (2003a) berpendapat bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakatnya. Setiana (2005) mengutip pendapat Kartasapoetra yang mengatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah usaha mengubah perilaku petani dan keluarganya agar mereka mengetahui, menyadari, mempunyai kemampuan dan kemauan serta tanggung jawab untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan usahatani dan kehidupannya.

Kementan (2008) menjelaskan bahwa penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) penyuluhan melibatkan pemakaian secara sadar dari komunikasi informasi untuk membantu masyarakat, membantu opini dan membuat keputusan tepat.

Pendapat Setiana (2005) menyatakan bahwa pendidikan penyuluhan dilakukan dalam rangka pemberdayaan masyarakat desa. Ada lima proses yaitu: 1. Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi;

2. Penyuluhan sebagai proses penerangan;

3. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku; 4. Penyuluhan sebagai proses pendidikan; dan 5. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial.

Dalam ilmu komunikasi penyuluh pertanian diistilahkan dengan agen pembaru. Bagi kementerian pertanian, penyampaian informasi pertanian melalui

sistem komunikasi khususnya dalam kegiatan penyuluhan pertanian diserahkan kepada penyuluh pertanian sebagai komunikator. Komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum atau pesan pembangunan pertanian kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan dilaksanakan oleh komunikan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari (Soekartawi 2005).

Frekuensi dan Intensitas Interaksi

Penyuluhan akan efektif dan efisien apabila dimungkinkan adanya interaksi antara penyuluh atau PMT dengan khalayak sasaran, yang dalam penelitian ini adalah Gapoktan. Frekuensi interaksi dapat dilihat bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah seseorang sering mengadakan interaksi atau tidak (Walgito 2007). Soekanto (2007) mengatakan bahwa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak adanya kontak sosial dan komunikasi, kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu: antara individu, antara individu dengan satu kelompok atau sebaliknya dan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Terjadinya interaksi antara penyuluh dan petani menunjukkan terjadinya komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan penyuluhan terutama untuk membuat perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) sehingga sasaran mampu memperbaiki taraf hidupnya. Pertukaran informasi mengenai perubahan yang lebih baik terjadi dalam penyuluhan sehingga sasaran dapat menerima hal baru tersebut (Adriyani 2010).

Bimbingan Teknis

Penyuluh pertanian pada hakekatnya adalah proses komunikasi, komunikasi ide dan praktek di antara sesama orang. Termasuk di dalamnya tidak saja pengalihan informasi teknis dari sumbernya kepada petani atau penduduk perdesaan, tetapi lebih dari itu. Informasi teknis akan berguna apabila informasi itu dapat dipercaya, disesuaikan dengan keperluan penduduk dan dipraktekkan (YPST 2001). Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik yang menyangkut ilmu atau teknologi, materi yang baik adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik karena dapat memperbaiki produksi pertanian/peternakan, dapat meningkatkan pendapatan dan

dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan (Setiana 2005).

Menurut Kementan (2010a), penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP memiliki tugas utama adalah:

1. Melakukan identifikasi potensi ekonomi desa yang berbasis usaha pertanian; 2. Memberikan bimbingan teknis usaha agribisnis perdesaan termasuk pemasaran

hasil usaha;

3. Membantu memecahkan permasalahan usaha petani/kelompok tani serta mendampingi Gapoktan selama proses penumbuhan kelembagaan;

Dokumen terkait