• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kabupaten Serdang Bedagai

Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 20 57’’ Lintang Utara, 30 16’’ Lintang Selatan, 980 33’’ - 990 27’’ Bujur Timur dengan ketinggian berkisar 0 – 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km2 (190.022 Ha) yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 243 Desa/Kelurahan, Ibukota Kabupaten Sedang Bedagai terletak di Kecamatan Sei Rampah yaitu Kota Sei Rampah.

Batas-batas wilayah Serdang Bedagai secara administratif adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah barat dengan kabupaten Deli Serdang.

Kecamatan Perbaungan terletak di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 111,620 km2 terdiri dari 24 Desa dan 4 Kelurahan. Kecamatan Perbaungan terletak ± 0,65 meter dari permukaan laut. Batas wilayah Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin, Sebelah Selatan : Kecamatan Pegajahan, Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu, Sebelah Barat : Kecamatan Pagar Merbau Kab. Deli Serdang. Kecamatan Perbaungan mempunyai potensi yang sangat besar di bidang pertanian dengan luas lahan 12.158 Ha, dimana Tanah Sawah 5.535 Ha dan Tanah Kering 6.623 Ha yang

menjadi andalan bagi Kabupaten Serdang Bedagai sebagai lumbung beras (Bappeda Sergai, 2012).

Sejarah Traktor

Kata traktor diambil dari bahasa Latin, trahere yang berarti “menarik”. Awalnya dipakai untuk mempersingkat penjelasan “suatu mesin atau kendaraan yang menarik gerbong atau bajak, untuk menggantikan istilah “mesin penarik” (traction engine). Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik untuk menarik trailer atau instrumen yang digunakan dalam pertanian. Instrumen pertanian bermesin pertama adalah mesin portabel di tahun 1800an, yaitu mesin uap yang bisa digunakan untuk mengendalikan instrumen mekanis pertanian. Sekitar tahun 1850, mesin penarik dikembangkan dari mesin tersebut dan digunakan secara luas di bidang pertanian (Kemendikbud, 2014).

Pada tahun 1898 Rudolf Diesel seorang Insinyur Jerman berhasil membuat motor diesel dan sejak itu traktor berkembang terus. Traktor pertama adalah mesin bajak bermesin uap. Di indonesia sendiri penggunaan traktor kecil dan besar pada tahun 1970-an mulai berkembang. Traktor tersebut semuanya masih diimpor. Pada periode 1980-an ada beberapa perusahaan di Indonesia mulai memproduksi traktor tangan dengan konstruksi sederhana dan harga yang murah dengan desain yang dicontoh dari Jepang maupun IRRI di Philipina. Pada awal abad ke-20, mesin pembakaran dalam menjadi pilihan utama sumber tenaga traktor. (Himateta, 2010).

Klasifikasi Traktor

Dalam bidang pertanian, traktor berperan penting sebagai sumber penggerak peralatan pertanian. Atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka traktor

pertanian dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : traktor besar, traktor mini, dan traktor tangan.

1. Traktor besar didefinisikan sebagai suatu kenderaan yang mempunyai dua buah poros roda (beroda empat atau lebih), panjangnya antara 2.650 - 3.190 mm, lebar berkisar antara 1.740 - 2.010 mm dan daya tariknya antara 20 - 120 Hp.

2. Traktor mini mempunyai dua buah poros roda (beroda empat), mempunyai panjang berkisar 1.790-2.070 mm, lebar berkisar antara 995-1.020 mm, berat 385-535 kg dan daya 12,5 Hp - 20 Hp.

3. Traktor Tangan merupakan traktor pertanian yang hanya mempunyai sebuah poros roda (beroda dua). Traktor ini berukuran panjang 1.740 - 2.290 mm, lebar 710 - 880 mm dan daya berkisar 6 - 10 Hp.

(Kementan, 2015).

Berdasarkan konstruksinya traktor tangan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu traktor tangan sempurna dengan ciri yaitu mempunyai 6 verseneling maju dan 2 verseneling mundur, kopling utama tipe kering, sistem transmisi dari penggerak utama ke gardan atau roda menggunakan gear. Sedangkan traktor tangan sederhana mempunyai ciri-ciri yaitu hanya mempunyai verseneling mundur, kopling utama menggunakan pulley dan belt, sistem transmisi dari penggerak utama ke gardan menggunakan rantai (Kementan, 2015).

Macam-Macam Alat Pengolah Tanah Sawah

Pengolahan tanah sawah bertujuan untuk membuat tekstur tanah tersebut menjadi jenuh air sehingga sesuai dengan kondisi tanam untuk tanaman padi. Pada pengolahan tanah pertama umumnya digunakan bajak singkal. Bajak singkal

merupakan alat pengolah tanah pertama yang berfungsi untuk memotong, mengangkat dan membalik tanah. Bajak ini mempunyai prinsip kerja yang sama dengan cangkul. Menurut Elisa (2010) menyatakan bahwa tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan pengolahan tanah kedua menggunakan glebek. Fungsi gelebek adalah menggemburkan tanah dengan sistem mata pisau yang melingkar, gelebek dipasangkan dengan traktor, mata pisau gelebek akan memotong bongkahan-bongkahan tanah.

Sedangkan pada penggunaan gelebek bergantung pada komoditas tanaman yang akan ditanam. Apabila proses penanaman yang memerlukan genangan air yang cukup banyak seperti pada komoditas padi, maka sebelum dilakukan proses penggemburan sebaiknya terlebih dahulu lahan digenangi air untuk mempercepat proses penghancuran tanah. Namun, tanah yang telah dilakukan proses penggemburan dengan gelebek masih harus dilakukan penggaruan tanah untuk tekstur tanah lebih baik (Elisa, 2010).

Sawah

Lahan sawah adalah suatu tipe penggunaan lahan yang untuk pengelolaannya memerlukan genangan air. Oleh karena itu sawah selalu mempunyai permukaan datar atau yang didatarkan (dibuat teras) dan dibatasi oleh pematang untuk menahan air genangan. Tanah sawah memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain : adanya lapisan oksida dan lapisan reduksi, berkurangnya oksigen tanah, pH tanah cenderung netral (6.7-7.2), ketersediaan P lebih tinggi akibat penggenangan (Puslitbangtanak, 2004).

Macam-Macam Sawah

Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah dapat dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:

- Sawah irigasi adalah sawah yang sumber airnya berasal dari tempat lain melalui saluran-saluran yang sengaja dibuat untuk itu. Sawah irigasi dibedakan atas sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah (semi) teknis, dan sawah irigasi sederhana.

- Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-bangunan irigasi permanen. Ini umumnya terdapat pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau sawah lainnya sehingga tidak memungkinkan terjangkau oleh pengairan.

- Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung pada gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari laut.

- Sawah lebak adalah sawah yang diusahakan di daerah rawa dengan memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami, sehingga di dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem saluran air.

(Ritung dkk, 2004).

Pengolahan Tanah Sawah

Pengolahan tanah sawah bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan berlumpur. Kegiatan tersebut akan menyebabkan gulma akan mati dan membusuk menjadi humus. Pada pengolahan tanah sawah ini dilakukan juga perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan mempermudah perawatan

tanaman. Pengolahan tanah sawah pada umumnya terdiri dari tiga proses yaitu : penggenangan tanah dengan air sampai tanah jenuh air, membajak sebagai awal pemecahan bongkah dan membalik tanah, menggaru untuk menghancurkan dan melumpurkan tanah (Mahrini, 2013).

Menurut BPS (2011) Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2010 memiliki luas panen padi sawah seluas 63.601 Ha produksi sebesar 340.915 ton dan rata–rata produksi sebanyak 5,360 ton/Ha dan hal ini menyebabkan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi tanaman pangan khususnya padi dan palawija di Sumatera Utara. Pada umumnya penduduk pada daerah ini menggantungkan pekerjaannya dari hasil pertanian dan daerah ini juga sangat subur sehingga peran sektor ini sangat penting. Hasil pertanian tanaman pangan merupakan komoditi yang sangat strategis karena menyangkut kebutuhan pokok masyarakat.

Analisa Kelayakan

Break Even Point (BEP)

Menurut Halim (2009) analisis break even point adalah suatu teknik analisis untuk memelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan yang terjadi di suatu perusahaan. Break even merupakan adalah suatu keadaan dimana total revenue persis sama dengan total cost. Sehingga pada kondisi tersebut suatu usaha tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian. Analisis ini juga dapat digunakan untuk merencanakan berapa besarnya produk minimal yang harus dihasilkan untuk memperoleh keuntungan. Adapun BEP dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

N =

F

Dalam hal ini :

N = Jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas F = Biaya tetap per tahun (Rp)

R = Penerimaan dari tiap unit produksi (Rp) V = Biaya tidak tetap per unit produksi (Rp)

Benefit Cost Ratio (B/C)

Benefit cost ratio (B/C) merupakan suatu analisa pemilihan proyek yang

biasa dilakukan yaitu perbandingan antara benefit dengan cost. Kalau nilainya < 1 maka proyek itu tidak ekonomis, dan kalau > 1 berarti proyek itu feasible atau layak untuk dijalankan. Kalau B/C ratio = 1 dikatakan proyek itu marginal (tidak rugi dan tidak untung). Menurut Giatman (2006) Benefit Cost Ratio merupakan salah satu metode yang digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan suatu investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka menvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya. Adapun metode ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut :

B/C = PWB

PWC ... (2) Dalam hal ini :

B/C = Benefit Cost Ratio

PWB = Present Worth Benefit (Rp) PWC = Present Worth Cost (Rp)

Analisis biaya dan keuntungan adalah cara untuk mengevaluasi kebaikan relatif dari alternatif investasi proyek untuk umum, untuk mencapai alokasi yang efisien dari sumber daya. Dalam cara ini keuntungan bersih dari proyek dibagi

dengan biaya netto dan hasilnya disebut BCR (Benefit Cost Ratio) yang digunakan untuk evaluasi investasi untuk proyek bagi kepentingan umum. Analisis B/C adalah salah satu cara digunakan dibanyak tempat untuk evaluasi-evaluasi kepantasan relatif dari alternatif investasi proyek, untuk mencapai alokasi yang efektif dari sumber daya milik pemerintah.Ukuran penerimaan dinyatakan oleh B/C >1.00 (Waldiyono, 2008).

Kadariah (2001) menyatakan bahwa untuk menentukan net present value dari benefit dan cost maka harus ditetapkan terlebih dahulu discount rate yang akan digunakan untuk menghitung present value untuk biaya dan benefit. Jika B/C ratio dipengaruhi oleh tingginya discount rate yang dipakai. Makin tinggi discount rate, makin kecil B/C ratio dan jika discount rate tinggi sekali, B/C ratio dapat turun sampai menjadi lebih kecil dari satu. Jika B/C lebih kecil dari satu maka the present value dari benefit lebih kecil dari the present value dari cost. Hal ini menunjukkan bahwa proyek tidak menguntungkan.

Net Present Value (NPV)

Menurut Giatman (2006) Net Present Value (NPV) adalah suatu teknik yang digunakan dalam menentukan kelayakan suatu investasi dengan menghitung nilai bersih (netto) suatu cash flow investasi pada waktu sekarang (present). Metode NPV pada dasarnya memindahkan cash flow yang menyebar sepanjang umur investasi ke waktu awal investasi atau kondisi present. Model teknik NPV adalah sebagai berikut:

CIF – COF > 0 ... (3) Dalam hal ini :

COF = Cash out flow

Sementara itu keuntungan yang diharapkan dari investasi yang dilakukan bertindak sebagai tingkat bunga modal dalam perhitungan:

Penerimaan (CIF) = pendapatan (P ⁄ ,i, n) nilai akhir (P ⁄ ,i, n)

Pendapatan (COF) = investasi pembiayaan (P ⁄ ,i, n)

Terdapat kriteria dalam menetukan suatu investasi dianggap layak atau tidak dengan menggunakan metode ini yaitu apabila diperoleh nilai NPV lebih atau sama dengan nol maka usaha layak untuk dijalankan, sedangkan jika NPV kurang dari nol maka investasi tidak layak untuk dijalankan (Halim, 2009).

Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate Return (IRR) adalah tingkat bunga majemuk yang akan

kembali berdasarkan nilai yang disediakan. Jika nilai IRR sama dengan tingkat bunga biaya modal , maka usaha tersebut tidak untung ataupun rugi, jika nilai IRR lebih besar, maka usaha akan menguntungkan. Cara yang mudah untuk melihat apakah IRR lebih besar dari bunga biaya modal adalah berdasarkan NPV. Jika nilai NPV lebih besar dari nol, maka IRR akan memiliki nilai yang lebih besar dari bunga biaya modal (Butler, 1996).

Untuk menentukan harga IRR maka dicari nilai NPV yang bernilai positif dan negatif pada tingkatan discount rate tertentu. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) pada discount rate p% dan NPV = Y (negatif) pada discount rate q% maka dihitung nilai IRR dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IRR = q% +

�+� (q% - p%) atau IRR = p% +

�+� (q% - p%) ... (4)

P% = suku bunga pada saat NPV bernilai positif q% = suku bunga pada saat NPV bernilai negatif x = NPV perkiraan yang bernilai positif

Y = NPV perkiraan bernilai negatif (Purba,1997).

Simulasi

Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses- proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah. Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat digunakan untuk melakukan eksperimen yang memerlukan biaya yang sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil.

Dengan melakukan studi simulasi maka dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer. Dalam membuat suatu simulasi maka diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan (Indraawan, 2010).

Microsoft Visual Basic 2010

Menurut Winarno (2015) menyatakan bahwa Microsoft Visual Basic 2010 merupakan suatu bahasa pemrograman dari Microsoft Visual Studio yang digunakan untuk membuat suatu program komputer dengan menuliskan kode program, uji coba/testing dan debugging serta evaluasi kode program tersebut. Bahasa pemrograman VB.NET adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kata “Visual” menunjukkan cara yang digunakan untuk membuat Graphical User Interface (GUI) sehingga tidak perlu lagi menuliskan instruksi pemrograman dalam kode-kode baris hanya untuk membuat sebuah Design Form/Aplikasi. Hal ini dapat dilakukan dengan drag and

drop object-object yang digunakan. VB.NET merupakan pemrograman berbasis

NET Framework dan hanya dapat dijalankan pada sistem operasi windows.

Microsoft Visual Basic 2010 merupakan pemrograman visual yang artinya

antarmuka pengguna (tampilan program) dapat dibuat dengan mudah dan dilakukan secara visual. Pemrograman visual menggunakan konsep yang disebut pemrograman berorientasi objek (PBO). Oleh karena pemrograman visual menggunakan pemrograman berorientasi objek, komponen-komponen yang menyusun antarmuka berupa sejumlah objek. Setiap objek umumnya memiliki properti, kejadian dan metode tersendiri. Properti adalah segala atribut yang menyangkut objek. Misalnya, form memiliki properti yang berkaitan dengan judul form (Kadir, 1998).

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai luas wilayah 190.000 Ha, diantaranya 100.000 Ha lahan perkebunan dan 41.981 Ha adalah lahan sawah. Penduduk di Kabupaten Serdang Bedagai 60% mata pencahariannya adalah sektor pertanian. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu daerah penyumbang surplus beras di Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini Kabupaten Serdang Bedagai surplus beras rata - rata setiap tahunnya. Kabupaten Serdang Bedagai termasuk kedalam lima kabupaten penghasil beras terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Deli Serdang (BPS, 2012).

Salah satu kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai yang mempunyai potensi besar di bidang pertanian dan merupakan salah satu daerah sebagai lumbung beras adalah Kecamatan Perbaungan. Kecamatan Perbaungan memiliki ketersediaan traktor roda dua yaitu ± 80 unit. Kecamatan Perbaungan terdiri dari 24 Desa dan 4 Kelurahan. Kecamatan Perbaungan memiliki luas lahan yang cukup besar yaitu luas lahan 12.158 Ha pada tahun 2012 dimana tanah sawah 5.535 Ha dan tanah kering 6.623 Ha, menjadi andalan bagi Kabupaten Serdang Bedagai sebagai lumbung beras. Desa Adolina merupakan desa yang memiliki wilayah terluas diantara desa-desa lainnya. Dan desa yang paling jauh dari kantor Camat Perbaungan adalah Desa Sei Naga Lawan yang terletak di ujung Timur wilayah batas kecamatan (BPS Sergai, 2012).

Memasuki era teknologi tinggi penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Salah satu alat yang umum dan paling sering digunakan adalah traktor roda dua atau handtractor. Traktor roda dua sudah lama dikenal oleh petani di Indonesia. Jenis traktor ini semakin banyak digunakan khususnya dalam pengolahan tanah oleh para petani sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Fungsi traktor sekarang telah menggantikan fungsi tenaga hewan seperti sapi dan kerbau dalam pengolahan tanah. Proses pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dapat mempercepat proses pengerjaan lahan dengan skala yang luas. Hal ini sangat membantu petani dalam mengolah lahan sawah dengan waktu yang lebih cepat.

Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah dengan luas potensi tanam padi sawah sebesar 23.508 Ha dan ketersediaan traktor roda dua di kabupaten ini yaitu sebanyak 1.903 unit dengan tingkat kecukupan sebesar 84%. Hal tersebut menunjukkan ketersediaan traktor roda dua di Kabupaten Serdang Bedagai adalah cukup. Dengan tingkat kecukupan traktor roda dua di kabupaten ini dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas lahan sawah dalam menghasilkan padi dan membantu kesejahteraan petani (Kementan, 2015).

Penggunaan traktor sendiri sudah mencapai ke daerah-daerah di pedesaan dalam pengerjaan pengolahan tanah. Traktor tangan seperti halnya mesin-mesin pertanian lainnya, dalam penggunaannya dibutuhkan suatu pengelolaan yang khusus sehingga traktor tangan tersebut dapat mencapai kerja yang optimal dan aman. Pengelolaan yang baik tentu saja harus berdasarkan pengetahuan yang memadai mengenai traktor tangan itu sendiri, pengetahuan tersebut meliputi

bagaimana cara mengatur jadwal pemakaian traktor tangan dengan alat pengolah tanah untuk lahan sawah seperti bajak singkal dan gelebek, mengetahui nilai ekonomi dari traktor yang digunakan berdasarkan analisa kelayakan yaitu Benefit

Cost Ratio (B/C), Net Present Value (NPV), Break Even Point (BEP), Internal Rate Return (IRR) dan biaya sewa traktor yang layak bagi petani.

Tujuan Penelitian

1. Membuat program simulasi pengelolaan traktor untuk pengolahan tanah di lahan sawah beserta analisa ekonominya.

2. Memberi informasi bagi kelompok tani dalam usaha pengelolaan traktor yang optimum untuk pengolahan tanah sawah di Kabupaten Serdang Bedagai.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai program simulasi pengelolaan traktor. 3. Bagi masyarakat, untuk membantu petani dalam mengelola traktor

SERINITA BARUS : Program Simulasi Pengelolaan Traktor Untuk Pengolahan Tanah di Lahan Sawah (Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai), dibimbing oleh TAUFIK RIZALDI dan SAIPUL BAHRI DAULAY

Penentuan biaya sewa traktor di Kecamatan Perbaungan masih menggunakan cara yang manual sehingga petani yang menyediakan jasa penyewaan traktor untuk pengolahan lahan sawah tidak dapat menentukan biaya sewa yang sesuai dan melakukan analisis kelayakan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu simulasi berbasis komputer yang dapat membantu petani untuk memperoleh informasi dalam pengelolaan traktor tangan untuk pengolahan lahan sawah. Simulasi ini dirancang berorientasikan pada user menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2010 dan sistem basis data

Microsoft Access 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Agustus 2016 di Desa Melati II, Tualang dan Lubuk Bayas.

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh biaya sewa untuk tiga kelompok tani di Desa Melati II yaitu sebesar Rp. 624.975/Ha, Rp. 581.454/Ha dan Rp. 624.975/Ha. Desa Tualang sebesar Rp. 547.214/Ha, Rp. 591.938/Ha dan Rp. 495.525/Ha. Desa Lubuk Bayas sebesar Rp. 504.818/Ha, Rp. 581.437/Ha dan Rp. 660.489/Ha.

Kata kunci : simulasi, traktor tangan, biaya sewa

ABSTRACT

SERINITA BARUS : Simulation Program of Tractor Management for Paddy

Fields Tillage (Case Study : Perbaungan District Serdang Bedagai Regency), supervised by TAUFIK RIZALDI and SAIPUL BAHRI DAULAY.

Rent cost determination of hand tractor in Perbaungan District is still in manual system that will make farmer who serve rental tractor service for paddy fields tillage can’t determine the appropriate rent cost and do feasibility analysis for this business . This research was aimed to get a simulation program based computer that will help farmer finds informations of hand tractor management for paddy field tillage. This simulation was designed oriented to the user, using Visual Basic 2010 programming language and Microsoft Access 2007 database system. This research was done in Mei until August 2016 in Melati II, Tualang and Lubuk Bayas villages.

Based the result of calculation, it was found that rent cost of hand tractor for three farm group in Melati II village are Rp. 624.975/Ha, Rp. 581.454/Ha and

Rp. 624.975/Ha. In Tualang are Rp. 547.214/Ha, Rp. 591.938/Ha and Rp. 495.525/Ha. In Lubuk Bayas are Rp. 504.818/Ha, Rp. 581.437/Ha and Rp. 660.489/Ha.

(Studi Kasus : Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

SERINITA BARUS

Dokumen terkait