• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rhizopus oligosporus

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

Jarak pagar (Jatropha curcas L) merupakan tanaman yang berasal dari Mexico dan Amerika Tengah. Menurut Biotechcitylucknow (2007), tanaman ini diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Subkelas : Rosidae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Jatropha

Spesies : Jatropha curcas L

Tanaman jarak pagar banyak dikembangkan sebagai sumber bahan bakar biodiesel. Minyak biodiesel ini diperoleh dari ekstraksi minyak dari biji jarak. Pengolahan ekstraksi biji jarak ini menghasilkan limbah berupa bungkil biji jarak. Menurut Brodjonegoro et al. (2005), satu ton biji kering menghasilkan 200-300 liter minyak jarak dengan limbah bungkil biji jarak 700-800 kg. Tanaman jarak pagar dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Jarak Pagar dan Bijinya (Jatropha curcas L)

Sumber : www.malem-auder.orgspip.phparticle204

Buah jarak pagar mengandung biji inti dan kulit dengan perbandingan rata- rata 62,2 % berbanding 37,7%. Biji inti jarak pagar mengandung lebih tinggi protein

kasar (22-28%) dan minyak (54-58%) dibandingkan dengan kulit (4-6% protein kasar dan 0,8-1,4 % minyak) (Makkar et al., 1998)

Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas meal)

Bungkil biji jarak pagar (BBJP) merupakan hasil ikutan dari pembuatan minyak jarak. Menurut Francis et al. (2006), kandungan protein kasar bungkil biji jarak tanpa kulit varietas beracun (Cape Verde) adalah 56,4%, sedangkan pada varietas tidak beracun (Mexico) sebanyak 63,8%. Komposisi nutrien dan fraksi serat BBJP tanpa cangkang, BBJP dengan cangkang dan cangkang BBJP disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Nutrien dan Fraksi Serat BBJP tanpa Cangkang, BBJP dengan Cangkang dan Cangkang BBJP

Kandungan Nutrien BBJP tanpa Cangkang BBJP dengan Cangkang Cangkang BBJP Bahan Kering (%) 86,26 89,71 88,31

Komposisi bahan kering

Abu (% BK) 7,71 5,20 4,22 Protein Kasar (% BK) 37,56 24,28 10,21 Lemak Kasar (% BK) 35,02 15,99 5,71 Serat Kasar (% BK) 7,23 38,49 59,62 Beta- N (% BK) 12,47 16,06 20,24 Fraksi serat NDF (% BK) 16,30 57,64 93,40 Hemiselulosa (% BK) 0,72 10,45 12,48 ADF (% BK) 15,86 46,78 80,90 Selulosa (% BK) 11,31 19,22 34,85 Lignin (% BK) 4,51 23,98 46,00 Silika (% BK) 0,01 3,51 0,03

Sumber : Tjakradidjaja et al. (2007)

Keterangan : BBJP = bungkil biji jarak pagar

Kualitas protein yang dikandung BBJP sangat baik. Kandungan asam amino esensialnya lebih tinggi dibandingkan referensi asam amino menurut FAO (Food and Agriculture Organization) untuk anak umur 3-5 tahun kecuali lisin. BBJP mengandung toksik yang tinggi bagi banyak spesies ternak karena adanya beberapa

komponen racun dan anti nutrisi seperti phorbolester, asam fitat, tripsin inhibitor, komponen phenolic, dan saponin dengan jumlah yang tinggi (Makkar et al., 2008). Konsentrasi phorbolester berkisar antara 2-3 mg/g dalam biji jarak dan 2-4 mg/g dalam minyak jarak tergantung varietas tanaman jarak pagarnya (Makkar et al., 1997a). BBJP mengandung phenols total 0,2-0,4% dan tannin 0,02-0,04%. BBJP dapat digunakan sebagai bahan pakan monogastrik dengan diolah terlebih dahulu dengan cara kombinasi perlakuan fisik dan biokimia untuk mengurangi racun tersebut diatas (Annongu et al., 2010). Kandungan asam amino esensial dalam bungkil biji jarak disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Asam Amino Esensial Bungkil Biji Jarak Varietas Toksik, Non-Toksik dan Referensi Asam Amino FAO untuk Anak Umur 3-5 Tahun

Asam Amino Varietas Toksik Varietas Non-toksik FAO ---(g / 16 g N)--- Metionin 1,91 1,76 - Sistin 2,24 1,56 2,50 Valin 5,19 5,30 3,50 Isoleusin 4,53 4,85 2,80 Leusin 6,94 7,50 6,60 Fenilalanin 4,34 4,89 - Tirosin 2,99 3,78 6,30 Histidin 3,30 3,08 1,90 Lisin 4,28 3,40 5,80 Arginin 11,80 12,90 - Threonin 3,96 3,59 3,40 Triptopan 1,31 - 1,10 Sumber : Makkar et al., 1998

Curcin Jarak Pagar (Jatopha curcas L)

Curcin adalah fitotoksin yang memilki molekul protein besar, kompleks dan sangat beracun, menyerupai struktur dan fisiologis racun bakteri. Fitotoksin tidak tahan terhadap panas sehingga dapat diukur dengan metode penguapan. Curcin dapat menyebabkan iritasi pada mata dan tetap terdapat fraksi bungkil setelah pengambilan

minyak (Heller, 1996). Curcin dapat mengikat glycoprotein (biomolekul gabungan karbohidrat dengan protein) pada permukaan sel (Lin et al., 2003).

Curcin (lektin) menyebabkan reaksi lokal pada saluran pencernaan yaitu 1) mempengaruhi pergantian dan kehilangan sel epithel usus. 2) menghambat pencernaan dan penyerapan 3) kerusakan pada epitel membran lumen dan 4) merubah status imunologi pada saluran pencernaan. Secara sistematis lektin mengganggu metabolisme lemak, karbohidrat, protein, dan meningkatkan atau mengecilkan ukuran dari saluran pencernaan serta merubah status hormonal dan imunologi (Vasconcelos dan Oliveira, 2004). Struktur kimia curcin disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Kimia Curcin

Sumber : www. Giftpflanzen.com/Jatropha curcas/html

Phorbolester Jarak Pagar (Jatropha Curcas L)

Menurut Aregheore et al. (1998), senyawa toksik lainnya yang terdapat pada bungkil biji jarak pagar adalah phorbolester sebagai racun utama yang tidak mudah rusak oleh pemanasan, sehingga diduga penggunaannya dalam pakan ternak dapat menyebabkan kematian. Pemanasan sampai 160˚C selama 30 menit tidak dapat merusak phorbolester karena phorbolester merupakan racun yang stabil, akan tetapi phorbolester dapat dihilangkan dengan pengolahan secara kimiawi (Makkar dan Becker, 1997 b). Phorbolester jarak pagar yang terdapat dalam biji (2-6 mg/g BK), daun (1,83-2,75 mg/g BK), tangkai (0,78-0,99 mg/g BK), bunga (1,39-1,83 mg/g BK), pucuk (1,18-2,10 mg/g BK), akar (0,55 mg/g BK), kulit kayu yang berwarna cokelat (0,39 mg/g BK), kulit kayu yang berwarna hijau (3,08 mg/g BK) dan kayu (0,09 mg/g BK), tetapi tidak terdapat dalam lateks (Makkar dan Becker, 2009).

Phorbolester terdapat pada minyak yang masih tersisa pada bungkil biji jarak pagar. Phorbolester dapat menyerupai kerja diacil gliserol, aktivator protein kinase C (PKC), yang mengatur sinyal berbeda pada jalur transduksi. Hal ini mengakibatkan

perubahan aktivitas PKC pada proses-proses seperti fosfolipid, sintesis protein, aktivitas enzim, sintetis DNA, posporilasi protein, diferensiasi sel, dan ekspresi gen. Phorbolester juga mempunyai sifat karsinogen, pencahar, dan mengakibatkan iritasi kulit, mabuk, muntah serta diare yang dapat menyebabkan kematian pada tikus, ayam dan domba (Goel et al., 2007). Struktur kimia phorbolester dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Kimia Phorbolester

Keterangan : (A) 5-7-6-3 struktur umum phorbols. (B) 12-hydroxy-16-deoxylphorbol, struktur umum

phorbolesters dari J. curcas dan(C)Faktor C1 J.curcas, satu dari enam phorbolesters

teridentifikasi dalam biji J. curcas (Haas et al., 2002).

Detoksifikasi Bungkil Biji Jarak Pagar dengan Rhizopus oligosporus Pengolahan bungkil biji jarak harus dilakukan sebelum diberikan pada ternak. Hal ini dikarenakan kandungan racun dan anti nutrisinya yang tinggi. Pemanasan dengan autoclave (suhu 121ºC) selama 30 menit dapat menghambat aktivitas antitripsin dan lectin sehingga meningkatkan kecernaan protein. Pengolahan secara fisik dengan pemanasan (121ºC, 30 menit) dan diikuti pencucian dengan metanol 92% sebanyak 4 kali dapat menurunkan kadar phorbolester bungkil biji jarak pagar sebesar 94,94% (Aregheore et al., 2003).

Hasil penelitian Tjakradidjaja et al. (2007), pengolahan secara biologis (fermentasi) oleh Rhizopus sp. kemungkinan lebih baik untuk menghilangkan kandungan curcin dan phorbolester bungkil biji jarak pagar. Ayam broiler yang diberi bungkil biji jarak pagar yang difermentasi Rhyzopus oligosphorus menghasilkan performa yang lebih baik dibandingkan tanpa fermentasi (Sumiati dan Sudarman 2006). Fermentasi bungkil biji jarak dengan Rhizopus oryzae efektif menurunkan kadar lemak bungkil biji jarak pagar yang diharapkan sejalan dengan penurunan kadar phorbolester didalamnya (Sumiati et al., 2008). Penurunan antinutrisi BBJP fermentasi menggunakan Rhizopus oligosporus disajikan pada

Tabel 3.

Table 3. Kandungan Antinutrisi BBJP yang Tidak Diolah dan Difermentasi Menggunakan Rhizopus oligosporus

Anti-nutrisi Kontrol R.Oligosporus Penurunan (%)

Anti Tripsin (%) 20,51 8,15 60,26

Lektin (%) 34,36 14,75 57,07

Saponin (%) 2,47 0,33 86,64

Fitat (%) 9,10 4,18 54,07

Phorbolester (%) 0,013 0,012 7,69

Sumber : Belewu dan Sam (2010)

Fermentasi merupakan proses perombakan makromolekul (karbohidrat dan protein) tanpa memerlukan oksigen, atau dapat pula disebut respirasi anaerob. Pengolahan biologis (fermentasi) dengan Rhizopus oligosporus terhadap bungkil biji jarak pohon (Ricinus communis L) menghasilkan bungkil biji jarak yang dapat dijadikan bahan baku pakan alternatif. Penggunaan bungkil biji jarak pohon sampai 12% dalam ransum ayam broiler tidak berpengaruh terhadap kecernaan protein ransum dan dapat mensubtitusi bungkil kedelai (Aisjah, 1998).

Rhizopus oligosporus merupakan kapang yang memegang peranan terbesar pada peningkatan nilai gizi protein kedelai pada pembuatan tempe. Hal ini karena selama proses fementasi, Rhizopus oligosporus mensintesa enzim protease lebih banyak (Anshori, 1989). Selain itu Rhizopus oligosporus juga mensintesa enzim lipase, poligalakturonase, endoselulase, xilanase, arabinase, fitase, dan rhizopus carboksil proteinase (Nout dan Rombouts, 1990)

Selulase

Selulase merupakan suatu kompleks multi enzim yang bekerja bersama-sama menghidrolisis selulosa menjadi glukosa. (Kim, 1995). Kompleks selulase terdiri dari enzim selobiohidrolase, endoglukanase dan ß-glukosidase yang dapat memutus ikatan ß-1,4 pada struktur selulosa. Pemutusan ikatan ini akan menghasilkan oligosakarida turunan selulosa, untuk akhirnya diubah menjadi monomer glukosa (Deacon, 1997). Enzim selulase bermanfaat membantu ternak terutama monogastrik dalam mencerna serat kasar pakan. Menurut Judoamidjojo et al. (1992), terdapat 4 kelompok enzim utama yang menyusun selulase berdasarkan spesifitas substrat masing-masing, yaitu

1. Enzim endo-ß-1,4 glukanase yang menghidrolisis ikatan glikosidik ß-1,4 secara acak dan bekerja terutama pada daerah amorf dari serat selulosa, seperti pada Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

2. Enzim ß-1,4-D-Glukan yang menghidrolisis ujung rantai selulosa non pereduksi dan menghasilkan selobiosa.

3. Enzim ß-1,4-D-Glukan Glukohidrolase yang menghidrolisis ujung rantai selulosa non pereduksi dan menghasilkan D-glukosa.

4. Enzim ß-1,4-Glukosidase yang menghidrolisis selobiosa dan rantai pendek selo- oligosakarida dan menghasilkan D-glukosa.

Gambar 4. Pemecahan Selulosa dengan Selulase Menjadi Glukosa

Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Types_of_Cellulase2.png

Fitase

Fitase (myo-inositol hexakisphosphate phosphohydrolase) merupakan kelompok enzim phosphatase yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi monophosphate anorganik, myo-inositol phosphate rendah (lower myo-inositol phosphate), dan myo-inositol bebas. Asam fitat merupakan senyawa antinutrisi yang terdapat pada tanaman. Asam fitat membentuk komplek dengan beberapa mineral (P, Zn, Fe, Mg, Ca), protein, dan asam amino (Quan et al., 2001). Asam fitat juga dapat mengikat beberapa enzim seperti amilase, tripsin, pepsin dan β-galaktosidase sehingga menurunkan aktivitasnya. Enzim fitase bermanfaat untuk mereduksi senyawa asam fitat dalam pakan, sehingga pemanfatan mineral terutama posfor lebih optimal dalam tubuh ternak monogastrik (Greiner et al., 1997). Pemecahan asam fitat

Gambar 5. Pemecahan Asam Fitat oleh Fitase Menjadi Fospat

Sumber : http://aem.asm.org/cgi/content/full/70/5/3041

Ayam Kampung

Ayam Kampung berasal dari domestikasi ayam hutan yang telah mengalami perkembangan pada kondisi lingkungan yang berbeda, maka terbentuklah berbagai jenis ayam Kampung. Ayam Kampung memiliki berbagai keunggulan dibandingkan ayam ras. Keunggulan tersebut seperti harga jual daging dan telur yang lebih tinggi, kemampuan adaptasinya terhadap beberapa penyakit dan lebih toleran terhadap ransum berkualitas rendah (He et al., 1991).

Produktivitas ayam Kampung yang dipelihara secara tradisional masih rendah, antara lain karena tingkat mortalitas tinggi, pertumbuhan lambat, produksi telur rendah, dan biaya pakan tinggi (Gunawan, 2002). Produksi telur ayam Kampung yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Sulandari et al., 2007). Menurut Iskandar (2004), produksi telur ayam Kampung yang dipelihara secara intensif adalah 135 butir/ekor/tahun.

Organ Dalam Unggas Hati

Ayam memiliki hati dengan ukuran relatif besar, berat hati ayam berkisar antara 30-50 g. Hati ayam yang baru menetas berwarna kuning, warna hati ini akan berubah menjadi coklat kemerahan setelah berumur sekitar dua minggu. Hati ayam dewasa berwarna merah coklat sampai coklat cerah dengan konsistensi yang lunak (Setijanto, 1998). Menurut Mc Lelland (1990), warna hati tergantung pada status nutrisi unggas, hati yang normal berwarna coklat kemerahan atau coklat terang dan apabila makanannya berlemak tinggi, warnanya menjadi kuning. Persentase bobot hati ayam Kampung adalah 2,70%- 3,46% (umur 6 minggu) dan 2,10%-2,54% (umur 12 minggu) dari bobot hidup (Arief, 2000). Menurut Putnam (1991), persentase bobot hati ayam berkisar antara

1,70%-2,80% dari bobot hidup. Spector (1993) menyatakan bahwa kelainan hati biasanya ditandai dengan pembengkakan dan penebalan salah satu lobi pada hati, dan hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan bobot hati.yang dihasilkan.

Gizzard

Gizzard terdiri atas serabut otot yang kuat. Bagian depan berhubungan dengan perut kelenjar dan bagian yang lain dengan usus halus. Gizzard terletak antara proventrikulus dengan batas atas usus halus. Gizzard mempunyai dua pasang otot yang kuat dan sebuah mukosa (North danBell, 1990). Kontraksi otot gizzard akan terjadi apabila makanan masuk kedalamnya. Persentase bobot gizzard terhadap berat hidup akan menurun dengan bertambahnya umur pemotongan (Putnam, 1991). Pond et al. (1995) menyatakan bahwa fungsi gizzard pada unggas sama dengan fungsi gigi pada species mamalia, bekerja untuk memperkecil ukuran partikel makanan secara fisik. Bobot persentase gizzard ayam adalah 1,6%-2,3% dari bobot hidup (Putnam, 1991).

Limpa

Menurut Nickel et al. (1977), limpa adalah organ kecil berwarna merah coklat berbentuk agak bundar. Fu ngsi limpa menurut Ressang (1986), selain untuk menyimpan darah, bersama hati dan sumsum tulang belakang berperan dalam p e m b i n a s a a n e r i t r o s i t - e r i t r o s i t t u a , b e r p e r a n d a l a m m e t a b o l i s m e n i t r o g e n t e r u t a m a dalam pembentukan asam urat serta membentuk limfosit. Pada unggas kecuali pada sumsum tulang, sebagian kecil eritrosit juga dapat dibuat di dalam limpa. Kelainan pada limpa dapat ditandai dengan pembengkakan yang disebabkan oleh adanya racun atau antinutrisi yang masuk kedalam tubuh (Ressang, 1986). Bobot persentase limpa ayam adalah 0,18%- 0,23% dari bobot hidup (Putnam, 1991).

Bursa Fabrisius

Bursa fabrisius merupakan organ limpoid yang berperan dalam sistem kekebalan humoral pada ayam (Glick, 1988). Bursa Fabrisius sebagian besar berisi sel B yang berperan dalam memproduksi antibodi humoral atau yang bersikulasi. Sel B akan menghasilkan antibodi dan sel pengingat (sel memori). Sel-sel memori akan mengingat dan mengenal antigen yang pernah masuk keadaan tubuh, sehingga sistem

kekebalan unggas dapat bertindak cepat (Cheville, 1999). Kelenjar Timus

Kelenjar timus bekerja untuk menghasilkan imunitas sel bagi ternak (Cooper et al., 1966). Kelenjar timus sebagian besar berisi sel T dengan fungsi mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri atau virus, mengaktifkan makrofag dalam fagositosis dan membantu sel B dalam memproduksi antibodi (Abbas et al., 2000). Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berperan dalam mengeluarkan sisa metabolisme dan mempertahankan material yang dibutuhkan tubuh, termasuk di dalamnya protein dengan berat jenis rendah, air dan beberapa jenis elektrolit (Cunningham, 1997). Ginjal berfungsi ginjal dalam filtrasi, metabolisme dan ekskresi racun dan merupakan organ yang bertanggung jawab dalam proses homeostatis tubuh. Ginjal mempunyai daya saring dan daya serap kembali. Apabila terdapat banyak zat toksik yang masuk ke dalam tubuh, maka ginjal akan bekerja semakin berat untuk menetralisir zat toksik tersebut (Ressang, 1986).

Pankreas

Organ ini adalah sebuah kelenjar yang mensekresikan cairan yang kemudian masuk ke duodenum melewati saluran pankreas dimana lima enzimnya yaitu lipase, amilase, tripsin, nuklease, dan pept idase membantu pencernaan pati, lemak, dan protein. Cairan ini menetralisir kondisi asam asal lambung kelenjar (Amrullah, 2004). Fungsi utama pankreas yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin dalam metabolisme gula. Berdasarkan hasil penelitian Merryana (2003), persentase bobot pankreas ayam broiler umur enam minggu 0,19-0,27 % bobot hidup. Bobot persentase pankreas ayam berkisar antara 0,22%-0,24% (Putnam, 1991).

Usus Halus

Usus halus terdiri dari beberapa bagian yang dimulai dari duodenum (depan), jejunum (tengah) dan berakhir di ileum (belakang). Usus halus yaitu usus tempat terjadinya pencernaan dan penyerapan pakan. Selaput lendir usus halus mempunyai jonjot yang lembut dan menonjol seperti jari. Fungsi usus halus selain sebagai penggerak aliran pakan dalam usus juga untuk meningkatkan penyerapan

sari makanan (Akoso, 1993). Panjang usus bervariasi sesuai dengan ukuran tubuh, tipe makanan dan faktor-faktor lainnya. Enzim amilase dan lipase dihasilkan oleh dinding usus halus yang membantu pencernaan karbohidrat dan lemak (North dan Bell, 1990).

Usus Besar

Usus besar yaitu lanjutan dari usus halus yang mempunyai ukuran yang lebih pendek, tidak berliku-liku dan dindingnya lebih tebal dibandingkan dinding usus halus. Fungsi dari usus besar adalah untuk menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka. Air asal urin diserap kembali di usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Panjang usus besar yang dimiliki ayam dewasa berkisar dari 8-10 cm. Diameter usus besar dua kali usus halus (Amrullah, 2004).

Sekum

Sekum atau usus buntu ayam ada dua buah (seka) dan terletak pada persimpangan antara usus halus dan usus besar. Fungsi dari sekum pada unggas adalah membantu penyerapan air serta mencerna karbohidrat dan protein dengan bantuan bakteri yang ada pada sekum. Dalam sekum pada umumnya terdapat bahan makanan yang lunak yang tidak dicerna dan akan dibuang (North dan Bell, 1990). Menurut Pond et al. (1995), sebagian serat dapat dicerna dalam sekum yang disebabkan adanya bakteri fermentasi tetapi jumlahnya sangat rendah dibandingkan pada sebagian spesies mamalia.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Agustus 2010. Lokasi penelitian ini bertempat di Laboratorium Lapang Blok C dan Laboratorium Nutrisi Ternak Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680.

Materi Ternak

Penelitian ini menggunakan 270 ekor Day Old Chicks (DOC) ayam kampung yang dibeli dari PT. TRIAS FARM Bogor. Ayam dipelihara dengan dua fase pemberian ransum yaitu ransum starter (pada umur 0-3 minggu) dan ransum finisher (pada umur 3-10 minggu). Ayam dibagi kedalam 5 perlakuan dan 6 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 9 ekor ayam. Untuk mengukur organ dalam, ayam umur 10 minggu diambil 1 ekor dari setiap ulangan.

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang sistem litter beralaskan sekam padi. Kandang yang digunakan berukuran 1 m x 1 m sebanyak 30 petak. Pada masing-masing petak dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, tirai, sapu, tambang untuk menggantung tempat air minum, termometer, alat tulis, gunting digunakan untuk pemotongan sampel organ dalam dan pita ukur. Sanitasi dilakukan terhadap kandang, peralatan makan dan air minum.

Ransum

Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Ayam berumur 0-3 minggu diberikan ransum komersial dari PT. Shinta Prima Feedmill. Susunan komposisi ransum komersial yang digunakan adalah jagung, dedak padi, CGM, tepung ikan, MBM, bungkil kedelai, minyak, kalsiumphospat, CaCO3, NaCl, asam amino, vitamin, trace mineral, antioksidan, coccidiostat dan antibiotika. Kandungan zat makanan ransum komersial disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Komersial (Umur 0-3 Minggu)

Zat makanan Kadar (%)

Kadar Air Max 12

Abu Max 8

Protein Kasar 20-22

Serat Kasar Max 4

Lemak Kasar 4-8

Kalsium 0,9-1,2

Posfor 0,7-1

Sumber : P.T Sinta Prima Feedmill (2010)

Ransum perlakuan (3-10 minggu) disusun dari campuran bahan pakan yang terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kedelai, bungkil biji jarak tanpa fermentasi, bungkil biji jarak terfermentasi, MBM, CPO, garam, premiks, DL- methionine, L-lysin, selulase dan fitase dengan pakan berbentuk crumble. Komposisi ransum perlakuan dan kandungan zat makanan disajikan pada Tabel 5.

Perlakuan

Perlakuan ransum yang diberikan adalah sebagai berikut :

P0 : Ransum kontrol (tanpa bungkil biji jarak pagar) + selulase 400 ppm dan fitase 200 ppm

P1 : Ransum mengandung 7,5% bungkil biji jarak pagar tanpa fermentasi

P2 : Ransum mengandung 7,5% bungkil biji jarak pagar terfermentasi + selulase 400 ppm dan fitase 200 ppm

P3 : Ransum mengadung 10% bungkil biji jarak pagar terfermentasi + selulase 400 ppm dan fitase 200 ppm

P4 : Ransum mengandung 12,5% bungkil biji jarak pagar terfermentasi + selulase 400 ppm dan fitase 200 ppm

Tabel 5. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Perlakuan (Umur 3 – 10 Minggu) Nama Bahan P0 P1 P2 P3 P4 ---(%)--- Jagung Kuning 51,23 50 50 50 53,15 Dedak Halus 20,5 16,43 16,33 14,63 10 BBJP Tidak Diolah 0 7,5 0 0 0 BBJP Fermentasi 0 0 7,5 10 12,5 Bungkil Kedelai 17 13 13 11,5 10 MBM 7,5 8,3 8,4 9 10 CPO 3 3,9 3,9 4 3,5 Garam 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 Premiks 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 DL-methionine 0,17 0,19 0,19 0,19 0,19 L-lysine 0 0,08 0,08 0,08 0,06 Total 100 100 100 100 100 Selulase (ppm) 400 0 400 400 400 Fitase (ppm) 200 0 200 200 200

Kandungan Zat Makanan (% As fed)* :

Bahan Kering (%) 78,48 77,24 77,17 79,87 76,40

Abu (%) 5,63 6,20 6,41 6,07 6,07

Protein Kasar (%) 18,16 17,79 17,98 17,24 17,20 Serat Kasar (%) 4,10 4,92 4,50 4,68 4,99 Lemak Kasar (%) 5,46 3,27 4,91 3,76 3,41 Bahan Ekstrak Tanpa N (%) 49,23 49,98 47,87 52,80 49,72 Energi Bruto (kkal / kg) 4000 4065 3726 4113 3743

Metode Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, 6 ulangan, dan masing-masing ulangan terdiri dari 9 ekor. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut :

Yij = µ + τi + εij

Keterangan :

Yij = Nilai Y perlakuan pakan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai rataan umum

τi = Efek perlakuan ke-i

εij = Galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA), dan jika berbeda nyata diuji lanjut dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie, 1995). Perhitungan ANOVA dan uji jarak Duncan menggunakan SPSS 15.0.

Peubah yang Diamati

Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase berat organ dalam (jantung, hati, limpa, kelenjar thymus, bursa fabrisius, ginjal, empedu, proventikulus, rempela, dan pankreas,), persentase panjang dan berat saluran pencernaan (duodenum, jejenum, ileum, sekum, dan kolon).

1. Persentase berat organ dalam

Persentase berat organ dalam (%) = 2. Panjang relatif organ dalam

Panjang relatif organ dalam (cm/100 g) =

Prosedur

Pembuatan Bungkil Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Fermentasi

Bungkil biji jarak pagar ditimbang dan ditambahkan aquades hingga kadar airnya mencapai 66%. Bungkil biji jarak pagar dimasukkan dalam kain saring dan dikukus selama 60 menit dan kemudian didinginkan pada nampan dengan alas plastik yang sudah dilubangi jarum. Setelah dingin ditambahkan dengan jamur tempe

(Rhizopus oligosporus) sebanyak 0,7% dan diratakan. Tutup dengan plastik yang sudah dilubangi jarum, kemudian kertas dan ditindih dengan keramik. Simpan pada suhu ruang dan diinkubasi selama 3-4 hari. Bungkil biji jarak pagar terfermentasi Rhizopus oligosporus dipanen dan dikeringkan dalan oven suhu 60oC selama 48 jam dan kemudian digiling hingga halus.

Persiapan Kandang

Persiapan kandang dilakukan dengan membuat petak kandang sebanyak 30 petak dan membersihkan seluruh petak dalam kandang dan alat- alat yang akan digunakan seperti tempat pakan dan air minum serta digunakan desinfektan. Setelah itu dilakukan pengapuran dan setelah kering dilakukan penyemprotan dengan desinfektan ke seluruh ruangan, kemudian kandang dibiarkan selama tiga hari dengan tujuan memutus siklus mikroba. Tahap akhir adalah pemberian litter dengan sekam padi diatas lantai kandang serta dilakukan juga penyemprotan desinfektan pada sekam tersebut.

Pemeliharaan

DOC yang baru datang, langsung diberi minum larutan gula 10% dan kemudian pada hari berikutnya diberi Vitachik serta dilakukan vaksinasi berupa vaksin Gumboro pada umur 3 hari dan vaksin ND pada umur 7 dan 21 hari. Ayam umur 0-2 minggu diberi indukan. Pemberian pakan dan air minum dilakukan ad libitum dan ditempatkan dengan cara digantung mulai umur 3 minggu. Pemeliharaan ayam dilakukan selama 10 minggu.

Pengukuran Organ Dalam

Pengukuran organ dalam dilakukan pada saat ayam berumur 10 minggu dengan mengambil 1 ekor ayam dari setiap ulangan dari seluruh perlakuan, sehingga jumlah ayam yang digunakan adalah 30 ekor. Organ dalam yang sudah dikeluarkan, kemudian diukur panjang (cm) serta berat kotor dan bersihnya (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Fermentasi BBJP Terhadap Kandungan Phorbolester dan Antinutrisi

Penelitian ini diawali dengan menguji metode fermentasi Bungkil Biji Jarak Pagar (BBJP) yang sebelumnya dilakukan pengukusan. Hasil yang didapat adalah pengukusan selama 60 menit sebelum fermentasi efektif menurunkan kadar

Dokumen terkait