• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOMBA YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SABUT KELAPA SAWIT FERMENTAS

TINJAUAN PUSTAKA Sabut Kelapa Sawit

Kelapa sawit ( ) adalah tanaman perkebunan penghasil minyak nabati terbesar. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat tiap tahun diikuti dengan produksi minyak kelapa sawit. Pengolahan kelapa sawit memproduksi produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Produksi minyak kelapa sawit tersebut menghasilkan hasil samping berupa tandan kosong, sabut perasan, lumpur, cangkang dan bungkil inti sawit. Persentase hasil samping dan minyak kelapa sawit dari tandan buah segar terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Persentase Produksi Minyak dan Hasil Samping Kelapa Sawit

Sumber : Elisabeth dan Ginting, 2003

Beberapa dari hasil samping pengolahan ini berpotensi menjadi pakan ternak seperti sabut perasan atau sabut kelapa sawit (SS), tandan kosong kelapa sawit (TKKS), lumpur sawit dan bungkil inti sawit (BIS). Limbah dari hasil panen tandan buah segar kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan ternak seperti pelepah dan daun kelapa sawit. Sebagian besar kandungan dari hasil samping dan limbah kelapa sawit adalah serat kasar sehingga penggunaannya masih terbatas pada ternak ruminansia tetapi BIS telah dikembangkan menjadi pakan unggas dengan kandungan proteinnya yang tinggi. Kandungan nutrisi dari beberapa hasil samping pengolahan minyak kelapa sawit pada Tabel 1.

4 Tabel 1. Kandungan Nutrisi Hasil Samping Minyak Kelapa Sawit (%)

Kandungan nutrisi SS TKKS BIS

Bahan Kering 93,11 92,10 91,83 Abu 5,90 7,89 4,14 Protein Kasar 6,20 3,70 16,33 Lemak Kasar 3,22 4,70 6,49 Serat Kasar 48,10 47,93 36,68 Sumber : Mathius , 2004

Keterangan : SS : Sabut Kelapa Sawit, TKKS : Tandan Kosong Kelapa Sawit, BIS : Bungkil Inti Sawit

Sabut kelapa sawit (SS) adalah hasil samping yang berasal dari ampas perasan buah kelapa sawit yang diambil minyaknya. Kandungan nutrisi sabut rendah dengan adanya lignin yang tinggi sebesar 12,91% (Suharto, 2004). Menurut Purwaningrum (2003) bahwa kandungan lignin SS sebesar 17,77% sedangkan penelitian Irawadi (1996) sebesar 21,92%. Jika diberikan pada ternak sebaiknya dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk mengurangi lignin yang terkandung dalam sabut kelapa sawit.

Lignin

Lignin merupakan polimer yang disusun dari tiga derivate fenilpropana, yaitu kumaril alkohol, koniferil alkohol dan sinapil alkohol. Lignin tidak termasuk dalam kelompok karbohidrat tetapi memiliki hubungan yang erat dengan karbohidrat (McDonald , 2002). Monomer – monomer utama penyusun lignin dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Monomer Penyusun Utama Lignin

Sumber : Nägele , 2005

Lignin terdapat pada dinding sel tanaman yang sering berikatan dengan selulosa dan hemiselulosa dengan ikatan aromatik yang sangat sulit dipecah

5 ikatannya. Bahan lignoselulosik terbentuk dari selulosa, hemiselulosa dan lignin (Martinez , 2005). Lignin tahan dengan pengolahan secara mekanik dan kimia. Tanaman pakan yang mengandung lignin tinggi memiliki nutrisi rendah. Hal ini dikarenakan terikatnya selulosa dan hemiselulosa dengan lignin sehingga tidak dapat dicerna oleh mikroba rumen. Mikroba rumen tidak menghasilkan enzim pendegradasi lignin sehingga selulosa yang terikat tidak dapat dimanfaatkan dan dibuang melalui feses. Pakan yang mengandung lignin merupakan faktor yang mempengaruhi penurunan kecernaan nutrien ternak (Parakkasi, 1999).

Jamur tiram dalam taksonomi termasuk dalam Famili : Tricholomataceae

Orde : Agaricales Kelas : Basidiomycetes Spesies :

(Chang dan Miles, 2004)

Jamur tiram termasuk dalam jenis jamur pembusuk putih yang sering ditemukan pada kayu mati. Jamur tiram memiliki sifat mudah tumbuh dan beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Saat ini jamur tiram telah berkembang menjadi jamur konsumsi yang tersebar luas di seluruh dunia dengan kandungan nutrisi tinggi yaitu protein dan serat serta memiliki manfaat lain yaitu untuk pengobatan. Kondisi lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan miselium pada temperatur 25-28˚C dan pH 5,5 - 6,5. Substrat media tumbuh agar miselium dapat tumbuh optimal harus mengandung sumber karbon seperti glukosa, pati, selulosa dan lignin (Chang dan Miles, 2004).

Kelebihan dari jamur tiram adalah kemampuannya dalam mendegradasi lignin sehingga digunakan sebagai perombak limbah agroindustri untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, jamur tiram memiliki senyawa aktif yang dapat meningkatkan sistem imunitas tubuh. Jamur ini memiliki glukan yang bermanfaat sebagai prebiotik dan antioksidan untuk mencegah pengaruh radikal bebas (Synytsya , 2009; Chang dan Miles, 2004). Kemampuan jamur ini memecah lignoselulosa dimanfaatkan untuk memfermentasi limbah pertanian seperti jerami padi, jerami gandum, alang-alang dan gulma bahkan limbah kertas (Das dan Mukherjee, 2007;

6 Baysal 2003). Jamur ini memproduksi enzim ekstraseluler yang dapat mendegrasi ikatan lignoselulosa pada dinding sel tumbuhan. Enzim–enzim yang dihasilkan oleh jamur tiram yaitu fenoloksidase yang terdiri dari enzim peroksidase dan lakase, serta enzim aril alkohol oksidase (AAO) (Kerem . 1992). Proses degradasi ikatan lignoselulosa oleh enzim ini terdiri dari tiga tahap utama yaitu : 1) mengoksidasi rantai samping untuk membebaskan cincin aromatik, terutama asam vanilat; 2) mengoksidasi karbon-α pada rantai samping fenilpropana; dan 3) memutuskan cincin aromatik yang terikat pada polimer sehingga selulosa dan hemiselulosa terbebas dari ikatan aromatiknya. Skema proses degradasi lignin oleh secara biologis oleh jamur dengan mengaktifkan enzim pendegradasi lignin diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema Degradasi Lignin oleh Enzim Ekstraseluler Jamur

Sumber : Martinez , 2005

Fermentasi dapat meningkatkan kandungan nutrisi substrat media tumbuhnya. Menurut Winarno (1992) bahwa proses fermentasi dapat merubah komposisi kimia seperti kandungan lemak, karbohidrat, asam amino,

7 mineral dan vitamin sebagai akibat aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme selama fermentasi berlangsung.

Potensi Domba

Domba merupakan hewan asli dari asia dengan 40 spesies yang telah teridentifikasi. Daerah pusat domestikasi domba berada di Iran. Domba telah tersebar luas sampai Eropa dan Afrika. Jenis domba yang terdapat di Indonesia yang umum ditemui adalah domba ekor tipis dan domba ekor gemuk yang tersebar luas di pulau Jawa tetapi terdapat pula domba Sumatra ekor tipis dan domba Lombok ekor gemuk. Tiga bangsa domba yang terdapat di pulau Jawa, yaitu domba ekor tipis, domba ekor gemuk dan domba priangan (Ensminger, 2002). Penyebaran domba diberbagai daerah dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban, curah hujan, ketersedian pakan dan interaksi antar domba (Tomaszewska 1993). Domba memiliki daya adaptasi yang baik terhadap keadaan lingkungan panas di Indonesia. Bentuk adaptasi yang dilakukan domba terhadap lingkungan terlihat pada morfologi, psikologis, dan reproduksi domba disuatu daerah (Dwyer, 2008). Kemampuan domba memanfaatkan pakan berkualitas rendah menjadi produk yang bergizi dengan reproduksi yang relatif tinggi merupakan kelebihan domba sebagai ternak penghasil daging (Abidin dan Sodiq, 2002). Domba memiliki potensi besar sebagai penghasil utama daging dengan kelebihan yang dimilikinya.

Konsumsi

Konsumsi adalah jumlah bahan makanan yang diberikan dan sisa bahan makan. Konsumsi merupakan faktor esensial untuk hidup pokok dan menentukan produksi ternak. Jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dapat dipengaruhi oleh bahan makanan. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ternak adalah fisiologis ternak, sifat pakan, komposisi bahan pakan, kecernaan dan keadaan lingkungan (Parakkasi, 1999). Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi merupakan pakan yang baik untuk ternak ruminansia. Ruminansia dapat memanfaatkan serat kasar dengan fermentasi oleh mikroba rumen yang dapat mendegradasi serat kasar menjadi produk yang lebih sederhana yang selanjutnya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Limbah agroindustri merupakan bahan yang mengandung serat kasar tinggi dengan proporsi terbesarnya

8 berupa lignin. Ternak yang diberi pakan limbah agroindustri secara langsung tanpa pengolahan dapat menurunkan konsumsi pakan sehingga perlu dilakukan pemecahan lignin terlebih dahulu misalnya dengan proses fermentasi. Pakan berserat tinggi setelah difermentasi dapat memperbaiki tingkat konsumsinya. Penelitian Admovic

(1998) menyatakan bahwa jerami padi hasil fermentasi dengan

dapat menigkatkan konsumsi sapi potong daripada jerami padi yang tidak difermentasi.

Kecernaan

Kecernaan merupakan jumlah makanan yang diserap oleh tubuh hewan atau jumlah makanan yang tidak diekskresikan dalam feses (McDonald ., 2002). Pakan yang masuk dalam saluran pencernaan akan dirombak menjadi bentuk sederhana yang selanjutnya akan diserap oleh usus halus untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi ternak. Pakan sumber serat yang mengandung lignin yang tinggi dapat menurunkan kecernaan pakan tersebut. Faktor yang dapat mempengaruhi kecernaan pakan seekor ternak ruminansia adalah tingkat pemberian pakan, spesies hewan, kandungan lignin bahan pakan, defisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan bahan pakan, dan gangguan saluran pencernaan (Parakkasi, 1999). Kandungan lignin pada bahan pakan tidak dapat didegradasi ikatannya oleh mikroba rumen sehingga kandungan nutrisi pakan tidak dapat dimanfaatkan atau diserap oleh saluran pencernaan sehingga terbuang melalui feses. Zat makanan yang dicerna dalam saluran pencernaan berupa energi, protein, vitamin, mineral, dan air.

Kecernaan Energi

Energi dapat didefinisikan sebagai kapasitas dalam melakukan suatu kerja. Bentuk energi yang biasa dijumpai pada ternak seperti energi kimiawi dan energi thermal. Energi kimia memiliki bagian terbesar dalam menyediakan energi pada tubuh ternak. Komponen kimia dalam bahan makanan akan dirombak melalui proses metabolisme untuk menyediakan produk energi utama yaitu ATP (Adenosine Triphosphate). Zat makanan yanag terkandung dalam bahan makanan yang menjadi sumber pembentuk energi yaitu glukosa, glikogen, VFA (Volatile Fatty Acids), lemak dan asam amino. Sumber energi utama pada ternak ruminansia adalah VFA

9 yang terdiri dari asam propionate, asam butirat dan asam asetat (McDonald 2002). Ruminansia yang diberikan konsentrat dalam jumlah cukup banyak maka didalam rumen akan dihasilkan asam propionate tetapi ransum yang terdiri dari hijauan dalam jumlah yang cukup banyak maka rumen akan menghasilkan asam asetat lebih banyak. Energi dapat dihasilkan dari perombakan protein dan lemak. Energi akan dimanfaatkan oleh tubuh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan, kerja dan reproduksi. Energi yang berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi ternak tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan oleh tubuh tetapi ada energi yang terbuang seperti terlihat pada bagan dibawah ini :

Konsumsi energi

Energi Feses Energi Tercerna (DE)

Energi Urin dan Gas Metan

Energi Metabolis

Panas Tubuh

Energi Netto

Gambar 4. Skema Metabolisme Energi

Sumber : Parakkasi (1999)

Energi tercerna (DE) adalah selisih antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan energi yang terbuang melalui feses. Pengukuran DE dilakukan menggunakan bomb kalorimeter dengan mengukur kalori yang terdapat pada bahan makanan dan feses. Energi tercerna dapat pula dinyatakan dalam bentuk TDN (Total Digestible Nutrient) yang dinyatakan dalam unit berat atau persen. Kebutuhan energi dalam penyusunan ransum ternak ruminansia sering menggunakan data TDN. Pengukuran TDN berdasarkan dari evaluasi analisis proksimat bahan pakan dan feses (Perry

2003). Metode pengukuran energi menggunakan TDN ini pertama kali digunakan di Amerika Serikat secara langsung maupun tidak langsung pada ternak ruminansia dan babi. TDN adalah penjumlahan dari kecernaan protein, karbohidrat dan 2,25 lemak (Pond 2005). Empat faktor yang mempengaruhi nilai TDN, yaitu persentase bahan kering, kecernaan bahan kering, jumlah mineral tercerna dan jumlah lemak tercerna (Perry 2003). Pengukuran TDN suatu bahan makanan

10 pada ternak tertentu dapat diketahui bahwa energi yang tersedia dalam pakan itu telah mencukupi kebutuhan ternak atau belum secara semu.

Retensi Nitrogen

Retensi nitrogen adalah jumlah nitrogen yang tersimpan dalam tubuh. Retensi nitrogen didapatkan dari selisih antara nitrogen yang berasal dari makanan dengan nitrogen yang terbuang melalui feses dan urin. Retensi nitrogen ini menggambarkan protein yang termanfaatkan oleh sel tubuh. Nitrogen yang diretensi tersebut akan digunakan sel tubuh untuk metabolisme dan penyusun sel baru. Kualitas protein dalam suatu bahan pakan dinilai baik jika memiliki nilai retensi nitrogen yang positif. Nilai retensi nitrogen bisa bernilai nol atau negatif. Apabila nilai retensi nitrogen nol berarti nitrogen dari protein yang dikonsumsi sama dengan nitrogen yang terbuang dari feses dan urin. Nilai nitrogen negatif berarti jumlah nitrogen yang terbuang lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Kecernaan protein ransum akan berpengaruh terhadap jumlah nitrogen yang diretensi sedangkan kecernaan protein dipengaruhi oleh jumlah protein yang terkandung dalam ransum (McDonald 2002). Nitrogen dari protein pakan dapat digunakan dan diretensi oleh ternak dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia yang akan mempengaruhi bobot badan (Sun dan Zhao, 2009). Pakan hasil fermentasi memiliki protein yang nitrogennya lebih banyak diretensi. Pemberian pakan berupa jerami padi dan ampas sagu yang difermentasi oleh jamur dapat meningkatkan retensi nitrogen pada sapi (Admovic , 1998; Sangadji, 2009).

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan kenaikan bobot badan yang berasal dari selisih antara bobot badan awal dengan bobot badan saat pengukuran. Pertambahan bobot badan berperan untuk mengukur pertumbuhan tubuh ternak. Kualitas dari pakan yang diberikan pada ternak akan mempengaruhi pertambahan bobot badan ternak karena nutrisi yang tersedia dapat mencukupi kebutuhan ternak. Pemberian sabut kelapa sawit amoniasi pada domba menghasilkan pertambahan bobot badan 21-75 g/ekor/hari yang masih berada dalam kisaran rata-rata bobot badan domba (Zain, 2007). Pakan yang difermentasi dapat meningkatkan konsumsi ternak sehingga bobot badan ternak pun akan meningkat. Menurut Tarmidi (2004) bahwa

11 pemberian ampas tebu yang difermentasi oleh dapat meningkatkan pertambahan bobot badan domba priangan.

Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan merupakan gambaran pemanfaatan pakan yang dikonsumsi ternak untuk menghasilkan 1 kg bobot badan. Pemanfaatan pakan untuk pertambahan bobot badan dapat pula diukur melalui konversi pakan. Pengukuran efisiensi pakan dengan membagi pertambahan bobot badan selama pemeliharaan dengan konsumsi bahan kering pakan. Efisiensi pakan dapat dipengaruhi oleh komposisi kandungan pakan, variasi ternak, bentuk pakan dan kecernaan. Efisiensi pakan dipengaruhi oleh faktor kemampuan ternak dalam mencerna bahan makanan, jenis makanan dan kecukupan nutrisi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh (Campbell

, 2003). Pemberian pakan hasil fermentasi dapat meningkatkan konversi pakan. Pakan hasil fermentasi dapat meningkatkan konversi pakan sapi (Sangadji, 2009). Efisiensi pakan domba priangan yang diberi pakan ampas tebu terfermentasi 0,082–0,104 masih dalam kisaran normal domba didaerah tropis (Tarmidi, 2004).

12

MATERI DAN METODE

Dokumen terkait