• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu upaya partisipatif yang dilakukan oleh pemerintah dan petani untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan sistem pengelolaan pertanian yang bersinergi dengan komponen teknologi yang dianjurkan (Direktorat Jenderal Pertanian - Tanaman Pangan 2013).

Komponen Dasar PTT

Komponen dasar PTT, merupakan teknologi dasar yang dianjurkan untuk diterapkan disemua lokasi padi sawah, komponen dasar tersebut adalah :

1 Varietas unggul baru (VUB) adalah varietas yang mempunyai hasil tinggi, tahan terhadap biotik dan abiotik. Penggunaan varietas yang dianjurkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2 Benih bermutu dan berlabel adalah benih berlabel biasanya sudah melalui proses sertifikasi dan benih bermutu merupakan benih yang sehat dengan pertumbuhan lebih cepat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 3 Pemupukan berdasarkan status hara dan kebutuhan tanaman. Pemberian

pupuk bervariasi tergantung pada musim tanam, jenis padi dan lokasi penanaman.

4 Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), yaitu mengidentifikasi jenis dan tingkat populasi hama, dilakukan melalui pengamatan langsung oleh petani atau pengamat OPT.

5 Pengaturan jarak dan populasi tanaman, dilakukan dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo atau sistem tegel.

6 Penggunaan pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan organik bisa berupa sisa tanaman atau kotoran hewan (pupuk kandang) dan telah mengalami dekomposisi.

Komponen Pilihan PTT

Komponen teknologi pilihan atau alternatif adalah teknologi penunjang yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun kearifan lokal dan telah terbukti berpotensi meningkatkan produktivitas/hasil panen. Komponen teknologi pilihan antara lain :

5 1 Pengelolahan tanah sesuai musim dan pola tanam, dilakukan dengan memanfaatkan traktor atau ternak, menggunakan bajak singkal dengan kedalam olah > 20 cm.

2 Penanaman bibit muda (< 21 hari). Bibit muda mempunyai cadangan bahan makanan untuk pertumbuahan lebih tinggi, lebih tahan menghadapi pencabutan, pengangkutan dan penanaman dibandingkan dengan bibit yang lebih tua.

3 Tanam dengan jumlah bibit terbatas 1 – 3 batang per-rumpun/per-lubang. 4 Pengairan dengan teknik berselang secara efektif dan efisien.

5 Pengendalian gulma dengan menggunakan landak/gasrok.

6 Panen tepat waktu, dengan memperhatikan umur tanaman padi dan cara permanenan serta tinggi pemotongan tanaman.7

7 Pasca panen / perontokan gabah sesegera mungkin.

Pengetahuan

Davenport dan Prusak (1998), pengetahuan adalah suatu pengalaman yang memiliki nilai dan informasi, sehingga menjadi wawasan bagi seseorang yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menggabungkannya menjadi pengalaman dan informasi baru. Dalam organisasi, biasanya tersimpan tidak hanya dalam bentuk dokumen atau repositori tetapi juga dalam bentuk proses rutinitas dan kebiasaan. Pengetahuan juga dapat berupa hasil masukan nilai seseorang berupa pengalaman sehingga menjadi suatu informasi atau data yang relevan yang dijadikan dasar untuk melakukan tindakan (Turban 2008).

Beberapa tahapan menurut Davenport dan Prusak (1998) mengkonversi informasi menjadi pengetahuan. Comparison (membandingkan informasi dengan situasi yang telah diketahui), Consequences (menemukan implikasi dari informasi yang bermanfaat), Connections (menghubungkan bagian informasi dengan hal lain dan Conversations (membicarakan pandangan, pendapat serta tindakan orang lain terkait dengan informasi tersebut).

Pengetahuan secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu tacit dan

explicit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang bersifat personal yang disimpan atau ditulis dalam pemikiran orang per orang, yang dibangun melalui proses pembelajaran dari pengalaman. Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang diekspresikan dalam bentuk dokumentasi secara formal dan sistematik dapat berupa dokumen atau database, telah ada dalam bentuk konkrit dan dapat dikodefikasi.

Transformasi Pengetahuan

Nonaka dan Takeuchi (1995), penciptaan pengetahuan dimulai dari setiap orang. Dalam sebuah perusahaan, pengetahuan dapat dikumpulkan dan didokumentasikan kemudian diformulasikan secara sistematis sehingga dapat menjadi pengetahuan bagi perusahaan dan dapat digunakan oleh orang lain di dalam perusahaan itu sendiri, sehingga dari pengalaman individu didalam perusahaan dapat menciptakan pengetahuan baru. Gambar 1 menunjukkan bagaimana konversi penciptaan pengetahuan dari tacit menjadi explicit.

Gambar 1 Model Konversi Pengetahuan (Nonaka dan Takeuchi 1995) a Pengetahuan tacit ke tacit (Socialization) merupakan kegiatan berbagi

pengetahuan tacit diantar individu, dimana tacit disebarkan melalui kegiatan bersama bukan melalui tulisan.

b Pengetahuan tacit ke explicit (Eksternalization) merupakan penyajian tacit kedalam explicit atau bentuk yang lebih mudah ditransformasikan dalam bentuk umum seperti dokumen, manual dan sebagainya, sehingga mudah dipahami dan digunakan oleh orang lain.

c Pengetahuan explicit ke explicit (Combination) meliputi konversi explicit ke dalam bentuk kumpulan pengetahuan explicit yang disimpan dalam bentuk pangkalan data (database) sehingga akan lebih mudah dicari dan dimanfaatkan kembali.

d Pengetahuan explicit ke tacit (Internalization) merupakan konversi dari

explicit ke dalam tacit organisasi. Internalisasi disini merupakan proses penerapan dan penguasaan pengetahuan explicit kedalam tindakan atau praktek pada proses kegiatan oleh individu melalui simulasi, eksperimen, atau belajar sambil bekerja dalam sebuah organisasi.

Manajemen Pengetahuan (MP)

Secara umum MP adalah suatu proses yang menyimpan, mentransfer, mentransformasikan dan mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi untuk dipelihara dan dilindungi kepemilikannya oleh organisasi

7 (Schultze dan Leidner 2002). MP digunakan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan, mengumpulkan, mendapatkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki guna mendukung serta meningkatkan kinerja organisasi. Proses KM dicirikan dengan adanya aktivitas menghasilkan dan meneruskan pengetahuan yang dimiliki oleh perusahaan atau individu (Rosmala dan Falahah 2007).

Tindakan mengelola pengetahuan dapat dicirikan dalam empat aktivitas sebagai berikut (Watson 2003) yaitu :

1 Memperoleh pengetahuan (belajar, menciptakan atau mengidentifikasi); 2 Menganalisis pengetahuan (mengkaji, membuktikan, atau penilaian);

3 Memelihara pengetahuan (mengorganisir, merepresentasikan, atau memelihara);

4 Menggunakan pengetahuan (menerapkan, mentransfer atau membagikan). Hal yang hampir sama dinyatakan oleh Awad dan Ghaziri (2010), pada Gambar 2 bagaimana siklus proses MP yang meliputi penciptaan pengetahuan, pengumpulan pengetahuan, atau penangkapan pengetahuan, mengorganisasikan pengetahuan, memperbaiki pengetahuan, menyebarkan pengetahuan dan mengelola pengetahuan yang ada, dimana proses tersebut akan terus menerus berlangsung dan membentuk suatu siklus hidup yang namanya Knowledge Management Life Cycle (KMLC).

Gambar 2 Knowledge Organization (Awad dan Ghaziri 2010)

Sistem Manajemen Pengetahuan (SMP)

Sistem Manajemen Pengetahuan adalah sistem yang mengelola atau mengolah pengetahuan dengan menggunakan perangkat teknologi menjadi suatu data sehingga dapat dijadikan informasi dan sumber pengetahuan. SMP merupakan integrasi antara teknologi dan mekanisme yang dikembangkan untuk mendukung proses MP (Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010), penggunaan teknologi informasi modern secara sistematis dapat meningkatkan dan

mempercepat pengelolaan pengetahuan dari dalam atau luar organisasi (Ahlawat dan Ahlawat 2006).

Salah satu sistem pendukung yang dapat diintegrasikan dalam mengolah informasi adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem infomasi berbasis komputer yang berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah, menganalisis, dan menampilkan data yang bereferensi geografis (spasial) maupun non-geografis (data atribut/non-spasial).

Ada empat klasifikasi SMP yang mendukung berlangsungnya proses MP (Becerra-Fernandez dan Sabherwal 2010) :

1 Sistem yang dapat menemukan pengetahuan (Knowledge Discovery Systems),

sistem yang mendukung untuk proses penemuan pengetahuan baru, baik tacit

atau explicit dari data atau pengetahuan sebelumnya, biasanya yang digunakan berupa mesin pencari.

2 Sistem untuk menangkap pengetahuan (Knowledge Capture Systems),adanya sistem yang mendukung proses menangkap atau mengambil pengetahuan baru yang ada didalam atau diluar oraganisasi, termasuk pengetahuan baru yang belum ada dalam organisasi, tindakan yang dilakukan berupa entry data untuk pengetahuan baru.

3 Sistem berbagi pengetahuan (Knowledge Sharing Systems), sistem yang mendukung untuk penyebaran atau membagi pengetahuan baik tacit atau

explicit yang dikomunikasi dengan orang lain. Sistem dapat mendukung pertukaran dan penyebaran pengetahuan.

4 Sistem aplikasi pengetahuan (Knowledge Application Systems), adanya mekanisme dan teknologi yang mendukung sistem aplikasi pengetahuan, sehingga individu dapat memperoleh, menggunakan dan belajar dari pengetahuan yang ada.

Metode Pengembangan Sistem Manajemen Pengetahuan

Menurut Awad dan Ghaziri (2010), langkah-langkah pengembangan SMP yang diadopsi dari sistem konvensional yang merupakan pendekatan untuk membanguan Knowledge Management System Life Cycle (KMSLC).

1 Evaluasi infrastruktur yang ada. Mengevaluasi bisa berupa ketersedian finasial, sumberdaya dan penggunaan teknologi yang tersedia untuk pengembang sistem.

2 Membentuk Tim MP, mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dan harus ada selama proses pengembangan MP.

3 Menangkap Pengetahuan, proses membangun knowledge base dari pengetahuan yang ditangkap kedalam bentuk dokumen.

4 Mendesain Blueprint MP, merupakan tahap merancang blueprint sistem dan menganalisis kebutuhan dari sistem yang dibangun.

5 Verifikasi dan Validasi SMP, tahap pengujian terhadap kodifikasi pengetahuan dan pengujian terhadap fungsi-fungsi dalam sistem dan mengecek kemungkinan terjadi kesalahan, kemudian melakukan perbaikan pada sistem.

9 6 Implementasi Sistem, menerapkan sistem yang telah dibuat, pada kondisi

yang sebenarnya.

7 Mengelola Perubahan, melakukan pendekatan tertentu akibat adanya perubahan budaya dan perilaku dalam organisasi atau institusi akibat implementasi sistem.

8 Evaluasi Sistem, menilai atau mengukur keberhasilan dari sistem apakah sudah sesuai dengan tujuan dan kebutuhan pengguna.

Adapun tahapan pengembangan SMP dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut.

Gambar 3 Metode KMSLC (Awad dan Ghaziri 2010)

Evaluasi Struktur yang Ada

Proses evaluasi terhadap keberadaan infrastruktur yang tersedia, meliputi ketersediaan anggara, sumberdaya manusia dan data, dan penggunaan teknologi yang dapat digunakan untuk implementasi sistem.

Membentuk Tim KM

Membentuk tim KM adalah mengidentifikasi orang-orang (stakeholder) yang akan terlibat dan bekerja sama dalam proses pengembangan sistem.

Menangkap Pengetahuan

Pengetahuan tacit sebagian besar sulit untuk dilakukan penangkapan, pengetahuan ini sendiri biasanya berada pada pakar. Beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk menangkap pengetahuan tacit adalah wawancara, observasi,

brainstroming, pembuatan keputusan secara konsensus, diskusi kelompok, metode delphi, konsep mapping dan blackboarding (Awad dan Ghaziri 2010).

Pengetahuan explicit dapat ditangkap dalam repositori seperti dokument, file atau media lainnya, sedangkan pengetahuan tacit ditangkap melalui seorang pakar dan orang yang mempunyai wewenang di organisasi atau perusahaan (Awad dan Ghaziri 2010). Proses penangkapan pengetahuan meliputi pengumpulan, analisis, dan menginterprestasikan pengetahuan yang dimiliki pakar. Dari pengetahuan yang telah ditangkap, pengembang sistem membentuk basis pengetahuan dalam bentuk dokumen, aturan dan parameter atau dalam bentuk skenario.

Pengetahuan data spasial adalah suatu data yang digunakan pada sistem informasi geografis (SIG), data spasial memiliki dua bagian penting yang membedakan dari data lainnya yaitu informasi lokasi atau informasi spasial dan informasi atribut (Puntodewo, et al. 2003). Informasi lokasi atau spasial disini mengidentifikasikan lokasi berupa kode garis lintang dan garis bujur dipermukaan bumi, sedangkan informasi atribut berupa informasi non-spasial yang merupakan deskripsi dari properti lokasi misalnya jumlah pendapatan, populasi penduduk dan lain-lain.

Ada dua jenis model data spasial yaitu vektor dan raster. Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan bentuk titik-titik, garis-garis atau kurva, atau poligon beserta atribut-atributnya, sedangkan model data Raster menampilkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid.

11

Mendesain Blueprint SMP

Kodefikasi Pengetahuan

Kodefikasi merupakan pengkonversian pengetahuan tacit kedalam bentuk pengetahuan explicit yang mudah digunakan, diorganisir dan direpresentasikan sehingga menjadi visibel, mudah diakses dan berguna dengan memberikan nilai tambah dalam pengambilan keputusan (Awad dan Ghaziri 2010). Beberapa metode / skema untuk mengkodefikasikan pengetahuan :

1 Pemetaan pengetahuan (Knowledge Map) merupakan cara merepresentasikan pengetahuan seseorang dalam bentuk skema yang berguna untuk memvisualisasikan sistem yang komplek dalam suatu rangkaian proses.

2 Tabel Keputusan (Decision Table) merupakan teknik kodefikasi dengan menggunakan sebuah tabel yang dibagi ke dalam daftar kondisi, aturan dan tindakan serta daftar kesimpulan.

3 Pohon keputusan(Decision Trees), teknik kodefikasi yang berupa hirarki yang terdiri dari node yang mewakili tujuan dan link yang mewakili keputusan atau hasil.

4 Frame, kodefikasi untuk mengorganisasi pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Elemennya berupa slot dan facet.

5 Aturan produksi (Production Rule), merupakan kodefikasi pengetahuan tacit dalam bentuk pasangan sebab akibat, dengan aturan : JIKA (sebab) MAKA (akibat).

6 Penalaran kasus sebelumnya (Case Base Reasoning), kodefikasi berdasarkan penalaran dari kasus sebelumnya yang relevan dan mirip dari kasus terdahulu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

Perancangan Arsitektur SMP

Membuat blueprint yang menyediakan rencana untuk membangun sistem KM. Dengan mengacu pada model arsitektur MP Awad dan Ghaziri (2010), maka rancangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1 User Interface Layer merupakan lapisan penghubung antara pengguna dengan sistem MP, yang fungsinya menciptakan, menggunakan, menemukan kembali dan berbagi pengetahuan. Interface layer disini merupakan antar muka antar sistem dengan pengguna sistem biasanya berupa homepage.

2 Authorized Access Control, lapisan untuk tujuan keamanan, mengecek pengguna, untuk menjaga keamanan dan jaminan akses yang tepat, keamanan data, kontrol akses dan kontrol distribusi.

3 Collaborative Intelligence and Filtering Layer, lapisan berisi sarana yang membantu user dalam permintaan data, komponen penting dari layer ini adanya registrasi keanggotaan, pencarian artikel, dokumen, rekomendasi dan

4 Knowledge-Enablening Application Layer, lapisan yang menciptakan keunggulan kompetitif bagi pembelajaran organisasi. Lapisan ini menyimpan keterampilan, sarana berkolaborasi, hardware dan software untuk konfrensi, elektoronik / forum dan sistem pendukung keputusan lainnya.

5 Transport Layer, lapisan yang paling penting dalam sistem MP, yang merupakan kemampuan networking dan distribusi pengetahuan. Lapisan ini memuat teknologi seperti web-server, email-server, pendukung untuk mendukung alur video atau audio.

6 Middleware Layer, merupakan lapisan yang menghubungkan atau menyediakan koneksi antara aplikasi sistem MP dengan database yang ada. 7 Physical Layer, adalah lapisan yang menyediakan fasilitas penyimpanan

database operasional, database hasil-hasil diskusi, arsip forum, arsip dokumen, dan database lainnya yang menggambarkan pondasi sistem manajemen pengetahuan.

Verifikasi dan Validasi SMP

Pada proses verifikasi dan validasi SMP, pengujian tidak hanya pada fungsi pada sistem terutama pada program, maka pengujian juga dilakukan pada pengetahuan yang dikodefikasi. Ada dua tipe pengujian dalam SMP yaitu pengujian secara logika (logical testing) dan pengujian dari pengguna (user acceptance testing) (Awad dan Ghaziri 2010).

Proses pengujian secara logika dimulai dengan menganalisis urutan pengetahuan yang dikodifikasi baik pengetahuan tacit atau exlicit, struktur, dan spesifikasinya. Ada dua pendekatan yang digunakan pada pengujian secara logika yaitu verifikasi dari formasi basis pengetahuan dan verifikasi dari fungsionalitas basis pengetahuan (Awad dan Ghaziri 2010), adapun atribut yang diuji terhadap logikal aplikasi seperti pada Gambar 4, penjelasan pengujian pada Tabel 1.

13 Tabel 1 Penjelasan Atribut dalam Pengujian Logika

Atribute Keterangan

Aturan Sirkular

Aturan kondisi pengetahuan yang dapat menyebabkan atau merujuk kembali pada kondisi pernyataan yang sama dari pengetahuan sebelumnya.

Kelengkapan Apakah sistem cukup baik menjawab semua kemungkinan situasi yang ada pada lingkungan basis pengetahuan.

Keyakinan Sistem dapat memberikan pengetahuan dengan tingkat keakuratan yang konsisten dan dapat dipercaya.

Ketepatan Apakah sistem dapat memberikan pengetahuan yang tepat dan benar.

Konsisten Sistem dapat menghasilkan jawaban yang sama untuk semua data yang dimasukan tanpa adanya pertentangan atau jawaban yang berbeda.

Redudansi Didalam sistem apakah terjadi duplikasi pengetahuan ataupun aturan yang ditulis dengan cara berbeda namun memiliki pemecahan yang sama.

Kehandalan Sebuah sistem yang baik dapat memberikan solusi secara tepat, akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pengujian dari pengguna yaitu pengujian yang dilakukan oleh Tim MP. Pengujian dilakukan dengan menggunakan blackbox terhadap fungsi-fungsi yang telah dibangun. Adapun kriteria pengujian penerimaan pengguna ditunjukan pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2 Kriteria untuk pengujian dari pengguna

Kriteria Deskripsi

Keakuratan Apakah hasil keluaran atau solusi yang diberikan sesuai dengan kenyataan atau yang diharapkan? Hasil diukur dengan

membandingkan jumlah jawaban yang benar. Kemampuan

beradaptasi

Berkaitan dengan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan kondisi atau aturan ketika adanya informasi baru. Sistem dapat menyesuaikan dengan keinginan pengguna. Kecukupan Apakah solusi yang dihasilkan SMP memuaskan atau cukup baik

sehingga dapat diterima oleh user?

Ketertarikan Seberapa besar kemungkinan SMP memiliki kecocokan terhadap pemahaman pengguna?

Ketersediaan Apakah SMP dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang terkait?

Kemudahan Penggunaan

Apakah SMP telah memudahkan kaidah-kaidah yang baik untuk interkasi antara manusia dengan komputer?

Kecocokan antar muka

Seberapa baik sistem dapat lolos uji, dengan permasalahan sesuai dengan kehidupan nyata? Sehingga sistem dapat dipercaya

Performance Apakah semua fungsi dari sistem sudah sesuai dengan harapan

Kriteria Deskripsi

Kehandalan Apakah solusi yang diberikan, konsisten, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan?

Ketangguhan Apakah sistem dapat berfungsi mendekati batasan cakupan yang diberikan

Uji

Operasional

Seberapa baik, secara operasional maupun teknik sistem dapat memenuhi kebutuhan user?

Pengujian secara logika merupakan proses pengujian yang menitik beratkan pada langkah-langkah pada koding pembuatan program. Apakah program atau sistem yang dibangun sudah benar? yang tujuannya adalah program atau software

yang kita buat bebas dari kesalahan atau error. Sedangkan pengujian oleh pengguna dititik beratkan pada, apakah sistem yang dibangun sudah tepat?. Pengujian ini merupakan pengujian dari operasionalisasi sistem, untuk mengetahui perilaku sistem dalam lingkungan yang sebenarnya.

Implementasi SMP

Mengimplementasikan atau menerapkan kode program yang dibuat pada

web server, dalam hal ini implementasi berarti menjalankan sistem ke dalam operasi yang sebenarnya.

Mengelola Perubahan

Adanya implementasi sistem baru tentunya tidak mudah langsung diterima oleh banyak orang didalam organisasi, adanya sistem baru tentunya akan terjadi perubahan budaya dari manual menjadi teknologi, penolakan implementasi terhadap sistem bisa saja terjadi, bisa dari pakar, personil IT maupun dari pengguna sistem yang mungkin mereka cemas bahwa sistem akan mempengaruhi pekerjaan mereka dalam pengambilan keputusan.

Oleh sebab itu manajemen organisasi perlu melakukan pendidikan dan pelatihan kepada pengguna dan melibatkan orang-orang yang terkait didalam sistem sehingga dapat mengurangi dan mengontrol penolakan terhadap perubahan sistem.

15

Evaluasi

Setelah implementasi sistem MP berjalan, maka perlu dilakukan penilaian terhadap hasil perubahan dari implementasi tersebut. Perhatian utama untuk evaluasi pada kualitas dan ketepatan waktu dari hasil pengambilan keputusan, perubahan organisasi dan sikap pengguna sistem. Hasil akhirnya dari evaluasi ini adalah untuk memverifikasi dan memvalidasi kinerja sistem dan dampak yang terjadi pada proses bisnis suatu organisasi.

Dokumen terkait