• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan tanaman karet untuk perkebunan dibuat dengan cara okulasi batang bawah dengan entres terpilih. Okulasi bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya (Indraty, 2005).

Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar

yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm (Setiawan dan Andoko, 2005).

Bibit dalam polibag adalah bibit okulasi yang ditumbuhkan dalam polibag yang mempunyai satu atau dua daun paying. Bibit polibag dapat dibuat dengan menanam stum mata tidur atau dengan pembibitan batang bawah di polibag. Kelebihan dalam pembibitan di polibag adalah lebih seragam ketika dipindah ke lapangan, memudahkan penyiraman dan dapat menghemat air ketika penyiraman. Sangat penting diperhatikan bahwa tunas yang tumbuh bukan dari mata tempelan (mata liar) harus dibuang dan diperiksa 1 x 2 minggu (Sagala, 2009).

Bahan tanaman yang dianjurkan adalah bahan tanaman yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanaman klon sangat menguntungkan karena produktifitas tanaman lebih tinggi, masa

tanaman belum menghasilkan lebih cepat, keseragaman tanaman lebih besar sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti relatif terhadap penyakit tertentu, batang tegap, volume kayu per pohon tinggi dan lain sebagainya (Sagala, 2009).

Jenis klon karet yang unggul yang dianjurkan di daerah Sumatera dan

Kalimantan adalah PB 260, RRIC 100, BPM 1, dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon tersebut

memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat. Klon PB 260 merupakan klon penghasil lateks, pertumbuhan jagur, resisten terhadap Corynospora colletotricum dan Oidium, produksi lateks 1,5 – 2,5 ton/ha/tahun (Badan Litbang Pertanian, 2010)

Menurut penelitian Dalimunthe (2004) tanaman karet klon PB 260 merupakan klon lateks yang lebih unggul dari berbagai klon yang telah diuji. Klon ini lebih tanggap terhadap kondisi lingkungan yang ada seperti relatif lebih tahan pada cekaman air yang berat. Klon PB 260 ini dianjurkan untuk ditanam di daerah dengan 2-3 bulan kadar air dibawah 60 %.

Pada proses okulasi, pencabutan stum, proses pengemasan dan pengiriman merupakan faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan metabolisme

dalam jaringan stum. Perubahan metabolisme tersebut menyebabkan perubahan dalam viabilitas stum untuk tumbuh dan berkembang kembali. Pencabutan stum dari tanah di pembibitan lapangan mengakibatkan

pelukaan pada sebagian besar akar, terutama pada stum tanpa akar lateral (Hardman, et. al., 1997 dalam Sutanto, 2008).

Pencabutan stum dari tanah di pembibitan mengakibatkan pelukaan besar di bagian akar. Pelukaan ini meningkatkan efektifitas sintesa etilen sebagai respon pertahanan, yang juga berguna dalam memecah dormansi tunas, serta menginduksi pembentukan akar (Taiz dan Zeiger, 2002 dalam Davies, 2004)

Pada stum mata tidur, pembentukan akar pertama kali didorong oleh cadangan makanan yang ada di batang bawah. Setelah terbentuk, akar akan menyerap air yang ada di dalam tanah, kemudian cadangan makanan yang tersimpan di dalam batang diubah menjadi sumber energi untuk pertumbuhan tunas-tunas baru tersebut. Karena sebelumnya telah tumbuh selama satu tahun di pembibitan batang bawah sehingga memiliki cadangan energi untuk pertumbuhan

awal di lapangan. Pertumbuhan tanaman yang diperbanyak melalui stum, setelah bahan tanaman ditanam, substrat yang terdapat di dalam batang seperti karbohidrat, lemak dan protein akan mengalami perombakan secara

enzimatik untuk mendukung aktifitas embrio atau tunas pembentuk bakal tanaman. Kemudian membentuk organ-organ utama tanaman

seperti batang, akar dan daun. Pertumbuhan awal organ-organ ini sangat tergantung pada cadangan makanan (karbohidrat dan unsur-unsur lainnya)

serta efisiensi metabolisme. Setelah substrat awal habis digunakan, penyediaan subtrat selanjutnya tergantung pada daun dan efisiensi memfiksasi

CO2 (Sitompul, 1995 dalam Marchino, F., Zen, Y.M., dan Suliansyah, I., 2010). Hardianti el al (1994) dalam Deswanto (2010) menyatakan bahwa pada saat mata pecah tunas diperlukan energi asimilat dari batang bawah dan ditunjang dengan perkembangan mata tunas yang telah siap untuk muncul. Umur batang bawah yang sama dan dari genetik yang sama, memperlihatkan pertumbuhan yang

sama. Hal ini ditunjukkan oleh muncul tunas di lapangan hampir pada waktu bersamaan.

Pada tanaman karet, daun tumbuh secara bertahap dan setiap pertumbuhannya meninggalkan bekas tangkai daun dan membentuk nodus. Setiap karangan daun disebut payung daun. Payung daun dibentuk sejalan dengan bertambahnya umur tanaman. Pembentukan setiap payung daun memerluakn 2-3 bulan. Pertumbuhan payung daun mengukuti tinggi tanaman. Bila lahan disiapkan dengan baik dan diberi pupuk maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik (Indraty, 2005).

Faktor lingkungan seperti kekurangan air dan suhu tinggi, atau perubahan genotif dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman hanya sekedar mempengaruhi proses fisiologis dan kondisi tanaman. Jadi untuk mengerti mengapa spesies lain gagal, perlu memahami bagaimana proses fisiologis dipengaruhi berbagai faktor

lingkungan (Harjadi dan Yahya, 1988 dalam Dalimunthe 2004). Air Kelapa sebagai Zat Pengatur Tumbuh

Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman. Menurut Dwijoseputro (1994) dalam Fatimah (2008) air kelapa selain mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pertumbuhan tunas dan akar. Selama ini aiar kelapa banyak digunakan di laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Hormon alami yang dikandng air kelapa yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yong dan Swee (2009) menujukkan bahwa air kelapa kaya akan

asam nikotinik, asam pantotenik, biotin, riboflavin, asam folik, pyridoxine, giberelin, 1,3-Dipenilurea, sorbitol, M-inositol, seyllo-inositol, potassium/kalium, klor, sodium, posfor, magnesium, sulfur, tembaga, dan cooper. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7 sampai 2,6 %, protein 0,07 hingga 0,55 % . Hormon alami yang dikandung air kelapa yaitu auksin dan sitokinin sebagai pendukung pembelahan sel embrio kelapa (Fatimah, 2008).

Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran sedangkan sitokinin berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan tunas. Air kelapa yang baik adalah air kelapa muda yang daging buahnya berwarna putih, belum keras (Haryadi dan Pamenang, 1983 dalam Surachman, 2011). Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin.

Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta

senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Morel, 1974 dalam Bey, dkk, 2006).

Menurut penelitian Fanesa (2011) mengatakan bahwa air kelapa yang baik adalah air kelapa yang berasal dari pohon yang sama, berwarna hijau dengan ciri-ciri kulit buah mulus dan licin, bebas dari hama dan penyakit, endospermnya

masih lunak dan tipis, serta mempunyai serabut yang kasar. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa pemberian zat pengatur tumbuh air kelapa muda 25% dengan perendaman selama satu jam memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan setek pucuk jeruk kacang (Fanesa, 2011).

Perendaman air kelapa terhadap tanaman markisa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan akarnya adalah 12 jam. Demikian juga dengan pertumbuhan stek erbis (Passiflora quadrangularis L.) perendaman air kelapa terbaik adalah 12 jam untuk merangsang pertumbuhan tunas . Air kelapa sebagai zat pengatur tumbuh juga telah diteliti oleh Zamroni dan Darini (2009) untuk melihat pengaruhnya pada tanaman cabe jamu dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan air kelapa 25 persen berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek tanaman cabe.

Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon juga ditemukan dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).

Auksin dapat mempercepat pembentukan dan perpanjangan batang dan daun, auksin juga berperan dalam perpanjangan dan pertumbuhan awal akar. Disamping itu auksin juga dapat menaikkan tekanan osmosis, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, mengurangi tekanan dinding sel, meningkatkan sistesis protein, meningkatkan plastisitas, dan pembangunan dinding sel. Kesemuanya ini adalah merupakan penunjang dalam perkembangan tanaman (Pranata, 2004).

Sitokinin, diproduksi dalam jaringan yang sedang tumbuh aktif, khususnya pada akar, embrio, dan buah. Sitokinin yang diproduksi di dalam akar, akan sampai ke jaringan yang dituju, dengan bergerak ke bagian atas tumbuhan di dalam cairan xylem. Bekerja bersama-sama dengan auksin dan sitokinin menstimulasi pembelahan sel dan mempengaruhi lintasan diferensiasi. Efek sitokinin terhadap pertumbuhan sel di dalam kultur jaringan, memberikan petunjuk tentang bagaimana jenis hormon ini berfungsi di dalam tumbuhan yang lengkap (Dewi, 2008).

Secara umum jika rasio lebih rendah daripada sitokinin maka organogenesis akan mengarah ke tunas, jika rasio auksin seimbang maka akan mengarah ke pembentukan kalus sedangkan juka rasio auksin lebih tinggi daripada sitokinin maka organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar (George, 1993 dalam Tajuddin, et. al., 2012)

Pupuk Organik Cair

Pupuk adalah setiap bahan organik atau anorganik, alam atau buatan, mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Tiap jenis tanah berbeda tingkat kesuburan tanahnya, sehingga dalam program pemupukan haruslah diketahui sifat-sifat tanah baik sifat fisik maupun kimianya terutama tingkat kesuburan tanahnya. Berdasarkan bentuknya pupuk dibedakan menjadi pupuk padar dan pupuk cair. Pupuk cair umumnya diaplikasikan melalui daun tanaman, tetapi dapat juga diaplikasikan melalui bagian-bagian tanaman (Damanik, dkk, 2010).

Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat akan tetapi dapat berbentuk cair seperti pupuk anorganik. Pupuk cair ini sepertinya lebih mudah dimanfaatkan

oleh tanaman karena unsur-unsur yang terkandung di dalamnya mudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pembuatan pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair (Hanum, 2010).

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. (Setyorini, 2005).

Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin atau metabolik sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang dan enzim (Musnawar, 2006).

Kandungan bahan organik di dalam tanah perlu dipertahankan salah satunya adalah dengan penambahan pupuk organik. Pupuk organik mengandung hara makro dan mikro rendah sehingga perlu diberikan dalam jumlah banyak. Namun hingga sekarang pupuk organik tetap juga digunakan karena fungsinya tidak dapat tergantikan oleh pupuk buatan seperti memperbaiki granulasi tanah sehingga dapat meningkatkan kualitas aerase, memperbaiki draenase tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan tidak menyebabkan polusi tanah maupun air (Novizan, 2005).

Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit bila berlebihan dapat menjadi racun bagi tanaman. Penambahan unsur mikro ke dalam tanah haruslah dilakukan dan dikendalikan lebih teliti daripada penambahan unsur hara makro. Perbedaan antara jumlah unsur mikro yang diberikan pada waktu terjadi kekurangan dan keracunan adalah sangat kecil. Oleh karena itu unsur mikro hanya diberikan bila

kita yakin unsur itu diperlukan dan jumlah yang dibutuhkan diketahui (Hasibuan, 2008).

Bahan/pupuk organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu tanah. Pupuk organik/bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting seperti: (1) penyediaan hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, B, Mn, dan Fe, meskipun jumlahnya relatif sedikit. Penggunaan bahan organik (1) dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah; dan (3) dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Al, Fe, dan Mn (Suriadikarta dan Simanungkalit, 2006).

Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit bila berlebihan dapat menjadi racun bagi tanaman. Penambahan unsur mikro ke dalam tanah haruslah dilakukan

dan dikendalikan lebih teliti daripada penambahan unsur hara makro. Perbedaan antara jumlah unsur mikro yang diberikan pada waktu terjadi kekurangan dan keracunan adalah sangat kecil. Oleh karena itu unsur mikro hanya diberikan bila

kita yakin unsur itu diperlukan dan jumlah yang dibutuhkan diketahui (Hasibuan, 2008).

Agrobio adalah pupuk organik multiguna yang diformulasikan khusus untuk tanaman pertanian maupun perkebunan, diproses dari bahan-bahan organik pilihan yang ramah lingkungan dan aman untuk tanaman pertanian/ perkebunan. Agrobio digunakan untuk meningkatkan produksi dan hasil tanaman pertanian maupun perkebunan karena mengandung mikro organisme penghasil enzim pengurai yang sangat menguntungkan tanaman serta mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat diserap langsung oleh tanaman pertanian maupun perkebunan. Agrobio berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah., mengandung enzim kitinase yang berguna untuk mengendalikan/mencegah serangan jamur di perakaran seperti jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet, merangsang (stimulan) pertumbuhan perakaran, menjaga/meningkatkan hasil produksi. Komposisi : N : < 2%, P2O5 : < 2%, K2O : 4 % (Sembiring, 2009).

Untuk bibit tanaman karet dosis anjuran pupuk organik cair agrobio adalah 40 cc/bibit, sedangkan untuk tanaman belum menghasilkan dan tanaman

menghasilkan dosisnya adalah 100 cc - 150cc/pokok. Cara pengaplikasiannya adalah dengan mencampurkan pupuk dengan air secukupnya, lalu disiram di atas permukaan pangkal batang diatas tanah atau dapat juga diaplikasikan dengan menyiram pupuk sesuai dosis anjuran lalu disiram dengan air. Pengaplikasian dilakukan 3-4 bulan sekali (Sembiring, 2009).

Jika ada campuran pupuk dan air masih terdapat endapan bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman, bahkan unsur

hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2005).

Buckdan dan Brady (1982) dalam Yunus (2004) yang menyatakan bahwa tanah dengan stuktur yang baik (granular, remah) mempunyai tata udara yang baik, sehingga unsur-unsur hara lebih mudah tersedia. Stuktur tanah menentukan sifat aerasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Dokumen terkait