• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat kemasaman optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar antara 5.5-7 (Yaacob dan Tindall 1995).Ketinggian tempat 460-610 m di atas permukaan lautoptimum untuk tanaman manggis (Verheij 1992).

Daerah dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun dan kelembaban udara 80% merupakan tempat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995).Tanaman manggis memerlukan curah hujan lebih dari 100 mm/bulan dengan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Suhu yang dibutuhkan oleh tanaman ini berkisar antara 25-30 0C(Verheij 1992; Yaacob dan Tindall 1995).

Morfologi Tanaman Manggis

Tanaman manggis memiliki akar tunggang dan akar lateral, tetapi tidak terdapat akar rambut pada akar tunggang maupun akar lateral tersebut. Tidak adanya akar rambut tersebut dapat menghambat penyerapan hara, karena akar rambut berfungsi sebagai penyerap hara. Akar tunggang manggis dapat menembus tanah hingga kedalaman 1 m, sedangkan akar lateral dapat tumbuh ke samping hingga sejauh 5-30 cm dari pangkal batang (Yaacob dan Tindall 1995). Panjang akar berpengaruh terhadap penyerapan hara, karena salah satu proses penyerapan hara oleh tanaman manggis adalah melalui proses intersepsi akar.

Tinggi tanaman manggis rata-rata adalah 6-25 m dengan bentuk batang yang lurus. Kulit batang manggis berwarna coklat tua sampai hitam kusam. Batang manggis yang dilukai dapat mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun manggis muda berwarna merah muda, kemudian berubah warna menjadi hijau muda sampai hijau tua.Permukaan bawah daun berwarna hijau muda (Verheij 1992).

Kuncup bunga manggis muncul di ujung ranting dan memerlukan waktu kurang lebih 40 hari sampai antesis (bunga mekar). Bunga manggis memiliki

empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal akan rontok setelah antesis, sedangkan sepal akan tetap melekat pada bunga hingga buah matang. Buah akan matang pada waktu 100-120 HSA (Hari Setelah Antesis) (Verheij 1992; Rai et al. 2006). Perkembangan buah manggis terjadi dalam 2 tahap, yaitu praantesis dan pascaantesis. Tahap praantesis merupakan tahap pembentukan segmen aril dan bakal biji yang berlangsung pada umur 8 hingga 1 hari sebelum antesis. Tahap perkembangan buah pascaantesis ditandai dengan perubahan warna serta peningkatan bobot dan diameter buah manggis (Rai 2004; Ropiah 2009).

Perubahan warna terjadi pada kulit serta sepal dan tangkai selama pertumbuhan buah manggis. Kulit buah manggis berubah warna dari hijau menjadi merah, kemudian menjadi coklat kemerahan dan akhirnya menjadi ungu. Kulit buah berwarna hijau pada umur 1 hingga 12 MSA, kemudian berubah menjadi merah pada umur 13 hingga 14 MSA. Warna kulit buah menjadi coklat kemerahan pada umur 15 MSA dan menjadi ungu pada umur 16 MSA (Dorly 2009; Ropiah 2009).

Sepal dan tangkai buah manggis mengalami perubahan warna seperti pada kulit buah. Sepal berwarna hijau muda pada umur 1 hingga 15MSA dan berubah menjadi hijau tua saat buah matang (kurang lebih 16 MSA). Tangkai buah berwarna hijau muda saat berumur 1 hingga 5 MSA, kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009).

Peningkatan bobot dan diameter buah manggis berlangsung lambat pada 5 MSA, kemudian meningkat dengan cepat hingga umur 10 MSA. Kecepatan pertambahan bobot dan diameter menurun pada umur 11 hingga 16 MSA (Dorly 2009; Poovaradom dan Sumitra 2009).

Selama perkembangan buah manggis terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan buah dengan aril dan biji. Tebal aril dan biji meningkat sejak umur 1 hingga 16 MSA, sedangkan tebal kulit hanya meningkat pada umur 1 hingga 5 MSA, kemudian menurun sejak umur 6 hingga 16 MSA. Penurunan ketebalan kulit disebabkan penurunan kadar air seiring perkembangan kulit buah, sehingga sel-sel penyusun jaringan kulit buah mengerut sehingga kulit buah menjadi tipis (Dorly 2009).

Perbedaan pertumbuhan antara kulit buah dengan aril dan biji menyebabkan desakan dari dalam terhadap kulit buah. Desakan tersebut menyebabkan sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning yang terdapat di aril

7

dan kulit buah rusak. Rusaknya sel-sel epitel mengakibatkan pecahnya saluran getah kuning pada aril maupun kulit buah pada umur 10 MSA. Getah kuning mulai terlihat mengotori aril saat buah berumur 14 MSA (Dorly 2009).

Anatomi Perkembangan Buah Manggis

Perkembangan sel-sel di eksokarp, mesokarp dan aril buah manggis berlangsung dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Jumlah sel-sel eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambatsejak minggu ke-6 setelah antesis. Pertambahan ukuran sel-sel tersebut kembali meningkat pada umur 14 hingga 15 MSA (Dorly 2009).

Perkembangan sel di eksokarp, mesokarp dan endokarp terjadi seiring dengan pertambahan lapisan di eksokarp, mesokarp dan endokarp tersebut. Jumlah lapisan eksokarp, mesokarp dan endokarp meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA, selanjutnya peningkatan jumlah lapisan tersebut berlangsung lambat.Jumlah lapisan eksokarp terbanyak dijumpai pada umur 11 MSA. Jumlah lapisan tersebut menurun perlahan pada umur 12 MSA dan cenderung stabil hingga umur 16 MSA.Jumlah lapisan mesokarp dan endokarp buah manggis terbanyak dijumpai pada umur 13 MSA, kemudian menurun perlahan pada umur 15 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur 14-16 MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Getah Kuning

Getah kuning secara alami terdapat pada tanaman manggis. Getah kuning mengandung senyawa resin (Yaacob dan Tindall 1995). Senyawa resin tersebut diduga berkaitan dengan pertahanan terhadap serangan organisme pengganggu (McGarvey dan Croteau 1995).

Getah kuning manggis mengandung berbagai senyawa yaitu terpen, fenolik, steroid dan xanthone. Senyawa terpen (triterpenoid)dan senyawa fenolik

(flavonoid dan tanin) ditemukan pada kulit batang, kulit buah muda, daging buahdewasa dan daging buah muda. Senyawa steroidditemukan dalam daging buah muda manggis (Dorly 2009), dansenyawa xantone ditemukan pada kulit buah manggis (Chaverri et al. 2008;Ahmat et al. 2010).

Getah kuning terletak dalam saluran yang terdapat pada hampir seluruh organ tanaman manggis. Saluran getah kuning terdapat pada organ daun, batang dan buah kecuali akar tanaman. Saluran getah kuning telah terbentuk pada awal pertumbuhan buah manggis, bahkan sejak pembungaan. Saluran getah kuning terdapat pada bagian bakal buah (ovari), yang telah terbentuk saat kuncup bunga dan antesis (bunga mekar) (Rai et al 2006; Dorly 2009). Seiring perkembangan buah, saluran getah kuning selanjutnya terbentuk pada eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril buah manggis, baik pada buah mudamaupun buah tua. Saluran getah kuning memiliki lumen besar yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas (Dorly 2009). Saluran tersebut berbentuk kanal memanjang dan bercabang. Ruang sekretorinya kemungkinan terbentuk melalui pembesaran ruang skizogen (Dickison 2000).

Cemaran getah kuning pada buah manggis yang dikenal dengan istilah

gamboge disorder merupakan permasalahan penting yang perlu diatasi dalam agribisnis manggis. Gamboge disorder merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis di daerah tropis (Yaacob dan Tindall 1995). Buah manggis yang bergetah kuning tidak disukai konsumen selain karena penampilannya yang tidak menarik, buah yang tercemar getah kuning menjadi pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi.

Cemaran getah kuning pada buah manggis mempengaruhi kelayakan ekspor buah tersebut. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor kelas super adalah kulit buah mulus tidak bercacat, baik cacat biologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah kuning (Badan Standardisasi Nasional 2009).

Getah kuning yang mencemari buah manggis berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah. Getah tersebut dapat mencemari buah apabila sel-sel epitel pada saluran getah rusak (Asano et al. 1996; Pankasemsuk

et al. 1996; Dorly 2009). Getah kuning mulai mencemari aril manggis sejak buah berumur 14 minggu setelah antesis. Getah yang mencemari aril buah tersebut berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada endokarp buah (Dorly et al. 2008).

9

Rusaknya saluran getah kuning dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti kadar air tanah dan curah hujan yang terlalu tinggi selama perkembangan buah. Fluktuasi perubahan air tanah tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekanan turgor, sehingga dinding sel penyusun endokarp pecah (Poerwanto et al. 2010). Gangguan serangga dan kesalahan saat panen juga termasuk faktor yang menyebabkan pencemaran getah kuning, terutama pada kulit luar buah (Syah et al. 2007).

Cemaran getah kuning pada buah manggis dapat disebabkan faktor fisiologis tanaman. Terdapat perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan buah. Dalam fase perkembangan buah, pertambahan diameter buah akan semakin berkurang pada minggu ke-10 setelah antesis, sementara pertambahan tebal biji justru meningkat. Terjadi tekanan dari dalam terhadap jaringan yang terletak antara aril dan kulit buah (Dorly 2009), sehingga menyebabkan saluran getah kuning yang terdapat di jaringan tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning tersebut menyebabkan getah kuning mencemari aril. Pecahnya saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah manggis terkait dengan defisiensi kalsium, karena salah satu fungsi utama kalsium adalah mempertahankan integritas dinding sel. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel mudah rusak (Marschner 1995).

Kalsium

Kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel. Ca2+merupakan penghubung rantai pektin pada struktur dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991; Marschner 1995). Ikatan kalsium dengan pektin bergantung pada ketersediaan muatan negatif grup karboksilat (grup ionik) yang akan diblokir oleh esterifikasi metil. Pembentukan struktur kalsium dipengaruhi oleh sintesis dan metabolisme pektin pada dinding sel (Huang et al. 2005).

Kalsium dapat diserap tanaman dalam bentuk ion terlarut (Ca2+). Kalsium yang tidak terlarut misalnya Ca-pektat tidak dapat diserap oleh tanaman. Kandungan kalsium berpengaruh terhadap kekakuan (rigidity) dinding sel (Burstrom 1968; Easterwood 2002). Kandungan kalsium yang terlalu tinggi menyebabkan dinding sel menjadi kaku dan keras, tetapi jika kekurangan kalsium, dinding sel menjadi rapuh dan mudah rusak. Aplikasi kalsium diharapkan dapat memperkuat dinding sel saluran getah kuning agar tidak

mudah pecah, sehingga getah kuning yang terdapat di dalamnya tidak mencemari buah.

Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa gamboge disorder pada manggis disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi (Pludbuntong et al. 2007; Poovarodom dan Boonplang 2008). Buah normal terbukti mengandung lebih banyak kalsium daripada buah yang tercemar getah kuning (Dorly 2009).

Penyerapan kalsium oleh akar tanaman dari larutan tanah terjadi melalui proses aliran massa dan intersepsi akar. Kalsium merupakan unsur yang bersifat immobil dalam tanaman. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium ataupun rendahnya penyerapan kalsium, tetapi disebabkan rendahnya kemampuan tanaman untuk mendistribusikan kalsium melalui floem (Bangerth 1979).

Kalsium ditranslokasikan dari akar ke bagian tajuk melalui xylem pada batang. Kalsium masuk ke buah melalui pembuluh xylem yang terdapat pada tangkai buah. Kalsium selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian kulit buah (perikarp) maupun aril melalui jaringan pembuluh kapiler yang terdapat di buah (Gambar 1). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah, tetapi berlanjut hingga buah dipanen (Tromp 1979; Zavalloni et al. 2001; Poovaradom dan Sumitra 2009).

Aplikasi kalsium dipengaruhi oleh anion yang menyertainya, sehingga perlu dipilih kombinasi formulasi kalsium yang tepat (Huang et al. 2005). Umumnya untuk aplikasi di bidang pertanian, kalsium terdapat dalam senyawa kalsium klorida (CaCl2), gipsum (CaSO4.2H2O), kalsium karbonat atau kalsit (CaCO3), dolomit {CaMg(CO3)2}, kapur bakar (CaO) dan kapur hidrat (Ca(OH)2). Kalsium klorida dengan konsentrasi 22,5 g l-1 yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan pada buah manggis berhasil mengendalikan cemaran getah kuning pada daging buah. Penyemprotan kalsium hidroksida Ca(OH)2pada buah manggis lebih berperan dalam mengendalikan getah kuning pada aril dibandingkan Ca(NO3)24H2O (Dorly 2009). Aplikasi gipsum melalui tanah dengan dosis 4 kg per pohon terbukti berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada buah dibandingkan tanpa pemberian kalsium (Poovaradom dan Boonplang 2008).

Gambar 1 Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut (Wu et al

Dolomit mengandung

dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995).

Dorlyet al. (2008) menunjukkan bahwa a

1 efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril

diperoleh pada penelitian dolomit dengan dosis 18

1). Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini sumber kalsium yaitu

Tangkai

Loading site

Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut

et al. 2004)

engandung 23 % Ca dan 10.26 % Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995). Hasil penelitian Wulandari (2009) dan

(2008) menunjukkan bahwa aplikasi dolomit dengan dosis efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril. Hasil yang sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) yang menggunakan dolomit dengan dosis 18 ton ha-1(3,5 ton Ca ha-1) dan 24 ton ha

. Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang

tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini dibandingkan dua yaitu dolomit dan satu sumber kalsium yang tidak mengandung

Saluran pembuluh minor Tangkai buah Loading site Saluran pembuluh utama embrio Saluran pembuluh minor Endokarp Mesokarp Eksokarp 11

Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut % Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator Hasil penelitian Wulandari (2009) dan dolomit dengan dosis 17.5 ton ha- efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tetapi Hasil yang sama yang menggunakan dan 24 ton ha-1(4,5 ton Ca ha- . Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang dibandingkan dua yang tidak mengandung

Saluran pembuluh minor

magnesium, yaitu kaptan.Kaptan merupakan sumber kalsium yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3)80%. Karbonat (CO3) berperan dalam meningkatkan pH tanah. Kandungan Ca yang lebih tinggi pada CaCO3 diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tanaman terhadap Ca terutama pada buah, sehingga dapat mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis.

13

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitianberlangsung pada akhir Bulan Desember 2010 hingga Juni 2011. Pengamatan cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB.Analisis kandungan kalsium pada perikarp buah dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak IPB. Analisis sifat kimia tanah serta kandungan Ca dan Mg daun dilakukan di Laboratorium Penelitian Tanah Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit, kaptan dan buah manggis yang berasal dari tanaman yang berumur 25 tahun dengan kanopi yang relatif seragam. Buah manggis yang digunakan sebanyak 10 buah pada setiap satuan percobaan, sehingga buah yang diperlukan untuk 24 satuan percobaan adalah terdapat 240 buah.

Alat yang digunakan terdiri atas refraktometer untuk mengukur tingkat kemanisan dan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) untuk mengukur persentase kandungan kalsium pada perikarp (kulit buah) dan daun. Kekerasan buah diukur dengan penetrometer dan resistensi (kemudahan dibuka) buah diukur dengan alat pengukur resistensi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Sumber kalsium yang terdiri atas dua sumber: a. Kaptan (K1)

b. Dolomit (K2)

2. Dosis kalsiumyang terdiri atas empat taraf yaitu: a. 0 ton Ca ha-1(D

0), setara dengan 0 ton ha-1kaptan dan 0 ton ha-1 dolomit. b. 2 ton Ca ha-1(D

1), setara dengan 6 ton ha-1 kaptan dan 10 ton ha-1 dolomit.

c. 4 ton Ca ha-1(D

2), setara dengan 12 ton ha-1 kaptan dan 20 ton ha-1 dolomit.

d. 6 ton Ca ha-1(D

3), setara dengan 18 ton ha-1 kaptan dan 30 ton ha-1 dolomit.

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas satu pohon manggis, sehingga terdapat 24 pohon manggis yang digunakan.Lay out percobaan penelitian disajikan pada Lampiran 1.

Pengambilan contoh buah diambil secara acak (random).Data dianalis dengan menggunakan sidik ragam dan apabila pengaruh perlakuan nyata, maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test

(DMRT). Variabel skoring getah kuning kulit dan aril, skoring rasa buah serta skoring warna kulit dan sepal diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Dunn (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan acak kelompok sebagai berikut:

Yijk= µ + αi +Kj+ Dk+ (KD)ij+ εijk dimana: i = 1, 2, 3, j = 1, 2dan k = 1, 2, 3, 4

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor sumber kalsium (K) taraf ke-j, faktor dosis kalsium (D) taraf ke-k dan kelompok ke-i

μ = Rataan umum

αi = pengaruh kelompok ke-i Kj = Pengaruh faktor K taraf ke-j Dk =Pengaruh faktor D taraf ke-k

(KD)jk= Interaksi dari faktor K taraf ke-j dan faktor D taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada faktor K taraf ke-j, faktor D taraf ke-k dan kelompok ke-i

Analisis statistik yang digunakan untuk analisis Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut:

)

1

(

3

)

1

(

12

2 1

N

ni

Ri

N

N

K

k i Keterangan:

K = Nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan Ri =Jumlah rank dari perlakuan ke-i

k =Banyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k) N = Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus: Keterangan:

R = nilai tengah yang didapat dari uji N = total pengamatan

t = banyaknya angka s K = banyaknya perlakuan

1. Pelabelan Bunga dan Pemanenan Buah

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada saat aplikasi kalsium di setiap

buah yang akan digunakan untuk pengamata HSA.

2. Aplikasi Kalsium pada Pohon Manggis

Tanah di lokasi percobaan bersifat masam dengan pH 5.4 kandungan kalsium tanah yang cukup rendah yaitu 7.00

Aplikasi kalsium dilak

Desember 2010. Kalsium diaplikasikan dengan cara disebar merata pada seluruh permukaan tanah di bawah proyeksi tajuk di daerah perakaran tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman.

Gambar

K[N(N2-1)]-(∑t3-∑t) 6N(N-1) √

anyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k) Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus: |R1-R2| > zα

yang didapat dari uji Kruskal-Wallis N = total pengamatan

t = banyaknya angka skoring yang sama dari suatu data K = banyaknya perlakuan

Pelaksanaan Pelabelan Bunga dan Pemanenan Buah

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada saat aplikasi kalsium di setiap pohon. Pelabelan bertujuan untuk menentukan buah yang akan digunakan untuk pengamatan. Buah dipanen pada umur 104

Aplikasi Kalsium pada Pohon Manggis

Tanah di lokasi percobaan bersifat masam dengan pH 5.4 kandungan kalsium tanah yang cukup rendah yaitu 7.00 me/100

Aplikasi kalsium dilakukan pada saat antesis (Gambar 2), yaitu pada akhir bulan Desember 2010. Kalsium diaplikasikan dengan cara disebar merata pada seluruh di bawah proyeksi tajuk di daerah perakaran tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman.

Gambar 2 Bunga Manggis Saat Antesis

15

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus:

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada bertujuan untuk menentukan n. Buah dipanen pada umur 104

Tanah di lokasi percobaan bersifat masam dengan pH 5.4 dan 100g (Lampiran 2). ), yaitu pada akhir bulan Desember 2010. Kalsium diaplikasikan dengan cara disebar merata pada seluruh di bawah proyeksi tajuk di daerah perakaran tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman.

3. Pengamatan

Pengamatan sifat kimia tanah awal,cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan setelah buah dipanen, yang meliputi :

a. Pengukuran sifat kimia tanah

Pengukuran sifat kimia tanah dilakukan sebelum aplikasi kalsium. Sampel tanah diambil secara komposit dari daerah perakaran pohon manggis pada kedalaman 60 cm. Tanah dikeringudarakan, dan diayak dengan ukuran 2 mm agar mempunyai ukuran yang relatif sama. Kemudian tanah tersebut dianalisis sifat kimianya. Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH, KTK, C/N, Ca, Mg dan B.

Metode yang digunakan dalam pengukuran pH adalah SMP (Schoemaker McLean, dan Pratt), dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan akuades kemudian pH-nya diukur dengan menggunakan pH meter, kemudian ditambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, dikocok lalu diukur kembali pH-nya dengan pH meter.

Tahapan analisis kandungan kalsium tanah adalah sebagai berikut: sampel tanah sebanyak 2 g dicampur dengan 40 ml NH4OAC pH 7, kemudian campuran tersebut diaduk hingga rata dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC. Campuran tersebut kemudian dianalisis menggunakan AAS.

b. Skor getah kuning aril

Skor getah kuning pada aril ditentukan sebagai berikut (Kartika 2004): 1: Baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril

dengan kulit maupun di pembuluh buah.

2: Baik, aril putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.

3: Cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau di antara juring.

4: Buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah.

5: Buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

17

Jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning Jumlah buah sampel

Jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning Jumlah buah sampel

Jumlah juring bergetah kuning pada seluruh buah Jumlah juring buah sampel

Dokumen terkait