• Tidak ada hasil yang ditemukan

Control of gamboge disorder and improved quality of mangosteen fruit through application of two calcium sources in different dosage

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Control of gamboge disorder and improved quality of mangosteen fruit through application of two calcium sources in different dosage"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN SUMBER DAN DOSIS BERBEDA

SUCI PRIMILESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengendalian Getah Kuning dan Peningkatan Kualitas Buah Manggis Melalui Aplikasi Kalsium dengan Sumber dan Dosis Berbeda adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2011

(3)

Mangosteen Fruit Through Application of Two Calcium Sources in Different Dosage. Under direction of ROEDHY POERWANTO and ADE WACHJAR.

Gamboge disorder is a major problem limiting marketable yield of mangosteen fruit. It is known to be related to low calcium content. Result of previous studies indicate that calcium soil application could increace calcium content in the fruit exocarp and reduce yellow latex in the fruit peel, but ineffective in the flesh. It is known that calcium application could not be sufficient for fruit calcium. Fulfillment of calcium in plants is influenced by the source of calcium and its dosage applied. An experiment was conducted to determine the proper combination of calcium source and its dosage in reducing yellow latex of fruit peel and flesh, also improving fruit quality. Implementations of the experiments conducted in the Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Factorial experiment was designed with two factors: Calcium sources (calcitic lime (CaCO3) and dolomitic lime (CaMg(CO3)2) and calcium dosage (0, 2, 4, 6 ton ha-1 Ca). Calcium applied to the soil at blooming period. The experiment was laid out on a randomized complete block design. Leaves and fruits were sampled at harvesting period. Observation of the yellow latex in aryl and fruit peel, fruit physical properties carried out on the variables weight, diameter, fruit hardness, total dissolved solids, total titration acid, and preparation of samples for chemical analysis conducted at PKBT laboratory. Results indicated that application of dolomitic lime with calcium doses of 2 ton Ca ha-1could increase calcium content of the fruit pericarp (especially exocarp) and reduce yellow latex in the fruit peel and flesh. Calcium application did not affect the physical and chemical properties of the fruit.

(4)

RINGKASAN

SUCI PRIMILESTARI.Pengendalian Getah Kuning dan Peningkatan Kualitas Buah Manggis Melalui Aplikasi Kalsium dengan Sumber dan Dosis Berbeda. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan ADE WACHJAR.

Cemaran getah kuning merupakan salah satu masalah yang menghambat pemasaran buah manggis di Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Telah diketahui bahwa defisiensi kalsium dapat meningkatkan cemaran getah kuning pada buah manggis. Beberapa penelitian mengenai aplikasi kalsium telah dilakukan untuk mencegah cemaran getah kuning. Hasilnya terjadi peningkatan kandungan kalsium pada eksokarp sehingga cemaran getah kuning pada kulit buah berkurang, tetapi cemaran getah kuning pada aril masih tinggi. Aplikasi kalsium yang dilakukan tidak efektif memenuhi kebutuhan kalsium buah.

Penyediaan kalsium pada tanaman dipengaruhi oleh sumber kalsium dan dosis yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kombinasi terbaik dari sumber kalsium dan dosis kalsium untuk mencegah cemaran getah kuning, sehingga meningkatkan kualitas buah manggis. Pelaksanaan percobaan dilakukan di Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Perlakuan yang diterapkan dalam percobaan ini terdiri atas 2 faktor yaitu sumber kalsium dan dosis kalsium. Sumber kalsium yang digunakan adalah kaptan dan dolomit, sedangkan dosis kalsium yang digunakan adalah 0, 2, 4 dan 6 ton Ca ha-1. Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan.

Pengamatan dilakukan terhadap peubah-peubah cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah, sifat fisik buah yang meliputi bobot, diameter, kekerasan, PTT (Padatan Terlarut Total) dan ATT (Asam Tertitrasi Total). Preparasi sampel untuk analisis kimia dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor. Analisis kandungan kalsium pada perikarp (kulit buah) yang terdiri atas eksokarp, mesokarp dan endokarp, kandungan kalsium daun dan analisa kimia tanah dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kaptan dengan dosis 6 ton Ca ha-1atau dolomit dengan dosis 2 ton Ca ha-1efektif mencegah cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah. Aplikasi kalsium yang dilakukan berhasil meningkatkan kandungan kalsium pada eksokarp, meskipun pada endokarp tidak terjadi peningkatan yang nyata. Sifat fisik dan kimia buah tidak dipengaruhi oleh aplikasi kalsium.

(5)

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

PENGENDALIAN GETAH KUNING

DAN PENINGKATAN KUALITAS BUAH MANGGIS

MELALUI APLIKASI KALSIUM

DENGAN SUMBER DAN DOSIS BERBEDA

SUCI PRIMILESTARI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Pengendalian Getah Kuning dan Peningkatan Kualitas Buah Manggis Melalui Aplikasi Kalsium dengan Sumber dan Dosis Berbeda

Nama : Suci Primilestari

NIM : A252090101

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Agronomi dan Hortikultura

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

(9)

Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2010 ini adalah pencegahan cemaran getah kuning pada buah manggis, dengan judul Pengendalian Getah Kuning dan Peningkatan Kualitas Buah Manggis Melalui Aplikasi Kalsium dengan Sumber dan Dosis Berbeda.

Ucapan terimakasih kepada:

- Bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Ade Wachjar, M.S selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran. - Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Pasca Sarjana

berjudul Studi Peningkatan Kualitas Buah Manggis (No. Kontrak 40/13.4/BPP/PHPS/2011). Penulis mengucapkan terimakasih atas pendanaan terhadap penelitian ini.

- Seluruh keluarga dan teman-teman AGH 2009, atas segala dukungan dan doa.

Bogor, September 2011

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 12 Mei 1987 dari ayah dr. H. M. Jufri Makmur, Sp.PD dan ibu Hj. Dewi Mairida. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 5, Jambi pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama penulis masuk perguruan tinggi Universitas Jambi, dengan pilihan Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian.

(11)

Halaman

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Tujuan... 4

Hipotesis... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis ... 5

Morfologi Tanaman Manggis... 5

Anatomi Perkembangan Buah Manggis... 7

Getah Kuning... 7

Kalsium... 9

BAHAN DAN METODE ... 13

Tempat dan Waktu... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN... 22

Hasil ... 22

Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis... 22

Kandungan Kalsium pada Perikarp Buah dan Daun Manggis ... 23

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Getah Kuning ... 25

Sifat Fisik Buah Manggis... 26

Sifat Kimia Buah Manggis ... 28

Pembahasan ... 29

SIMPULAN DAN SARAN ... 38

DAFTAR PUSTAKA... 39

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Pengaruh kombinasi sumber kalsium dan dosis kalsium terhadap

cemaran getah kuning pada aril ... 22 2 Pengaruh kombinasi sumber kalsium dan dosis kalsium terhadap

cemaran getah kuning pada kulit buah ...23 3 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kandungan kalsium

pada perikarp buah ...24 4 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kandungan kalsium

daun sebelum dan setelah aplikasi kaslium...24 5 Hubungan regresi cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah

terhadap kandungan kalsium di perikarp berdasarkan model regresi

linear ...25 6 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap diameter transversal

dan longitudinal buah ...26 7 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap bobot buah, kulit

buah, sepal, tangkai serta biji dan aril, dan edible portion...27 8 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kekerasan, resistensi

dan tebal kulit buah manggis ...27 9 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap skor warna kulit dan

sepal buah... 28 10 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap PTT, ATT dan skor

rasa buah ... 29 11 Pengaruh sumber dan dosis kalsium terhadap kadar air kulit buah,

(13)
(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Layout percobaan ...43 2 Hasil analisis tanah sebelum aplikasi perlakuan...44 3 Rekapitulasi sidik ragam untuk peubah jumlah juring bergetah

kuning, persentase getah kuning aril dan kulit buah, kandungan

kalsium perikarp dan daun manggis...45 4 Rekapitulasi hasil uji regresi kandungan kalsium pada perikarp

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Nilai ekspor buah manggis Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspor buah manggis tahun 2008 sebesar US $ 5 832 534 meningkat menjadi US $ 6 451 932 pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik 2010).

Peningkatan nilai ekspor tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor buah manggis Indonesia cukup tinggi. Persentase buah manggis yang dapat diekspor masih rendah dibandingkan produksinya. Produksi buah manggis Indonesia tahun 2008 sebanyak 78 674 ton, sedangkan volume ekspornya hanya 9 466 ton (Badan Pusat Statistik 2010). Buah manggis yang dapat diekspor hanya 12 % dari total produksi yang dihasilkan, dan sisanya dipasarkan di dalam negeri baik di pasar swalayan maupun tradisional.

Rendahnya volume ekspor buah manggis Indonesia disebabkan kualitas buah yang rendah. Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis adalah cemaran getah kuning. Getah kuning pada kulit buah menyebabkan penampilan buah tidak menarik. Getah kuning yang mencemari aril (daging buah) menyebabkan warna aril berubah menjadi kekuningan dan rasanya pahit. Buah manggis yang bergetah kuning tidak memenuhi standar mutu, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), getah kuning pada kulit buah dan aril manggis tidak lebih dari 5 % (Badan Standardisasi Nasional 2009).

(16)

2

Kerusakan saluran getah kuning pada kulit buah manggis dapat disebabkan oleh faktor perkembangan buah dan faktor lingkungan. Rusaknya saluran getah kuning akibat faktor perkembangan buah, terjadi karena perbedaan perkembangan aril dan biji dengan kulit buah selama pertumbuhan (Dorly 2009). Perkembangan biji dan aril yang lebih cepat daripada kulit buah menyebabkan adanya tekanan dari dalam terhadap kulit, sehingga saluran getah kuning yang terdapat di eksokarp maupun di aril rusak.

Faktor lingkungan yang menyebabkan rusaknya saluran getah kuning adalah hama dan penyakit (Syah et al. 2007), terjadinya peningkatan potensial air tanah secara tiba-tiba. Perubahan potensial air tanah secara tiba-tiba menyebabkan peningkatan penyerapan air pada sel-sel epitel saluran getah kuning yang terdapat di kulit buah, sehingga meningkatkan tekanan terhadap dinding sel-sel epitel. Apabila dinding sel-sel epitel tersebut lemah karena kekurangan kalsium, maka sel-sel tersebut mudah pecah sehingga getah kuning keluar dari salurannya dan mencemari aril dan kulit buah (Poerwanto et al. 2010).

Rusaknya saluran getah kuning dapat dicegah apabila kalsium tersedia, karena kalsium merupakan unsur penting pada dinding sel. Kalsium menentukan kekakuan (rigidity) dinding sel, sesuai fungsi ion Ca2+ sebagai penghubung antara rantai pektin pada dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991). Ca2+ juga merupakan kation untuk anion organik dan anorganik di vakuola (Marschner, 1995). Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel rapuh dan mudah rusak. Defisiensi kalsium menyebabkan kerusakan fisiologis pada berbagai tanaman buah (Bangerth, 1979).

Defisiensi kalsium terbukti meningkatkan cemaran getah kuning pada buah manggis (Pludbuntong et al. 2007). Perikarp buah manggis yang tercemar getah kuning mengandung lebih sedikit kalsium dibandingkan buah normal. Cemaran getah kuning pada buah manggis berkaitan dengan kadar kalsium tanah. Cemaran getah kuning buah dapat berkurang jika kandungan kalsium tanah tinggi (Poerwanto et al. 2010).

(17)

Aplikasi kalsium pada tanaman manggis melalui pemberian 17.5 ton dolomit ha-1 (3.5 ton Ca ha-1) di tanah dapat mengendalikan getah kuning pada perikarp buah manggis, tetapi tidak efektif mengendalikan getah kuning pada aril (Dorly 2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan kalsium buah belum terpenuhi melalui aplikasi kalsium yang dilakukan. Penyediaan kalsium bagi tanaman dipengaruhi oleh sumber kalsium dan dosis yang diberikan.

Sumber kalsium dolomit (CaMg(CO3)2) mengandung 32 % CaO dan 18 % MgO. Kandungan unsur magnesium pada dolomit dapat berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif dapat terjadi karena tersedianya unsur magnesium bagi tanaman, yang merupakan komponen dari rantai klorofil sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Pengaruh negatifnya adalah kompetisi antara kalsium dan magnesium dalam penyerapan oleh akar tanaman, yang dapat menghambat penyerapan kalsium oleh tanaman. Penyerapan kalsium oleh akar tanaman dipengaruhi oleh rasio antara ion Ca2+, Mg2+dan K+.

Penelitian ini menggunakan sumber kalsium dolomit dan sumber kalsium lain yang tidak mengandung magnesium, yaitu kaptan. Kandungan kalsium dalam kaptan adalah 85 % CaCO3(34 % Ca). Kandungan kalsium kaptan yang lebih tinggi daripada dolomit menyebabkan kaptan lebih efisien daripada dolomit, karena dapat diberikan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk dosis kalsium yang sama. Perlu dilakukan perbandingan antara sumber kalsium kaptan dan dolomit terhadap keefektifan penyerapannya oleh tanaman.

Dosis kalsium yang diaplikasikan pada penelitian ini mulai dari taraf yang lebih rendah hingga taraf lebih tinggi daripada dosis yang diaplikasikan pada penelitian sebelumnya oleh Dorly (2009). Dosis 3.5 ton Ca ha-1 pada penelitian Dorly (2009) diasumsikan belum mencukupi kebutuhan buah untuk mengurangi cemaran getah kuning pada aril. Aplikasi kalsium pada penelitian ini dilakukan pada saat antesis, karena antesis merupakan tahap awal perkembangan buah. Tahap pertama perkembangan buah berlangsung cepat pada umur 1 hingga 8 MSA (Minggu Setelah Antesis) (Poovaradom dan Sumitra 2009). Kebutuhan kalsium buah pada tahap tersebut sangat tinggi, maka kalsium perlu diberikan sejak antesis.

(18)

4

buah manggis, karena cemaran getah kuning merupakan salah satu parameter untuk menilai kualitas buah manggis.

Tujuan

1. Membandingkan sumber kalsium kaptan dan dolomit dalam mencegah cemaran getah kuning sehingga meningkatkan kualitas buah manggis.

2. Mempelajari dosis kalsium yang tepat untuk masing-masing sumber kalsium sehingga dapat mencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

3. Mempelajari kombinasi sumber dan dosis kalsium yang tepat untuk mencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

Hipotesis

1. Salah satu sumber kalsium dapat mencegah cemaran getah kuning sehingga meningkatkan kualitas buah manggis.

2. Terdapat dosis kalsium yang tepat dalam mencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat kemasaman optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar antara 5.5-7 (Yaacob dan Tindall 1995). Ketinggian tempat 460-610 m di atas permukaan laut optimum untuk tanaman manggis (Verheij 1992).

Daerah dengan curah hujan 1 500-2 500 mm/tahun dan kelembaban udara 80 % merupakan tempat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995). Tanaman manggis memerlukan curah hujan lebih dari 100 mm/bulan dengan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Suhu yang dibutuhkan oleh tanaman ini berkisar antara 25-30 0C (Verheij 1992; Yaacob dan Tindall 1995).

Morfologi Tanaman Manggis

Tanaman manggis memiliki akar tunggang dan akar lateral, tetapi tidak terdapat akar rambut pada akar tunggang maupun akar lateral tersebut. Tidak adanya akar rambut tersebut dapat menghambat penyerapan hara, karena akar rambut berfungsi sebagai penyerap hara. Akar tunggang manggis dapat menembus tanah hingga kedalaman 1 m, sedangkan akar lateral dapat tumbuh ke samping hingga sejauh 5-30 cm dari pangkal batang (Yaacob dan Tindall 1995). Panjang akar berpengaruh terhadap penyerapan hara, karena salah satu proses penyerapan hara oleh tanaman manggis adalah melalui proses intersepsi akar.

Tinggi tanaman manggis rata-rata adalah 6-25 m dengan bentuk batang yang lurus. Kulit batang manggis berwarna coklat tua sampai hitam kusam. Batang manggis yang dilukai dapat mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun manggis muda berwarna merah muda, kemudian berubah warna menjadi hijau muda sampai hijau tua. Permukaan bawah daun berwarna hijau muda (Verheij 1992).

(20)

6

matang. Buah akan matang pada waktu 100-120 HSA (Hari Setelah Antesis) (Verheij 1992; Rai et al. 2006). Perkembangan buah manggis terjadi dalam 2 tahap, yaitu pra antesis dan pasca antesis. Tahap pra antesis merupakan tahap pembentukan segmen aril dan bakal biji yang berlangsung pada umur 8 hingga 1 hari sebelum antesis. Tahap perkembangan buah pasca antesis ditandai dengan perubahan warna serta peningkatan bobot dan diameter buah manggis (Rai 2004; Ropiah 2009).

Perubahan warna terjadi pada kulit serta sepal dan tangkai selama pertumbuhan buah manggis. Kulit buah manggis berubah warna dari hijau menjadi merah, kemudian menjadi coklat kemerahan dan akhirnya menjadi ungu. Kulit buah berwarna hijau pada umur 1 hingga 12 MSA, kemudian berubah menjadi merah pada umur 13 hingga 14 MSA. Warna kulit buah menjadi coklat kemerahan pada umur 15 MSA dan menjadi ungu pada umur 16 MSA (Dorly 2009; Ropiah 2009).

Sepal dan tangkai buah manggis mengalami perubahan warna seperti pada kulit buah. Sepal berwarna hijau muda pada umur 1 hingga 15 MSA dan berubah menjadi hijau tua saat buah matang (kurang lebih 16 MSA). Tangkai buah berwarna hijau muda saat berumur 1 hingga 5 MSA, kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009).

Peningkatan bobot dan diameter buah manggis berlangsung lambat pada 5 MSA, kemudian meningkat dengan cepat hingga umur 10 MSA. Kecepatan pertambahan bobot dan diameter menurun pada umur 11 hingga 16 MSA (Dorly 2009; Poovaradom dan Sumitra 2009).

Selama perkembangan buah manggis terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan buah dengan aril dan biji. Tebal aril dan biji meningkat sejak umur 1 hingga 16 MSA, sedangkan tebal kulit hanya meningkat pada umur 1 hingga 5 MSA, kemudian menurun sejak umur 6 hingga 16 MSA. Penurunan ketebalan kulit disebabkan penurunan kadar air seiring perkembangan kulit buah, sehingga sel-sel penyusun jaringan kulit buah mengerut sehingga kulit buah menjadi tipis (Dorly 2009).

(21)

getah kuning pada aril maupun kulit buah pada umur 10 MSA. Getah kuning mulai terlihat mengotori aril saat buah berumur 14 MSA (Dorly 2009).

Anatomi Perkembangan Buah Manggis

Perkembangan sel-sel di eksokarp, mesokarp dan aril buah manggis berlangsung dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Jumlah sel-sel eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambat sejak minggu ke-6 setelah antesis. Pertambahan ukuran sel-sel tersebut kembali meningkat pada umur 14 hingga 15 MSA (Dorly 2009).

Perkembangan sel di eksokarp, mesokarp dan endokarp terjadi seiring dengan pertambahan lapisan di eksokarp, mesokarp dan endokarp tersebut. Jumlah lapisan eksokarp, mesokarp dan endokarp meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA, selanjutnya peningkatan jumlah lapisan tersebut berlangsung lambat. Jumlah lapisan eksokarp terbanyak dijumpai pada umur 11 MSA. Jumlah lapisan tersebut menurun perlahan pada umur 12 MSA dan cenderung stabil hingga umur 16 MSA. Jumlah lapisan mesokarp dan endokarp buah manggis terbanyak dijumpai pada umur 13 MSA, kemudian menurun perlahan pada umur 15 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur 14-16 MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Getah Kuning

Getah kuning secara alami terdapat pada tanaman manggis. Getah kuning mengandung senyawa resin (Yaacob dan Tindall 1995). Senyawa resin tersebut diduga berkaitan dengan pertahanan terhadap serangan organisme pengganggu (McGarvey dan Croteau 1995).

(22)

8

dewasa dan daging buah muda. Senyawa steroid ditemukan dalam daging buah muda manggis (Dorly 2009), dan senyawa xantone ditemukan pada kulit buah manggis (Chaverri et al. 2008; Ahmat et al. 2010).

Getah kuning terletak dalam saluran yang terdapat pada hampir seluruh organ tanaman manggis. Saluran getah kuning terdapat pada organ daun, batang dan buah kecuali akar tanaman. Saluran getah kuning telah terbentuk pada awal pertumbuhan buah manggis, bahkan sejak pembungaan. Saluran getah kuning terdapat pada bagian bakal buah (ovari), yang telah terbentuk saat kuncup bunga dan antesis (bunga mekar) (Rai et al 2006; Dorly 2009). Seiring perkembangan buah, saluran getah kuning selanjutnya terbentuk pada eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril buah manggis, baik pada buah muda maupun buah tua. Saluran getah kuning memiliki lumen besar yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas (Dorly 2009). Saluran tersebut berbentuk kanal memanjang dan bercabang. Ruang sekretorinya kemungkinan terbentuk melalui pembesaran ruang skizogen (Dickison 2000).

Cemaran getah kuning pada buah manggis yang dikenal dengan istilah

gamboge disorder merupakan permasalahan penting yang perlu diatasi dalam agribisnis manggis. Gamboge disorder merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis di daerah tropis (Yaacob dan Tindall 1995). Buah manggis yang bergetah kuning tidak disukai konsumen selain karena penampilannya yang tidak menarik, buah yang tercemar getah kuning menjadi pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi.

Cemaran getah kuning pada buah manggis mempengaruhi kelayakan ekspor buah tersebut. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor kelas super adalah kulit buah mulus tidak bercacat, baik cacat biologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah kuning (Badan Standardisasi Nasional 2009).

Getah kuning yang mencemari buah manggis berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah. Getah tersebut dapat mencemari buah apabila sel-sel epitel pada saluran getah rusak (Asano et al. 1996; Pankasemsuk

et al. 1996; Dorly 2009). Getah kuning mulai mencemari aril manggis sejak buah berumur 14 minggu setelah antesis. Getah yang mencemari aril buah tersebut berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada endokarp buah (Dorly et al. 2008).

(23)

buah. Fluktuasi perubahan air tanah tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekanan turgor, sehingga dinding sel penyusun endokarp pecah (Poerwanto et al. 2010). Gangguan serangga dan kesalahan saat panen juga termasuk faktor yang menyebabkan pencemaran getah kuning, terutama pada kulit luar buah (Syah et al. 2007).

Cemaran getah kuning pada buah manggis dapat disebabkan faktor fisiologis tanaman. Terdapat perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan buah. Dalam fase perkembangan buah, pertambahan diameter buah akan semakin berkurang pada minggu ke-10 setelah antesis, sementara pertambahan tebal biji justru meningkat. Terjadi tekanan dari dalam terhadap jaringan yang terletak antara aril dan kulit buah (Dorly 2009), sehingga menyebabkan saluran getah kuning yang terdapat di jaringan tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning tersebut menyebabkan getah kuning mencemari aril. Pecahnya saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah manggis terkait dengan defisiensi kalsium, karena salah satu fungsi utama kalsium adalah mempertahankan integritas dinding sel. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel mudah rusak (Marschner 1995).

Kalsium

Kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel. Ca2+merupakan penghubung rantai pektin pada struktur dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991; Marschner 1995). Ikatan kalsium dengan pektin bergantung pada ketersediaan muatan negatif grup karboksilat (grup ionik) yang akan diblokir oleh esterifikasi metil. Pembentukan struktur kalsium dipengaruhi oleh sintesis dan metabolisme pektin pada dinding sel (Huang et al. 2005).

(24)

10

Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa gamboge disorder pada manggis disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi (Pludbuntong et al. 2007; Poovarodom dan Boonplang 2008). Buah normal terbukti mengandung lebih banyak kalsium daripada buah yang tercemar getah kuning (Dorly 2009).

Penyerapan kalsium oleh akar tanaman dari larutan tanah terjadi melalui proses aliran massa dan intersepsi akar. Kalsium merupakan unsur yang bersifat immobil dalam tanaman. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium ataupun rendahnya penyerapan kalsium, tetapi disebabkan rendahnya kemampuan tanaman untuk mendistribusikan kalsium melalui floem (Bangerth 1979).

Kalsium ditranslokasikan dari akar ke bagian tajuk melalui xylem pada batang. Kalsium masuk ke buah melalui pembuluh xylem yang terdapat pada tangkai buah. Kalsium selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian kulit buah (perikarp) maupun aril melalui jaringan pembuluh kapiler yang terdapat di buah (Gambar 1). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah, tetapi berlanjut hingga buah dipanen (Tromp 1979; Zavalloni et al. 2001; Poovaradom dan Sumitra 2009).

(25)

Gambar 1 Diagram (Wu

Dolomit mengandung

dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995).

Dorly et al. (2008) menunjukkan bahwa a

ha-1 efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tetapi tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril

sama diperoleh pada penelitian menggunakan dolomit dengan dosis 18

(4,5 ton Ca ha-1). Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini sumber kalsium yaitu

magnesium, yaitu kaptan. kalsium karbonat (CaCO

Tangkai buah

Loading site

Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut (Wu et al. 2004)

engandung 23 % Ca dan 10.26 % Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995). Hasil penelitian Wulandari (2009) dan (2008) menunjukkan bahwa aplikasi dolomit dengan dosis 17.5 ton efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis,

tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Dorly menggunakan dolomit dengan dosis 18 ton ha-1(3,5 ton Ca ha-1)

. Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini dibandingkan dua yaitu dolomit dan satu sumber kalsium yang tidak mengandung , yaitu kaptan. Kaptan merupakan sumber kalsium yan

alsium karbonat (CaCO3) 80 %. Karbonat (CO3) berperan dalam meningkatkan Saluran pembuluh minor Tangkai buah Loading site Saluran pembuluh utama embrio Saluran pembuluh minor Endokarp Mesokarp Eksokarp

anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut

% Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator penelitian Wulandari (2009) dan dolomit dengan dosis 17.5 ton efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril. Hasil yang orly (2009) yang ) dan 24 ton ha-1 . Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif

dibandingkan dua yang tidak mengandung ium yang mengandung ) berperan dalam meningkatkan

(26)

12

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan Desember 2010 hingga Juni 2011. Pengamatan cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Analisis kandungan kalsium pada perikarp buah dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak IPB. Analisis sifat kimia tanah serta kandungan Ca dan Mg daun dilakukan di Laboratorium Penelitian Tanah Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit, kaptan dan buah manggis yang berasal dari tanaman yang berumur 25 tahun dengan kanopi yang relatif seragam. Buah manggis yang digunakan sebanyak 10 buah pada setiap satuan percobaan, sehingga buah yang diperlukan untuk 24 satuan percobaan adalah terdapat 240 buah.

Alat yang digunakan terdiri atas refraktometer untuk mengukur tingkat kemanisan dan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) untuk mengukur persentase kandungan kalsium pada perikarp (kulit buah) dan daun. Kekerasan buah diukur dengan penetrometer dan resistensi (kemudahan dibuka) buah diukur dengan alat pengukur resistensi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Sumber kalsium yang terdiri atas dua sumber: a. Kaptan (K1)

b. Dolomit (K2)

2. Dosis kalsium yang terdiri atas empat taraf yaitu: a. 0 ton Ca ha-1(D

0), setara dengan 0 ton ha-1kaptan dan 0 ton ha-1 dolomit. b. 2 ton Ca ha-1 (D

(28)

14

c. 4 ton Ca ha-1 (D

2), setara dengan 12 ton ha-1 kaptan dan 20 ton ha-1 dolomit.

d. 6 ton Ca ha-1 (D

3), setara dengan 18 ton ha-1 kaptan dan 30 ton ha-1 dolomit.

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas satu pohon manggis, sehingga terdapat 24 pohon manggis yang digunakan. Lay out percobaan penelitian disajikan pada Lampiran 1.

Pengambilan contoh buah diambil secara acak (random). Data dianalis dengan menggunakan sidik ragam dan apabila pengaruh perlakuan nyata, maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test

(DMRT). Variabel skoring getah kuning kulit dan aril, skoring rasa buah serta skoring warna kulit dan sepal diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Dunn (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan acak kelompok sebagai berikut:

Yijk= µ + αi + Kj+ Dk+ (KD)ij+ εijk

dimana: i = 1, 2, 3, j = 1, 2 dan k = 1, 2, 3, 4 Yijk = Nilai pengamatan pada faktor sumber kalsium (K) taraf ke-j, faktor dosis

kalsium (D) taraf ke-k dan kelompok ke-i

μ = Rataan umum

αi = pengaruh kelompok ke-i

Kj = Pengaruh faktor K taraf ke-j Dk = Pengaruh faktor D taraf ke-k

(KD)jk = Interaksi dari faktor K taraf ke-j dan faktor D taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada faktor K taraf ke-j, faktor D taraf ke-k dan kelompok ke-i

Analisis statistik yang digunakan untuk analisis Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut:

)

1

(

3

)

1

(

12

2 1

N

ni

Ri

N

N

K

k i Keterangan:

K = Nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan Ri = Jumlah rank dari perlakuan ke-i

(29)

k = Banyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k) N = Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:

R = nilai tengah yang didapat dari uji N = total pengamatan

t = banyaknya angka s K = banyaknya perlakuan

1. Pelabelan Bunga dan Pemanenan Buah

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada saat aplikasi kalsium di setiap

buah yang akan digunakan untuk pengamatan. Buah dipanen pada umur 104 HSA.

2. Aplikasi Kalsium pada Pohon Manggis

Tanah di lokasi percobaan bersifat masam dengan pH 5.4 kandungan kalsium tanah yang cukup rendah yaitu 7.00

Aplikasi kalsium dilak

Desember 2010. Kalsium diaplikasikan dengan cara disebar merata pada seluruh permukaan tanah di bawah proyeksi tajuk di daerah perakaran tanaman kemudian ditutup dengan tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman.

Gambar

K[N(N2-1)]-(∑t3-∑t) 6N(N-1) √

anyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k) Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus: |R1-R2| > zα

yang didapat dari uji Kruskal-Wallis N = total pengamatan

banyaknya angka skoring yang sama dari suatu data K = banyaknya perlakuan

Pelaksanaan Pelabelan Bunga dan Pemanenan Buah

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada saat aplikasi kalsium di setiap pohon. Pelabelan bertujuan untuk menentukan buah yang akan digunakan untuk pengamatan. Buah dipanen pada umur 104

Aplikasi Kalsium pada Pohon Manggis

Tanah di lokasi percobaan bersifat masam dengan pH 5.4 kandungan kalsium tanah yang cukup rendah yaitu 7.00 me/100

Aplikasi kalsium dilakukan pada saat antesis (Gambar 2), yaitu pada akhir bulan Desember 2010. Kalsium diaplikasikan dengan cara disebar merata pada seluruh di bawah proyeksi tajuk di daerah perakaran tanaman utup dengan tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman.

Gambar 2 Bunga Manggis Saat Antesis

Uji lanjut dengan metode Dunn dapat dihitung menggunakan rumus:

Pelabelan dilakukan terhadap 40 bunga per pohon yang antesis pada bertujuan untuk menentukan buah yang akan digunakan untuk pengamatan. Buah dipanen pada umur 104

(30)

16

3. Pengamatan

Pengamatan sifat kimia tanah awal, cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan setelah buah dipanen, yang meliputi :

a. Pengukuran sifat kimia tanah

Pengukuran sifat kimia tanah dilakukan sebelum aplikasi kalsium. Sampel tanah diambil secara komposit dari daerah perakaran pohon manggis pada kedalaman 60 cm. Tanah dikeringudarakan, dan diayak dengan ukuran 2 mm agar mempunyai ukuran yang relatif sama. Kemudian tanah tersebut dianalisis sifat kimianya. Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH, KTK, C/N, Ca, Mg dan B.

Metode yang digunakan dalam pengukuran pH adalah SMP (Schoemaker McLean, dan Pratt), dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan akuades kemudian pH-nya diukur dengan menggunakan pH meter, kemudian ditambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, dikocok lalu diukur kembali pH-nya dengan pH meter.

Tahapan analisis kandungan kalsium tanah adalah sebagai berikut: sampel tanah sebanyak 2 g dicampur dengan 40 ml NH4OAC pH 7, kemudian campuran tersebut diaduk hingga rata dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC. Campuran tersebut kemudian dianalisis menggunakan AAS.

b. Skor getah kuning aril

Skor getah kuning pada aril ditentukan sebagai berikut (Kartika 2004): 1: Baik sekali, aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril

dengan kulit maupun di pembuluh buah.

2: Baik, aril putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung.

3: Cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau di antara juring.

4: Buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah.

(31)

Jumlah buah yang arilnya tercemar getah kuning Jumlah buah sampel

Jumlah buah yang kulitnya tercemar getah kuning Jumlah buah sampel

Jumlah juring bergetah kuning pada seluruh buah Jumlah juring buah sampel

c. Persentase juring bergetah kuning

Pengamatan dilakukan pada saat panen. Juring yang tercemar ditunjukkan dengan terdapatnya noda getah kuning pada juring tersebut.

% juring bergetah kuning =

x 100 %

d. Persentase buah yang bergetah kuning pada aril (%) % buah bergetah kuning (aril) =

X100 %

e. Skoring getah kuning pada kulit buah

Skor getah kuning kulit buah ditentukan sebagai berikut (Kartika 2004): 1: Baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning.

2: Baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

3: Cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

4: Buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah.

5: Buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.

f. Persentase buah yang kulit nya bergetah kuning (%) % buah bergetah kuning (kulit buah) =

X 100 %

g. Kandungan kalsium perikarp (kulit buah) dan daun manggis

(32)

18

Analisis kandungan kalsium pada kulit buah menggunakan metode gravimetri. Kulit buah dikeringkan dengan cara pengabuan kering. Sampel bagian-bagian perikarp (eksokarp, mesokarp dan endokarp) dalam cawan porselen dan hot plate dibakar dengan tanur listrik dengan suhu 400-600 0C selama ± 4 jam sampai menjadi abu berwarna (kehitaman). Abu diekstrak dengan HCl 5 ml sampai larut, kemudian ditambahkan 2 ml HCl. Larutan disaring dengan kertas saring. Kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 250 ml. Larutan dipipet sebanyak 25 ml, ditambahkan larutan Chapman sebanyak 100 ml. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 100 0C selama ± 10 menit sampai terjadi embun. Larutan ditambahkan dengan amoniak (NH3) sampai berwarna kebiruan, kemudian didiamkan pada suhu ruang selama semalam.

Larutan yang telah diendapkan selama semalam, dipanaskan kembali sampai terbentuk embun. Larutan disaring ke labu erlenmeyer dengan kertas saring. Gelas piala yang digunakan sebelumnya dibilas dengan aquades panas (suhu ± 70 0C) untuk menetralisir asam. Selanjutnya ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 25% sebanyak 25 ml dan air panas 150 ml ke dalam larutan. Larutan dititrasi dengan Kalium Permanat (KmnO4) sampai berwarna kemerahan.

Analisis kalsium pada daun manggis menggunakan metode pengabuan basah. Sampel daun kering sebanyak 1 g diabukan dengan cara memasukkan sampel tersebut ke dalam tanur yang bersuhu tinggi. Abu yang terbentuk dicampur dengan 10 tetes HCl pekat lalu disimpan di hot plate sampai kering. Bahan yang diperoleh dari proses pengeringan tersebut kemudian ditambah 10 ml HCl 1 N. Campuran disaring hingga diperoleh filtrat dengan volume tertentu, selanjutnya filtrat tersebut dipipet sebanyak 1 ml lalu dicampur dengan 10 ml HCl 1 N dan akuades hingga volume campuran mencapai 50 ml. Campuran tersebut dianalisis menggunakan AAS.

h. Diameter buah (mm)

Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal (diameter transversal) dan arah vertikal (diameter longitudinal).

i. Bobot buah dan bagian-bagiannya (g)

(33)

Bobot aril Bobot buah j. Edible portion(%)

Edible portion adalah persentase bagian aril yang dapat dimakan terhadap bobot buah secara keseluruhan.

Edible portion= X 100%

k. Kekerasan kulit buah (unit/kg/detik)

Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum hand penentrometer

pada kulit buah manggis meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Kekerasan buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat hand penetrometer.

l. Resistensi kulit buah (kemudahan untuk dibuka) (kgf/cm2)

Pengukuran dilakukan dengan dengan cara memberikan tekanan yang kuat pada buah manggis untuk melihat tingkat kemudahan dibuka.

m. Kadar air kulit buah, sepal dan tangkai (%)

Pengukuran kadar air kulit, sepal dan tangkai melalui tahapan sebagai berikut: cawan alumunium dikeringkan selama 15 menit dalam oven bersuhu 105 0C dan didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5-7 gram ditempatkan di dalam cawan, kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 105 0C selama 20 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai tercapai berat konstan. Persentase kadar air dihitung menggunakan persamaan :

Kadar air (%) = – x 100 %

Keterangan : a = Bobot awal (g) b = Bobot akhir (g)

n. Tebal kulit buah (mm)

Tebal kulit buah diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah kulit buah dibelah secara transversal menjadi dua bagian.

o. Asam tertitrasi total (%)

(34)

20

akuades hingga 100 ml lalu disaring. Sejumlah 25 ml filtrat ditambahkan dengan 2-3 tetes indikator phenolftalin (pp), kemudian dititrasi dengan NAOH 0.1N hingga terbentuk perubahan warna merah jambu yang stabil. Skema pengukuran tertera pada Gambar 3.

Asam tertitrasi total dihitung dengan menggunakan rumus: ATT = x 100 %

Keterangan: ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)

Tp = faktor pengenceran (100/25) 64 = faktor asam dominan

mg contoh= 10.000 mg

Daging buah manggis ↓

10 gram pasta buah ↓

Dimasukan ke dalam labu takar 100 ml ↓

Disaring ↓

25 ml hasil filtrasi ↓

Dimasukan ke dalam erlenmeyer ↓

Ditambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP) ↓

Dititrasi mengunakan NaOH 0,1 N ↓

Dicatat volume NaOH yang dipakai untuk titrasi

Gambar 3 Alur penentuan kadar ATT buah manggis

p. Padatan terlarut total ( 0Brix)

Daging buah dari beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan dan padatan terlarut total (PTT) diukur dengan menggunakan alat

(35)

dikeringkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer

merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis.

q. Uji organoleptik meliputi rasa dan penampakan buah

Uji organoleptik meliputi rasa dan penampakan buah dilakukan dengan menggunakan sistem skoring tes oleh 10 orang panelis.

Skor uji rasa buah manggis adalah sebagai berikut (Suyanti et al. 1999) :

5 : Sangat manis 4 : manis

3 : manis sedikit asam

2 : asam agak dominan dari manis 1 : asam sangat dominan dari manis

Skor uji penampakan buah meliputi skor warna kulit buah dan skor warna sepal. Skor warna kulit buah manggis adalah sebagai berikut :

5 : Kulit buah berwarna ungu kemerahan. 4 : Kulit buah berwarna merah keunguan. 3 : Kulit buah berwarna merah kecoklatan.

2 : Kulit buah berwarna merah yang merata pada seluruh permukaan.

1 : Kulit buah berwarna bercak merah hampir merata, dan di sekitar kelopak berwarna lebih merah.

Skor warna sepal adalah sebagai berikut: 5 : Hijau

4 : Hijau kekuningan 3 : Hijau kecoklatan 2 : Kuning kecoklatan 1 : Coklat

r. Pengamatan Faktor Lingkungan

(36)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura andalan Indonesia, baik untuk pasar domestik maupun internasional. Nilai ekspor buah manggis Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspor buah manggis tahun 2008 sebesar US $ 5 832 534 meningkat menjadi US $ 6 451 932 pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik 2010).

Peningkatan nilai ekspor tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor buah manggis Indonesia cukup tinggi. Persentase buah manggis yang dapat diekspor masih rendah dibandingkan produksinya. Produksi buah manggis Indonesia tahun 2008 sebanyak 78 674 ton,sedangkan volume ekspornya hanya 9 466 ton (Badan Pusat Statistik 2010). Buah manggis yang dapat diekspor hanya 12 % dari total produksi yang dihasilkan, dan sisanya dipasarkan di dalam negeri baik di pasar swalayan maupun tradisional.

Rendahnya volume ekspor buah manggis Indonesia disebabkan kualitas buah yang rendah. Salah satu faktor penting yang menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis adalah cemaran getah kuning. Getah kuning pada kulit buah menyebabkan penampilan buah tidak menarik. Getah kuning yang mencemari aril (daging buah) menyebabkan warna aril berubah menjadi kekuningan dan rasanya pahit. Buah manggis yang bergetah kuning tidak

memenuhi standar mutu, baik untuk pasar domestik maupun

internasional.Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI),getah kuning pada kulit buah dan arilmanggistidak lebih dari 5 % (Badan Standardisasi Nasional 2009).

(37)

kuning dapat mencemari aril dan perikarp buah manggis jika saluran epitelium tersebut rusak, sehingga getah keluar dari salurannya (Poerwanto et al. 2010).

Kerusakan saluran getah kuning pada kulit buah manggis dapat disebabkan oleh faktor perkembangan buah dan faktor lingkungan. Rusaknya saluran getah kuning akibat faktor perkembangan buah, terjadi karena perbedaan perkembangan aril dan biji dengan kulit buah selama pertumbuhan (Dorly 2009).Perkembangan biji dan aril yang lebih cepat daripada kulit buah menyebabkan adanya tekanandari dalam terhadap kulit, sehingga saluran getah kuning yang terdapat di eksokarp maupun di aril rusak.

Faktor lingkungan yang menyebabkan rusaknya saluran getah kuning adalah hama dan penyakit (Syah et al. 2007),terjadinya peningkatan potensial air tanah secara tiba-tiba.Perubahan potensial air tanahsecara tiba-tiba menyebabkan peningkatan penyerapan air pada sel-sel epitel saluran getah kuning yang terdapat di kulit buah, sehingga meningkatkan tekanan terhadap dinding sel-sel epitel. Apabila dinding sel-selepitel tersebut lemah karena kekurangan kalsium, maka sel-sel tersebut mudah pecah sehingga getah kuning keluar dari salurannya dan mencemari aril dan kulit buah (Poerwanto et al. 2010).

Rusaknya saluran getah kuning dapat dicegah apabila kalsium tersedia, karena kalsium merupakan unsur penting pada dinding sel.Kalsium menentukan kekakuan (rigidity) dinding sel, sesuai fungsi ion Ca2+sebagai penghubung antara rantai pektin pada dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991).Ca2+juga merupakan kation untuk anion organik dan anorganik di vakuola (Marschner, 1995).Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel rapuh dan mudah rusak.Defisiensi kalsium menyebabkan kerusakan fisiologis pada berbagai tanaman buah(Bangerth, 1979).

Defisiensi kalsium terbukti meningkatkan cemaran getah kuning pada buah manggis (Pludbuntong et al. 2007). Perikarp buah manggis yang tercemar getah kuning mengandung lebih sedikit kalsium dibandingkan buah normal. Cemaran getah kuning pada buah manggis berkaitan dengan kadar kalsium tanah. Cemaran getah kuning buah dapat berkurang jika kandungan kalsium tanah tinggi (Poerwanto et al. 2010).

(38)

3

ditingkatkan untuk mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis, oleh karena itu aplikasi kalsium melalui tanah perlu dilakukan.

Aplikasi kalsium pada tanaman manggis melalui pemberian 17.5 ton dolomit ha-1 (3.5 ton Ca ha-1) di tanah dapat mengendalikan getah kuning pada perikarp buah manggis, tetapi tidak efektif mengendalikan getah kuning pada aril(Dorly 2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan kalsium buah belum terpenuhi melalui aplikasi kalsium yang dilakukan. Penyediaan kalsium bagi tanaman dipengaruhi oleh sumber kalsium dan dosis yang diberikan.

Sumber kalsium dolomit (CaMg(CO3)2) mengandung 32 % CaO dan 18 % MgO.Kandungan unsur magnesium pada dolomit dapat berpengaruh positif maupun negatif. Pengaruh positif dapat terjadi karena tersedianya unsur magnesium bagi tanaman, yang merupakan komponen dari rantai klorofil sehingga berpengaruh terhadap fotosintesis. Pengaruh negatifnya adalah kompetisi antara kalsium dan magnesium dalam penyerapan oleh akar tanaman, yang dapat menghambat penyerapan kalsium oleh tanaman.Penyerapan kalsium oleh akar tanaman dipengaruhi oleh rasio antara ion Ca2+, Mg2+dan K+.

Penelitian ini menggunakan sumber kalsiumdolomit dan sumber kalsium lainyang tidak mengandung magnesium, yaitu kaptan. Kandungan kalsium dalam kaptan adalah 85% CaCO3(34 % Ca). Kandungan kalsium kaptan yang lebih tinggi daripada dolomit menyebabkan kaptan lebih efisien daripada dolomit, karena dapat diberikan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk dosis kalsium yang sama. Perlu dilakukan perbandingan antara sumber kalsium kaptan dan dolomit terhadap keefektifan penyerapannya oleh tanaman.

(39)

Kombinasi antara sumber dan dosis kalsium diduga berpengaruh terhadap pengendalian getah kuning pada buah manggis. Pengendalian cemaran getah kuning merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas buah manggis, karena cemaran getah kuning merupakan salah satu parameter untuk menilai kualitas buah manggis.

Tujuan

1. Membandingkan sumber kalsium kaptan dan dolomitdalammencegah cemaran getah kuning sehingga meningkatkan kualitas buah manggis.

2. Mempelajari dosis kalsium yang tepat untuk masing-masing sumber kalsium sehingga dapatmencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

3. Mempelajari kombinasi sumber dan dosis kalsium yang tepat untuk mencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

Hipotesis

1. Salah satu sumber kalsium dapat mencegah cemaran getah kuning sehingga meningkatkan kualitas buah manggis.

2. Terdapat dosis kalsium yang tepat dalam mencegah cemaran getah kuning dan meningkatkan kualitas buah manggis.

(40)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Tanaman Manggis

Tanaman manggis dapat tumbuh optimal pada tanah lempung berpasir dan gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi serta drainase yang baik. Derajat kemasaman optimum yang dibutuhkan tanaman ini berkisar antara 5.5-7 (Yaacob dan Tindall 1995).Ketinggian tempat 460-610 m di atas permukaan lautoptimum untuk tanaman manggis (Verheij 1992).

Daerah dengan curah hujan 1500-2500 mm/tahun dan kelembaban udara 80% merupakan tempat yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995).Tanaman manggis memerlukan curah hujan lebih dari 100 mm/bulan dengan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Suhu yang dibutuhkan oleh tanaman ini berkisar antara 25-30 0C(Verheij 1992; Yaacob dan Tindall 1995).

Morfologi Tanaman Manggis

Tanaman manggis memiliki akar tunggang dan akar lateral, tetapi tidak terdapat akar rambut pada akar tunggang maupun akar lateral tersebut. Tidak adanya akar rambut tersebut dapat menghambat penyerapan hara, karena akar rambut berfungsi sebagai penyerap hara. Akar tunggang manggis dapat menembus tanah hingga kedalaman 1 m, sedangkan akar lateral dapat tumbuh ke samping hingga sejauh 5-30 cm dari pangkal batang (Yaacob dan Tindall 1995). Panjang akar berpengaruh terhadap penyerapan hara, karena salah satu proses penyerapan hara oleh tanaman manggis adalah melalui proses intersepsi akar.

Tinggi tanaman manggis rata-rata adalah 6-25 m dengan bentuk batang yang lurus. Kulit batang manggis berwarna coklat tua sampai hitam kusam. Batang manggis yang dilukai dapat mengeluarkan getah berwarna kuning. Daun manggis muda berwarna merah muda, kemudian berubah warna menjadi hijau muda sampai hijau tua.Permukaan bawah daun berwarna hijau muda (Verheij 1992).

(41)

empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal akan rontok setelah antesis, sedangkan sepal akan tetap melekat pada bunga hingga buah matang. Buah akan matang pada waktu 100-120 HSA (Hari Setelah Antesis) (Verheij 1992; Rai et al. 2006). Perkembangan buah manggis terjadi dalam 2 tahap, yaitu praantesis dan pascaantesis. Tahap praantesis merupakan tahap pembentukan segmen aril dan bakal biji yang berlangsung pada umur 8 hingga 1 hari sebelum antesis. Tahap perkembangan buah pascaantesis ditandai dengan perubahan warna serta peningkatan bobot dan diameter buah manggis (Rai 2004; Ropiah 2009).

Perubahan warna terjadi pada kulit serta sepal dan tangkai selama pertumbuhan buah manggis. Kulit buah manggis berubah warna dari hijau menjadi merah, kemudian menjadi coklat kemerahan dan akhirnya menjadi ungu. Kulit buah berwarna hijau pada umur 1 hingga 12 MSA, kemudian berubah menjadi merah pada umur 13 hingga 14 MSA. Warna kulit buah menjadi coklat kemerahan pada umur 15 MSA dan menjadi ungu pada umur 16 MSA (Dorly 2009; Ropiah 2009).

Sepal dan tangkai buah manggis mengalami perubahan warna seperti pada kulit buah. Sepal berwarna hijau muda pada umur 1 hingga 15MSA dan berubah menjadi hijau tua saat buah matang (kurang lebih 16 MSA). Tangkai buah berwarna hijau muda saat berumur 1 hingga 5 MSA, kemudian menjadi hijau tua seiring pematangan buah manggis (Dorly 2009).

Peningkatan bobot dan diameter buah manggis berlangsung lambat pada 5 MSA, kemudian meningkat dengan cepat hingga umur 10 MSA. Kecepatan pertambahan bobot dan diameter menurun pada umur 11 hingga 16 MSA (Dorly 2009; Poovaradom dan Sumitra 2009).

Selama perkembangan buah manggis terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan buah dengan aril dan biji. Tebal aril dan biji meningkat sejak umur 1 hingga 16 MSA, sedangkan tebal kulit hanya meningkat pada umur 1 hingga 5 MSA, kemudian menurun sejak umur 6 hingga 16 MSA. Penurunan ketebalan kulit disebabkan penurunan kadar air seiring perkembangan kulit buah, sehingga sel-sel penyusun jaringan kulit buah mengerut sehingga kulit buah menjadi tipis (Dorly 2009).

(42)

7

dan kulit buah rusak. Rusaknya sel-sel epitel mengakibatkan pecahnya saluran getah kuning pada aril maupun kulit buah pada umur 10 MSA. Getah kuning mulai terlihat mengotori aril saat buah berumur 14 MSA (Dorly 2009).

Anatomi Perkembangan Buah Manggis

Perkembangan sel-sel di eksokarp, mesokarp dan aril buah manggis berlangsung dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Jumlah sel-sel eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA. Selanjutnya peningkatan ukuran sel berlangsung lambatsejak minggu ke-6 setelah antesis. Pertambahan ukuran sel-sel tersebut kembali meningkat pada umur 14 hingga 15 MSA (Dorly 2009).

Perkembangan sel di eksokarp, mesokarp dan endokarp terjadi seiring dengan pertambahan lapisan di eksokarp, mesokarp dan endokarp tersebut. Jumlah lapisan eksokarp, mesokarp dan endokarp meningkat dengan cepat pada umur 1-5 MSA, selanjutnya peningkatan jumlah lapisan tersebut berlangsung lambat.Jumlah lapisan eksokarp terbanyak dijumpai pada umur 11 MSA. Jumlah lapisan tersebut menurun perlahan pada umur 12 MSA dan cenderung stabil hingga umur 16 MSA.Jumlah lapisan mesokarp dan endokarp buah manggis terbanyak dijumpai pada umur 13 MSA, kemudian menurun perlahan pada umur 15 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Pola perkembangan biji dan aril berbeda dengan perkembangan eksokarp, mesokarp dan endokarp. Pertumbuhan tebal biji dan aril justru meningkat pada umur 14-16 MSA. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang mendesak dari dalam ke arah luar, sehingga menyebabkan saluran getah kuning di endokarp buah pecah. Pecahnya saluran getah kuning tesebut menyebabkan getah keluar dari salurannya dan mengotori aril manggis. Cemaran getah kuning pada aril mulai terdeteksi sejak buah berumur 14 hingga 16 MSA (Dorly 2009).

Getah Kuning

Getah kuning secara alami terdapat pada tanaman manggis. Getah kuning mengandung senyawa resin (Yaacob dan Tindall 1995). Senyawa resin tersebut diduga berkaitan dengan pertahanan terhadap serangan organisme pengganggu (McGarvey dan Croteau 1995).

(43)

(flavonoid dan tanin) ditemukan pada kulit batang, kulit buah muda, daging buahdewasa dan daging buah muda. Senyawa steroidditemukan dalam daging buah muda manggis (Dorly 2009), dansenyawa xantone ditemukan pada kulit buah manggis (Chaverri et al. 2008;Ahmat et al. 2010).

Getah kuning terletak dalam saluran yang terdapat pada hampir seluruh organ tanaman manggis. Saluran getah kuning terdapat pada organ daun, batang dan buah kecuali akar tanaman. Saluran getah kuning telah terbentuk pada awal pertumbuhan buah manggis, bahkan sejak pembungaan. Saluran getah kuning terdapat pada bagian bakal buah (ovari), yang telah terbentuk saat kuncup bunga dan antesis (bunga mekar) (Rai et al 2006; Dorly 2009). Seiring perkembangan buah, saluran getah kuning selanjutnya terbentuk pada eksokarp, mesokarp, endokarp dan aril buah manggis, baik pada buah mudamaupun buah tua. Saluran getah kuning memiliki lumen besar yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas (Dorly 2009). Saluran tersebut berbentuk kanal memanjang dan bercabang. Ruang sekretorinya kemungkinan terbentuk melalui pembesaran ruang skizogen (Dickison 2000).

Cemaran getah kuning pada buah manggis yang dikenal dengan istilah

gamboge disorder merupakan permasalahan penting yang perlu diatasi dalam agribisnis manggis. Gamboge disorder merupakan permasalahan utama dalam produksi manggis di daerah tropis (Yaacob dan Tindall 1995). Buah manggis yang bergetah kuning tidak disukai konsumen selain karena penampilannya yang tidak menarik, buah yang tercemar getah kuning menjadi pahit sehingga tidak dapat dikonsumsi.

Cemaran getah kuning pada buah manggis mempengaruhi kelayakan ekspor buah tersebut. Persyaratan mutu buah untuk tujuan ekspor kelas super adalah kulit buah mulus tidak bercacat, baik cacat biologis maupun cacat mekanis seperti burik dan getah kuning (Badan Standardisasi Nasional 2009).

Getah kuning yang mencemari buah manggis berasal dari saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah. Getah tersebut dapat mencemari buah apabila sel-sel epitel pada saluran getah rusak (Asano et al. 1996; Pankasemsuk

(44)

9

Rusaknya saluran getah kuning dapat terjadi karena faktor lingkungan seperti kadar air tanah dan curah hujan yang terlalu tinggi selama perkembangan buah. Fluktuasi perubahan air tanah tersebut menyebabkan terjadinya perubahan tekanan turgor, sehingga dinding sel penyusun endokarp pecah (Poerwanto et al. 2010). Gangguan serangga dan kesalahan saat panen juga termasuk faktor yang menyebabkan pencemaran getah kuning, terutama pada kulit luar buah (Syah et al. 2007).

Cemaran getah kuning pada buah manggis dapat disebabkan faktor fisiologis tanaman. Terdapat perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan buah. Dalam fase perkembangan buah, pertambahan diameter buah akan semakin berkurang pada minggu ke-10 setelah antesis, sementara pertambahan tebal biji justru meningkat. Terjadi tekanan dari dalam terhadap jaringan yang terletak antara aril dan kulit buah (Dorly 2009), sehingga menyebabkan saluran getah kuning yang terdapat di jaringan tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning tersebut menyebabkan getah kuning mencemari aril. Pecahnya saluran getah kuning yang terdapat pada perikarp buah manggis terkait dengan defisiensi kalsium, karena salah satu fungsi utama kalsium adalah mempertahankan integritas dinding sel. Defisiensi kalsium dapat menyebabkan dinding sel mudah rusak (Marschner 1995).

Kalsium

Kalsium merupakan unsur penting penyusun dinding sel. Ca2+merupakan penghubung rantai pektin pada struktur dinding sel (Taiz dan Zeiger 1991; Marschner 1995). Ikatan kalsium dengan pektin bergantung pada ketersediaan muatan negatif grup karboksilat (grup ionik) yang akan diblokir oleh esterifikasi metil. Pembentukan struktur kalsium dipengaruhi oleh sintesis dan metabolisme pektin pada dinding sel (Huang et al. 2005).

(45)

mudah pecah, sehingga getah kuning yang terdapat di dalamnya tidak mencemari buah.

Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis. Beberapa penelitian membuktikan bahwa gamboge disorder pada manggis disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi (Pludbuntong et al. 2007; Poovarodom dan Boonplang 2008). Buah normal terbukti mengandung lebih banyak kalsium daripada buah yang tercemar getah kuning (Dorly 2009).

Penyerapan kalsium oleh akar tanaman dari larutan tanah terjadi melalui proses aliran massa dan intersepsi akar. Kalsium merupakan unsur yang bersifat immobil dalam tanaman. Rendahnya konsentrasi kalsium pada buah tidak hanya disebabkan defisiensi kalsium ataupun rendahnya penyerapan kalsium, tetapi disebabkan rendahnya kemampuan tanaman untuk mendistribusikan kalsium melalui floem (Bangerth 1979).

Kalsium ditranslokasikan dari akar ke bagian tajuk melalui xylem pada batang. Kalsium masuk ke buah melalui pembuluh xylem yang terdapat pada tangkai buah. Kalsium selanjutnya ditranslokasikan ke seluruh bagian kulit buah (perikarp) maupun aril melalui jaringan pembuluh kapiler yang terdapat di buah (Gambar 1). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan kalsium tidak berhenti pada awal perkembangan buah, tetapi berlanjut hingga buah dipanen (Tromp 1979; Zavalloni et al. 2001; Poovaradom dan Sumitra 2009).

(46)
[image:46.595.167.452.129.469.2]

Gambar 1 Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut (Wu et al

Dolomit mengandung

dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995).

Dorlyet al. (2008) menunjukkan bahwa a

1 efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis,

tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril diperoleh pada penelitian

dolomit dengan dosis 18

1). Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar

tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini sumber kalsium yaitu

Tangkai

Loading site

Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut

et al. 2004)

engandung 23 % Ca dan 10.26 % Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator dalam sistem enzim (Marschner 1995). Hasil penelitian Wulandari (2009) dan

(2008) menunjukkan bahwa aplikasi dolomit dengan dosis efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tidak berhasil mengurangi cemaran getah kuning pada aril. Hasil yang sama diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) yang menggunakan dolomit dengan dosis 18 ton ha-1(3,5 ton Ca ha-1) dan 24 ton ha

. Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang

tanaman.

Berdasarkan hal tersebut maka pada penelitian ini dibandingkan dua yaitu dolomit dan satu sumber kalsium yang tidak mengandung

Saluran pembuluh minor Tangkai buah Loading site Saluran pembuluh utama embrio Saluran pembuluh minor Endokarp Mesokarp Eksokarp 11

Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut

% Mg. Magnesium berperan dalam pertumbuhan tanaman untuk pembentukan klorofil dan sebagai aktivator Hasil penelitian Wulandari (2009) dan dolomit dengan dosis 17.5 ton ha -efektif mengurangi cemaran getah kuning pada kulit luar buah manggis, tetapi Hasil yang sama yang menggunakan dan 24 ton ha-1(4,5 ton Ca ha -. Adanya sifat antagonisme antara Ca dan Mg dalam penyerapan oleh akar tanaman diduga menyebabkan dolomit tidak efektif memberikan kalsium yang

dibandingkan dua yang tidak mengandung

Saluran pembuluh minor

(47)
(48)

13

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitianberlangsung pada akhir Bulan Desember 2010 hingga Juni 2011. Pengamatan cemaran getah kuning serta sifat fisik dan kimia buah dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB.Analisis kandungan kalsium pada perikarp buah dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak IPB. Analisis sifat kimia tanah serta kandungan Ca dan Mg daun dilakukan di Laboratorium Penelitian Tanah Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dolomit, kaptan dan buah manggis yang berasal dari tanaman yang berumur 25 tahun dengan kanopi yang relatif seragam. Buah manggis yang digunakan sebanyak 10 buah pada setiap satuan percobaan, sehingga buah yang diperlukan untuk 24 satuan percobaan adalah terdapat 240 buah.

Alat yang digunakan terdiri atas refraktometer untuk mengukur tingkat kemanisan dan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) untuk mengukur persentase kandungan kalsium pada perikarp (kulit buah) dan daun. Kekerasan buah diukur dengan penetrometer dan resistensi (kemudahan dibuka) buah diukur dengan alat pengukur resistensi.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas dua faktor, yaitu:

1. Sumber kalsium yang terdiri atas dua sumber: a. Kaptan (K1)

b. Dolomit (K2)

2. Dosis kalsiumyang terdiri atas empat taraf yaitu: a. 0 ton Ca ha-1(D

0), setara dengan 0 ton ha-1kaptan dan 0 ton ha-1 dolomit. b. 2 ton Ca ha-1(D

(49)

c. 4 ton Ca ha-1(D

2), setara dengan 12 ton ha-1 kaptan dan 20 ton ha-1 dolomit.

d. 6 ton Ca ha-1(D

3), setara dengan 18 ton ha-1 kaptan dan 30 ton ha-1 dolomit.

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Satu satuan percobaan terdiri atas satu pohon manggis, sehingga terdapat 24 pohon manggis yang digunakan.Lay out percobaan penelitian disajikan pada Lampiran 1.

Pengambilan contoh buah diambil secara acak (random).Data dianalis dengan menggunakan sidik ragam dan apabila pengaruh perlakuan nyata, maka dilakukan pengujian lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test

(DMRT). Variabel skoring getah kuning kulit dan aril, skoring rasa buah serta skoring warna kulit dan sepal diuji dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Dunn (Mattjik dan Sumertajaya 2006).

Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan acak kelompok sebagai berikut:

Yijk= µ + αi +Kj+ Dk+ (KD)ij+ εijk dimana: i = 1, 2, 3, j = 1, 2dan k = 1, 2, 3, 4

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor sumber kalsium (K) taraf ke-j, faktor dosis kalsium (D) taraf ke-k dan kelompok ke-i

μ = Rataan umum

αi = pengaruh kelompok ke-i Kj = Pengaruh faktor K taraf ke-j Dk =Pengaruh faktor D taraf ke-k

(KD)jk= Interaksi dari faktor K taraf ke-j dan faktor D taraf ke-k

εijk = Penga

Gambar

Gambar 1Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah WalnutDiagram
Gambar 1Diagram anatomi jaringan pembuluh pada buah WalnutDiagram anatomi jaringan pembuluh pada buah WalnutDiagram anatomi jaringan pembuluh pada buah Walnut
Gambar 2Gambar
Gambar 3Alur penentuan kadar ATT buah manggis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pemberian premedikasi xilazin dengan dosis yang

Hal tersebut berarti pentingnya memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi kinerja dari driver Gojek tersebut, karena driver merupakan sumber daya berharga,

Setiap segmen tubuh polychaeta dilengkapi dengan sepasang alat gerak atau alat berenang yang disebut parapodia, pada cacing yang bergerak aktif (Errantia), tetapi pada cacing

Suatu perusahaan besar dan mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara peru- sahaan yang baru dan kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses

Berdasarkan teori kereaktifan logam alkali dan alkali tanah dengan air, dalam sistem periodik, dalam satu golongan, dari nomor atam yang paling kecil ke nomor atom yang paling

a) Lingkungan tempat tinggal baik lingkungan sekolah, maupun lingkungan tempat bermain. Lingkungan sangat berpengaruh bagi perilaku manusia, jika tinggal di

Materi eclipse merupakan halaman yang menanmpilkan materi tentang gerhana matahari dan gerhana bulan, tampilan dari materi gerhana matahari dan gerhana bulan

Sehubungan dengan hasil evaluasi masing-masing pekerjaan dan memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa