• Tidak ada hasil yang ditemukan

Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) with Calcium Spraying Aplication.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) with Calcium Spraying Aplication."

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN

PENGERASAN KULIT BUAH MANGGIS

(

Garcinia mangostana

L.) DENGAN

PENYEMPROTAN KALSIUM

YULINDA TANARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Studi Pengendalian Getah

Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan

Penyemprotan Kalsium” adalah karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2011

Yulinda Tanari

(3)

ABSTRACT

YULINDA TANARI. Study to Control Yellow Latex and Pericarp Hardening of Mangosteen Fruit (Garcinia mangostana L.) with Calcium Spraying Aplication. Under direction of DARDA EFENDI and ROEDHY POERWANTO.

Calcium is one of important elements of cell membrane component and strengthen cell wall. Calcium is normally bound to pectin compound as a middle lamella component. Calcium deficiency affect the degradation of cell wall integrity. Low calcium content in the pericarp of mangosteen fruit could triggering the incidence of yellow latex or gamboges disorder on aryl and fruit pericarp. An experiment was conducted to determine the optimum combination of spraying frequency and concentration of CaCl2 in controlling yellow latex,

pericarp hardening and quality of fruit. Factorial experiment was designed with two factors and three replications. The first factor was frequency of CaCl2

spraying that consist of three levels, i.e twice, four and six times. The second factor was calcium concentration that consist of four levels, i.e 0, 12, 24 and 36 g L-1. Result indicated that the combination of frequency of six times with 24 g L-1 is effective to reduce percentage of yellow latex in the aryl by 86% and 69% in the pericarp without pericarp hardening and reduction in fruit qualityat harvest time and after 20 days storage

(4)

RINGKASAN

YULINDA TANARI. Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit

Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh DARDA EFENDI dan

ROEDHY POERWANTO.

Getah kuning dan pengerasan kulit buah merupakan masalah yang berhubungan dengan mutu buah. Getah kuning adalah getah yang dihasilkan secara alami pada setiap organ manggis, kecuali akar. Getah ini akan menjadi masalah bila sel-sel epitel penyusun saluran sekretorinya pecah dan getah kuning mengotori aril atau kulit buah manggis. Penyebab kerusakan pada saluran sekretori getah kuning terkait erat dengan konsentrasi kalsium yang rendah. Hal ini berkaitan dengan fungsi kalsium sebagai penyusun dinding sel dalam bentuk Ca-pektat dalam lamela tengah. Ca merupakan unsur hara makro yang bersifat immobil, diangkut dari akar ke bagian lain pada tanaman bersama air melalui aliran transpirasi. Kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun, sehingga hanya sedikit kalsium terakumulasi dalam buah. Hal ini menjadi masalah utama pada tanaman buah-buahan terutama pada tanah masam dengan kandungan Ca yang rendah, sehingga diperlukan penyemprotan Ca langsung ke buah untuk mensuplai Ca. Penelitian ini bertujuan untuk (1) membuktikan peran Ca dalam mengendalikan cemaran getah kuning pada buah manggis (2) mengetahui

kombinasi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2 yang tepat untuk

mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis, (3)

mempelajari frekuensi penyemprotan CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan

getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis, dan (4) mempelajari

konsentrasi CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan getah kuning, pengerasan

kulit dan kualitas buah manggis. Penelitian lapangan dilakukan di Desa Suka Banjar, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang terdiri atas 2 faktor yaitu frekuensi penyemprotan CaCl2 dan konsentrasi CaCl2. Faktor pertama yaitu frekuensi penyemprotan CaCl2 terdiri atas 3 taraf yaitu 2 kali (10 dan 12 MSA), 4 kali ( 6, 8 10 dan 12 MSA), dan 6 kali (2, 4, 6, 8,10, 12 MSA). Faktor kedua yaitu konsentrasi CaCl2 yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0, 12, 24 dan 36 gl-1. Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu pohon sehingga jumlah pohon yang digunakan adalah 36 pohon. Setiap pohon diambil 40 buah manggis sebagai sampel percobaan.

Peubah yang diamati sebelum perlakuan adalah sifat fisik dan kimia tanah. Peubah-peubah yang diamati saat panen meliputi skoring buah bergetah kuning di aril dan kulit buah, persentase buah bergetah kuning di aril dan kulit buah, persentase juring tercemar getah kuning, kandungan kalsium pada bagian-bagian kulit buah diameter buah, bobot buah dan bagian-bagiannya, tebal kulit buah,

(5)

dan 20 hari setelah panen (HSP) secara destruktif dan non destruktif. Pengamatan destruktif dilakukan terhadap peubah kadar air kulit, sepal dan tangkai; kekerasan dan resistensi kulit. Pengamatan non destruktif dilakukan terhadap skor warna kulit; skor kesegaran kulit; skor warna sepal, skor kesegaran sepal, skor rasa dan susut bobot. Sebagai data penunjang, diamati juga curah hujan, jumlah hari hujan, suhu, kelembaban dan penyinaran matahari di lokasi penelitian yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyemprotan kalsium dengan kombinasi antara frekuensi penyemprotan 6 kali dengan konsentrasi 24 g L-1 efektif menurunkan persentase buah bergetah kuning di aril sebesar 86% dan persentase buah bergetah kuning kulit sebesar 69% tanpa menyebabkan pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis.

(6)

©Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

STUDI PENGENDALIAN GETAH KUNING DAN

PENGERASAN KULIT BUAH MANGGIS

(

Garcinia mangostana

L.) DENGAN

PENYEMPROTAN KALSIUM

YULINDA TANARI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit Buah

Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Penyemprotan

Kalsium

Nama : Yulinda Tanari

NIM : A252090061

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Agronomi dan Hortikultura

Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, M.S. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr.

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kemurahanNya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Studi Pengendalian Getah Kuning dan Pengerasan Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan

Penyemprotan Kalsium” berhasil diselesaikan.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak menerima bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Darda Efendi, M.Si dan bapak Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto,

M.Sc, yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan dengan penuh perhatian dalam pelaksanaan dan penulisan tesis.

2. Hibah Penelitian Tim Pascasarjana (HPTP) Dirjen DIKTI yang telah

mendanai penelitian ini sesuai kontrak Nomor 40/13.24.4/SPP/PHPS/2011.

3. Dirjen Pendidian Tinggi yang telah memberikan bantuan beasiswa BPPS

selama penulis mengikuti pendidikan Pascasarjana di IPB

4. Petani manggis di Desa Suka Banjar, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten

Tanggamus, Lampung.

5. Bapak Yacob Tanari (alm) dan Ibu Naban Palundun (alm), kakakku Yurlin

Tanari, Yupita Tanari, Mobius Tanari, Bernoulli Tanari, Yeti Tanari, Gelder Tanari, Yustia Tanari, Titin Budi Wahyuti, dan adikku Bleiser Tanari, yang dengan penuh kasih mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus dan motivasi yang telah diberikan.

6. Team Gamboge Lampung (Inanpi Hidayati, Susi Octaviani Sembiring

Depari dan Suci Primilestari) dan Keluarga AGH 2009 atas segala dukungan dan kebersamaannya.

Tuhan Yang Maha Kuasa kiranya membalas budi baik yang telah diberikan dan semoga tesis ini bermanfat bagi pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanete tanggal 23 Oktober 1979 dari Bapak Yacob Tanari (alm) dan Ibu Naban Palundun (alm). Penulis merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Palopo, dan pada tahun yang sama lulus test masuk perguruan tinggi di Universitas Hasanuddin Makassar pada Fakultas Pertanian dan Kehutanan Program Studi Agronomi dan Hortikultura. Menyelesaikan studi pada tahun 2003.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Manggis (Garcinia mangostana L) ... 5

Getah Kuning ... 6

Peranan kalsium Terhadap Struktur dinding Sel ... 7

Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan pada Buah ... 8

Kekerasan Kulit Buah ... 9

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian... 12

Pelaksanaan Penelitian ... 14

Pengamatan... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis ... 22

Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Getah Kuning ... 24

Kualitas Fisik Buah Manggis ... 25

Kualitas Kimia Buah Manggis ... 30

Pengamatn Pascapanen ... 32

SIMPULAN DAN SARAN ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor dan persentase buah ber

getah kuning di aril dan kulit buah manggis... 22

2 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap persentase juring tercemar

getah kuning... 24

3 Pengaruh Penyemprotan Ca terhadap kandungan Ca pada

bagian-bagian kulit buah... 25

4 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap diameter transversal dan

longitudinal buah manggis... 26

5 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot buah, bobot sepal,

bobot tangkai dan tebal kulit buah manggis... 27 6 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot biji, bobot aril dan

edible portion... 28

7 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi

kulit buah manggis... 29

8 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran

kulit; skor warna dan kesegaran sepal buah manggis... 30

9 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap PTT, TAT dan skor rasa

buah manggis... 31 10 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kadar air kulit, sepal dan

tangkai buah manggis ... 32 11

12

13

14

15

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi kulit buah manggis selama penyimpanan...

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran kulit buah manggis selama penyimpanan...

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran sepal buah manggis selama penyimpanan...

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor rasa buah manggis selama penyimpanan...

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kadar air kulit, sepal dan tangkai buah manggis selama penyimpanan...

33

34

35

36

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka

sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat

pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)... 12

2 Label pohon... 14

3 Bunga saat anthesis... 14

4 Skoring aril (1-5)... 16

5 Skoring kulit (1-5)... 16

6 Pengaruh frekuensi penyemprotan CaCl2 terhadap susut bobot (%) 38

(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka

sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat

pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)... 12

2 Label pohon... 14

3 Bunga saat anthesis... 14

4 Skoring aril (1-5)... 16

5 Skoring kulit (1-5)... 16

6 Pengaruh frekuensi penyemprotan CaCl2 terhadap susut bobot (%) 38

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Layout Percobaan ... ... 47

2 Data Cuaca Kec. Kota Agung Timur Kabupaten Tanggamus, Lampung... 48

3 Hasil Analisa Tanah Sebelum Aplikasi Perlakuan... 49 4

5

Tabel Rekapitulasi Hasil untuk Semua Peubah... Tabel Rekapitulasi Sidik Ragam untuk Semua Peubah...

50 51

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manggis merupakan komoditas ekspor yang menjadi sumber devisa bagi negara. Permintaan manggis yang tinggi dari berbagai negara seperti, Hongkong, Cina, Singapura, Timur Tengah, dan Jepang (Deptan 2008), membuat volume ekspor manggis menempati urutan pertama dari ekspor buah segar Indonesia. Nilai ekspor manggis dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2007 sebesar US$ 4.951.442, menjadi US$ 5.832.534 pada tahun 2008, dan US$ 6.451.923 pada tahun 2009. Peningkatan nilai ekspor tersebut menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi dan volume ekspor buah manggis Indonesia cukup tinggi. Produksi buah manggis Indonesia pada tahun 2009 sebesar 105.558 ton, sedangkan volume ekspor hanya sebesar 9.987 ton atau berkisar 10% dari total produksi yang dihasilkan (BPS 2009).

Rendahnya persentase buah yang dapat diekspor disebabkan oleh mutu buah yang rendah, sementara pasar internasional membutuhkan produk dengan kualitas tinggi untuk produk segar ataupun olahan (Deptan 2008). Ketentuan minimum yang harus dipenuhi sebelum pengkelasan buah manggis antara lain, penampilan segar, buah mudah dibelah, bebas dari memar, memiliki bentuk, warna dan rasa

sesuai dengan sifat/ciri varietas, bebas dari hama dan penyakit, dan layak dikonsumsi.

Ditjen Hortikultura (2007) membatasi tingkat getah kuning untuk kelas super tidak lebih dari 5 %, kelas A tidak lebih dari 10 % dan batas toleransi yang paling tinggi adalah 20 % untuk kelas B. Getah kuning pada aril dan kulit buah yang mencapai 30-50 % per pohon menjadi masalah besar yang dihadapi di daerah-daerah sentra produksi manggis seperti Batang Hari, Merangin, Tanggamus, dan lain-lain (PKBT 2002; Balitbu 2008; Bahar 2009). Permasalahan mutu buah manggis selain getah kuning adalah burik pada buah dan shelf life

buah yang rendah (kulit buah manggis yang mengeras). Volume dan nilai ekspor manggis diharapkan akan meningkat, jika masalah mutu ini dapat diatasi.

(18)

penyusun saluran sekretorinya pecah dan getah kuning mengotori aril atau kulit

buah manggis (Dorly et al. 2008). Getah kuning menyebabkan rasa tidak enak dan

penampilan buah kurang menarik sehingga buah menjadi tidak layak ekspor. Penyebab kerusakan pada saluran sekretori getah kuning terkait erat dengan

konsentrasi kalsium (Ca) yang rendah (Bangerth, 1979; Pludbuntong et al., 2007;

Dorly 2009). Hal ini berkaitan dengan fungsi Ca sebagai penyusun dinding sel dalam bentuk Ca-pektat dalam lamela tengah (Winarno dan Aman 1981; Marschner 1995).

Kalsium merupakan unsur hara makro yang bersifat immobil, diangkut dari akar ke bagian lain pada tanaman bersama air melalui aliran transpirasi (Bangerth 1979; Marschner 1995; Saure 2005). Kalsium sebagai unsur yang tidak dapat didistribusikan kembali ke jaringan yang lebih muda sehingga daun muda

dan buah yang sedang berkembang secara penuh bergantung pada pengiriman Ca dalam aliran transpirasi dari xilem.

Studi aplikasi Ca melalui tanah telah dilakukan oleh Dorly (2009). Pemberian Ca tersebut nyata meningkatkan kandungan Ca pada daun, tidak pada bagian perikarp buah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aplikasi Ca melalui tanah tidak efektif untuk dilakukan karena akan terjadi peningkatan Ca yang lebih besar pada daun karena kebanyakan air ditranspirasikan melalui daun. Bagian buah tidak melakukan transpirasi sebanyak daun, sehingga hanya sedikit Ca terakumulasi dalam buah (Bangerth 1979; Marschner 1995). Hal ini menjadi masalah utama pada tanaman buah-buahan, terutama pada tanah masam dengan kandungan Ca rendah, yang memiliki aliran Ca ke buah yang sangat terbatas, sehingga menyebabkan getah kuning banyak terjadi di kebun manggis yang berada di tanah masam.

Penyemprotan merupakan salah metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan Ca pada buah (Zavalloni 2001; Saure 2005; Huang 2005; Lotze dan Theron 2007; Barasa 2009; Ghani 2011). Penyerapan Ca ke dalam terjadi buah melalui kutikula, masuk secara difusi melalui apoplas, yaitu melalui dinding sel dan ruang antar sel dalam perikarp buah (Saure 2005). Efektivitas dan peran Ca untuk menurunkan cemaran getah kuning melalui

(19)

Kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa kimia yang dihasilkan secara langsung dari batu kapur, berupa kristal berwarna putih, dapat berfungsi sebagai sumber kalsium. CaCl2 memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air yaitu 74.5 g/100ml air (20oC), 59.5 g/100 ml air (0oC). Kelarutan yang tinggi tersebut

menyebabkan CaCl2 seringkali digunakan sebagai sumber Ca untuk

pengaplikasian langsung ke buah (IPCS 1995).

Penyemprotan dengan frekuensi dan konsentrasi yang tepat diharapkan akan lebih menurunkan persentase getah kuning tanpa menimbulkan efek pengerasan kulit buah. Perbaikan mutu buah ini diharapkan akan meningkatkan volume buah yang dapat diekspor. Berdasarkan informasi tersebut, penelitian mengenai konsentrasi dan frekuensi pemberian Ca yang tepat untuk mengendalikan getah kuning menjadi sangat penting.

Tujuan Penelitian

1. Membuktikan peran Ca dalam mengendalikan cemaran getah kuning pada

buah manggis.

2. Mengetahui kombinasi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2 yang tepat untuk mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis.

3. Mempelajari frekuensi penyemprotan CaCl2 yang optimum untuk

mengendalikan getah kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis. 4. Mempelajari konsentrasi CaCl2 yang optimum untuk mengendalikan getah

kuning, pengerasan kulit dan kualitas buah manggis.

Hipotesis

1. Penyemprotan Ca langsung ke bagian perikarp buah dapat menurunkan

cemaran getah kuning buah manggis

2. Terdapat kombinasi antara frekuensi penyemprotan dan konsentrasi CaCl2

(20)

3. Terdapat frekuensi penyemprotan CaCl2 yang dapat menurunkan cemaran getah kuning tanpa menyebabkan pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis

4. Terdapat konsentrasi CaCl2 yang dapat menurunkan cemaran getah kuning tanpa menyebabkan pengerasan kulit dan penurunan kualitas buah manggis.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Manggis (Garcinia mangostana L)

Manggis merupakan tumbuhan dioceus dengan tinggi tanaman mencapai 6-25 m, berdaun rapat (rimbun), duduk daun berlawanan, tangkai daun pendek, daunnya tebal serta lebar. Pohon tegak lurus dengan percabangan simetri membentuk kerucut. Semua bagian tanaman mengeluarkan eksudat getah kuning apabila dilukai (Verheij 1997; Ashari 2006; Osman dan Milan 2006).

Bunga manggis bersifat unisex dioecious (berumah dua), akan tetapi hanya bunga betina yang dijumpai, sedangkan bunga jantan tidak berkembang sempurna (rudimeter), yaitu tumbuh kecil kemudian mengering dan tidak dapat berfungsi lagi, oleh karena itu buah manggis dihasilkan tanpa penyerbukan (Mulyani 2000). Bunga sendiri atau berpasangan di ujung ranting, bergagang pendek dan tebal, berdiameter 5,5 cm. Daun kelopak 2 pasang, daun mahkota 2 pasang, tebal dan berdaging, berwarna hijau – kuning dengan pinggir kemerah-merahan. Benang sari semu dan biasanya banyak. Bakal buah bertangkai berbentuk agak bulat dan

beruang empat. Kepala putik tidak bertangkai dan bercuping (Verveij 1997). Buah manggis berbentuk bulat atau elips, dengan berat bervariasi antara

75 – 150 g. Mempunyai 4-8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal

biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal buah dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya 1-3 bakal biji yang berkembang menjadi biji yang berwarna coklat dengan panjang 2 - 2,5 cm, lebar 1,5 – 2 cm dan tebalnya antara 0,7 - 1,2 cm, berbentuk dari jaringan nuselar dan dihasilkan secara klonal karena bersifat apomiksis (Yaacob dan Tindall 1995).

Perikarp atau kulit buah manggis memiliki permukaan bagian luar yang halus dengan tebal 4-8 mm, keras, berwarna ungu kecoklatan pada bagian luarnya dan ungu pada bagian dalamnya pada buah tua, dan mengandung getah kuning yang pahit (Yaacob dan Tindall 1995).

(22)

dan serat sebanyak 0.3-5.1%. Buah manggis mengadung vitamin C sebanyak 1.0 -66.0%. Kulit buah manggis bagian dalam kaya akan pektin, katekin, tannin dan xanthonin (Osman dan Milan 2006; Ashari 2006).

Tanaman manggis dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal pada ketinggian tempat 0 – 600 m dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara 25 – 30oC. Curah hujan 1270 – 2500 mm/tahun dengan 10 bulan basah dalam satu tahun dan kelembaban udara sekitar 80%. Intensitas cahaya matahari berkisar 40 – 70%. Tanaman manggis umumnya memiliki adaptasi yang luas terhadap berbagai jenis tanah, namun untuk pertumbuhan yang baik tanaman manggis menghendaki tanah dengan tekstur liat berpasir dan berstruktur remah

dengan solum yang dalam (1.5 – 10 m). derajat keasaman tanah yang dikehendaki

adalah 5 – 7 (Verveij 1997).

Getah Kuning

Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan eksudat resin (cairan

getah) berwarna kuning yang tumpah akibat pecahnya saluran resin (Asano et al.

1996).

Daging buah manggis yang terkena getah kuning menempel ke kulit buah dan menimbulkan rasa yang pahit. Selain di daging buah, getah kuning ini juga muncul di kulit buah, yang akan mengeras seiring dengan bertambahnya umur simpan buah manggis yang telah dipanen. Hal ini dapat menurunkan kualitas buah baik secara fisik maupun rasa, buah akan terlihat buruk dan kurang menarik (Yaacob dan Tindall 1995).

Tipe saluran getah kuning pada bunga, buah, tangkai buah, batang dan daun manggis adalah saluran kanal yang bercabang yang terdiri dari dinding tebal dan tipis, mengandung selulosa, substansi pektat dan hemiselulosa. Saluran getah kuning pada buah dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, dan aril. Spot getah kuning sering juga dijumpai pada kulit buah bagian luar, hal ini diduga karena rusaknya saluran getah kuning pada eksokarp buah manggis. Getah kuning mulai mengotori aril pada saat buah berumur 14 minggu setelah anthesis ditandai dengan rusaknya sel-sel epitel. Pada buah yang arilnya terkena getah kuning, tampak rusaknya sel epitel saluran getah kuning. Perubahan tekanan

(23)

kuning bukan berada di dalam sel melainkan di dalam saluran. Getah kuning mengotori aril keluar dari saluran getah akibat rusaknya dinding sel penyusun saluran getah. Rusaknya dinding sel epitel diduga karena tekanan mekanik dari dalam akibat perkembangan sel-sel aril dan biji selama fase perkembangan buah mulai dari umur 10 minggu setelah anthesis (MSA) (Fahn 1990; Dorly 2009).

Peranan Kalsium terhadap Struktur Dinding Sel

Kalsium merupakan elemen yang berkaitan dengan kelainan fisiologi (physiological disorder) pada berbagai buah-buahan dan sayuran. Rendahnya kandungan Ca pada sel-sel penyusun dinding sel penyusun kulit buah berkaitan dengan pecahnya buah (Brown et al. 1995).

Kualitas buah dipengaruhi oleh unsur Ca. Kekurangan Ca pada buah apel ditandai dengan munculnya noda berwarna coklat (nekrotik), pecah buah pada

leci, sweet cherry dan tomat (Callan 1986; Marschner 1995; Astuti 2002; Huang

et al. 2005)

Unsur Ca di organ tubuh tanaman diperlukan untuk membentuk lamela tengah baru. Kalsium diserap tanaman dalam bentuk ion-ion Ca2+. Kalsium merupakan bagian integral dari dinding sel. Kalsium mempengaruhi ketegaran dinding sel dengan membentuk ikatan silang dengan rantai pektik (Marschner 1995). Kalsium berbeda dengan nutrisi lainnya, karena diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil, dibanding ke daun. Walaupun Ca tersedia di dalam tanah, defisiensi Ca menjadi masalah pada beberapa tanaman buah-buahan dan sayuran (Saure 2005).

Kalsium berperan dalam absorsi nitrat dan aktivitas beberapa enzim yang aktif dalam sintesa dan degradasi pati, fosforilasi, pembentukan polimer serta respirasi. Bersama dengan pektat berperan dalam menjaga turgiditas sel yaitu membuat dinding sel semakin tegar kuat dan kokoh (Winarno dan Aman 1981). Menurut Marschner (1995) Ca juga berperan sebagai perekat antara dinding sel yang satu dengan dinding sel yang lain.

(24)

dari proses fotosintesis serta berperan terhadap turgor sel yaitu untuk meningkatkan tekanan osmotik sel (Morgan 2011).

CaCl2 dihasilkan secara langsung dari batu kapur, berupa kristal berwarna putih, dapat berfungsi sebagai sumber kalsium. CaCl2 memiliki kelarutan yang tinggi di dalam air yaitu 74,5 g/100ml air (20oC), 59,5 g/100 ml air (0oC). Kalsium klorida dapat berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan (IPCS 1995).

Pengaruh Aplikasi Kalsium Melalui Penyemprotan Pada Buah

Aplikasi Ca dengan cara disemprotkan ke buah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kandungan Ca pada jaringan buah sehingga diharapkan mengurangi rusaknya sel penyusun jaringan buah. Setelah Ca memasuki perikarp, kalsium harus ditranslokasikan pada dinding sel. Huang et al. (2005) melaporkan penyemprotan tunggal Ca dengan formulasi berbeda pada tiga stadia perkembangan buah lechi menunjukkan pemberian Ca paling efektif terjadi pada stadia awal (2 minggu setelah anthesis), diikuti dengan pemberian Ca sebelum perkembangan aril.

Penyemprotan langsung ke buah berkaitan dengan sifat Ca yang inmobil dan sangat sedikit kemungkinannya diangkut melalui floem. Larutan Ca berpenetrasi ke buah lewat kutikula, stomata dan lenti sel dan pangkal trikoma. Kalsium diangkut masuk melalui difusi secara apoplas yaitu melalui sistem dinding sel dan ruang antar sel ke dalam perikarp buah (Saure 2005; Glenn et al. 1985).

Penyemprotan Ca dapat meningkatkan kandungan Ca pada buah apel golden delicious (Zavalloni et al 2001). Peningkatan kandungan Ca dicapai dengan peningkatan frekuensi penyemprotan. Sedangkan Ghani (2001) melaporkan bahwa terjadi

peningkatan kandungan Ca pada buah naga (Hylocereus polyrhizus) seiring dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan.

(25)

memaksimalkan pembukaan stomata (Marchelle dan Clijsters 1978; Pharmawati

et al. 2008).

Pro stiker adalah jenis surfaktan nonionik yang berfungsi sebagai zat pembasah yaitu

membungkus kalsium dan membuatnya tolak-menolak dengan air sehingga posisinya

mengambang dan dapat bertahan untuk tetap basah beberapa saat sebelum menyusup kedalam

perikarp buah (Huang et al. 2005). Schonherr (2000) melaporkan bahwa CaCl2 berpenetrasi sangat lambat jika tidak ada penambahan surfaktan.

Naphthalene Asetic Acid (NAA) adalah auksin sintetik. Marchelle dan Clijsters (1978) menyatakan bahwa retak pada buah ceri terkait dengan kandungan Ca buah rendah. Aplikasi Ca dengan penambahan NAA menurunkan kerusakan pada buah tersebut. Hasil penelitian Dorly (2009) kandungan Ca nyata lebih tinggi pada perikarp yang diberi penambahan NAA dibanding dengan perlakuan Ca tungggal.

Kekerasan Kulit Buah

Perubahan kekerasan tergolong perubahan fisik pada buah-buahan (Pantastico 1989). Kekerasan merupakan salah satu indikasi kerusakan buah, semakin keras kulit buah manggis semakin rusak dan tidak disukai oleh konsumen. Menurut Tongdee dan Sawanagul (1989), pengerasan cangkang buah secara fisiologis terjadi setelah mengalami proses pemasakan, yaitu setelah melalui proses klimaterik disertai dengan dehidrasi tinggi. Lama kelamaan permukaan buah secara keseluruhan mengalami pengerasan sehingga sangat sulit untuk dibuka.

Tekstur atau kekerasan kulit buah bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat, atau kadar pati yang di kandung buah. Buah-buahan dengan kulit luar yang tebal memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi daripada buah dengan kulit luar yang tipis atau kulit luar menjadi satu dengan kulit tengahnya. Tekstur kulit buah bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk dan keterikatan sel-sel, adanya jaringan penunjang dan susunan tanamannya.

Ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel, dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotic aktif dalam vakuola, permeabilitas protoplasma dan elastisitas dinding sel (Pantastico 1989).

(26)

penyimpanan terjadi penebalan dinding sel dan ruang-ruang antar sel pada jaringan parenkim kulit luar dan tengah rusak karena kehilangan cairan yang mengakibatkan kulit manggis menjadi keras (Qanytah 2004.). Kekerasan kulit buah manggis berkorelasi positif dengan kalsium pektat dan berkorelasi negatif dengan kadar pektin dan aktivitas poligalakturonase (Auliani 2010).

Pada buah yang masih muda, banyak mengandung senyawa protopektin yang berfungsi sebagai penguat lamella tengah dan membran sel. Protopektin tersebut merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer asam galakturonat, banyak kalsium dan magnesium. Pengaruh kekerasan oleh ion kalsium disebabkan terbentuknya ikatan menyilang antara ion kalsium divalent dengan polimer senyawa pektin yang bermuatan negatif yaitu pada gugus karboksil asam galakturonat. Ikatan tersebut akan mempengaruhi daya larut senyawa pektin

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di kebun manggis Desa Suka Banjar, Kecamatan Kota Agung Timur, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung, mulai bulan Januari hingga Juni 2011. Secara geografis Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104°18‟ - 105°12‟ Bujur Timur dan 5°05‟ - 5°56‟ Lintang Selatan. Topografi wilayah sekitar 40% berbukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai 2115. Suhu rata-rata harian berkisar 26oC dengan kelembaban udara 80% (Lampiran 2). Pengukuran fisik buah dan preparasi sampel dilaksanakan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika dan Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Analisis kalsium kulit buah manggis dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, IPB. Analisis kimia tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: buah manggis yang berasal dari kebun manggis dengan kondisi pohon berumur 18

tahun (Gambar 1a), memiliki jarak tanam 4 m x 3 m dan sedang berbunga. CaCl2,

NAA dan surfaktan pro stiker. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, indikator Phenolphtalein(PP), dan akuades.

(28)

a b

c d

e f

Gambar 1. Tanaman manggis yang digunakan dalam penelitian (a), jangka sorong (b), timbangan analitik (c), hand penetrometer (d), alat pengukur resistensi (e), hand refractometer (f)

Metode Penelitian

(29)

dan 12 MSA) dan 6 kali (2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MSA). Konsentrasi CaCl2 yang digunakan yaitu 0 g L-1,12 g L-1, 24 g L-1 dan 36 g L-1

Total kombinasi perlakuan adalah 12 dan diulang sebanyak tiga kali. Setiap perlakuan terdiri dari satu pohon sehingga jumlah seluruh pohon yang digunakan adalah 36 pohon. Setiap pohon diambil sampel buah sebanyak 40 buah manggis. Layout percobaan terlampir pada Lampiran 1.

Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model Rancangan Acak Kelompok sebagai berikut:

Yijk = µ + ρk + τi + βj + (τβ)ij εijk

dimana: i = 1, 2, 3 dan j = 1, 2, 3, 4 Yijk

µ ρk τi ß j (τβ)ij

εijk

=

= = = = =

=

Nilai pengamatan pada perlakuan frekuensi penyemprotan ke-i, konsentrasi ke-j dan kelompok ke-k

Rataan umum

Pengaruh kelompok ke-k

Pengaruh perlakuan frekuensi penyemprotan ke-i Pengaruh perlakuan konsentrasi ke-j

Pengaruh interaksi frekuensi penyemprotan dan konsentrasi pada kelompok ke-k

Pengaruh galat percobaan frekuensi penyemprotan ke-i,

konsentrasi ke-j dan kelompok ke-k

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh pada uji F taraf 5 % atau

1 %, akan dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).

Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Krusscal Wallis dan uji

Dunn. Uji peringkat Krusscal Wallis dihitung menggunakan rumus:

) 1 ( 3 )

1 (

12 2

1

  

N ni

Ri N

N K

k

i

Keterangan:

K = Nilai Kruskal-Wallis dari hasil perhitungan

Ri = Jumlah rank dari perlakuan ke-i

Ni = Banyaknya ulangan pada perlakuan ke-i

k = Banyaknya kategori/perlakuan (i=1,2,3,…..,k)

N = Jumlah seluruh data (N=n1+n2+n3+………..+nk)

(30)

|R1-R2| > zα [ ( )]

Keterangan:

R = mean range yang didapat dari uji Krusscal Wallis

N = total pengamatan

t = banyaknya angka skoring yang sama dari suatu data

K = banyaknya perlakuan

Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan tanaman

Persiapan tanaman dilakukan dengan memilih tanaman dan

mengelompokkan berdasarkan bentuk yang relatif seragam, mengadakan pengacakan pada setiap kelompok kemudian memberi label pada tanaman manggis (Gambar 2).

Gambar 2. Label pohon

2. Pelabelan bunga

Pelabelan dilakukan pada saat bunga anthesis (Gambar 3). Pelabelan dimaksudkan untuk menentukan buah yang akan dijadikan sebagai buah

sampel untuk pengamatan.

(31)

3. Aplikasi perlakuan

CaCl2 dilarutkan dalam 1 liter air masing-masing sesuai perlakuan, kemudian ditambahkan 40 mg NAA dan surfaktan pro sticker dengan

konsentrasi 0.5 ml. Penyemprotan larutan CaCl2 dilakukan dengan

mengunakan handsprayer secara langsung ke buah. Volume CaCl2 yang

disemprotkan pada minggu ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 Minggu Setelah Antesis

(MSA) berturut-turut 3, 4, 6, 8.5 10 dan 10 ml/buah. 4. Pemanenan buah

Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang dipanen 105 hari setelah antesis.

Pengamatan

Pengamatan sifat fisik dan kimia buah dilakukan setelah buah dipanen sampai 20 hari setelah panen (HSP). Pengamatan saat panen dilakukan menggunakan 10 buah sampel/perlakuan, sehingga jumlah seluruh buah yang diamati sebanyak 360 buah sampel. Pengamatan pascapanen pada suhu ruang dilakukan pada 5, 10, 15 dan 20 hari setelah panen (HSP) secara destruktif dan non destruktif. Pengamatan destruktif dilakukan terhadap peubah kadar air kulit, sepal dan tangkai; skor rasa buah, kekerasan dan resistensi kulit menggunakan 4 buah manggis per satuan percobaan maka total buah yang digunakan adalah 432 buah. Pengamatan non destruktif dilakukan terhadap skor warna kulit; skor kesegaran kulit; skor warna sepal, skor kesegaran sepal, dan susut bobot, menggunakan 5 buah manggis per satuan percobaan maka total buah yang digunakan sebanyak 180 buah manggis, sehingga total buah yang digunakan adalah 972 buah.

a. Skor buah bergetah kuning di aril (Kartika 2004).

Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 4. Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah

kuning baik diantara aril dengan kulit buah maupun di pembuluh buah

(32)

Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning pada salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit

Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik pada ujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit.

Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik diujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging menjadi kuning.

Gambar 4. Skoring aril (1-5) (Setyaningrum 2011) b. Persentase buah bergetah kuning di aril

% Buah bergetah kuning di aril =

c. Skor buah bergetah kuning di kulit (Kartika 2004)

Pengamatan dilakukan berdasarkan kriteria seperti pada Gambar 5. Skor 1 : baik sekali, kulit buah mulus tanpa tetesan getah kuning.

Skor 2 : baik, kulit buah mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang

mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 3 : cukup baik, kulit buah mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang

mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 : buruk, kulit buah kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur

Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan

membentuk jalur berwarna kuning, warna buah kusam

Gambar 5. Skoring kulit (1-5) (Setyaningrum 2011)

2 3 4 5

1

x 100% Jumlah buah bergetah kuning di aril

(33)

d. Persentase buah bergetah kuning di kulit

% Buah bergetah kuning di kulit =

e. Persentase juring tercemar getah kuning (%)

Persentase juring tercemar getah kuning =

f. Kandungan kalsium dalam tanah dan kulit buah manggis

Analisis kandungan kalsium tanah dilakukan sebelum aplikasi. Analisis kalsium kulit buah dilakukan setelah buah dipanen, pada bagian endokarp, mesokarp dan eksokarp kulit.

Tahapan analisis kandungan kalsium tanah: (a) 2 g sampel tanah

dicampur dengan 40 ml NH4OAC pH 7, (b) kedua campuran tersebut diaduk

hingga rata kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring, (c) hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml aquades dan 1 ml NH4OAC,

(d) campuran tersebut dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorption

Spectrometer).

Pengamatan kandungan kalsium bagian-bagian kulit buah dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Institut Pertanian Bogor. Sebelum dianalis, bagian eksokarp, mesokarp dan endokarp dioven selama +

24 jam pada suhu 105 0C. Tahapan analisis kandungan kalsium bagian kulit

buah manggis: (a) pengabuan sampel, dengan cara sampel bagian-bagian kulit buah (eksokarp, mesokarp dan endokarp) dalam cawan porselen dan hot plate

dibakar dengan tanur listrik dengan suhu 400-600 0C selama ± 4 jam sampai

berubah warna (kehitaman), (b) abu diekstrak dengan HCl 5 ml sampai larut, kemudian ditambahkan 2 ml HCl, (c) larutan disaring dengan kertas saring kemudian dibilas dengan aquades sebanyak 250 ml, (d) larutan dipipet sebanyak 25 ml, ditambahkan larutan Chapman sebanyak 100 ml, (e) larutan kemudian dipanaskan pada suhu 100 0C selama ± 10 menit sampai terjadi embun, (f) larutan ditambahkan dengan amoniak (NH3) sampai berwarna kebiruan, kemudian didiamkan pada suhu ruang selama semalam, (g) larutan yang telah diendapkan selama semalam, dipanaskan kembali sampai

Jumlah buah bergetah kuning di kulit

Jumlah buah sampel x 100%

Jumlah juring bergetah kuning

(34)

terbentuk embun, (h) larutan disaring ke labu erlenmeyer dengan kertas saring, (i) gelas piala yang digunakan sebelumnya dibilas dengan aquades panas (suhu ± 70 0C) untuk menetralisir asam, (j) dilakukan titrasi dengan

cara larutan ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 25% sebanyak 25 ml, dan air

panas 150 ml. Larutan dititrasi dengan Kalium Permanat (KMnO4) sampai berwarna kemerahan.

Kadar kalsium =

Keterangan: Volume titar = 150 ml

Blangko = volume KMnO4

FK = Faktor koreksi (112)

g. Diameter buah (cm)

Pengukuran diameter buah dilakukan dengan menggunakan jangka sorong (Gambar 1b), dengan arah horizontal melingkar (diameter transversal) dan arah vertikal (diameter longitudinal).

h. Bobot buah dan bagian-bagiannya (gram)

Bobot buah dihitung dengan menggunakan timbangan digital (Gambar 1c). Pengukuran ini meliputi bobot buah, bobot kulit buah, bobot aril, bobot biji, bobot sepal, dan bobot tangkai.

i. Tebal kulit buah (cm)

Tebal kulit buah diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah kulit buah dibelah secara transversal menjadi dua bagian

j. Edible portion (%)

Edible portion adalah presentase bagian aril yang dapat dimakan terhadap bobot buah secara keseluruhan.

Edible portion =

k. Kekerasan kulit buah (mm/kg/det)

Pengukuran dilakukan dengan menusukkan jarum hand penetrometer

(Gambar 1d) pada kulit buah bagian tengah buah manggis. Kekerasan buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat

Bobot aril

Bobot buah x 100%

(35)

l. Resistensi kulit buah (kgf/cm2)

Pengamatan resistensi kulit buah bertujuan untuk melihat tingkat kemudahan buah dibuka. Pengukuran resistensi (Gambar 1e) dilakukan dengan menggunakan alat yang tersedia di Laboratorium Pascapanen IPB. Cara kerja alat yaitu dengan memberikan tekanan yang kuat pada buah manggis hingga buah terbuka, resistensi buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera pada alat (Ismadi 10 Januari 2011, komunikasi pribadi)

m. Skor warna kulit buah manggis (modifikasi PKBT 2007) :

Skor 1 : kulit buah bercak merah hampir merata, di sekitar sepal lebih merah

Skor 2 : kulit buah merah yang merata pada seluruh permukaan

Skor 3 : kulit buah merah kecoklatan

Skor 4 : kulit buah merah keunguan

Skor 5 : kulit buah ungu kehitaman

n. Skor kesegaran kulit buah manggis adalah sebagai berikut :

Skor 1 : sangat kering

Skor 2 : Kering

Skor 3 : mulai mengering

Skor 4 : kurang segar

Skor 5 : segar

o. Skor warna sepal buah manggis

Skor 1 : Coklat

Skor 2 : kuning kecoklatan

Skor 3 : hijau kecoklatan

Skor 4 : hijau kekuningan

Skor 5 : Hijau

p. Skor kesegaran sepal manggis

Skor 1 : sangat keras

Skor 2 : Keras

Skor 3 : tidak segar (mulai mengeras).

Skor 4 : kurang segar.

(36)

q. Padatan terlarut total (0brix)

Daging buah dari beberapa buah sampel diambil dari setiap perlakuan dan diukur padatan terlarut total (PTT) dengan menggunakan alat hand refraktometer (Gambar 1f). Pengukuran dilakukan dengan cara memberikan

setetes cairan buah pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap

melakukan pengukuran, lensanya dibersihkan dahulu dengan akuades dan tisu. Angka yang muncul pada layar merupakan PTT dalam buah manggis. r. Total asam tertitrasi (%)

Kandungan asam tertitrasi total dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH.

TAT =

Keterangan: ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0,1 N)

Tp = faktor pengenceran (100/25)

64 = faktor asam dominan

mg contoh = 10.000 mg

s. Skor rasa buah manggis (Suyanti et al.1999): Skor 1 : asam sangat dominan dari manis Skor 2 : asam agak dominan dari manis

Skor 3 : manis sedikit asam Skor 4 : Manis

Skor 5 : sangat manis

t. Kadar air kulit buah, sepal dan tangkai (%).

Pengukuran kadar air dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

Cawan alumunium dikeringkan 15 menit dalam oven bersuhu 1050C dan

didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel ditempatkan dalam cawan, kemudian dikeringkan 20 jam dalam oven bersuhu 105 0C, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar air dihitung menggunakan persamaan

Kadar air (%) =

ml NaOH x N NaOH x fp x 64

mg contoh x 100%

a – b

(37)

Keterangan : a = Bobot awal (g) b = Bobot akhir (g)

u. Susut Bobot (g)

Penguuran susut bobot buah dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik (gambar 1c). Pengukuran dilakukan pada hari ke 0 (a) dan setiap pengamatan (b) yaitu 5 hari sekali selama 20 HSP. Untuk pengukuran susut bobot digunakan rumus sebagai berikut :

Susut bobot (%) =

Keterangan : a = bobot buah pada awal penyimpanan (g) b = bobot buah pada akhir penyimpanan (g)

v. Pengukuran sifat kimia tanah

Pengukuran sifat kimia tanah dilakukan sebelum aplikasi kalsium. Sampel tanah diambil secara komposit dari daerah perakaran pohon manggis pada kedalaman 40 cm. Tanah dikeringudarakan, dan diayak dengan ukuran 2 mm agar mempunyai ukuran yang relatif sama. Kemudian tanah tersebut dianalisis sifat kimianya. Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH, KTK, C-organik, rasio C/N, kejenuhan basa, unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesiumg, aluminium, boron, dan natrium.

Metode yang digunakan dalam pengukuran pH adalah SMP (Schoemaker McLean dan Pratt), dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan akuades kemudian pH-nya diukur dengan menggunakan pH meter, kemudian ditambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, dikocok lalu ukur kembali pH-nya dengan pH meter..

w. Pengamatan Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang diamati adalah curah hujan, jumlah hari hujan, temperatur, kelembaban nisbi, dan lama penyinaran matahari. Perhitungan data iklim tersebut diperoleh dari Stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta (Lampiran 2).

a – b

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis

Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning di aril dan kulit, serta persentase juring tercemar getah kuning. Pencemaran getah kuning yang tinggi

akan ditandai dengan skoring dan persentase buah bergetah kuning di aril dan kulit yang tinggi, demikian pula pada persentase juring yang tercemar getah kuning.

Tabel 1 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor dan persentase buah bergetah kuning di aril dan kulit buah manggis

Perlakuan Skor buah bergetah kuning di aril (1-5)

Skor buah bergetah kuning di kulit (1-5) Frekuensi Konsentrasi Skoring Peringkat Skoring Peringkat

2 kali

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5%; angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom persentase buah bergetah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.

(39)

kuning yang mencemari aril. Getah kuning pada aril disebabkan karena adanya perbedaan laju pertumbuhan antara biji dan aril dengan bagian perikarp buah selama fase pembesaran buah. Perbedaan laju tumbuh tersebut menyebabkan desakan mekanik dari biji dan aril ke perikarp (Poerwanto et al. 2010). Akibatnya, sel epitel saluran getah yang lemah (akibat kekurangan Ca) dalam endokarp pecah, sehingga getah keluar mengotori daging buah. Perubahan tekanan turgor juga merupakan salah satu penyebab terjadinya pecemaran pada aril. Perubahan turgor terjadi apabila ada perubahan potensial air tanah secara tiba-tiba. Perubahan tekanan turgor akan memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor plasma sel), maupun dari luar (turgor caitan getah). Apabila dinding sel epitel lemah akibat kekurangan Ca, maka sel-sel akan mudah pecah, yang akan menyebabkan cemaran getah kuning pada aril. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa peningkatan kandungan Ca pada perikarp (Tabel 3) menyebabkan penurunan cemaran pada buah manggis. Ca berperan penting dalam penyusunan struktur dinding sel sebagai Ca-pektat dalam lamela tengah (Mashner 1995). Kirkby dan Pilbeam (1984) menyatakan bahwa jaringan dengan kandungan Ca yang tinggi memiliki dinding sel yang kuat dan lebih tahan terhadap kebocoran membran.

Perlakuan konsentrasi CaCl2 berpengaruh terhadap penurunan persentase juring tercemar getah kuning (Tabel 2). Penyemprotan dengan konsentrasi 12, 24 dan 36 g L-1 secara nyata menurunkan persentase juring yang tercemar dibanding

dengan 0 g L-1, walaupun tidak dipengaruhi oleh frekuensi penyemprotan CaCl

2.

Penyemprotan dengan konsentrasi 24 dan 36 g L-1menghasilkan persentase juring

tercemar getah kuning yang lebih rendah berturut-turut 7.16 % dan 7.59%.

Peningkatan konsentrasi Ca menyebabkan penurunan persentase juring yang tercemar getah kuning. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan Ca melalui penyemprotan dapat memenuhi kekurangan Ca yang terjadi pada saat terjadinya perkembangan buah. Ca masuk ke dalam buah melalui kutikula, trikoma dan stomata, dan masuk secara difusi melalui apoplas, yaitu melalui dinding sel dan ruang antar sel hingga ke bagian endokarp buah (Saure 2005). Ca akan berikatan dengan pektat dan membentuk Ca pektat yang berperan dalam menjaga turgiditas

(40)

hidroskopis dan dilakukan penambahan NAA yang berfungsi untuk meningkatkan penyerapan dan penetrasi Ca ke dalam buah (Marchelle dan Clijsters 1978).

Tabel 2 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap persentase juring tercemar getah kuning

Perlakuan Persentase juring tercemar getah kuning (%)

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

13.45 12.57 10.28

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

20.67a 13.00b 7.16c 7.59c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom persentase juring tercemar getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 1%.

Faktor yang Mempengaruhi Cemaran Getah Kuning

Penyemprotan CaCl2 berpengaruh nyata terhadap kandungan Ca pada

bagian-bagian kulit buah (Tabel 3). Pada endokarp, peningkatan kandungan Ca yang nyata lebih tinggi terlihat pada frekuensi penyemprotan 2 kali dengan konsentrasi 12 dan 36 g L-1; 4 kali dengan konsentrasi 36 g L-1; 6 kali dengan

konsentrasi 24 dan 36 g L-1bila dibanding dengan perlakuan lainnya.

Kandungan Ca pada endokarp berkorelasi nyata dengan skor getah kuning aril (-0.61); persentase buah bergetah kuning di aril (-0.64); persentase juring tercemar getah kuning (-0.51); persentase buah bergetah kuning di kulit (-0.36). Korelasi bersifat negatif, yang berarti bahwa semakin meningkat kandungan Ca pada endokarp maka skoring, persentase buah dan persentase juring tercemar getah kuning semakin rendah. Peningkatan kandungan Ca pada endokarp berkontribusi terhadap penurunan getah kuning pada aril maupun kulit (Tabel 1). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa kandungan Ca yang meningkat

(41)

menyatakan bahwa Ca memiliki 2 fungsi utama yang berdampak pada kualitas buah yaitu menstabilkan membran sel dan memperkuat dinding sel.

Tabel 3 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kandungan Ca pada bagian-bagian kulit buah

Perlakuan Kalsium (%)

Frekuensi Konsentrasi Endokarp Mesokarp Eksokarp Perikarp

2 kali

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 1%.

Kualitas Fisik Buah Manggis

Penyemprotan Ca tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua peubah sifat fisik buah (Tabel 4, 5, 6, 7, & 8). Diameter longitudinal dan transversal disajikan pada Tabel 4. Diameter longitudinal merupakan peubah untuk mengetahui volume buah dengan mengukur arah vertikal buah, sedangkan diameter transversal diukur arah horizontal melingkari buah.

Hasil memperlihatkan bahwa diameter longitudinal + 5 cm lebih kecil dari diameter transversal + 5.7 cm. Berdasarkan BSN (2009) buah manggis segar diklasifikasikan menjadi 5 kode ukuran pengkelasan mutu. Dengan diameter + 5.7

(42)

Tabel 4 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis

Perlakuan Diameter (cm)

Longitudinal Transversal

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

5.06 4.95 5.15

5.73 5.75 5.82

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

5.01 4.99 5.12 5.09

5.79 5.65 5.83 5.81

Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan terhadap bobot buah; kulit; sepal; tangkai, dan tebal kulit. Hasil menunjukkan bahwa penyemprotan Ca tidak

berpengaruh terhadap peubah tersebut. Bobot buah berkisar antara + 90 – 100 g,

(43)

Tabel 5 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot buah, bobot sepal, bobot tangkai dan tebal kulit buah manggis

Perlakuan Bobot (g) Tebal Kulit

(cm)

Buah Kulit Sepal Tangkai

Frekuensi 2 kali 4 kali

6 kali

95.25 95.10

98.49

62.25 61.87

64.81

2.39 2.32

2.27

1.20 1.19

1.19

0.84 0.87

0.86 Konsentrasi

0 g L-1 12 g L-1

24 g L-1 36 g L-1

94.83 90.67

99.49 100.13

61.14 59.25

65.25 66.16

2.24 2.21

2.37 2.33

1.17 1.21

1.14 1.23

0.85 0.83

0.86 0.89

Pengamatan terhadap bobot buah dilakukan untuk mengetahui jumlah

bagian buah yang dapat dimakan (edible portion) buah manggis. Hasil penelitian

ini rata-rata edible portion buah adalah 25.52 – 27.04% tidak nyata antar perlakuan.

Edible portion berkisar antara 25.52 – 27.04%. lebih kecil dibanding porsi yang dapat dimakan pada buah andalan horikultura yang lain (Sawo 53 – 63%; alpukat 61%). Menurut Daryono dan Sosrodiharjo (1986), sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit sehingga nilai porsi buah manggis yang dapat dimakan

(44)

Tabel 6 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap bobot biji, bobot aril dan edible portion

Perlakuan Bobot Biji (g) Bobot Aril (g) Edible Portion (%)

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

1.07 1.08 0.97

24.72 24.39 25.86

27.04 25.52 25.71

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

1.06 0.98 1.02 1.11

25.03 23.30 25.70 25.94

25.03 26.64 26.41 26.29

Kemudahan dibuka merupakan salah satu penilaian terhadap kualitas buah manggis menurut BSN (2009). Peningkatan resistensi kulit yang disebabkan oleh meningkatnya kekerasan buah pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh penyemprotan Ca (Tabel 7).

Peningkatan integritas dinding sel karena menguatnya ikatan pektin

(45)

Tabel 7 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi kulit buah manggis

Perlakuan Kekerasan (mm/kg/det) Resistensi (kgf/cm2)

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

0.83 0.81 0.81

2.50 2.41 2.44

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

0.81 0.83 0.82 0.83

2.37 2.54 2.47 2.40

Warna kulit buah merupakan parameter kematangan buah manggis untuk ekspor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa warna dan kesegaran pada kulit dan sepal tidak dipengaruhi oleh penyemprotan Ca (Tabel 8).

(46)

Tabel 8 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran kulit; skor warna dan kesegaran sepal buah manggis

Perlakuan Skor (1-5)

Warna Kulit Kesegaran Kulit Warna Sepal Kesegaran Sepal Frekuensi

2 kali

4 kali

6 kali

4.5

4.6

4.6

4.5

4.5

4.3

3.3

3.5

3.3

3.8

3.9

3.8

Konsentrasi

0 g L-1

12 g L-1

24 g L-1

36 g L-1

4.5

4.6

4.6

4.6

4.3

4.4

4.5

4.5

3.4

3.1

3.6

3.5

3.6

4.0

3.8

4.0

Keterangan : warna kulit: skor 1= kulit buah bercak merah hampir merata, di sekitar sepal lebih merah, skor 2 = kulit buah merah yang merata pada seluruh permukaan, skor 3 = kulit buah merah kecoklatan, skor 4 = kulit buah merah keunguan, skor 5 = kulit buah ungu kehitaman. Kesegaran kulit: skor 1 = sangat kering,skor 2 = kering, skor 3 = mulai mengering , skor 4 = kurang segar, skor 5 = segar. Warna sepal: skor 1 = cokelat, skor 2 = kuning kecoktan, skor 3 = hijau kecoklatan, skor 4 = hijau kekuningan, skor 5 = hijau.

Kesegaran sepal: skor 1 = sangat kering, skor 2 = kering, skor 3 = mulai mengering, skor 4 = kurang segar, skor 5 = segar

Kualitas Kimia Buah Manggis

Penyemprotan Ca tidak memberikan pengaruh terhadap total asam

tertitrasi (TAT) tertapi berpengaruh terhadap parameter padatan terlarut total (PTT) seperti yang disajikan pada Tabel 9.

Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kualitas kimia buah diukur secara objektif (PTT dan TAT) dan diukur secara subjektif (skor rasa buah). Hasil menunjukkan bahwa Ca berpengaruh terhadap peubah PTT; tidak berpengaruh terhadap TAT dan rasa buah.

Padatan terlarut total menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada suartu produk. PTT pada penelitian ini berkisar 19.43 – 20.37 obrix, nilai ini sesuai dengan kisaran PTT menurut Kader (2006) yaitu 17 – 20 obrix.

(47)

Konsentrasi 12 dan 24 g L-1 tidak meningkatkan padatan terlarut total

(PTT) dibandingkan konsentrasi 0 g L-1. Terjadi penurunan PTT pada konsentrasi

36 g L-1, namun tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 12 dan 24 g L-1

.

Tabel 9 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap PTT, TAT dan skor rasa buah manggis

Perlakuan PTT (oBrix) TAT (%) Rasa Buah (1-5)

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

19.82 20.17 20.01

0.65 0.69 0.74

3.1 3.3 3.4

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

20.37 a 20.08 ab 20.12 ab 19.43 b

0.75 0.68 0.66 0.67

3.2 3.5 3.2 3.3

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5%.. PTT = Padatan Terlarut Total, TAT = Total Asam Tertitrasi. Rasa buah: skor 1 = asam sangat dominan dari manis, skor 2 = asam agak dominan dari manis, skor 3 = manis sedikit dari asam, skor 4 = manis, skor 5 = sangat manis

Kadar air kulit, sepal dan tangkai merupakan parameter untuk mengukur sifat kimia buah. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diketahui bahwa kadar air kulit, sepal dan tangkai tidak dipengaruhi oleh penyemprotan Ca.

Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan penyemprotan CaCl2 tidak

(48)

Tabel 10 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kadar air kulit, sepal dan tangkai buah manggis

Perlakuan Kadar Air (%)

Kulit Sepal Tangkai

Frekuensi 2 kali 4 kali

6 kali

62.89 62.80

62.14

53.88 52.33

52.21

65.36 65.77

63.49 Konsentrasi

0 g L-1 12 g L-1

24 g L-1 36 g L-1

62.20 62.36

62.77 63.11

48.22 53.23

54.64 55.14

63.24 68.26

63.92 64.02

Pengamatan Pascapanen

Pengamatan pascapenen dilakukan untuk peubah kekerasan kulit, resistensi kulit, rasa buah, warna dan kesegaran kulit, warna dan kesegaran sepal, kadar air kulit, kadar air sepal, dan kadar air tangkai.

Peningkatan integritas dinding sel karena menguatnya ikatan pektin dikhawatirkan akan menimbulkan efek pengerasan terhadap kulit buah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penambahan Ca melalui penyemprotan tidak menyebabkan peningkatan kekerasan dan resistensi kulit buah saat panen dan penyimpanan.

Tabel 11 menyajikan data tentang kekerasan dan resistensi buah pada penyimpanan selama 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah mengalami peningkatan kekerasan selama penyimpanan. Peningkatan kekerasan selama penyimpanan ditunjukkan pula oleh peningkatan resistensi kulit. Pada 5 HSP, dengan nilai kekerasan kulit 1.17-1.42 mm/kg/det dan resistensi

3.58 – 4.15 kgf/cm2 menunjukkan bahwa buah masih mudah untuk dibuka. Nilai

(49)

Peningkatan kadar Ca pektat kulit buah manggis diduga mempengaruhi

kekerasan kulit buah. Perlakuan frekuensi dan konsentrasi CaCl2 tidak

menyebabkan peningkatan kekerasan dan resistensi kulit selama penyimpanan (20 HSP). Auliani (2010) menyatakan banwa kandungan Ca pektat meningkat selama penyimpanan. Taylor dan Tucker (1993) menyatakan bahwa molekul pektin dapat membentuk ikatan non kovalen yang lemah dengan ion Ca. Jika ikatan tersebut terdapat dalam jumlah yang banyak maka ikatan akan semakin kuat.

Pengerasan perikarp buah manggis selama penyimpanan terkait dengan proses transpirasi uap air pada jaringan kulit manggis. Penurunan kadar air kulit manggis (Tabel 15) merupakan indikasi terjadinya proses desikasi pada kulit manggis. Ruang antar sel pada jaringan parenkim kulit luar dan tengah yang

awalnya terisi air menjadi rusak karena kehilangan cairan. Penguapan cairan pada ruang-ruang antar sel menyebabakan sel menciut sehingga ruang antar sel semakin menyempit dan pektin akan saling berikatan satu sama lain, menyebabkan kulit buah menjadi keras dan menjadi sulit untuk dibuka (Qanytah 2004)

Tabel 11 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap kekerasan dan resistensi kulit buah manggis selama penyimpanan

Perlakuan

5 HSP 10 HSP 15 HSP 20 HSP

Kekerasan Resistensi Kekerasan Resistensi Kekerasan Resistensi Kekerasan Resistensi

Frekuensi

Keterangan : - = tidak diamati karena buah mengeras

(50)

pada kisaran skor 4 (merah keunguan) kemudian menjadi ungu kehitaman selama penyimpanan. Suyanti et al. (1999) menyatakan bahwa buah yang dipanen pada tingkat ketuaan merah keunguan akan berubah akan menjadi 100% ungu merah dalam satu hari penyimpanan. Warna merah dan ungu pada buah disebabkan oleh pigmen antosianin. Setelah panen, warna antosianin semakin terlihat karena terjadiya degradas klorofil (Winardo dan Aman 1981).

Kesegaran buah juga mengalami penurunan skor selama penyimpanan. Pada hari ke 5 skor kesegaran kulit berkisar 2.7-2.9 yaitu tidak segar. Pada 10 dan 15 HSP kulit buah menjadi keras dan 20 HSP menjadi sangat keras. Hasil penskoringan ini sejalan nilai kekerasan dan resistensi kulit yang semakin mengalami peningkatan.

Tabel 12 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran kulit buah manggis selama penyimpanan

Perlakuan Keterangan : warna kulit: skor 1= kulit buah bercak merah hampir merata, di sekitar sepal lebih merah, skor 2 = kulit

buah merah yang merata pada seluruh permukaan, skor 3 = kulit buah merah kecoklatan, skor 4 = kulit buah merah keunguan, skor 5 = kulit buah ungu kehitaman. Kesegaran kulit: skor 1 = sangat kering, skor 2 = kering,skor 3 = mulai mengering , skor 4 = kurang segar, skor 5 = segar.

(51)

kering dan 20 HSP menjadi sangat kering. Perubahan yang umum terjadi pada proses penyimpanan adalah hilangnya warna hijau karena adanya degradasi klorofil. Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa selama penyimpanan klorofilase dalam buah akan melakukan kegiatan yang menyebabkan hilangnya klorofil.

Tabel 13 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor warna dan kesegaran sepal buah manggis selama penyimpanan

Perlakuan mengering, skor 4 = kurang segar, skor 5 = segar

Tabel 14 memperlihatkan penurunan skor rasa buah selama penyimpanan. Pada 5 HSP skor rasa berkisar 2.9 – 3.0 yaitu rasa manis sedikit asam. 10 HSP rasa`asam menjadi dominan dibanding rasa manis dan pada 15 dan 20 HSP rata-rata skoring adalah 1 dengan rasa asam yang sangat dominan dari rasa manis.

Penurunan skoring rasa pada 10 HSP sejalan dengan hasil penelitian

Ismadi et al (2010) bahwa semakin meningkat pengerasan kulit buah maka akan

(52)

Tabel 14 Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor rasa buah manggis selama penyimpanan

Perlakuan

Skor rasa buah (1-5)

5 HSP 10 HSP 15 HSP 20 HSP

Frekuensi 2 kali 4 kali 6 kali

3.0 2.9 2.8

1.6 1.8 1.7

1.0 1.0 1.0

1.0 1.0 1.0

Konsentrasi 0 g L-1 12 g L-1 24 g L-1 36 g L-1

2.9 2.9 2.9 2.9

1.4 1.7 1.7 1.9

1.0 1.0 1.0 1.0

1.0 1.0 1.0 1.0 Keterangan : skor 1 = asam sangat dominan dari manis, skor 2 = asam agak dominan dari manis, skor 3 = manis sedikit

asam, skor 4 = manis, skor 5 = sagat manis

Tabel 15 data perubahan kadar air kulit, sepal dan tangkai selama penyimpanan. Terjadi perubahan kadar air selama penyimpanan,baik pada kadar air kulit, sepal maupun tangkai. Perlakuan penyemprotan Ca tidak nyata terhadap peubah tersebut. Kadar air akan mengalami penurunan seiring dengan lamanya

waktu simpan (Sjaifullah et al. 1988).

(53)
(54)

Penyemprotan CaCl2 tidak memberikan pengaruh terhadap susut bobot sampai pada 20 HSP seperti yang disajikan pada gambar 7 dan 8. Pada gambar terlihat bahwa terjadi nilai susut bobot buah mengalami peningkatan selama penyimpanan. Perubahan susut bobot dari 5 HSP sampai 20 HSP terlihat cukup besar. Pada penyimpana 5 HSP persentase susut bobot rata-rata sebesar 5% dan pada 20 HSP menjadi 38 %.

Susut bobot berhubungan dengan kehilangan air. Kekurangan air pada buah-buahan berasal dari kulit, sepal tangkai dan daging buah. Gambar 7 dan 8 menunjukan peningkatan susut bobot selama penyimpanan. Peningkatan susut bobot terjadi karena buah selama penyimpanan mengalami proses respirasi dan transpirasi. Transpirasi merupakan faktor dominan penyebab susut bobot, yaitu

terjadi perubahan fisiokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan.

Kehilangan air ini berpengaruh langsung terhadap kerusakan tekstur, kandungan gizi, kelayuan, dan pengerutan (Kader 1992).

Gambar 6. Pengaruh frekuensi penyemprotan CaCl2 terhadap susut bobot (%)

0 5 10 15 20 25 30 35 40

5 10 15 20

S

u

su

t

b

o

b

o

t

(%

)

Lama penyimpanan (HSP)

2 Kali

4 kali

Gambar

Gambar 3. Bunga saat anthesis
Tabel 1  Pengaruh penyemprotan Ca terhadap skor dan persentase buah   bergetah
Tabel 3 Pengaruh penyemprotan  Ca terhadap kandungan  Ca pada bagian-bagian             kulit buah
Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan terhadap bobot buah; kulit; sepal;
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

[r]

Berdasarkan senyawa-senyawa volatil yang teridentifikasi, terdapat korelasi antara senyawa – senyawa tersebut dengan karakter aroma yang telah dideskripsikan panelis pada FGD,

Nilai R 2 yang diperoleh sebesar 0,365 berarti sumbangan pengaruh variabel keadilan organisasi dan keterikatan karyawan pada kepuasan kerja adalah sebesar 36,5%..

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “PENERAPAN STRATEGI GUIDED NOTE TAKING (GNT)

Tugas Akhir berjudul : “ Sifat Fisis dan Mekanik Baja Karbonisasi dengan Bahan Arang Kayu BK ” , telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan telah dinyatakan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidyah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” Aktivitas Antioksidan, Tekstur dan

Legal Stephen Porter sporter@ciel.org.. This also means that the downtown area is quite small and it is possible to walk from one destination to the next. The COP15 is located at