LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP
SISWA PADA KURIKULUM 2013
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
RIZKI PRATAMA 1201653
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH PASCASARJANA
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN
LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP
SISWA PADA KURIKULUM 2013
Oleh
Rizki Pratama
1201653
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar
Magister Pendidikan pada Pendidikan Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Pendidikan Indonesia
f.rizki@rocketmail.com
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN
LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA
PADA KURIKULUM 2013
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd
NIP. 194907131976031002
Pembimbing II,
Dr. Yayan Sanjaya, M.Si
NIP. 197112312001121001
Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi
Dr. H. Riandi, M.Si
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013
Rizki Pratama
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia
f.rizki@rocketmail.com
ABSTRAK
Perubahan kurikulum di Indonesia menuntut siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah. Desain pembelajaran berbasis problem solving merupakan acuan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Dari beberapa kajian literatur diketahui bahwa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving dalam pembelajaran biologi jarang dilaksanakan, terutama dalam kegiatan praktikum. Oleh karena itu, desain kegiatan praktikum berbasis problem solving diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kegiatan praktikum berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa digunakan metode quasi experiment dengan desain nonequivalent control group design. Sementara untuk sikap siswa dilakukan observasi melalui video pembelajaran dan angket sikap siswa. Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil belajar siswa dan selanjutnya di uji dengan menggunakan uji t untuk membandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value yang lebih kecil dari sig α (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen. Untuk domain sikap diperoleh bahwa siswa mengamati proses kegiatan pembelajaran sebesar 37%, menanggapi informasi yang diterima sebesar 39%, menghargai keberhasilan teman sebesar 17% dan mengorganisasikan proses pembelajaran sebesar 6%.
’S
2013 CURRICULUM
Rizki Pratama
Biology Education Study Program Indonesian Education University
f.rizki@rocketmail.com
ABSTRACT
Indonesian curriculums change requires students to have problem solving ability. The design of learning based on problem solving become a reference to develop the learning activities. Some article review’s showed the learning based on problem solving in biology are rarely implemented, especially in the practical work. Practical work based on problem solving activity are expected to be one factors for improving the quality of biology learning. This study aimed to see how the effect of practical work based on problem solving in improving student’s understanding of concept and attitude. Quasi experiment method with nonequivalent control group design was used to measure students' understanding of concepts.
Video observation and student quitioner was used for measure student’s attitude. The obtained data from the students' understanding of concept from learning outcomes tested using t test to compare the student learning outcome in control and experiment classes. The result from statistical test obtained p-value smaller than α sig (0.000 <0.05). This result suggests a significantly increase in learning outcomes from experimental class. From
student’s quitioner found that students observed the learning activities by 37%, responding to information received by 39%, rewarding success of 17% and a organization by 6%
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Research Council
(NRC) dalam Lai dan Viering (2012) tentang topik “kemampuan mengajar
dan menilai pada abad 21” mengungkapkan bahwa terdapat beberapa
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk masuk keperguruan tinggi
dan dunia kerja, beberapa diantaranya adalah: 1). Kemampuan kognitif
seperti berpikir kritis, problem solving, dan berpikir sistematis; 2).
Kemampuan interpersonal seperti komunikasi kompleks, kemampuan sosial,
kerjasama, sensitivitas kebudayaan dan hal-hal yang berkaitan dengan
keseragaman; 3). Kemampuan intrapersonal seperti manajemen diri,
manajemen waktu, pengembangan diri, regulasi diri, kemampuan beradaptasi
dan fungsi eksekutif. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu landasan
bagi pemerintah untuk melakukan perubahan kurikulum di Indonesia dengan
tujuan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia.
Menurut Mulyasa (2013), perubahan kurikulum di Indonesia juga
disebabkan karena pengaruh perubahan dan tantangan zaman yang terjadi saat
ini sehingga bangsa Indonesia harus menyesuaikan diri terhadap arah
perubahan tersebut. Selain itu Sagala (2013) juga menyatakan bahwa salah
satu tujuan perubahan kurikulum tersebut adalah untuk mengembangkan
kemampuan siswa di Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan serta bekal
hidup di dalam masyarakat.
Terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan di
Indonesia dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi
Kurikulum 2013 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Hasil studi
Internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dari hasil survey
Trends in International Math and Science (TIMS) di tahun 2007
menyelesaikan soal penalaran berkategori tinggi; 2) Hasil studi yang
dilakukan Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun
2009 yang menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65
negara peserta PISA; 3) Terdapat beberapa kelemahan dan kesenjangan yang
terdapat pada kurikulum yang lama sehingga diperlukannya perubahan
kurikulum; 4) Kondisi remaja Indonesia saat ini yang dihadapkan kepada
berbagai permasalahan, seperti perkelahian pelajar, perjudian, penggunaan
obat-obat terlarang, pergaulan bebas, serta berbagai kecurangan di dalam
ujian; 5) Tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks seperti era
globalisasi dan pasar bebas, serta kemajuan teknologi dan informasi diseluruh
negara di dunia yang mengharuskan negara Indonesia harus mempersiapkan
diri untuk menghadapinya.
Dengan terjadinya perubahan kurikulum, maka komponen pendidikan
pun ikut berubah, seperti susunan mata pelajaran dan materi pelajaran,
termasuk salah satunya mata pelajaran biologi di sekolah. Mata pelajaran
biologi merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki konsep-konsep
abstrak, yaitu konsep yang tidak bisa dilihat dan dipahami secara langsung.
Dengan karakteristik mata pelajaran yang seperti itu, di dalam
pembelajarannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran
dan bahkan sering terjadi miskonsepsi pada siswa, seperti beberapa materi
tentang kromosom, tansportasi air pada tanaman, genetika, respirasi sel,
sintesis protein, fotosintesis, sistem syaraf (Tekkaya, 2001; Newman, 2012)
dan masih banyak lagi materi lain yang sulit untuk dimengerti oleh siswa.
Oleh karena itu diperlukan strategi khusus agar siswa dapat memahami materi
yang diajarkan. Salah satu strategi umum yang selama ini digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami pembelajaran biologi yaitu dengan
menggunakan kegiatan praktikum.
Menurut beberapa ahli, kegiatan praktikum berperan penting di dalam
mengembangkan pengetahuan siswa tentang sains (Millar, 2004; Hogstrom,
2010). Banyak penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan
3
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang terjadi pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan kegiatan
praktikum dari siswa yang diajarkan dengan metode konvensional di kelas
(Thair, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan kegiatan praktikum
berperan sangat besar dalam membantu siswa mempelajari konsep yang
terdapat pada pembelajaran sains, khususnya pada pembelajaran biologi.
Terkait dengan kegiatan praktikum, Wellington (1989)
mengungkapkan bahwa pembelajaran sains pernah dilaksanakan di dalam
laboratorium selama satu abad. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan
kegiatan praktikum di dalam laboratorium memiliki banyak kelebihan
sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains (biologi) akan menjadi
lebih bermanfaat jika dilaksanakan di dalam kegiatan laboratorium. Woodley
(2009) juga menambahkan bahwa bagi guru yang mengajarkan sains di
Inggris, kegiatan praktikum merupakan bagian dari proses pengajaran dan
pembelajaran, sehingga dalam beberapa tahun, terlihat bahwa siswa di Inggris
menghabiskan waktu mereka di dalam laboratorium saat mempelajari sains.
Namun demikian, walaupun kegiatan praktikum telah terbukti mampu
membantu siswa di dalam memahami pelajaran, temuan peneliti dilapangan
justru memperlihatkan sisi lain di dalam penyelenggaraan kegiatan praktikum
di sekolah. Kajian yang peneliti lakukan terhadap temuan di lapangan
menunjukkan bahwa guru terlihat kurang mempersiapkan pelaksanaan
kegiatan praktikum di sekolah. Hal ini terlihat dari kegiatan praktikum yang
masih dirancang secara konvensional, yaitu guru memberikan materi awal,
siswa melaksanakan kegiatan praktikum dan setelah itu berdiskusi. Hal ini
sejalan dengan temuan lain yang mengungkapkan bahwa guru masih merasa
enggan untuk melaksanakan kegiatan praktikum karena menyita waktu dan
tenaga (Anggraeni, 2001; Wulan, 2003; Rahman, et all, 2011). Banyak faktor
yang menyebabkan guru merasa enggan untuk melaksanakan kegiatan
praktikum, mulai dari terbatasnya waktu, dukungan dana yang kurang serta
faktor lain (White, 1996; Hogstrom, 2010).
Selain itu, alur kegiatan praktikum juga berpengaruh terhadap hasil
hanya mengikuti prosedur pada penuntun praktikum terbukti kurang efektif di
dalam peningkatan pemahaman siswa, karena siswa hanya mengikuti
serangkaian kegiatan praktikum tanpa memahami mengapa mereka
melaksanakan kegiatan tersebut (Hogstrom, 2009). Dari penjelasan di atas,
muncul tantangan baru dalam kegiatan praktikum, yaitu bagaimana
menyesuaikan tuntutan kurikulum dengan pelaksanaan kegiatan praktikum di
sekolah. Selain itu, terdapat tantangan bagi guru untuk mengembangkan
kegiatan praktikum yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,
menunjang rasa ingin tahu siswa dan melibatkan siswa secara aktif selama
kegiatan praktikum, serta bagaimana desain yang bagus untuk menciptakan
kegiatan praktikum yang lebih bermakna bagi siswa. Salah satu langkah yang
dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan praktikum berbasis problem
solving.
Dalam PISA (Programme for International Student Assessment) atau
Program Penilaian Pelajar Internasional, terdapat soal dengan karakteristik
problem solving sebanyak 58 persen (OECD, 2005). Hal ini menunjukkan
bahwa penekanan tentang pentingnya problem solving di dalam kegiatan
pembelajaran sangat dibutuhkan secara Internasional untuk menunjang
kemampuan siswa pada masing-masing negara, terutama dinegara Indonesia.
Oleh karena itu, penggunaan metode problem solving di dalam kegiatan
pembelajaran terutama kegiatan praktikum diharapkan mampu meningkatkan
prestasi Indonesia secara Internasional.
Sejalan dengan hal ini, Woolnough (1994) dalam Millar (2004)
menyatakan bahwa pengembangan penguasaan konsep siswa terhadap sains
terjadi apabila siswa dilibatkan saat memproses informasi. Memproses
informasi yang dimaksud berupa tindakan yang ditempuh guru dalam
melibatkan siswa membangun pengetahuannya secara mandiri, siswa
berinteraksi langsung dengan apa yang mereka pelajari. Hal ini akan lebih
bagus lagi jika kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari. Lu (2010) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran biologi, interaksi
5
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
di dalam pembelajaran sains. Keterkaitan antara pengalaman nyata dengan
konsep biologi yang siswa dapatkan akan membantu siswa dalam
meningkatkan pemahamannya.
Penggunaan problem solving di dalam kegiatan pembelajaran telah
banyak dilakukan oleh peneliti lain, beberapa diantaranya adalah digunakan
sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa
maupun hasil belajar siswa (Desi, 2013; Sulastri, 2012; Ula, 2012; Sukardi,
2012; Restiana, 2012; Pusparini, 2012; Susilawati, 2010; Husni 2012), dalam
meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Bansu, 2012; Benny, 2012),
serta meningkatkan penguasaan konsep siswa (Wasono, 2012; Hesti, 2011;
Henny; 2012). Namun untuk penggunaan problem solving di dalam kegiatan
praktikum masih sedikit sekali ditemukan, terutama pada pembelajaran
biologi. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum berbasis problem
solving lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan berpikir siswa
secara kritis. Dengan menghadirkan suatu masalah kepada siswa, siswa
dilatih untuk berpikir secara kritis dalam menemukan solusi terhadap
permasalahan tersebut. Dalam mencari solusi, siswa diperbolehkan untuk
berdiskusi dengan teman dikelas untuk memperkuat argumen mereka dan
mengasah keterampilan berkomunikasi bagi siswa. Masalah yang dihadirkan
pun tidak terlepas dari masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan praktikum problem solving jauh berbeda dengan kegiatan
praktikum biasa yang dilaksanakan di sekolah. Di sekolah, kegiatan
praktikum cendrung monoton, siswa hanya melaksanakan kegiatan praktikum
sesuai dengan arahan penuntun praktikum tanpa mereka mengetahui tujuan
dari praktikum yang dilaksanakan. Selain itu, masalah yang dihadapkan
kepada siswa cendrung yang terdapat pada buku pelajaran, siswa jarang
dihadapkan pada masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari
sehingga kegiatan praktikum dirasakan cukup bosan bagi siswa. Dengan
kegiatan praktikum berbasis problem solving, diharapkan tantangan
efektif ini dapat terlaksana sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia kedepannya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat
dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu: “Bagaimana pengaruh
kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving dalam
meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013?”
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah
yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis
problem solving yang sesuai dengan Kurikulum 2013?
2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen?
3. Bagaimana pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan
berbasis problem solving terhadap sikap siswa di kelas?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Mengkaji bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran
lingkungan berbasis problem solving yang sesuai dengan kurikulum
2013.
2. Menganalisis peningkatan konsep siswa siswa melalui nilai pretest dan
postest yang diperoleh siswa setelah diberikan pembelajaran berupa
kegiatan praktikum berbasis problem solving.
3. Menelaah pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis
7
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.4. Manfaat
Kajian mengenai pengaruh kegiatan praktikum pencemaran
lingkungan berbasis problem solving dalam meningkatkan penguasaan
konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013 ini diharapkan menjadi
sumbangan pemikiran sebagai temuan baru dalam mengembangkan kegiatan
praktikum di sekolah serta bidang penelitian lain yang lebih luas. Sedangkan
secara praktis dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, misalnya:
1. Para peneliti di bidang pendidikan, yaitu memberikan gambaran tentang
bagaimana mendesain suatu kegiatan praktikum sehingga dapat melakukan
pengembangan pada kegiatan praktikum lainnya.
2. Guru biologi, yaitu memberikan masukan tentang bagaimana mendesain
sebuah kegiatan praktikum agar siswa menjadi lebih termotivasi di dalam
pembelajaran biologi.
3. Sekolah, yaitu memberikan masukan tentang mendesain suatu kegiatan
pembelajaran dalam bentuk praktikum sehingga dapat menjadi masukan
dalam mendesain kegiatan pembelajaran lain.
1.5. Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dari penelitian yang akan
dilaksankan serta keterbatasaan–keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem
solving disusun dengan menerapkan langkah-langkah problem solving di
dalam kegiatannya.
2. Kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving
3. Sikap siswa yang di observasi didalam penelitian ini adalah domain sikap
Krathwohl (1964) yang terdiri dari: a) Memperhatikan; b) Mengamati; c)
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional
3.1.1. Kegiatan Praktikum Berbasis Problem solving
Kegiatan praktikum berbasis problem solving merupakan
kegiatan praktikum yang memiliki beberapa tahapan didalam
pelaksanaannya, yaitu tahapan mengidentifikasi masalah, pencarian
strategi, implementasi strategi dan evaluasi. Langkah kegiatan
praktikum problem solving dapat dilihat didalam RPP yang
digunakan serta LKS yang dibagikan kepada siswa.
3.1.2. Penguasaan konsep Siswa
Penguasaan konsep siswa dilihat dari peningkatan nilai
pretest dan postest yang diperoleh siswa setelah diberikan
perlakuan berupa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving.
Peningkatan nilai pretest dan postest yang dicapai oleh siswa
dianalisis dengan membandingkan nilai N-gain pada kedua kelas.
Instrumen yang digunakan adalah 25 butir soal pilihan ganda dan 8
butir soal uraian yang sebelumnya telah di judgment kepada dua
dosen ahli.
3.1.3. Sikap Siswa
Sikap siswa di observasi dengan menggunakan domain
sikap Karthwohl (1964) yang terdiri atas domain sikap
memperhatikan, menanggapi, menghargai dan mengorganisasikan.
Observasi dilakukan melalui video pembelajaran dan selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan software videograph untuk
mempersentasekan domain sikap siswa yang muncul selama
3.2. Metode dan Desain Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain nonequivalent
control group design. Kelompok pertama menggunakan kegiatan
praktikum berbasis problem solving, sedangkan kelompok kedua
merupakan kelompok kontrol yang melaksanakan kegiatan
praktikum seperti biasa. Desain dalam penelitian ini diperlihatkan
pada Tabel 3.1 berikut:
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X0 O2
Tabel 3.1. Desain penelitian
Keterangan:
X1 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum berbasis
problem solving
X0 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum verifikasi
O1 = Pretest pada kegiatan praktikum berbasis problem
solving.
O2 = Posttest tes pada kegiatan praktikum biasa
Kedua kelompok diberi tes awal dengan soal yang telah di uji
validitas dan reliabilitasnya. Tes awal ini bertujuan untuk
mengetahui kemampuan awal dan sifat homogenitas dari kedua
kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok
63
3.2.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X IPA pada
salah satu SMA di Kota Bandung tahun pelajaran 2014/2015. Teknik
pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling.
Pertimbangan penggunaan teknik purposive sampling ialah sesuai
dengan tujuan penelitian, sampel yang akan dipilih merupakan siswa
kelas X. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen
dan satu kelas kontrol.
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
3.3.1. Tahap Perencanaan
Pada awal tahapan ini, peneliti melaksanakan studi
pendahuluan untuk menentukan rumusan masalah yang akan peneliti
angkat di dalam penelitian ini. Studi pendahuluan yang peneliti
lakukan dilaksanakan di beberapa sekolah di Bandung. Setelah
melakukan studi pendahuluan, untuk selanjutnya peneliti
menetapkan rumusan masalah yang akan peneliti angkat di dalam
penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh kegiatan praktikum
berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep siswa pada
Kurikulum 2013. Untuk selanjutnya peneliti melakukan kajian
literatur terhadap jurnal dan beberapa hasil penelitian yang berkaitan
dengan kegiatan berbasis problem solving. Selanjutnya peneliti
menentukan materi apa yang akan peneliti ambil untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis problem solving.
Setelah menemukan materi yang cocok dalam
mengimplementasikan kegiatan tersebut, peneliti merancang bentuk
kegiatan praktikum yang disesuaikan dengan problem solving.
Setelah rancangan kegiatan praktikum selesai, untuk selanjutnya
penelitian yang mendukung keterlaksanaan kegiatan praktikum ini.
Selanjutnya peneliti melakukan validasi secara konten terhadap
instrumen yang akan digunakan kepada dua orang dosen ahli.
Setelah melaksanakan validasi secara konten, untuk selanjutnya
peneliti melaksanakan validasi secara konstruk kepada siswa di
beberapa sekolah di Bandung dan untuk selanjutnya dilakukan
revisian terhadap instrumen yang telah peneliti rancang. Setelah
melakukan revisi terhadap instrumen yang akan peneliti gunakan,
untuk selanjutnya peneliti mempersiapkan surat izin penelitian dan
melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang telah peneliti
susun.
3.3.2. Tahap Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, terlebih dahulu
peneliti melakukan tes awal kepada dua kelas untuk melihat
bagaimana tingkat pemahaman siswa pada awal sebelum
pelaksanaan kegiatan penelitian. Hasil dari tes awal tersebut
kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS 19 untuk
melihat apakah terdapat perbedaan pemahaman awal siswa pada
kedua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari kedua kelas
tersebut. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa kegiatan
praktikum berbasis problem solving sementara kelas kontrol
diberikan perlakuan berupa kegiatan praktikum konvensional.
Setelah melaksanakan kegiatan penelitian, maka untuk selanjutnya
peneliti melaksanakan tes akhir untuk melihat bagaimana
peningkatan yang dicapai oleh siswa pada kedua kelas tersebut.
3.3.3. Tahap Akhir
Setelah mendapatkan nilai tes awal dan tes akhir siswa, untuk
selanjutnya peneliti mengolah data hasil penelitian dengan
menggunakan software SPSS 19. Pengolahan data yang dilakukan
65
uji parametrik / non parametrik. Setelah melaksanakan uji tersebut,
untuk selanjutnya peneliti melakukan uji N-gain untuk melihat
peningkatan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya peneliti
melakukan pembahasan dengan membahas temuan-temuan di dalam
penelitian dan pada akhir kegiatan peneliti melakukan penarikan
kesimpulan terhadap keseluruhan proses yang telah dilakukan
3.3 Alur Penelitian
Secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada
Gambar 1.
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Studi literatur tentang kegiatan praktikum berbasis problem solving
Penyusunan Instrumen (soal pretest dan postest)
Pengembangan desain kegiatan praktikum berbasis
problem solving dengan
langkah sebagai berikut: 1. Analisis KI dan KD 2. Perancangan kegiatan
praktikum berbasis
problem solving
3. Uji coba secara mandiri Validasi dan Revisi
Tes awal
Kegiatan praktikum berbasis problem
solving disertai video
pembelajaran
Kegiatan pembelajaran secara konvensional
Analisis Data
67
Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa alur penelitian yang
dilakukan pada tahap awal adalah peneliti melakukan studi pendahuluan
pada beberapa sekolah untuk menemukan masalah yang akan penulis
angkat di dalam penelitian ini. Setelah melakukan analisis terhadap temuan
yang peneliti dapatkan dari hasil studi pendahuluan, maka selanjutnya
peneliti merumuskan masalah penelitian. Setelah merumuskan masalah
penelitian, peneliti melakukan studi leteratur melalui jurnal dan buku-buku
yang berhubungan dengan rumusan masalah yang telah peneliti tetapkan.
Setelah melakukan kajian literatur untuk memperkuat rumusan
masalah yang telah penulis tetapkan, maka untuk selanjutnya peneliti
memulai menyusun instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data
penelitian. Instrumen yang penulis rancang disesuaikan dengan teori dan
bahan yang telah peneliti temukan dan selanjutnya instrumen tersebut di
validasi dan diuji cobakan kepada beberapa sekolah. Setelah melakukan
analisis terhadap hasil uji voba tersebut, maka selanjutnya peneliti
melakukan revisi terhadap instrumen yang telah dibuat dan untuk
selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian dengan menggunakan
instrumen yang telah di revisi tersebut.
Penelitian dilaksanakan di dalam dua kelas, yaitu kelas kontrol
dengan pembelajaran konvensional dan dengan kelas eksperimen dengan
metode dan desain pembelajaran yang telah disusun dari awal. Pada kelas
eksperimen, langkah problem solving diawali dengan diskusi di dalam
kelas terkait materi pencemaran lingkungan yang akan dipelajari siswa.
Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi dan siswa
diminta untuk mendiskusikan terkait kegiatan pencemaran lingkungan
yang telah terjadi disekitar siswa. Setelah siswa melakukan diskusi dan
menyampaikannya dikelas, untuk selanjutnya peneliti mengajak siswa
untuk mendiskusikan tindakan pencemaran lingkungan yang terjadi
disekolah. Salah satu cara yang digunakan didalam kegiatan ini adalah
dengan melakukan kegiatan observasi sehingga siswa benar-benar
menemukan contoh dari tindakan pencemaran yang telah terjadi. Setelah
siswa melakukan observasi, untuk selanjutnya siswa melanjutkan diskusi
dikelas untuk memberikan pendapat mengenai tindakan pencemaran dan
bagaimana untuk mengatasinya.
Pada pertemuan selanjutnya, siswa melaksanakan kegiatan
praktikum berbasis problem solving untuk mengatasi salah satu bentuk
dari kegiatan pencemaran, yaitu melakukan kegiatan penjernihan air.
Kegiatan praktikum disusun dengan menggunakan langkah-langkah
problem solving didalam pelaksanaannya. Langkah problem solving yang
dilakukan memiliki empat tahapan yaitu mengidentifikasi masalah,
mencari strategi dan mengimplementasikan strategi dan terakhir
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan. Setelah siswa
melaksanakan seluruh kegiatan problem solving, maka untuk selanjutnya
dilanjutkan dengan melaksanakan postest untuk melihat peningkatan hasil
belajar siswa. Untuk selanjutnya peneliti melaksanakan analisa data dan
menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa jenis instrumen pengumpul
data, yaitu soal pretest dan postest untuk mengukur penguasaan konsep
siswa, LKS dan lembar observasi keterlaksanaan metode problem solving di
dalam kegiatan pembelajaran serta videograph dan angket sikap siswa . Soal
pretest dan postest bertujuan untuk mengukur bagaimana perubahan yang
terjadi terhadap nilai siswa. Soal pretest dan postest yang peneliti rancang
pada awalnya tersiri dari 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal
uraian. Namun setelah melaksanakan validasi instrumen dan uji coba ke
beberapa sekolah, maka untuk selanjutnya soal pretest dan postest yang
peneliti gunakan di dalam kegiatan penelitian menjadi 25 butir soal pilihan
ganda dan 8 butir soal uraian. LKS yang digunakan merupakan LKS yang
telah disesuaikan dengan langkah kegiatan problem solving. Lembar
69
kegiatan praktikum berbasis problem solving, serta videograph dan angket
sikap siswa untuk melihat domain sikap siswa yang terlihat selama kegiatan
praktikum.
3.6 Teknik Analisis Data
Setelah desain yang baru divalidasi dan direvisi, maka desain
tersebut diujicobakan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Salah satu
langkah untuk mengukur keberhasilan desain ini yaitu dengan
membandingkan hasil belajar siswa melalui metode eksperimen, dimana
terdapat dua kelompok sampel penelitian yaitu kelompok kontrol yang
menggunakan desain praktikum yang lama dan kelompok eksperimen yang
menggunakan desain praktikum yang baru. Jika nilai kelompok eksperimen
lebih tinggi dari kelompok kontrol maka desain praktikum yang baru dapat
dikatakan lebih efektif dari pada desain praktikum yang lama.
3.6.1. Analisis Data Pretest dan Postest Siswa
Data yang diperoleh berupa data hasil pretest dan posttest siswa.
Skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji statistik menggunakan
program SPSS for Windows versi 19.0, untuk melihat normalitas,
homogenitas varians, peningkatan hasil belajar siswa. Pengolahan dan
analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur
statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi
menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
melalui SPSS 17 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis
untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:
H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak
menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0
digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan
kata lain P-value = Sig.
b. Uji Homogenitas
Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan
menggunakan SPSS 19. Uji hipotesis igunakan untuk mengetahui
apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak
terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
H0: σ12= σ22
H1 : σ12≠ σ22
Dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi
homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak
homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0
dapat diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak. Namun
sebaliknya, jika data yang diperoleh tidak homogen, maka dilakukan uji
Mann Whitney.
c. Uji Hipotesis dengan Uji-t
Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan
menggunakan uji-t dua sampel independen melalui program SPSS 17
dengan taraf signifikansi α = 0.05. Uji-t dua sampel independen
digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua
sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal.
Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:
H0: µ1 µ2
H1: µ1 > µ2
Dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol sama dengan atau
lebih besar dibandingkan rerata skor kelas eksperimen dan H1 adalah
rerata skor kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rerata
71
atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α
maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 diterima.
Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka
analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika
nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua
data bersifat bebas.
3.6.2. Analisis Data N-gain Siswa
Untuk melihat peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah
pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999)
sebagai berikut:
N-gain Keterangan:
Spos = skor posttest
Spre = skor pretest
Smaks = skor maksimum ideal
Keberhasilan kegiatan praktikum berbasis problem solving dapat
dilihat dari perbandingan rerata nilai N-Gain antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika menghasilkan
N-Gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).
Gain yang dinormalisasi (N-Gain) diinterpretasikan untuk
menyatakan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menyatakan
peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan dengan kategori sebagai berikut:
N-Gain >0,7 Tinggi
0,3 ≥ N-Gain ≤0,7 Sedang N-Gain <0,3 Rendah
(Hake,R,1999)
3.6.2. Analisis Sikap Siswa
Data sikap siswa diperoleh melalui observasi dengan menggunakan
software videograph serta dengan angket sikap siswa. Software videograph
sehingga melalui software tersebut bisa langsung didapatkan persentase
sikap siswa yang ingin diobservasi selama kegiatan pembelajaran. Angket
sikap siswa dianalisis dengan pemberian skor pada setiap pernyataan sikap
yang terdapat didalam angket. Pada pernyataan positif pemberian skor
dimulai dari sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, dan
sangat tidak setuju (STS) = 1. Sedangkan pemberian skor untuk pernyataan
negatif dimulai dari sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS)
= 3, dan sangat tidak setuju (STS) = 4. Untuk selanjutnya skor yang
diperoleh pada masing-masing sikap dianalisis dengan menggunakan rumus:
Persentase sikap =
x 100%
Dari persentase yang diperoleh untuk selanjutnya dilakukan
pengelompokan sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut
(Anggraeni, 2014):
Kategori Rentang Skor
Sangat tinggi 85 - 100 %
Tinggi 70 - 84 %
Rendah 55 - 69 %
Sangat rendah 0 - 54%
Tabel 3.2. Kriteria Sikap Siswa
3.6.3. Hasil Uji Coba
Sebelum soal di uji validitas konstruk kepada siswa di
sekolah, instrument terlebih dahulu di validasi secara konten melalui
judgmen dari dua orang dosen ahli. Hasil validasi instrument secara
konten menghasilkan 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal
uraian. Selanjutnya instrumen di uji validitas konstruknya kepada
siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi pencemaran
lingkungan. uji coba dilaksanakan sebanyak dua kali dengan
mempertimbangkan waktu dan perizinan yang didapatkan dari
73
analisis terhadap hasil pelaksanaan uji coba instrumen, selanjutnya
peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan ganda serta 8 butir soal
uraian. Berikut masing-masing penjelasan mengenai validasi soal,
reliabilitas soal, daya beda dan tingkat kesukaran soal.
3.6.3.1. Validitas Soal
a. Soal Pilihan Ganda
Di dalam uji coba awal pilihan ganda, peneliti
menggunakan 34 butir soal yang diujikan kepada 26
siswa di salah satu SMA di Bandung. Data uji coba
awal siswa di analisis dengan menggunakan microsoft
excel sehingga didapatkan 17 soal pilihan ganda
dengan kriteria valid. Namun setelah
mempertimbangkan ketercapaian indikator melalui soal
yang di uji, peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan
ganda dan kemudian melakukan uji coba kedua dengan
melakukan revisi pada beberapa soal yang tidak valid
pada uji coba awal.
Dalam menentukan validitas instrumen yang
digunakan, terdapat dua cara penafsiran yang dapat
digunakan (Arikunto, 2013). Dua cara tersebut adalah
1). Dengan melihat harga koefisien korelasi pearson (r)
dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup
dan sebagainya. 2). Dengan melihat harga koefisien
korelasi pearson (r) dan menyesuaikannya dengan
tabel harga kritik r-product-momen. Pada uji coba ini,
peneliti menggunakan salah satu cara tersebut, yaitu
dengan menyesuaikan harga r dengan tabel harga kritik
r-product-momen. Untuk lebih jelasnya, penentuan
validitas soal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3
berikut:
r Kriteria
No Validitas Keterangan r Kriteria
Tabel 3.3. Validitas butir soal pilihan ganda
Dari kriteria validitas diatas, dapat dilihat bahwa
dari 25 soal yang diujikan, terdapat 7 soal dengan
kriteria tidak valid. Untuk selanjutnya peneliti
melakukan revisi kepada soal tersebut dan selanjutnya
soal tersebut sudah dapat digunakan di dalam
penelitian.
75
Pada uji coba awal soal uraian, peneliti
menggunakan 10 soal uraian yang di uji cobakan pada
salah satu SMA di Kota Bandung. Hasil uji coba awal
menunjukkan bahwa dari 10 soal yang diujikan, 6 soal
berkriteria valid dan 4 soal dengan kriteria tidak valid.
Oleh karena itu, setelah melakukan analisis terhadap
hasil uji coba awal, selanjutnya peneliti melanjutkan uji
coba kedua dan menghasilkan nilai seperti yang
disajikan pada tabel 3.4 berikut:
No Validitas Keterangan v kriteria
1 0,404 valid digunakan 2 0,252 tidak valid revisi
3 0,544 valid digunakan 4 0,659 valid digunakan 5 0,539 valid digunakan 6 0,646 valid digunakan
7 0,716 valid digunakan 8 0,553 valid digunakan
Tabel 3.4. Validitas soal uraian
Dari tabel 3.4 dapat dilihat terjadi peningkatan
nilai validitas soal sehingga dari 8 soal yang diujikan
terdapat 1 soal yang tidak valid. Penentuan kriteria
validitas instrumen ini didasarkan pada nilai r yang
disesuaikan dengan harga r pada tabel harga kritik
r-product-momen. Peneliti melakukan revisi pada soal
yang tidak valid dan untuk selanjutnya soal digunakan
di dalam kegiatan penelitian.
3.6.3.2. Reliabilitas Soal
Setelah melaksanakan uji validitas instrumen,
soal. Uji reliabilitas soal perlu dilakukan karena dapat
menyokong kevalidan soal yang di uji. Di dalam uji coba
soal ini, peneliti menggunakan metode belah dua atau
split-half method. Pada metode ini, peneliti hanya
melakukan satu kali uji coba soal dan selanjutnya
dilakukan analisa terhadap hasil yang diperoleh.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 19 dan untuk menentukan tingkat
reliabilitas tes tersebut peneliti menggunakan kategori
koefisien reliabilitas Guilford (Arikunto, 2013) yang di
tentukan sebagai berikut:
Antara 0,800 – 1,000: sangat tinggi Antara 0,600 – 0,800: tinggi
Antara 0,400 – 0,600: cukup Antara 0,200 – 0,400: rendah
Antara 0,000 – 0,200: sangat rendah
a. Soal Pilihan Ganda
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
peneliti menggunakan instrumen dengan 25 butir soal
pilihan ganda yang dapat dinyatakan valid dengan
melakukan revisi. Setelah melakukan uji validitas,
selanjutnya peneliti melakukan pengujian reliabilitas
soal dengan menggunakan software SPSS 19. Hasil
pengujian dengan software SPSS 19 dapat dilihat pada
tabel 3.5 berikut:
Nilai Keterangan
0,588 reliabel
77
Dari hasil pengujian statistik dengan software
SPSS 19 diperoleh nilai reliabilitas tes yang digunakan
adalah 0,588 yang berada dalam kriteria reliabilitas
cukup. Pada kriteria ini instrument sudah dapat
dinyatakan memiliki reliabilitas yang dapat digunakan
di dalam kegiatan penelitian.
b. Soal Uraian
Dalam pengujian reliabilitas tes uraian, peneliti
menggunakan 7 butir soal yang dinyatakan valid pada
ujian sebelumnya dan ditambah dengan 1 butir soal
yang direvisi dari hasil validasi sebelumnya. 8 butir
soal ini selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas
sehingga didapatkan hasil seperti yang disajikan pada
tabel 3.6 berikut:
Nilai Keterangan
0,666 Reliabel
Tabel 3.6. Nilai reliabilitas tes uraian
Dari nilai reliabilitas yang diperoleh dari
pengujian secara statistik dengan software SPSS 19
didapatkan nilai reliabilitas tes uraian yang diperoleh
adalah 0,666. Sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya, maka nilai reliabilitas soal
yang didapatkan berada dalam kategori reliabel dengan
tingkat reliabilitas tinggi. Untuk selanjutnya soal uraian
ini dapat digunakan di dalam kegiatan penelitian.
3.6.3.3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal
Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal
dilaksanakan setelah sebelumnya menentukan validitas dan
merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Sementara itu, tingkat kesukaran
merupakan suatu uji untuk mengidentifikasi soal yang
digunakan, apakah soal termasuk sulit, sedang atau mudah.
Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal peneliti jadikan
masukan dalam revisi soal yang akan peneliti gunakan di
lapangan.
Untuk menentukan penerimaan soal yang akan
digunakan di dalam penelitian, faktor validitas, relibilitas,
daya beda dan tingkat kesukaran dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan. Oleh karena itu, bahan pertimbangan
pertama bagi peneliti untuk dapat menggunakan soal di
dalam kegiatan penelitian adalah memiliki kriteria valid
terlebih dahulu. Valid merupakan syarat bagi sebuah
instrumen agar kegiatan evaluasi yang dilakukan valid
(Arikunto, 2013). Kriteria valid menurut beberapa ahli
terbagi menjadi beberapa jenis, namun secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu valid secara
konten (validitas konten) serta valid secara konstruk
(validitas konstruk).
Validitas konten memiliki artian bahwa instrumen
yang diuji cobakan memiliki kesesuaian dengan materi yang
diajarkan. Karena validitas ini menyangkut materi yang
diajarkan, maka validitas ini diketahui tingkat
kevaliditasannya melalui judgment dari ahli. Setelah ahli
menyatakan instrument tersebut valid secara konten, maka
baru dilaksanakan pengujian validitas konstruk.Terdapat
beberapa pandangan ahli mengenai validasi ini secara
umum, seperti yang di sampaikan oleh Aubrecht (1983)
79
validitas konten sebenarnya cukup mewakili untuk validasi
instrumen, sedangkan validitas konstruk dapat digunakan
pada tes yang terstandar.
Dalam penelitian ini, setelah menerima masukan
dari dosen pembimbing maka peneliti melakukan validitas
konten dengan mendiskusikan instrumen yang akan
digunakan kepada dua dosen ahli dan selanjutnya peneliti
melakukan validitas konstruk dengan mengujicobakan
instrumen yang telah divalidasi tersebut kepada beberapa
sekolah. Hasil validasi konstruk untuk selanjutnya di
analisis dan dilakukan revisi pada bagian yang dianggap
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung
Abrahams. 2000. Practical work in secondary science : a minds-on. Replika Press: India
Agus. 2013. Lembar Observasi Aktifitas Siswa. [Online]. Tersedia: http://www. slideshare.net/yohanesagus/lembar-observasi-aktifitas-siswa. 04 Feb 2015
Akinbobola. 2009. Enhancing Students' Attitude Towards Nigerian Senior Secondary School Physics Through the Use of Cooperative, Competitive and Individualistic Learning Strategies. Journal. Volume: 34. Issue 1.
Anggraeni, Ika. 2014. Analisis Keterlaksanaan Scientific Approach Dalam Pembelajaran Biologi Serta Implikasinya Terhadap Sikap Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung; Tidak Diterbitkan.
Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arliani. 2012. Mengembangkan Sikap Saling Menghargai Melalui Pembelajaran Matematika: Upaya Memperbaiki Karakter Bangsa. Prosiding. ISBN : 978-979-16353-8-7.
Aubrecht. 1983. Constructing Objective Test. Journal. Am. J. Physc. 51 (7), July 1983.
Bansu Irianto. 2012. Metode Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Benny Ahmad. 2012. Efektifitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn : Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-isu Kontroversial. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
142
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Cohen. 1994. Designing Groupwork Strategies for Heterogeneous Classroom. Teacher College, Collumbia University: New York and London.
Croker. 2010. Enhancing the student experience of laboratory practicals through digital video guides. Journal. Vol. 16. Desember 2010.
Desi. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Dillon. 2008. A Review of the Research on Practical Work in School Science. Kings College: London.
Dvornich. 2011. Preparing Children for Outdoor Science and Recreation. Pacific Education Institute: North America.
Eka. 2012. Konsep Dasar dan Aspek-Aspek Penilaian (Asesmen). [Online]. Tersedia: http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-dan-aspek-aspek-penilaian.html. 04 Feb 2015.
Eseryel. 2014. An Investigation of the Interrelationships between Motivation, Engagement, and Complex Problem Solving in Game-based Learning. Journal. International Forum of Educational Technology & Society (IFETS). ISSN 1436-4522.
Faiq, M. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013. [Online]. Http:// penelitiantindakankelas. blogspot. com/2013/07 /pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. [28 Januari 2014].
Gijselaers. 1996. Connecting Problem-Based Practice with Educational Theory. Journal. Jossey Bass Publisher: No. 68.
Groenendijk. 2011. The effect of observational learning on students’ performance, processes, and motivation in two creative domains. Journal. British Journal of Educational Psychology (2011).
Guritno, 2013. Penilaian Sikap dalam RPP kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://mgmpppknkotamalang.blogspot.com/2013/11/penilaian-sikap-dalam-rpp-kurikulum.html. 04 Feb 2015.
Halloway, 2004. Research Link / Student Teamwork. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/ dec03/vol61 /num04/-Student-Teamwork.aspx. 04 Feb 2015
Hart. 2000. What is the Purpose of this Experiment? Or Can Students Learn Something from Doing Experiments? Journal. Journal of Research In Science Teaching Vol. 37, No. 7, PP. 655 ± 675.
Henny. 2012. Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Hesti, Wirono. 2011. Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Husni. 2012. Pendekatan Problem Solving Dengan Strategi Search, Solve, Create and Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Pada Topik Suhu Dan Kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Hogstrom. 2010. Lab Work and Learning in Secondary School Chemistry: The Importance of Teacher and Student Interaction. Journal. Res Sci Edu: 40:505-523.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Perpustakaan Nasional: KDT
Jonassen. 1997. Instructional Design Models for Well-Structured and Ill-Structured Problem-Solving Learning Outcomes. Journal. ETR&D, Vol, 45, No. 1, 1997, pp. 65-94 ISSN 1042-1629.
Jonassen. 2012. Toward a Design Theory of Problem solving. Journal. ETR&D, Vol. 48. No. 4.
Kemendikbud. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud: Jakarta
144
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lai, E.R. and Viering, M. 2012. Assessing 21st Century Skills: Integrating Research Findings. National Council on Measurement in Education. Vancouver: B.C.
Lewis. 2003. The Nature of Science and The Scientific Method. The Geological Society: America
Mergandoller. 2006. The Effectivenes of Problem Based Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. Journal. Volume 1 No 2.
Michael. 2002. Inquiry and Scientific Methode. Article. Fall 2002 — Y520: 5982
Midura, 1948. Essentials of Team Building: Principles and Practice. E-book. ISBN-13: 978-0736050883.
Millar. 2004. The Role of Practical Work in the Teaching and Learning of Science. Journal. Washington: University of York.
Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya
Munawaroh. 2014. Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/jamilahmunawaroh/lembar-pengamatan-sikap-peserta-didik. 04 Feb 2015
Newman. Et all. 2012. Students Fail to Transfer Knowledge of Chromosome Structure to Topics Pertaining to Cell Devision. Journal. CBE-Live science education Vol. 11, 425-436.
Ni Lu. 2010. Senior High School Sudent Biology Learning in Interactive Teaching. Journal. Res Sci Edu: 40: 267-289.
Oakley. 2004. Turning Student Groups into Effective Teams. Journal. Journal of Student Centered Learning: Volume 2, No. 1, 2004 / 9
OECD. 2005. PISA 2003 Technical Report. Tersedia [Online]. https://www.oecd.org/. Diakses tanggal 01 April 2014.
Pusparini. 2012. Pengembangan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Rahman, T. et all. 2011. Program pembelajaran praktikum berbasis kemampuan generik (P3BKG) dan profil pencapaiannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Restiana endah. 2012. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Robert. 2002. SET for success: The supply of people with science, technology, engineering and mathematics skills. Parliament Street. London.
Rothchild. 2006. Induction, Deduction, And The Scientific Method. University School of Medicine Cleveland: Ohio
Rustaman, N.Y. et all. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Stigler. 1999. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kanakawa, T., Knoll, S., & Serrano, A. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and findings from an exploratory research project on eight-grade mathematics instruction in Germany, Japan, and the United States.U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics (1999NCES 99-074). Washington, DC.: U.S.
Sudrajat. 2007. Landasan kurikulum. https://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/22/landasan-kurikulum/. [Online]. diakses tanggal 15 Oktober 2014
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Konseptual Dan Kemampuan Prosedural Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
146
Rizki Pratama, 2015
PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Susilawati. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Sutrisno. 2005. Laboratorium Fisika Sekolah. Jurusan Pendidikan Fisika. Bandung: UPI Bandung.
Tekkaya. 2001. Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish High School Students. Journal. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 21: 145-150.
Thair. 1997. A Review of Teacher Development Reforms in Indonesian Secondary Science: The Effectiveness of Practical Work in Biology. Journal. Research in Science Educations, 27(4), 581-597.
Trilling and Fadel. 2009. 21st century skills: learning for life in our times. Jossey Bass: USA
Ula. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Reaksi Pengendapan Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
Wasono. 2012. Pengunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah Dalam Pelajaran Biologi Di Madrasah Aliyyah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Tentang Eksperimen Pada Konsep Aksi-interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wellington. 1989. Practical Work in School Science. Routledge: London.
White. 2007. The link between the laboratory and learning. Journal. Int. J. Sci. Educ. 1996, Vol. 18. No. 7.
Widodo, A. 2005. Analisis Pembelajaan Biologi dengan Menggunakan Video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli 2005, Bandung.