• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP

SISWA PADA KURIKULUM 2013

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

RIZKI PRATAMA 1201653

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP

SISWA PADA KURIKULUM 2013

Oleh

Rizki Pratama

1201653

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar

Magister Pendidikan pada Pendidikan Biologi Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia

f.rizki@rocketmail.com

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruh atau sebagian,

(3)

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN

LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM

MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA

PADA KURIKULUM 2013

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd

NIP. 194907131976031002

Pembimbing II,

Dr. Yayan Sanjaya, M.Si

NIP. 197112312001121001

Mengetahui,

Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Biologi

Dr. H. Riandi, M.Si

(4)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013

Rizki Pratama

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia

f.rizki@rocketmail.com

ABSTRAK

Perubahan kurikulum di Indonesia menuntut siswa untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah. Desain pembelajaran berbasis problem solving merupakan acuan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Dari beberapa kajian literatur diketahui bahwa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving dalam pembelajaran biologi jarang dilaksanakan, terutama dalam kegiatan praktikum. Oleh karena itu, desain kegiatan praktikum berbasis problem solving diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kegiatan praktikum berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa. Untuk mengukur penguasaan konsep siswa digunakan metode quasi experiment dengan desain nonequivalent control group design. Sementara untuk sikap siswa dilakukan observasi melalui video pembelajaran dan angket sikap siswa. Data penguasaan konsep siswa diperoleh dari hasil belajar siswa dan selanjutnya di uji dengan menggunakan uji t untuk membandingkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan eksperimen. Dari hasil uji statistik diperoleh p-value yang lebih kecil dari sig α (0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan pada kelas eksperimen. Untuk domain sikap diperoleh bahwa siswa mengamati proses kegiatan pembelajaran sebesar 37%, menanggapi informasi yang diterima sebesar 39%, menghargai keberhasilan teman sebesar 17% dan mengorganisasikan proses pembelajaran sebesar 6%.

(5)

’S

2013 CURRICULUM

Rizki Pratama

Biology Education Study Program Indonesian Education University

f.rizki@rocketmail.com

ABSTRACT

Indonesian curriculums change requires students to have problem solving ability. The design of learning based on problem solving become a reference to develop the learning activities. Some article review’s showed the learning based on problem solving in biology are rarely implemented, especially in the practical work. Practical work based on problem solving activity are expected to be one factors for improving the quality of biology learning. This study aimed to see how the effect of practical work based on problem solving in improving student’s understanding of concept and attitude. Quasi experiment method with nonequivalent control group design was used to measure students' understanding of concepts.

Video observation and student quitioner was used for measure student’s attitude. The obtained data from the students' understanding of concept from learning outcomes tested using t test to compare the student learning outcome in control and experiment classes. The result from statistical test obtained p-value smaller than α sig (0.000 <0.05). This result suggests a significantly increase in learning outcomes from experimental class. From

student’s quitioner found that students observed the learning activities by 37%, responding to information received by 39%, rewarding success of 17% and a organization by 6%

(6)

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh National Research Council

(NRC) dalam Lai dan Viering (2012) tentang topik “kemampuan mengajar

dan menilai pada abad 21” mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk masuk keperguruan tinggi

dan dunia kerja, beberapa diantaranya adalah: 1). Kemampuan kognitif

seperti berpikir kritis, problem solving, dan berpikir sistematis; 2).

Kemampuan interpersonal seperti komunikasi kompleks, kemampuan sosial,

kerjasama, sensitivitas kebudayaan dan hal-hal yang berkaitan dengan

keseragaman; 3). Kemampuan intrapersonal seperti manajemen diri,

manajemen waktu, pengembangan diri, regulasi diri, kemampuan beradaptasi

dan fungsi eksekutif. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu landasan

bagi pemerintah untuk melakukan perubahan kurikulum di Indonesia dengan

tujuan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia.

Menurut Mulyasa (2013), perubahan kurikulum di Indonesia juga

disebabkan karena pengaruh perubahan dan tantangan zaman yang terjadi saat

ini sehingga bangsa Indonesia harus menyesuaikan diri terhadap arah

perubahan tersebut. Selain itu Sagala (2013) juga menyatakan bahwa salah

satu tujuan perubahan kurikulum tersebut adalah untuk mengembangkan

kemampuan siswa di Indonesia untuk mencapai tujuan pendidikan serta bekal

hidup di dalam masyarakat.

Terjadinya perubahan dan pengembangan kurikulum pendidikan di

Indonesia dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi

Kurikulum 2013 disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Hasil studi

Internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dari hasil survey

Trends in International Math and Science (TIMS) di tahun 2007

(7)

menyelesaikan soal penalaran berkategori tinggi; 2) Hasil studi yang

dilakukan Programme for International Student Assesment (PISA) di tahun

2009 yang menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65

negara peserta PISA; 3) Terdapat beberapa kelemahan dan kesenjangan yang

terdapat pada kurikulum yang lama sehingga diperlukannya perubahan

kurikulum; 4) Kondisi remaja Indonesia saat ini yang dihadapkan kepada

berbagai permasalahan, seperti perkelahian pelajar, perjudian, penggunaan

obat-obat terlarang, pergaulan bebas, serta berbagai kecurangan di dalam

ujian; 5) Tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks seperti era

globalisasi dan pasar bebas, serta kemajuan teknologi dan informasi diseluruh

negara di dunia yang mengharuskan negara Indonesia harus mempersiapkan

diri untuk menghadapinya.

Dengan terjadinya perubahan kurikulum, maka komponen pendidikan

pun ikut berubah, seperti susunan mata pelajaran dan materi pelajaran,

termasuk salah satunya mata pelajaran biologi di sekolah. Mata pelajaran

biologi merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki konsep-konsep

abstrak, yaitu konsep yang tidak bisa dilihat dan dipahami secara langsung.

Dengan karakteristik mata pelajaran yang seperti itu, di dalam

pembelajarannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran

dan bahkan sering terjadi miskonsepsi pada siswa, seperti beberapa materi

tentang kromosom, tansportasi air pada tanaman, genetika, respirasi sel,

sintesis protein, fotosintesis, sistem syaraf (Tekkaya, 2001; Newman, 2012)

dan masih banyak lagi materi lain yang sulit untuk dimengerti oleh siswa.

Oleh karena itu diperlukan strategi khusus agar siswa dapat memahami materi

yang diajarkan. Salah satu strategi umum yang selama ini digunakan untuk

membantu siswa dalam memahami pembelajaran biologi yaitu dengan

menggunakan kegiatan praktikum.

Menurut beberapa ahli, kegiatan praktikum berperan penting di dalam

mengembangkan pengetahuan siswa tentang sains (Millar, 2004; Hogstrom,

2010). Banyak penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan

(8)

3

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang terjadi pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan kegiatan

praktikum dari siswa yang diajarkan dengan metode konvensional di kelas

(Thair, 1997). Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan kegiatan praktikum

berperan sangat besar dalam membantu siswa mempelajari konsep yang

terdapat pada pembelajaran sains, khususnya pada pembelajaran biologi.

Terkait dengan kegiatan praktikum, Wellington (1989)

mengungkapkan bahwa pembelajaran sains pernah dilaksanakan di dalam

laboratorium selama satu abad. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

kegiatan praktikum di dalam laboratorium memiliki banyak kelebihan

sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains (biologi) akan menjadi

lebih bermanfaat jika dilaksanakan di dalam kegiatan laboratorium. Woodley

(2009) juga menambahkan bahwa bagi guru yang mengajarkan sains di

Inggris, kegiatan praktikum merupakan bagian dari proses pengajaran dan

pembelajaran, sehingga dalam beberapa tahun, terlihat bahwa siswa di Inggris

menghabiskan waktu mereka di dalam laboratorium saat mempelajari sains.

Namun demikian, walaupun kegiatan praktikum telah terbukti mampu

membantu siswa di dalam memahami pelajaran, temuan peneliti dilapangan

justru memperlihatkan sisi lain di dalam penyelenggaraan kegiatan praktikum

di sekolah. Kajian yang peneliti lakukan terhadap temuan di lapangan

menunjukkan bahwa guru terlihat kurang mempersiapkan pelaksanaan

kegiatan praktikum di sekolah. Hal ini terlihat dari kegiatan praktikum yang

masih dirancang secara konvensional, yaitu guru memberikan materi awal,

siswa melaksanakan kegiatan praktikum dan setelah itu berdiskusi. Hal ini

sejalan dengan temuan lain yang mengungkapkan bahwa guru masih merasa

enggan untuk melaksanakan kegiatan praktikum karena menyita waktu dan

tenaga (Anggraeni, 2001; Wulan, 2003; Rahman, et all, 2011). Banyak faktor

yang menyebabkan guru merasa enggan untuk melaksanakan kegiatan

praktikum, mulai dari terbatasnya waktu, dukungan dana yang kurang serta

faktor lain (White, 1996; Hogstrom, 2010).

Selain itu, alur kegiatan praktikum juga berpengaruh terhadap hasil

(9)

hanya mengikuti prosedur pada penuntun praktikum terbukti kurang efektif di

dalam peningkatan pemahaman siswa, karena siswa hanya mengikuti

serangkaian kegiatan praktikum tanpa memahami mengapa mereka

melaksanakan kegiatan tersebut (Hogstrom, 2009). Dari penjelasan di atas,

muncul tantangan baru dalam kegiatan praktikum, yaitu bagaimana

menyesuaikan tuntutan kurikulum dengan pelaksanaan kegiatan praktikum di

sekolah. Selain itu, terdapat tantangan bagi guru untuk mengembangkan

kegiatan praktikum yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

menunjang rasa ingin tahu siswa dan melibatkan siswa secara aktif selama

kegiatan praktikum, serta bagaimana desain yang bagus untuk menciptakan

kegiatan praktikum yang lebih bermakna bagi siswa. Salah satu langkah yang

dapat dilakukan dengan melaksanakan kegiatan praktikum berbasis problem

solving.

Dalam PISA (Programme for International Student Assessment) atau

Program Penilaian Pelajar Internasional, terdapat soal dengan karakteristik

problem solving sebanyak 58 persen (OECD, 2005). Hal ini menunjukkan

bahwa penekanan tentang pentingnya problem solving di dalam kegiatan

pembelajaran sangat dibutuhkan secara Internasional untuk menunjang

kemampuan siswa pada masing-masing negara, terutama dinegara Indonesia.

Oleh karena itu, penggunaan metode problem solving di dalam kegiatan

pembelajaran terutama kegiatan praktikum diharapkan mampu meningkatkan

prestasi Indonesia secara Internasional.

Sejalan dengan hal ini, Woolnough (1994) dalam Millar (2004)

menyatakan bahwa pengembangan penguasaan konsep siswa terhadap sains

terjadi apabila siswa dilibatkan saat memproses informasi. Memproses

informasi yang dimaksud berupa tindakan yang ditempuh guru dalam

melibatkan siswa membangun pengetahuannya secara mandiri, siswa

berinteraksi langsung dengan apa yang mereka pelajari. Hal ini akan lebih

bagus lagi jika kegiatan pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari. Lu (2010) menyatakan bahwa di dalam pembelajaran biologi, interaksi

(10)

5

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di dalam pembelajaran sains. Keterkaitan antara pengalaman nyata dengan

konsep biologi yang siswa dapatkan akan membantu siswa dalam

meningkatkan pemahamannya.

Penggunaan problem solving di dalam kegiatan pembelajaran telah

banyak dilakukan oleh peneliti lain, beberapa diantaranya adalah digunakan

sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa

maupun hasil belajar siswa (Desi, 2013; Sulastri, 2012; Ula, 2012; Sukardi,

2012; Restiana, 2012; Pusparini, 2012; Susilawati, 2010; Husni 2012), dalam

meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Bansu, 2012; Benny, 2012),

serta meningkatkan penguasaan konsep siswa (Wasono, 2012; Hesti, 2011;

Henny; 2012). Namun untuk penggunaan problem solving di dalam kegiatan

praktikum masih sedikit sekali ditemukan, terutama pada pembelajaran

biologi. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan praktikum berbasis problem

solving lebih menekankan kepada peningkatan kemampuan berpikir siswa

secara kritis. Dengan menghadirkan suatu masalah kepada siswa, siswa

dilatih untuk berpikir secara kritis dalam menemukan solusi terhadap

permasalahan tersebut. Dalam mencari solusi, siswa diperbolehkan untuk

berdiskusi dengan teman dikelas untuk memperkuat argumen mereka dan

mengasah keterampilan berkomunikasi bagi siswa. Masalah yang dihadirkan

pun tidak terlepas dari masalah-masalah yang ditemukan di dalam kehidupan

sehari-hari.

Kegiatan praktikum problem solving jauh berbeda dengan kegiatan

praktikum biasa yang dilaksanakan di sekolah. Di sekolah, kegiatan

praktikum cendrung monoton, siswa hanya melaksanakan kegiatan praktikum

sesuai dengan arahan penuntun praktikum tanpa mereka mengetahui tujuan

dari praktikum yang dilaksanakan. Selain itu, masalah yang dihadapkan

kepada siswa cendrung yang terdapat pada buku pelajaran, siswa jarang

dihadapkan pada masalah yang ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari

sehingga kegiatan praktikum dirasakan cukup bosan bagi siswa. Dengan

kegiatan praktikum berbasis problem solving, diharapkan tantangan

(11)

efektif ini dapat terlaksana sehingga dapat meningkatkan kualitas sumber

daya manusia Indonesia kedepannya.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat

dirumuskan masalah pokok penelitian ini yaitu: “Bagaimana pengaruh

kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving dalam

meningkatkan penguasaan konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap masalah

yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi sub-sub

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis

problem solving yang sesuai dengan Kurikulum 2013?

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan

kelas eksperimen?

3. Bagaimana pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan

berbasis problem solving terhadap sikap siswa di kelas?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengkaji bagaimana langkah kegiatan praktikum pencemaran

lingkungan berbasis problem solving yang sesuai dengan kurikulum

2013.

2. Menganalisis peningkatan konsep siswa siswa melalui nilai pretest dan

postest yang diperoleh siswa setelah diberikan pembelajaran berupa

kegiatan praktikum berbasis problem solving.

3. Menelaah pengaruh kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis

(12)

7

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4. Manfaat

Kajian mengenai pengaruh kegiatan praktikum pencemaran

lingkungan berbasis problem solving dalam meningkatkan penguasaan

konsep dan sikap siswa pada kurikulum 2013 ini diharapkan menjadi

sumbangan pemikiran sebagai temuan baru dalam mengembangkan kegiatan

praktikum di sekolah serta bidang penelitian lain yang lebih luas. Sedangkan

secara praktis dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait, misalnya:

1. Para peneliti di bidang pendidikan, yaitu memberikan gambaran tentang

bagaimana mendesain suatu kegiatan praktikum sehingga dapat melakukan

pengembangan pada kegiatan praktikum lainnya.

2. Guru biologi, yaitu memberikan masukan tentang bagaimana mendesain

sebuah kegiatan praktikum agar siswa menjadi lebih termotivasi di dalam

pembelajaran biologi.

3. Sekolah, yaitu memberikan masukan tentang mendesain suatu kegiatan

pembelajaran dalam bentuk praktikum sehingga dapat menjadi masukan

dalam mendesain kegiatan pembelajaran lain.

1.5. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dari penelitian yang akan

dilaksankan serta keterbatasaan–keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Langkah kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem

solving disusun dengan menerapkan langkah-langkah problem solving di

dalam kegiatannya.

2. Kegiatan praktikum pencemaran lingkungan berbasis problem solving

(13)

3. Sikap siswa yang di observasi didalam penelitian ini adalah domain sikap

Krathwohl (1964) yang terdiri dari: a) Memperhatikan; b) Mengamati; c)

(14)

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Kegiatan Praktikum Berbasis Problem solving

Kegiatan praktikum berbasis problem solving merupakan

kegiatan praktikum yang memiliki beberapa tahapan didalam

pelaksanaannya, yaitu tahapan mengidentifikasi masalah, pencarian

strategi, implementasi strategi dan evaluasi. Langkah kegiatan

praktikum problem solving dapat dilihat didalam RPP yang

digunakan serta LKS yang dibagikan kepada siswa.

3.1.2. Penguasaan konsep Siswa

Penguasaan konsep siswa dilihat dari peningkatan nilai

pretest dan postest yang diperoleh siswa setelah diberikan

perlakuan berupa kegiatan pembelajaran berbasis problem solving.

Peningkatan nilai pretest dan postest yang dicapai oleh siswa

dianalisis dengan membandingkan nilai N-gain pada kedua kelas.

Instrumen yang digunakan adalah 25 butir soal pilihan ganda dan 8

butir soal uraian yang sebelumnya telah di judgment kepada dua

dosen ahli.

3.1.3. Sikap Siswa

Sikap siswa di observasi dengan menggunakan domain

sikap Karthwohl (1964) yang terdiri atas domain sikap

memperhatikan, menanggapi, menghargai dan mengorganisasikan.

Observasi dilakukan melalui video pembelajaran dan selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan software videograph untuk

mempersentasekan domain sikap siswa yang muncul selama

(15)

3.2. Metode dan Desain Penelitian

3.2.1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain nonequivalent

control group design. Kelompok pertama menggunakan kegiatan

praktikum berbasis problem solving, sedangkan kelompok kedua

merupakan kelompok kontrol yang melaksanakan kegiatan

praktikum seperti biasa. Desain dalam penelitian ini diperlihatkan

pada Tabel 3.1 berikut:

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X0 O2

Tabel 3.1. Desain penelitian

Keterangan:

X1 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum berbasis

problem solving

X0 = Perlakuan berupa kegiatan praktikum verifikasi

O1 = Pretest pada kegiatan praktikum berbasis problem

solving.

O2 = Posttest tes pada kegiatan praktikum biasa

Kedua kelompok diberi tes awal dengan soal yang telah di uji

validitas dan reliabilitasnya. Tes awal ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal dan sifat homogenitas dari kedua

kelompok tersebut. Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok

(16)

63

3.2.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X IPA pada

salah satu SMA di Kota Bandung tahun pelajaran 2014/2015. Teknik

pengambilan sampel adalah dengan cara purposive sampling.

Pertimbangan penggunaan teknik purposive sampling ialah sesuai

dengan tujuan penelitian, sampel yang akan dipilih merupakan siswa

kelas X. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen

dan satu kelas kontrol.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan,

tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

3.3.1. Tahap Perencanaan

Pada awal tahapan ini, peneliti melaksanakan studi

pendahuluan untuk menentukan rumusan masalah yang akan peneliti

angkat di dalam penelitian ini. Studi pendahuluan yang peneliti

lakukan dilaksanakan di beberapa sekolah di Bandung. Setelah

melakukan studi pendahuluan, untuk selanjutnya peneliti

menetapkan rumusan masalah yang akan peneliti angkat di dalam

penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh kegiatan praktikum

berbasis problem solving terhadap penguasaan konsep siswa pada

Kurikulum 2013. Untuk selanjutnya peneliti melakukan kajian

literatur terhadap jurnal dan beberapa hasil penelitian yang berkaitan

dengan kegiatan berbasis problem solving. Selanjutnya peneliti

menentukan materi apa yang akan peneliti ambil untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis problem solving.

Setelah menemukan materi yang cocok dalam

mengimplementasikan kegiatan tersebut, peneliti merancang bentuk

kegiatan praktikum yang disesuaikan dengan problem solving.

Setelah rancangan kegiatan praktikum selesai, untuk selanjutnya

(17)

penelitian yang mendukung keterlaksanaan kegiatan praktikum ini.

Selanjutnya peneliti melakukan validasi secara konten terhadap

instrumen yang akan digunakan kepada dua orang dosen ahli.

Setelah melaksanakan validasi secara konten, untuk selanjutnya

peneliti melaksanakan validasi secara konstruk kepada siswa di

beberapa sekolah di Bandung dan untuk selanjutnya dilakukan

revisian terhadap instrumen yang telah peneliti rancang. Setelah

melakukan revisi terhadap instrumen yang akan peneliti gunakan,

untuk selanjutnya peneliti mempersiapkan surat izin penelitian dan

melaksanakan penelitian sesuai dengan rancangan yang telah peneliti

susun.

3.3.2. Tahap Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, terlebih dahulu

peneliti melakukan tes awal kepada dua kelas untuk melihat

bagaimana tingkat pemahaman siswa pada awal sebelum

pelaksanaan kegiatan penelitian. Hasil dari tes awal tersebut

kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS 19 untuk

melihat apakah terdapat perbedaan pemahaman awal siswa pada

kedua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Selanjutnya peneliti

menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dari kedua kelas

tersebut. Kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa kegiatan

praktikum berbasis problem solving sementara kelas kontrol

diberikan perlakuan berupa kegiatan praktikum konvensional.

Setelah melaksanakan kegiatan penelitian, maka untuk selanjutnya

peneliti melaksanakan tes akhir untuk melihat bagaimana

peningkatan yang dicapai oleh siswa pada kedua kelas tersebut.

3.3.3. Tahap Akhir

Setelah mendapatkan nilai tes awal dan tes akhir siswa, untuk

selanjutnya peneliti mengolah data hasil penelitian dengan

menggunakan software SPSS 19. Pengolahan data yang dilakukan

(18)

65

uji parametrik / non parametrik. Setelah melaksanakan uji tersebut,

untuk selanjutnya peneliti melakukan uji N-gain untuk melihat

peningkatan yang dialami oleh siswa. Selanjutnya peneliti

melakukan pembahasan dengan membahas temuan-temuan di dalam

penelitian dan pada akhir kegiatan peneliti melakukan penarikan

kesimpulan terhadap keseluruhan proses yang telah dilakukan

(19)

3.3 Alur Penelitian

Secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada

Gambar 1.

Studi Pendahuluan

Merumuskan Masalah

Studi literatur tentang kegiatan praktikum berbasis problem solving

Penyusunan Instrumen (soal pretest dan postest)

Pengembangan desain kegiatan praktikum berbasis

problem solving dengan

langkah sebagai berikut: 1. Analisis KI dan KD 2. Perancangan kegiatan

praktikum berbasis

problem solving

3. Uji coba secara mandiri Validasi dan Revisi

Tes awal

Kegiatan praktikum berbasis problem

solving disertai video

pembelajaran

Kegiatan pembelajaran secara konvensional

Analisis Data

(20)

67

Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa alur penelitian yang

dilakukan pada tahap awal adalah peneliti melakukan studi pendahuluan

pada beberapa sekolah untuk menemukan masalah yang akan penulis

angkat di dalam penelitian ini. Setelah melakukan analisis terhadap temuan

yang peneliti dapatkan dari hasil studi pendahuluan, maka selanjutnya

peneliti merumuskan masalah penelitian. Setelah merumuskan masalah

penelitian, peneliti melakukan studi leteratur melalui jurnal dan buku-buku

yang berhubungan dengan rumusan masalah yang telah peneliti tetapkan.

Setelah melakukan kajian literatur untuk memperkuat rumusan

masalah yang telah penulis tetapkan, maka untuk selanjutnya peneliti

memulai menyusun instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data

penelitian. Instrumen yang penulis rancang disesuaikan dengan teori dan

bahan yang telah peneliti temukan dan selanjutnya instrumen tersebut di

validasi dan diuji cobakan kepada beberapa sekolah. Setelah melakukan

analisis terhadap hasil uji voba tersebut, maka selanjutnya peneliti

melakukan revisi terhadap instrumen yang telah dibuat dan untuk

selanjutnya peneliti melaksanakan penelitian dengan menggunakan

instrumen yang telah di revisi tersebut.

Penelitian dilaksanakan di dalam dua kelas, yaitu kelas kontrol

dengan pembelajaran konvensional dan dengan kelas eksperimen dengan

metode dan desain pembelajaran yang telah disusun dari awal. Pada kelas

eksperimen, langkah problem solving diawali dengan diskusi di dalam

kelas terkait materi pencemaran lingkungan yang akan dipelajari siswa.

Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok diskusi dan siswa

diminta untuk mendiskusikan terkait kegiatan pencemaran lingkungan

yang telah terjadi disekitar siswa. Setelah siswa melakukan diskusi dan

menyampaikannya dikelas, untuk selanjutnya peneliti mengajak siswa

untuk mendiskusikan tindakan pencemaran lingkungan yang terjadi

disekolah. Salah satu cara yang digunakan didalam kegiatan ini adalah

(21)

dengan melakukan kegiatan observasi sehingga siswa benar-benar

menemukan contoh dari tindakan pencemaran yang telah terjadi. Setelah

siswa melakukan observasi, untuk selanjutnya siswa melanjutkan diskusi

dikelas untuk memberikan pendapat mengenai tindakan pencemaran dan

bagaimana untuk mengatasinya.

Pada pertemuan selanjutnya, siswa melaksanakan kegiatan

praktikum berbasis problem solving untuk mengatasi salah satu bentuk

dari kegiatan pencemaran, yaitu melakukan kegiatan penjernihan air.

Kegiatan praktikum disusun dengan menggunakan langkah-langkah

problem solving didalam pelaksanaannya. Langkah problem solving yang

dilakukan memiliki empat tahapan yaitu mengidentifikasi masalah,

mencari strategi dan mengimplementasikan strategi dan terakhir

melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilaksanakan. Setelah siswa

melaksanakan seluruh kegiatan problem solving, maka untuk selanjutnya

dilanjutkan dengan melaksanakan postest untuk melihat peningkatan hasil

belajar siswa. Untuk selanjutnya peneliti melaksanakan analisa data dan

menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa jenis instrumen pengumpul

data, yaitu soal pretest dan postest untuk mengukur penguasaan konsep

siswa, LKS dan lembar observasi keterlaksanaan metode problem solving di

dalam kegiatan pembelajaran serta videograph dan angket sikap siswa . Soal

pretest dan postest bertujuan untuk mengukur bagaimana perubahan yang

terjadi terhadap nilai siswa. Soal pretest dan postest yang peneliti rancang

pada awalnya tersiri dari 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal

uraian. Namun setelah melaksanakan validasi instrumen dan uji coba ke

beberapa sekolah, maka untuk selanjutnya soal pretest dan postest yang

peneliti gunakan di dalam kegiatan penelitian menjadi 25 butir soal pilihan

ganda dan 8 butir soal uraian. LKS yang digunakan merupakan LKS yang

telah disesuaikan dengan langkah kegiatan problem solving. Lembar

(22)

69

kegiatan praktikum berbasis problem solving, serta videograph dan angket

sikap siswa untuk melihat domain sikap siswa yang terlihat selama kegiatan

praktikum.

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah desain yang baru divalidasi dan direvisi, maka desain

tersebut diujicobakan untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Salah satu

langkah untuk mengukur keberhasilan desain ini yaitu dengan

membandingkan hasil belajar siswa melalui metode eksperimen, dimana

terdapat dua kelompok sampel penelitian yaitu kelompok kontrol yang

menggunakan desain praktikum yang lama dan kelompok eksperimen yang

menggunakan desain praktikum yang baru. Jika nilai kelompok eksperimen

lebih tinggi dari kelompok kontrol maka desain praktikum yang baru dapat

dikatakan lebih efektif dari pada desain praktikum yang lama.

3.6.1. Analisis Data Pretest dan Postest Siswa

Data yang diperoleh berupa data hasil pretest dan posttest siswa.

Skor pretest dan posttest dianalisis dengan uji statistik menggunakan

program SPSS for Windows versi 19.0, untuk melihat normalitas,

homogenitas varians, peningkatan hasil belajar siswa. Pengolahan dan

analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Asumsi normalitas merupakan prasyarat kebanyakan prosedur

statistika inferential. Pada penelitian ini asumsi normalitas dieksplorasi

menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

melalui SPSS 17 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Bentuk hipotesis

untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

H0: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal

H1: data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak

menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α maka H0

(23)

digunakan istilah significance yang disingkat Sig untuk P-value, dengan

kata lain P-value = Sig.

b. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan

menggunakan SPSS 19. Uji hipotesis igunakan untuk mengetahui

apakah variansi kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak

terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0: σ12= σ22

H1 : σ12≠ σ22

Dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi

homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak

homogen. Dasar pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0

dapat diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak. Namun

sebaliknya, jika data yang diperoleh tidak homogen, maka dilakukan uji

Mann Whitney.

c. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Uji perbandingan dua rerata pada penelitian ini dilakukan

menggunakan uji-t dua sampel independen melalui program SPSS 17

dengan taraf signifikansi α = 0.05. Uji-t dua sampel independen

digunakan untuk membandingkan selisih dua purata (mean) dari dua

sampel yang independen dengan asumsi data terdistribusi normal.

Rumusan hipotesis statistik pada uji ini adalah sebagai berikut:

H0: µ1 µ2

H1: µ1 > µ2

Dimana, H0 adalah rerata skor kelas kontrol sama dengan atau

lebih besar dibandingkan rerata skor kelas eksperimen dan H1 adalah

rerata skor kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan rerata

(24)

71

atau tidak menolak H0 berdasarkan P-value adalah jika P-value < α

maka H0 ditolak dan jika P-value α maka H0 diterima.

Jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal, maka

analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik. Statistika

nonparametrik yang sesuai adalah Uji Mann-Whitney U karena kedua

data bersifat bebas.

3.6.2. Analisis Data N-gain Siswa

Untuk melihat peningkatan hasil belajar sebelum dan sesudah

pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999)

sebagai berikut:

N-gain Keterangan:

Spos = skor posttest

Spre = skor pretest

Smaks = skor maksimum ideal

Keberhasilan kegiatan praktikum berbasis problem solving dapat

dilihat dari perbandingan rerata nilai N-Gain antara kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil jika menghasilkan

N-Gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Gain yang dinormalisasi (N-Gain) diinterpretasikan untuk

menyatakan peningkatan hasil belajar siswa. Untuk menyatakan

peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan dengan kategori sebagai berikut:

N-Gain >0,7 Tinggi

0,3 ≥ N-Gain ≤0,7 Sedang N-Gain <0,3 Rendah

(Hake,R,1999)

3.6.2. Analisis Sikap Siswa

Data sikap siswa diperoleh melalui observasi dengan menggunakan

software videograph serta dengan angket sikap siswa. Software videograph

(25)

sehingga melalui software tersebut bisa langsung didapatkan persentase

sikap siswa yang ingin diobservasi selama kegiatan pembelajaran. Angket

sikap siswa dianalisis dengan pemberian skor pada setiap pernyataan sikap

yang terdapat didalam angket. Pada pernyataan positif pemberian skor

dimulai dari sangat setuju (SS) = 4, setuju (S) = 3, tidak setuju (TS) = 2, dan

sangat tidak setuju (STS) = 1. Sedangkan pemberian skor untuk pernyataan

negatif dimulai dari sangat setuju (SS) = 1, setuju (S) = 2, tidak setuju (TS)

= 3, dan sangat tidak setuju (STS) = 4. Untuk selanjutnya skor yang

diperoleh pada masing-masing sikap dianalisis dengan menggunakan rumus:

Persentase sikap =

x 100%

Dari persentase yang diperoleh untuk selanjutnya dilakukan

pengelompokan sesuai dengan kriteria yang terdapat pada tabel 3.2 berikut

(Anggraeni, 2014):

Kategori Rentang Skor

Sangat tinggi 85 - 100 %

Tinggi 70 - 84 %

Rendah 55 - 69 %

Sangat rendah 0 - 54%

Tabel 3.2. Kriteria Sikap Siswa

3.6.3. Hasil Uji Coba

Sebelum soal di uji validitas konstruk kepada siswa di

sekolah, instrument terlebih dahulu di validasi secara konten melalui

judgmen dari dua orang dosen ahli. Hasil validasi instrument secara

konten menghasilkan 34 butir soal pilihan ganda dan 10 butir soal

uraian. Selanjutnya instrumen di uji validitas konstruknya kepada

siswa kelas XI yang telah mendapatkan materi pencemaran

lingkungan. uji coba dilaksanakan sebanyak dua kali dengan

mempertimbangkan waktu dan perizinan yang didapatkan dari

(26)

73

analisis terhadap hasil pelaksanaan uji coba instrumen, selanjutnya

peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan ganda serta 8 butir soal

uraian. Berikut masing-masing penjelasan mengenai validasi soal,

reliabilitas soal, daya beda dan tingkat kesukaran soal.

3.6.3.1. Validitas Soal

a. Soal Pilihan Ganda

Di dalam uji coba awal pilihan ganda, peneliti

menggunakan 34 butir soal yang diujikan kepada 26

siswa di salah satu SMA di Bandung. Data uji coba

awal siswa di analisis dengan menggunakan microsoft

excel sehingga didapatkan 17 soal pilihan ganda

dengan kriteria valid. Namun setelah

mempertimbangkan ketercapaian indikator melalui soal

yang di uji, peneliti menggunakan 25 butir soal pilihan

ganda dan kemudian melakukan uji coba kedua dengan

melakukan revisi pada beberapa soal yang tidak valid

pada uji coba awal.

Dalam menentukan validitas instrumen yang

digunakan, terdapat dua cara penafsiran yang dapat

digunakan (Arikunto, 2013). Dua cara tersebut adalah

1). Dengan melihat harga koefisien korelasi pearson (r)

dan diinterpretasikan misalnya korelasi tinggi, cukup

dan sebagainya. 2). Dengan melihat harga koefisien

korelasi pearson (r) dan menyesuaikannya dengan

tabel harga kritik r-product-momen. Pada uji coba ini,

peneliti menggunakan salah satu cara tersebut, yaitu

dengan menyesuaikan harga r dengan tabel harga kritik

r-product-momen. Untuk lebih jelasnya, penentuan

validitas soal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3

berikut:

(27)

r Kriteria

No Validitas Keterangan r Kriteria

Tabel 3.3. Validitas butir soal pilihan ganda

Dari kriteria validitas diatas, dapat dilihat bahwa

dari 25 soal yang diujikan, terdapat 7 soal dengan

kriteria tidak valid. Untuk selanjutnya peneliti

melakukan revisi kepada soal tersebut dan selanjutnya

soal tersebut sudah dapat digunakan di dalam

penelitian.

(28)

75

Pada uji coba awal soal uraian, peneliti

menggunakan 10 soal uraian yang di uji cobakan pada

salah satu SMA di Kota Bandung. Hasil uji coba awal

menunjukkan bahwa dari 10 soal yang diujikan, 6 soal

berkriteria valid dan 4 soal dengan kriteria tidak valid.

Oleh karena itu, setelah melakukan analisis terhadap

hasil uji coba awal, selanjutnya peneliti melanjutkan uji

coba kedua dan menghasilkan nilai seperti yang

disajikan pada tabel 3.4 berikut:

No Validitas Keterangan v kriteria

1 0,404 valid digunakan 2 0,252 tidak valid revisi

3 0,544 valid digunakan 4 0,659 valid digunakan 5 0,539 valid digunakan 6 0,646 valid digunakan

7 0,716 valid digunakan 8 0,553 valid digunakan

Tabel 3.4. Validitas soal uraian

Dari tabel 3.4 dapat dilihat terjadi peningkatan

nilai validitas soal sehingga dari 8 soal yang diujikan

terdapat 1 soal yang tidak valid. Penentuan kriteria

validitas instrumen ini didasarkan pada nilai r yang

disesuaikan dengan harga r pada tabel harga kritik

r-product-momen. Peneliti melakukan revisi pada soal

yang tidak valid dan untuk selanjutnya soal digunakan

di dalam kegiatan penelitian.

3.6.3.2. Reliabilitas Soal

Setelah melaksanakan uji validitas instrumen,

(29)

soal. Uji reliabilitas soal perlu dilakukan karena dapat

menyokong kevalidan soal yang di uji. Di dalam uji coba

soal ini, peneliti menggunakan metode belah dua atau

split-half method. Pada metode ini, peneliti hanya

melakukan satu kali uji coba soal dan selanjutnya

dilakukan analisa terhadap hasil yang diperoleh.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan

software SPSS 19 dan untuk menentukan tingkat

reliabilitas tes tersebut peneliti menggunakan kategori

koefisien reliabilitas Guilford (Arikunto, 2013) yang di

tentukan sebagai berikut:

 Antara 0,800 – 1,000: sangat tinggi  Antara 0,600 – 0,800: tinggi

 Antara 0,400 – 0,600: cukup  Antara 0,200 – 0,400: rendah

 Antara 0,000 – 0,200: sangat rendah

a. Soal Pilihan Ganda

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

peneliti menggunakan instrumen dengan 25 butir soal

pilihan ganda yang dapat dinyatakan valid dengan

melakukan revisi. Setelah melakukan uji validitas,

selanjutnya peneliti melakukan pengujian reliabilitas

soal dengan menggunakan software SPSS 19. Hasil

pengujian dengan software SPSS 19 dapat dilihat pada

tabel 3.5 berikut:

Nilai Keterangan

0,588 reliabel

(30)

77

Dari hasil pengujian statistik dengan software

SPSS 19 diperoleh nilai reliabilitas tes yang digunakan

adalah 0,588 yang berada dalam kriteria reliabilitas

cukup. Pada kriteria ini instrument sudah dapat

dinyatakan memiliki reliabilitas yang dapat digunakan

di dalam kegiatan penelitian.

b. Soal Uraian

Dalam pengujian reliabilitas tes uraian, peneliti

menggunakan 7 butir soal yang dinyatakan valid pada

ujian sebelumnya dan ditambah dengan 1 butir soal

yang direvisi dari hasil validasi sebelumnya. 8 butir

soal ini selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas

sehingga didapatkan hasil seperti yang disajikan pada

tabel 3.6 berikut:

Nilai Keterangan

0,666 Reliabel

Tabel 3.6. Nilai reliabilitas tes uraian

Dari nilai reliabilitas yang diperoleh dari

pengujian secara statistik dengan software SPSS 19

didapatkan nilai reliabilitas tes uraian yang diperoleh

adalah 0,666. Sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya, maka nilai reliabilitas soal

yang didapatkan berada dalam kategori reliabel dengan

tingkat reliabilitas tinggi. Untuk selanjutnya soal uraian

ini dapat digunakan di dalam kegiatan penelitian.

3.6.3.3. Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Soal

Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal

dilaksanakan setelah sebelumnya menentukan validitas dan

(31)

merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Sementara itu, tingkat kesukaran

merupakan suatu uji untuk mengidentifikasi soal yang

digunakan, apakah soal termasuk sulit, sedang atau mudah.

Uji daya beda dan tingkat kesukaran soal peneliti jadikan

masukan dalam revisi soal yang akan peneliti gunakan di

lapangan.

Untuk menentukan penerimaan soal yang akan

digunakan di dalam penelitian, faktor validitas, relibilitas,

daya beda dan tingkat kesukaran dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan. Oleh karena itu, bahan pertimbangan

pertama bagi peneliti untuk dapat menggunakan soal di

dalam kegiatan penelitian adalah memiliki kriteria valid

terlebih dahulu. Valid merupakan syarat bagi sebuah

instrumen agar kegiatan evaluasi yang dilakukan valid

(Arikunto, 2013). Kriteria valid menurut beberapa ahli

terbagi menjadi beberapa jenis, namun secara umum dapat

dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu valid secara

konten (validitas konten) serta valid secara konstruk

(validitas konstruk).

Validitas konten memiliki artian bahwa instrumen

yang diuji cobakan memiliki kesesuaian dengan materi yang

diajarkan. Karena validitas ini menyangkut materi yang

diajarkan, maka validitas ini diketahui tingkat

kevaliditasannya melalui judgment dari ahli. Setelah ahli

menyatakan instrument tersebut valid secara konten, maka

baru dilaksanakan pengujian validitas konstruk.Terdapat

beberapa pandangan ahli mengenai validasi ini secara

umum, seperti yang di sampaikan oleh Aubrecht (1983)

(32)

79

validitas konten sebenarnya cukup mewakili untuk validasi

instrumen, sedangkan validitas konstruk dapat digunakan

pada tes yang terstandar.

Dalam penelitian ini, setelah menerima masukan

dari dosen pembimbing maka peneliti melakukan validitas

konten dengan mendiskusikan instrumen yang akan

digunakan kepada dua dosen ahli dan selanjutnya peneliti

melakukan validitas konstruk dengan mengujicobakan

instrumen yang telah divalidasi tersebut kepada beberapa

sekolah. Hasil validasi konstruk untuk selanjutnya di

analisis dan dilakukan revisi pada bagian yang dianggap

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. PT. Refika Aditama: Bandung

Abrahams. 2000. Practical work in secondary science : a minds-on. Replika Press: India

Agus. 2013. Lembar Observasi Aktifitas Siswa. [Online]. Tersedia: http://www. slideshare.net/yohanesagus/lembar-observasi-aktifitas-siswa. 04 Feb 2015

Akinbobola. 2009. Enhancing Students' Attitude Towards Nigerian Senior Secondary School Physics Through the Use of Cooperative, Competitive and Individualistic Learning Strategies. Journal. Volume: 34. Issue 1.

Anggraeni, Ika. 2014. Analisis Keterlaksanaan Scientific Approach Dalam Pembelajaran Biologi Serta Implikasinya Terhadap Sikap Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung; Tidak Diterbitkan.

Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arliani. 2012. Mengembangkan Sikap Saling Menghargai Melalui Pembelajaran Matematika: Upaya Memperbaiki Karakter Bangsa. Prosiding. ISBN : 978-979-16353-8-7.

Aubrecht. 1983. Constructing Objective Test. Journal. Am. J. Physc. 51 (7), July 1983.

Bansu Irianto. 2012. Metode Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan Pengetahuan Prosedural Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa di SMP. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Benny Ahmad. 2012. Efektifitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn : Suatu Studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN 1 Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-isu Kontroversial. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

(34)

142

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cohen. 1994. Designing Groupwork Strategies for Heterogeneous Classroom. Teacher College, Collumbia University: New York and London.

Croker. 2010. Enhancing the student experience of laboratory practicals through digital video guides. Journal. Vol. 16. Desember 2010.

Desi. 2013. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Dengan Reading Infusion Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Dillon. 2008. A Review of the Research on Practical Work in School Science. Kings College: London.

Dvornich. 2011. Preparing Children for Outdoor Science and Recreation. Pacific Education Institute: North America.

Eka. 2012. Konsep Dasar dan Aspek-Aspek Penilaian (Asesmen). [Online]. Tersedia: http://ekarestama.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-dan-aspek-aspek-penilaian.html. 04 Feb 2015.

Eseryel. 2014. An Investigation of the Interrelationships between Motivation, Engagement, and Complex Problem Solving in Game-based Learning. Journal. International Forum of Educational Technology & Society (IFETS). ISSN 1436-4522.

Faiq, M. 2013. Pendekatan Scientific dalam Implementasi Kurikulum 2013. [Online]. Http:// penelitiantindakankelas. blogspot. com/2013/07 /pendekatan-scientific-dalam-implementasi-kurikulum-2013.html. [28 Januari 2014].

Gijselaers. 1996. Connecting Problem-Based Practice with Educational Theory. Journal. Jossey Bass Publisher: No. 68.

Groenendijk. 2011. The effect of observational learning on students’ performance, processes, and motivation in two creative domains. Journal. British Journal of Educational Psychology (2011).

Guritno, 2013. Penilaian Sikap dalam RPP kurikulum 2013. [Online]. Tersedia: http://mgmpppknkotamalang.blogspot.com/2013/11/penilaian-sikap-dalam-rpp-kurikulum.html. 04 Feb 2015.

(35)

Halloway, 2004. Research Link / Student Teamwork. Artikel. [Online]. Tersedia: http://www.ascd.org/publications/educational-leadership/ dec03/vol61 /num04/-Student-Teamwork.aspx. 04 Feb 2015

Hart. 2000. What is the Purpose of this Experiment? Or Can Students Learn Something from Doing Experiments? Journal. Journal of Research In Science Teaching Vol. 37, No. 7, PP. 655 ± 675.

Henny. 2012. Penerapan Pembelajaran Generatif Dengan Strategi Problem Solving Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA Pada Materi Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hesti, Wirono. 2011. Pembelajaran Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Sma Pada Konsep Pencemaran Lingkungan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Husni. 2012. Pendekatan Problem Solving Dengan Strategi Search, Solve, Create and Share (SSCS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Pada Topik Suhu Dan Kalor. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hogstrom. 2010. Lab Work and Learning in Secondary School Chemistry: The Importance of Teacher and Student Interaction. Journal. Res Sci Edu: 40:505-523.

Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Perpustakaan Nasional: KDT

Jonassen. 1997. Instructional Design Models for Well-Structured and Ill-Structured Problem-Solving Learning Outcomes. Journal. ETR&D, Vol, 45, No. 1, 1997, pp. 65-94 ISSN 1042-1629.

Jonassen. 2012. Toward a Design Theory of Problem solving. Journal. ETR&D, Vol. 48. No. 4.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud: Jakarta

(36)

144

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lai, E.R. and Viering, M. 2012. Assessing 21st Century Skills: Integrating Research Findings. National Council on Measurement in Education. Vancouver: B.C.

Lewis. 2003. The Nature of Science and The Scientific Method. The Geological Society: America

Mergandoller. 2006. The Effectivenes of Problem Based Instruction: A Comparative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. Journal. Volume 1 No 2.

Michael. 2002. Inquiry and Scientific Methode. Article. Fall 2002 — Y520: 5982

Midura, 1948. Essentials of Team Building: Principles and Practice. E-book. ISBN-13: 978-0736050883.

Millar. 2004. The Role of Practical Work in the Teaching and Learning of Science. Journal. Washington: University of York.

Mulyasa, 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Munawaroh. 2014. Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik. [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/jamilahmunawaroh/lembar-pengamatan-sikap-peserta-didik. 04 Feb 2015

Newman. Et all. 2012. Students Fail to Transfer Knowledge of Chromosome Structure to Topics Pertaining to Cell Devision. Journal. CBE-Live science education Vol. 11, 425-436.

Ni Lu. 2010. Senior High School Sudent Biology Learning in Interactive Teaching. Journal. Res Sci Edu: 40: 267-289.

Oakley. 2004. Turning Student Groups into Effective Teams. Journal. Journal of Student Centered Learning: Volume 2, No. 1, 2004 / 9

OECD. 2005. PISA 2003 Technical Report. Tersedia [Online]. https://www.oecd.org/. Diakses tanggal 01 April 2014.

Pusparini. 2012. Pengembangan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

(37)

Rahman, T. et all. 2011. Program pembelajaran praktikum berbasis kemampuan generik (P3BKG) dan profil pencapaiannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Restiana endah. 2012. Profil Motivasi Belajar Siswa SMA Kelas XI Pada Pembelajaran Titrasi Asam Basa Menggunakan Model Problem Solving Berbasis Eksperimen. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Robert. 2002. SET for success: The supply of people with science, technology, engineering and mathematics skills. Parliament Street. London.

Rothchild. 2006. Induction, Deduction, And The Scientific Method. University School of Medicine Cleveland: Ohio

Rustaman, N.Y. et all. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Sagala, S. 2013. Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Stigler. 1999. Stigler, J. W., Gonzales, P., Kanakawa, T., Knoll, S., & Serrano, A. (1999). The TIMSS Videotape Classroom Study: Methods and findings from an exploratory research project on eight-grade mathematics instruction in Germany, Japan, and the United States.U.S. Department of Education, National Center for Education Statistics (1999NCES 99-074). Washington, DC.: U.S.

Sudrajat. 2007. Landasan kurikulum. https://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/22/landasan-kurikulum/. [Online]. diakses tanggal 15 Oktober 2014

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Konseptual Dan Kemampuan Prosedural Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

(38)

146

Rizki Pratama, 2015

PENGARUH KEGIATAN PRAKTIKUM PENCEMARAN LINGKUNGAN BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN SIKAP SISWA PADA KURIKULUM 2013 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susilawati. 2010. Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Sutrisno. 2005. Laboratorium Fisika Sekolah. Jurusan Pendidikan Fisika. Bandung: UPI Bandung.

Tekkaya. 2001. Biology Concepts Perceived as Difficult by Turkish High School Students. Journal. Hacettepe Universitesi Egitim Fakultesi Dergisi 21: 145-150.

Thair. 1997. A Review of Teacher Development Reforms in Indonesian Secondary Science: The Effectiveness of Practical Work in Biology. Journal. Research in Science Educations, 27(4), 581-597.

Trilling and Fadel. 2009. 21st century skills: learning for life in our times. Jossey Bass: USA

Ula. 2012. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Reaksi Pengendapan Menggunakan Model Problem Solving. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Wasono. 2012. Pengunaan Model Mengajar Pemecahan Masalah Dalam Pelajaran Biologi Di Madrasah Aliyyah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa : Studi Tentang Eksperimen Pada Konsep Aksi-interaksi di Kelas I Madrasah Aliyyah Negeri Bangkalan. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wellington. 1989. Practical Work in School Science. Routledge: London.

White. 2007. The link between the laboratory and learning. Journal. Int. J. Sci. Educ. 1996, Vol. 18. No. 7.

Widodo, A. 2005. Analisis Pembelajaan Biologi dengan Menggunakan Video. Paper disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan IPA III Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia, 22-23 Juli 2005, Bandung.

Gambar

Gambar 1.
Tabel 3.2. Kriteria Sikap Siswa
Tabel 3.3. Validitas butir soal pilihan ganda
Tabel 3.4. Validitas soal uraian

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Gaya Mengajar Inklusi dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan, Studi PTK di kelas VII-D SMPN 26 Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hubungan antara Karakteristik Keluarga dengan Usia Penyapihan, Praktek Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Status Gizi Balita di Kelurahan Susia Batu, Bantar

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kota Balikpapan disusun dengan tujuan memberikan gambaran konkrit mengenai keseluruhan pelaksanaan program

Studierende, die ihr Studium vor Inkrafttreten dieser Ordnung begonnen und den Hochschulgrad „Diplom-Juristin (Universität zu Köln)“ oder „Diplom- Jurist (Universität zu

Hubungan Tingkat Intelegensi Dengan Kemampuan belajar gerak siswa di SMP Handayani I Banjaran.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perilaku konsumen merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seorang penjual,dengan mengetahui perilaku konsumen yang sangat beragam dari perilaku konsumen tersebut maka penjual

Dengan analisa chi square hitung dimana di dapat bahwa dari kelima dimensi tersebut bahwa nilai chi kuadrat hitung 436,53 lebih besar dari chi kuadrat table 26,2962 dengan

2014.Pengaruh suhu awal terhadap infektivitas Spodoptera litura Nuclearpolyhedrosisvirus(SlNPV) JTM 97C untuk mengendalikan CrocidolomiabinotalisZell.(Lepidoptera:Pyralidae)