• Tidak ada hasil yang ditemukan

Babi

Babi merupakan mamalia dengan struktur anatomi dan fisiologi yang tidak jauh berbeda dengan manusia sehingga seringkali digunakan dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia. Babi juga memiliki karakter waktu generasi yang pendek, gestasi singkat (114 hari), dan keturunan yang banyak (Randall et al. 2008). Genom babi tiga kali lebih dekat dengan genom manusia dibandingkan dengan tikus (Wernersson et al. 2005).

Perkembangan medis kedokteran mendorong pemanfaatan babi sebagai sumber xenotransplantasi dan hewan model bagi manusia. Babi juga menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al. 2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos et al. 2004), penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b). Potensi yang besar dari pemanfaatan babi oleh manusia menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik agar tidak menjadi sumber penyakit zoonosis pada manusia.

Ultrasonografi

Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan karkas pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada domba dan kambing serta estimasi ketebalan lemak pada kuda. Dewasa ini aplikasi USG digunakan sebagai alat bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan dan digunakan untuk membantu pengambilan sampel biopsi guna menentukan spesifitas penyakit (Noviana et al. 2012).

Ultrasonografi menggunakan ultrasound yang merupakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi (Goddard 1995) yaitu antara 1-12 MHz (Stoylen 2006) frekuensi ini lebih besar dari suara yang dapat didengar manusia yaitu antara 20- 20.000Hz (Widmer et al. 2004). Diagnostik USG adalah suatu teknik diagnosis organ yang dihasilkan oleh gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk aplikasi diagnostis, frekuensi yang digunakan berkekuatan 1-10 MHz (Barr 1990). Alat bantu yang digunakan untuk mentransmisikan gelombang suara disebut transduser atau probe yang mengandung kristal piezo-electric. Prinsip kerja alat USG adalah pulse-echo. Pulse adalah gelombang suara yang dihasilkan oleh transduser yang akan ditransmisikan ke jaringan, kemudian gelombang suara yang dihasilkan oleh pulse dan jaringan disebut dengan echo. Echo akan ditangkap kembali oleh transduser yang akan membentuk gambaran pada layar USG (Dachlan 2008). Ekhogenitas yang terlihat pada gambaran USG yaitu hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic. Hyperechoic akan terlihat warna putih misalnya contohnya tulang, udara, jaringan ikat, dan lemak. Hypoechoic akan terlihat warna abu-abu pada

3 hasil USG, misalnya jaringan lunak. Anechoic akan terlihat hasil USG menunjukkan warna hitam yang berarti tidak adanya echo yang dihasilkan karena pulse tidak dipantulkan kembali ke transduser oleh jaringan misalnya cairan, urin, dan darah ( Noviana et al.2012)

Teknik diagnosa ini sangat berguna dalam menampilkan kelainan dari organ dalam yang berupa jaringan lunak dan lokasi dari cairan yang ingin dikoleksi dari dalam tubuh. Ultrasonografi dapat menunjukkan lokasi lesio yang akurat, yang sangat menunjang keberhasilan dan keamanan dari proses biopsi maupun koleksi cairan dari dalam tubuh (Holt 2008).

Hati

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Beratnya sekitar 3% dari total berat badan pada hewan dewasa, sedangkan pada hewan muda berat hati sekitar 5% dari total berat badan (Akers dan Denbow 2008).

Hati babi terdiri dari lobus lateral kanan dan kiri, medial kanan dan kiri, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Kantung empedu terletak diantara lobus medial dan lobus kanan. Hati sebagian besar dilindungi oleh os costae kecuali bagian ventral. Bagian kranial hati bersentuhan dengan diafragma. Hati babi memiliki daerah berbentuk concave di bagian kaudal yang berbatasan dengan lambung di bagian kiri dengan pankreas di bagian kanan (Dyce et al. 2002).

Hati memiliki kemampuan meregenerasi sel hepatosit sebanyak lebih dari 40 kali saat terjadi kerusakan. Penyakit pada organ hati bisa menurunkan tingkat regenerasi hepatosit hingga beberapa kali, sehingga konsekuensinya adalah terjadi penurunan fungsi hati karena terdapat beberapa sel hati yang mengalami kerusakan (hepatic fibrosis). Hati memiliki fungsi yang sangat penting yaitu mengatur proses metabolik dan homeostasis. Hati juga menghasilkan asam empedu dari pemecahan kolesterol. Hati juga memiliki kemampuan untuk menyimpan beberapa cadangan substansi yang suatu saat akan diperlukan misalnya glikogen, ion logam, dan vitamin dan juga berfungsi memproduksi sel darah merah pada saat embrio. Kasus penyakit hati akut dan sub-akut seringkali tidak hanya bersifat subklinis tetapi juga menimbulkan gejala klinis pada pasien dengan penyakit kerusakan hati bersifat non-spesifik. Penyakit hati seringkali dihubungkan dengan gejala klinis yang tidak spesifik tetapi dikarenakan disfungsi dari organ-organ penting (Steiner 2008).

Menurut Steiner (2008) teknik mendiagnosa gangguan hati agar mendapatkan hasil yang baik adalah :

1. Menganalisis peluang kejadian penyakit hati, misalnya pada ras tertentu yang rentan mengalami gangguan hati.

2. Memperhatikan gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan hati. Meskipun tidak spesifik bisa dijadikan acuan untuk memperkuat data-data lain yang ada (data laboratorium).

3. Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara melihat bagian membran mukosa dan sklera, dan mempalpasi daerah abdomen. Jika terjadi gangguan hati akan terlihat kekuningan dan pucat pada mukosa dan sklera akibat dari hemolytic anemia.

4

4. Melakukan tes laboratorium dengan memeriksa kadar albumin, amonia, blood urea nitrogen (BUN), bilirubin, asam empedu, kolesterol, dan glukosa.

5. Melakukan biopsi hati yang dibantu dengan teknik ultrasonografi. Ultrasonografi Hati

Metode yang sering digunakan dalam mendiagnosa penyakit hati misalnya pemeriksaan laboratorium darah, ultrasonografi (USG), computed tomography scan (CTscan), X-ray, magnetic resonance imaging (MRI). Gambaran lengkap hasil USG hati dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim hati (Radostits et al. 2005).

Ultrasonografi telah digunakan untuk melihat pembesaran hati (hepatomegali), mendeteksi trombosis di vena cava caudalis, hepatic abscesses, dan cholelithiasis yang akan terlihat dilatasi saluran empedu dan kantung empedu. Ultrasonografi bisa untuk mendiagnosis degenerasi hidrofis hati, diffuse hepatocellular disease, dan fatty liver (Radostits et al. 2005). Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk memprediksi secara non-invasif kejadian hepatorenal failure pada kasus penyakit hati (Platt et al. 1994).

Menurut Braun (2004) USG diindikasikan pada hati babi untuk : 1. Determinasi posisi dan ukuran hati dan pembuluh darahnya.

2. Visualisasi perubahan struktur hati baik yang bersifat fokal ataupun difus misalnya hepatic lipidosis, abses hati, tumor hati, kalsifikasi di saluran empedu, dan cholestasis.

3. Diagnosa trombosis vena cava caudal.

4. Membantu pencitraan dalam melakukan sintesis dan biopsi hati untuk histologi, sitologi, dan pemeriksaan bakteri. Ultrasonografi digunakan untuk membantu dokter hewan melakukan biospi hati pada kasus lesio hati yang bersifat fokal, namun pada kasus lesio hati bersifat difus masih kontroversial (Grant 2008)

5. Percutaneous ultrasound dalam cholecystocentesis untuk pemeriksaan cairan empedu.

6. Percutaneous ultrasound dalam sintesis vena portal untuk kepentingan penelitian.

Pankreas

Pankreas berada di bagian atas rongga abdominal, berbentuk seperti lereng yang bagian kranialnya lebih ventral daripada bagian kaudal. Dua sampai tiga bagian pankreas terletak di sebelah kiri sumbu tubuh yang bersentuhan dengan bagian fundus lambung, ujung dorsal limpa, dan pangkal anterior ginjal kiri. Bagian tengah atau ektremitas posterior berada di tengah dan berhubungan dengan vena porta dan cabang mesenterica. Batas kanan pankreas mengikuti duodenum bagian desenden, bagian kranialnya bersentuhan dengan hati sedangkan bagian kaudalnya bersentuhan dengan ginjal kanan (Dyce et al. 2002).

5 Ultrasonografi Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hyperechoic (Noviana et al. 2012).

Sistem Urinari Ginjal

Ginjal babi memiliki bentuk yang pipih, panjang, dan kecil di bagian ektremitasnya. Bentuk ginjal babi menyerupai kacang merah. Panjang ginjal babi berukuran dua kali daripada lebarnya. Ginjal kiri terletak lebih kranial daripada ginjal kanan, tetapi hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama. Bagian kaudal ginjal terletak pada pertengahan rusuk terakhir dan tuber coxae. Bagian kranial ginjal kiri biasanya bersentuhan dengan hati sedangkan pada ginjal kanan tidak (Dyce et al. 2002)

Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam, yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Unit terkecil ginjal atau nefron berfungsi menyaring darah dan menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektiva (Akers dan Denbow 2008).

Kantung Kemih

Kantung kemih memiliki ukuran bervariasi tergantung dari banyaknya urin yang ada di dalamnya. Kantung kemih yang terisi penuh dengan urin akan berbentuk bulat dan sebagian besar ada di rongga abdomen. Permukaan dorsal dari kantung terlapisi sempurna oleh peritoneum, namun lapisan peritoneum ini tidak melapisi sempurna pada bagian permukaan ventralnya (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

Ultrasonografi pada sistem urinari umumnya menggunakan ultrasonografi B-Mode real time untuk memeriksa struktur internal jaringan ginjal, kantung kemih, dan kelenjar prostat (Holt 2008). Ultrasonografi sangat bermanfaat dalam pemeriksaan ukuran medula, korteks, dan pelvis ginjal, mengidentifikasi perubahan dari ureter dan ginjal akibat adanya urolithiasis, mengetahui terjadinya pyelonefritis, hidronefrosis, dan amiloidosis, membantu mengarahkan dalam proses biopsi ginjal, dan memeriksa keadaan kantung kemih beserta isinya (Braun 2004), penyakit sistem urinari kronis seperti torsio testis, trauma ginjal, refluks vesika-ureteral, mengevaluasi infertilitas, mengukuran volume residu urin, dan mendeteksi kanker (Schoppler et al. 2012). Obstruksi kalkuli pada sistem urinari ditandai dengan pembesaran pada kantung kemih dan uretra (Radostits et al. 2005).

6

Penggunaan USG dalam mendiagnosis penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012). Menurut Le et al. (2012) aplikasi USG dapat digunakan untuk diagnosis awal kejadian kerusakan ginjal akut dan menilai derajat keparahan perfusi ginjal.

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia

Pemilihan penggunaan babi dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia memiliki pertimbangan bahwa babi memiliki perbandingan anatomi dan fisiologi yang sangat mirip dengan sistem dan kondisi manusia.

Penggunaan babi dalam dunia kedokteran sekarang: 1. Xenotransplantasi

Kesamaan fisiologi dan ukuran, babi telah dianggap sebagai sumber potensial dalam transplantasi organ untuk manusia. Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia (Randall et al.2008).

2. Farmaseutik

Produksi hemoglobin (Hb) manusia dalam darah babi. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi Hb manusia dari darah babi transgenik bisa digunakan dalam pengobatan pasien luka.

3. Sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti retinitis pigmentosa, penyakit jantung (arterosklerosis, transplantasi jantung, dan bioporesis vulva jantung ), diabetes (Renner et al. 2008), Huntington’s Disease (Uchida et al. 2001), cystic fibrosis, danAlzheimer’s Disease (Kragh et al. 2008).

4. Hibrid organ misalnya pada penelitian tentang produksi hepatosit manusia pada babi sehingga bisa ditansfer dari babi ke manusia (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b).

METODE

Bahan penelitian

Babi sebanyak lima ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25- 31 kg dan berumur rata-rata 4 bulan, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, obat bius yang terdiri dari tiletamin 2.5%-zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), transduser konveks, meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).

6

Penggunaan USG dalam mendiagnosis penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012). Menurut Le et al. (2012) aplikasi USG dapat digunakan untuk diagnosis awal kejadian kerusakan ginjal akut dan menilai derajat keparahan perfusi ginjal.

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia

Pemilihan penggunaan babi dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia memiliki pertimbangan bahwa babi memiliki perbandingan anatomi dan fisiologi yang sangat mirip dengan sistem dan kondisi manusia.

Penggunaan babi dalam dunia kedokteran sekarang: 1. Xenotransplantasi

Kesamaan fisiologi dan ukuran, babi telah dianggap sebagai sumber potensial dalam transplantasi organ untuk manusia. Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia (Randall et al.2008).

2. Farmaseutik

Produksi hemoglobin (Hb) manusia dalam darah babi. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi Hb manusia dari darah babi transgenik bisa digunakan dalam pengobatan pasien luka.

3. Sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti retinitis pigmentosa, penyakit jantung (arterosklerosis, transplantasi jantung, dan bioporesis vulva jantung ), diabetes (Renner et al. 2008), Huntington’s Disease (Uchida et al. 2001), cystic fibrosis, danAlzheimer’s Disease (Kragh et al. 2008).

4. Hibrid organ misalnya pada penelitian tentang produksi hepatosit manusia pada babi sehingga bisa ditansfer dari babi ke manusia (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b).

METODE

Bahan penelitian

Babi sebanyak lima ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25- 31 kg dan berumur rata-rata 4 bulan, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, obat bius yang terdiri dari tiletamin 2.5%-zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian

Mesin USG dua dimensi tipe portable (Sonodop S8), transduser konveks, meja USG, flashdisc, kamera digital, gunting, alat cukur, kandang, tisu, tempat pakan, tempat minum, syringe 10 ml, vacutainer EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid).

7 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian Tahap Persiapan Hewan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik meliputi penghitungan frekuensi nadi, frekuensi napas, capillary refill time (CRT), dan pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi pengukuran complete blood cell (CBC), kadar ureum, kreatinin, alanine aminotransferase (ALT), dan aspartate aminotransferase (AST). Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan adalah hewan yang sehat.

Tahap Pengambilan Darah

Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5%- zolazepam 2.5% (zoletyl®) dosis 8 mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi. Babi yang telah teranastesi sempurna segera diambil darahnya melalui vena

auricularis yang ada di telinga dengan menggunakan syringe 10 ml. Darah yang

diambil 5 ml lalu dimasukkan ke vacutainer EDTA. Proses Pemindaian

Alat USG terlebih dahulu diatur agar memiliki frekuensi yang sesuai. Frekuensi yang digunakan adalah frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110. Penyesuaian nilai gain atau derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan sonogram yang optimal. Rambut dicukur pada daerah pemindaian diolesi acoustic coupling gel. Posisi transduser adalah transversal dan sagital untuk masing-masing organ dapat dilihat pada gambar 3.1. Posisi hewan saat pemeriksaan yaitu dorsal-recumbency untuk pemeriksaan hati, pankreas, dan kantung kemih, sedangkan untuk pemeriksaan ginjal adalah lateral-recumbency. Posisi hewan saat pemeriksaan dapat dilihat pada gambar 3.2.

A B

kranial kranial

Gambar 3.1 Posisi transduser saat pemeriksaan USG yaitu transversal (A) dan sagital (B)

8

A B

kranial

kranial

Gambar 3.2 Posisi hewan saat pemeriksaan ultrasonografi adalah dorsal- recumbency (A) dan lateral-recumbency (B)

Hati

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser cranio-dorsal. Transduser diletakkan di kaudal xiphisternum dan di tengah pasangan kelenjar mamari. Pemindaian dilakukan ke bagian tengah, kanan, dan kiri dengan sudut transduser 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90° seperti pada gambar 3.3 dan 3.4. Hasil sonogram dilakukan penilaian, nilai 0 jika gambaran hati tidak terlihat, nilai 1 jika gambaran hati mulai terlihat, nilai 2 jika hati terlihat jelas, dan nilai 3 jika hati terlihat sangat jelas

A B C

kranial kranial kranial

D E F

\

kranial kranial kranial

Gambar 3.3 Posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60°(D), 75° (E), dan 90° (F)

9

A B C

kranial kranial kranial

D E F

kranial kranial kranial

Gambar 3.4 Posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F)

Pankreas

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser dorsal. Transduser diletakkan sekitar 10 cm di caudal xiphisternum dan di tengah pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi. Ginjal

Hewan diposisikan lateral-recumbency dengan arah transduser dorsal di ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama atau di sekitar pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Pasangan kelenjar mamari digunakan sebagai titik orientasi.

Kantung Kemih

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser dorsal. Pencitraan organ kantung kemih dilakukan dengan meletakkan transduser pada daerah os pubis dan di tengah pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi sampai gambaran kantung kemih tercitrakan dengan optimal.

Interpretasi Sonogram

Interpretasi terhadap sonogram yang didapatkan dilakukan pada saat yang sama dengan pemindaian (real time). Pengamatan dilakukan terhadap sonogram untuk melihat posisi, bentuk, ekhogenitas, dan marginasi organ hati, pankreas, ginjal, dan kantung kemih pada babi.

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan penelitian dan sebagai penunjang data bahwa hewan yang digunakan merupakan hewan sehat. Hasil pemeriksaan fisik babi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik

Babi Parameter Jenis kelamin Bobot badan (kg) Frekuensi nadi (kali/menit) Frekuensi napas (kali/menit) Suhu (°C) CRT (s) 1 Jantan 27 116 35 38.8 < 2 2 Jantan 25 93 25 39.2 < 2 3 Jantan 27 60 17 36.0 < 2 4 Jantan 30 68 22 39.5 < 2 5 Jantan 25 80 26 38.2 < 2 6 Betina 31 72 22 35.3 < 2 7 Betina 27 72 27 35.7 < 2 8 Betina 25 88 28 37.9 < 2 Rataan 27.13 81.13 25.25 37.57 < 2 Nilai normal - 60-120 15-30 37.3-38.6 <2

Keterangan : kg= kilogram; CRT= capillary refill time; °C= derajat celcius; s= detik.

Tabel 4.1 merupakan hasil pemeriksaan fisik babi. Menurut Eastamtom Veterinary Service, LLC (2012), babi normal memiliki kisaran frekuensi nadi 60- 120 kali/menit, frekuensi napas 15-30 kali/menit, suhu tubuh 37.3º-38.6 ºC, dan CRT < 2 detik. Babi yang digunakan sebagai hewan penelitian memiliki nilai parameter yang sesuai dengan kriteria diatas sehingga berdasarkan hal tersebut babi yang digunakan berada dalam keadaan normal. Keadaan fisik hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu tubuh dan frekuensi nadi yang dipengaruhi oleh umur hewan, kondisi lingkungan dan ukuran hewan.

Hasil Pemeriksaan Darah Babi

Pemeriksaan darah secara laboratoris dilakukan untuk memperkuat bahwa hewan yang digunakan dalam penelitian merupakan hewan dalam keadaan sehat. Hasil pemeriksaan darah babi dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan Thrall et al. (2004) data pemeriksaan darah hewan yang dipakai dalam penelitian masih berada dalam kisaran normal, hanya saja pada pemeriksaan red blood cell (RBC) menunjukkan bahwa jumlah RBC berada pada kisaran di bawah normal. Hasil pemeriksaan darah terkadang tidak sepenuhnya menggambarkan keadaan hewan karena sangat dipengaruhi juga oleh perbedaan ras, kondisi lingkungan, nutrisi pakan, umur, jenis kelamin, dan pemeliharaan (Spangfors 1992).

11 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah

Nama Tindakan

Babi Rataan Thrall et

al (2004) 1 2 3 4 5 6 7 8 Hb (g/dL) 9.9 9.6 10.3 9.9 10.7 10.1 9.3 10.9 10.1 9.0-14.0 WBC (103/ µL) 32. 7 17.3 28.1 9.7 18.5 23.0 9.3 10.5 17.6 8.7-37.9 Trombosit (103/ µL) 35 4 336 226 154 475 324 257 468 311.8 149.0- 679.0 RBC (106/ µL) 3.3 3.5 3.5 3.0 3.7 3.2 3.3 3.6 3.4 5.1-8.0 PCV (%) 0 28 31 30 32 30 28 32 30.1 26.0- 41.0 Hitung jenis sel darah putih

Eosinofil (%) 2 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0.0-10.0 Batang (%) 1 0 0 0 2 2 0 1 0.8 0.0-1.2 Segmen (%) 46 10 45 9 32 50 52 62 38.5 4.4-62.1 Limfosit (%) 49 90 51 71 61 48 43 35 58.5 19.2- 72.0 Monosit (%) 2 0 4 0 5 0 5 2 2.3 0.0-17,9 Basofil (%) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0-2.5 Kimia klinik Ureum (mg/dL) 23 18 19 22 26 20 20 21 21.1 9.2-29.2 Kretinin (mg/dL) 0.8 0.9 1.0 1.0 0.9 1.0 0.7 0.9 0.9 0.5-2.0 AST (µ/L) 15 0 95 80 106 108 40 96 114 96.1 36.0- 272.0 ALT (µ/L) 55 55 75 60 42 23 64 65 54.9 19.0- 76.0 Keterangan: Hb= hemoglobin; WBC=white blood cell; RBC=red blood cell;

PCV=packed cell volume; ALT= alanine aminotransferase, dan AST= aspartate aminotransferase; g= gram; dL= desiliter; µL= mikroliter

Posisi Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi

Diagnosis ultrasonografi telah berkembang sangat baik dan paling sering digunakan dalam pemeriksaan kelainan-kelainan organ interna untuk melihat

12

struktur interna suatu organ (Noviana et al. 2012). Pemeriksaan organ abdominal dengan menggunakan USG menuntut pemeriksa untuk mengetahui letak organ- organ yang ada di rongga abdominal agar transduser tepat diletakkan pada organ yang akan diperiksa. Teknik peletakkan transduser sangat mempengaruhi sonogram yang dihasilkan. Ada beberapa cara untuk memudahkan dalam pengambilan sonogram organ dalam, salah satunya yaitu dengan memakai titik orientasi yang dalam penelitian ini adalah pasangan kelenjar mamari. Hasil pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Letak transduser pada pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi

Babi Hati (mamari ke-) Pankreas (mamari ke-) Ginjal Kanan (mamari ke-) Ginjal Kiri (mamari ke-) KantungKemih (mamari ke-) 1 1 3-4 3-4 2-3 6 2 1 4 3-4 2-3 6 3 1-2 3-4 3 2-3 6-7 4 1 3-4 3 3 6 5 2 4-5 4 2-3 6-7 6 1 3-4 3-4 2 6 7 1-2 3-4 3 2 6-7 8 1 3 3-4 2 6 Rataan 1-2 3-4 3-4 2-3 6-7 Hati

Berdasarkan Tabel 4.3 posisi transduser untuk pemeriksaan organ hati yaitu diletakkan pada pasangan kelenjar mamari ke satu sampai ke dua atau dibawah tulang sternum. Hal ini sesuai dengan anatomi hati yang menempel pada diafragma dan berada di bawah tulang sternum (Dyce et al. 2002). Perbedaan posisi transduser akan mempengaruhi hasil sonogram yang diambil. Posisi transduser dan hasil sonogram hati dapat dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 memperlihatkan posisi transduser dengan hasil sonogram hati. Gambar 4.1.A merupakan gambar posisi transduser transversal dan gambar 4.1.C merupakan hasil sonogram. Gambar 4.1.B merupakan posisi transduser sagital dengan hasil sonogram 4.1.D. Gambar 4.1.D memperlihatkan batas hyperechoic yang berbentuk landai ke kanan sedangkan pada gambar 4.1.C batas hyperechoic cenderung rata. Batas ini merupakan diafragma yang membatasi organ hati karena terdiri dari jaringan ikat yang bersifat highly reflective interface (Noviana et al. 2012). Struktur interna organ hati memiliki ekhogenitas yang lebih rendah daripada diafragma yaitu hypoechoic yang bersifat homogen atau berwarna abu- abu karena terdiri dari jaringan lunak (Goddard 1995). Abnormalitas akan menyebabkan sonogram yang dihasilkan tidak sesuai dengan sonogram organ hati yang normal, misalnya pada kasus hydropascites akan terlihat adanya efusi yang berupa cairan sehingga sonogram yang terlihat akan terdapat massa anechoic di sekitar jaringan hati. Kasus hepatomegali akan menunjukkan struktur interna hati berubah menjadi lebih hyperechoic atau lebih hypoechoic. Kasus nodular hyperplasia, neoplasia, mineralisasi akan menunjukkan adanya bulatan

13 hyperechoic pada bagian dalam jaringan hati (Noviana et al. 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi visualisasi hati antara lain, ukuran hati, konformitas tubuh,

Dokumen terkait