• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik pencitraan ultrasonografi hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik pencitraan ultrasonografi hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TRIE WIYATA LESTARY. Teknik PencitraanUltrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas,dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor babi jantan dan 3 ekor babi betina. Pemeriksaan menggunakan transduser tipe konveks frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Posisi hewan adalah dorsal-recumbency pada pemeriksaan hati, pankreas, kantung kemih, dan lateral-recumbecy untuk pemeriksaan ginjal. Hasil yang didapatkan yaitu untuk pemeriksaan pankreas transduser diletakkan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal kanan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal kiri pada pasangan kelenjar mamari 2-3, dan pemeriksaan kantung kemih pada pasangan kelenjar mamari 6-7. Pemeriksaan organ hati dilakukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu tengah, kanan, dan kiri. Letak transduser pada pemeriksaan organ hati yaitu pada pasangan kelenjar mamari ke 1-2 dengan sudut tertentu. Pada hati bagian tengah, gambaran hati akan terlihat paling baik dengan posisi transduser transversal sudut 45° dan sagital sudut 60° sampai 75°, sedangkan pada hati bagian kanan gambaran hati akan terlihat paling baik pada posisi transduser transversal sudut 60° sampai 75° dan sagital dengan sudut 45° sampai 60°. Gambaran hati bagian kiri tidak terlihat dikarenakan terdorong oleh lambung babi. Teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi sangat penting untuk mendapatkan sonogram yang baik.

Kata kunci: organ abdominal, Sus scrofa domestica, teknik, ultrasonografi

ABSTRACT

TRIE WIYATA LESTARY. Ultrasound Imaging Technique in Liver, Kidney, Pancreas, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.

(2)
(3)

TEKNIK PENCITRAAN ULTRASONOGRAFI HATI,

GINJAL, PANKREAS, DAN KANTUNG KEMIH PADA BABI

(Sus scrofa domestica)

TRIE WIYATA LESTARY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Teknik Pencitraan Ultrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica) adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

(6)

ABSTRAK

TRIE WIYATA LESTARY. Teknik PencitraanUltrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica). Dibimbing oleh RR. SOESATYORATIH dan DENI NOVIANA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas,dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica). Hewan yang digunakan adalah 5 ekor babi jantan dan 3 ekor babi betina. Pemeriksaan menggunakan transduser tipe konveks frekuensi 5.5 MHz dengan posisi transversal dan sagital. Posisi hewan adalah dorsal-recumbency pada pemeriksaan hati, pankreas, kantung kemih, dan lateral-recumbecy untuk pemeriksaan ginjal. Hasil yang didapatkan yaitu untuk pemeriksaan pankreas transduser diletakkan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal kanan pada pasangan kelenjar mamari 3-4, pemeriksaan ginjal kiri pada pasangan kelenjar mamari 2-3, dan pemeriksaan kantung kemih pada pasangan kelenjar mamari 6-7. Pemeriksaan organ hati dilakukan dibagi menjadi tiga bagian yaitu tengah, kanan, dan kiri. Letak transduser pada pemeriksaan organ hati yaitu pada pasangan kelenjar mamari ke 1-2 dengan sudut tertentu. Pada hati bagian tengah, gambaran hati akan terlihat paling baik dengan posisi transduser transversal sudut 45° dan sagital sudut 60° sampai 75°, sedangkan pada hati bagian kanan gambaran hati akan terlihat paling baik pada posisi transduser transversal sudut 60° sampai 75° dan sagital dengan sudut 45° sampai 60°. Gambaran hati bagian kiri tidak terlihat dikarenakan terdorong oleh lambung babi. Teknik dan lokasi yang tepat dalam pemeriksaan ultrasonografi sangat penting untuk mendapatkan sonogram yang baik.

Kata kunci: organ abdominal, Sus scrofa domestica, teknik, ultrasonografi

ABSTRACT

TRIE WIYATA LESTARY. Ultrasound Imaging Technique in Liver, Kidney, Pancreas, and Bladder on Pig (Sus scrofa domestica). Supervised by RR. SOESATYORATIH and DENI NOVIANA.

(7)
(8)
(9)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

TEKNIK PENCITRAAN ULTRASONOGRAFI HATI,

GINJAL, PANKREAS, DAN KANTUNG KEMIH PADA BABI

(Sus scrofa domestica)

TRIE WIYATA LESTARY

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Judul Skripsi: Teknik Pencitraan Ultrasonografi Hati, Ginjal, Pankreas, dan Kantung Kemih pada Babi (Sus scrofa domestica).

Nama : Trie Wiyata Lestary NIM : B04080039

Disetujui oleh

drh Rr Soesatyoratih. MSi drh Deni Noviana. PhD

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono. MS PhD APVet Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

(11)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat.

Skripsi ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya dukungan beberapa pihak. Atas segala bantuan dari semua pihak, penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. drh Rr Soesatyoratih. MSi dan drh Deni Noviana. PhD selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dan motivasi kepada penulis.

2. Kedua orang tua Papa dan mama, Ka Verzi, Ka Icca, dan segenap keluarga penulis atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat, dan energi tidak henti-hentinya diberikan kepada penulis.

3. Seluruh staf dosen dan pegawai di bagian Bedah dan Radiologi yang telah membantu kelancaran studi dan juga penyelesaian skripsi ini.

4. PT. Karindo Alkestron atas kerjasamanya dalam hal pengadaan mesin ultrasonografi.

5. Adhi Mediesyah Ahmad yang senantiasa memberikan semangat, waktu, dan masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian tulisan ini.

6. Teman-teman satu bimbingan, Tri Budiarti Nengsih, Lynn Kaat Laura Kurniawan, Ajeng Kandynesia, Andi Rahayu, Kurniawan Prasetya, Hastin Utami, Ruri Andrian, dan Kholis Afidatunnisa atas kebersamaan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

7. Sahabat-sahabat Aldilla Adelia, Adinda, Husnul Khotimah, Shinta Nugraha Kusumastuti, Sinta Hernawati, Ismi Wahyuniati, Rahmanitia Puhanda, Nurhayati Suwartiani yang selalu ada dalam suka dan duka yang tidak henti-hentinya memberikan dorongan, doa, dan waktu

8. Teman-teman AVENZOAR atas kebersamaan, semangat, dan kekompakan yang telah terjalin selama ini.

9. Teman-teman Wisma Jelita Elvi Dwi Yunitasari dan Sumayanti Eko atas dukungan yang diberikan.

10. Seluruh keluarga besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu kelancaran studi penulis, baik selama kuliah maupun dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat Penulis harapkan.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA

Babi 2

Ultrasonografi 2

Hati 3

Ultrasonografi Hati 4

Pankreas 4

Ultrasonografi Pankreas 5

Sistem Urinari 5

Ultrasonografi Sistem Urinari 5

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia 6 METODE

Bahan Penelitian 6

Peralatan Penelitian 6

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Prosedur Penelitian 7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi 10

Hasil Pemeriksaan Darah Babi 10

Posisi Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi 11 Sudut Transduser Arah Sagital dan Transversal terhadap Sumbu

Tubuh Babi untuk Pemeriksaan USG Hati 17

SIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

RIWAYAT HIDUP 29

DAFTAR TABEL

1 Hasil pemeriksaan fisik 10

2 Hasil pemeriksaan darah 11

3 Letak Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi 12

4 Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu 19

(13)

sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu 22

6 Hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu 25

DAFTAR GAMBAR

1 Posisi Transduser pada Saat Pemeriksaan USG 7

2 Posisi Hewan pada Saat Pemeriksaan USG 8

3 Posisi Transduser Sagital dengan Sudut Tertentu 8

4 Posisi Transduser Transversal dengan Sudut Tertentu 9

5 Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Hati 13

6 Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Pankreas 14

7 Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Ginjal 15

8 Posisi Transduser dan Sonogram pada Pemeriksaan Kantung Kemih 16

9 Sonogram Hati Lobus Sentral Posisi Transduser Sagital 17

10 Sonogram Hati Lobus Sentral Posisi Transduser Transversal 18

11 Sonogram Hati Lobus Kanan Posisi Transduser Sagital 20

12 Sonogram Hati Lobus Kanan Posisi Transduser Transversal 21

13 Sonogram Hati Lobus Kiri Posisi Transduser Sagital 23

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Babi merupakan ternak yang cukup produktif, dapat digunakan sebagai sumber organ xenotransplantasi, dan juga sebagai hewan model yang baik untuk penyakit-penyakit pada manusia. Sehingga diperlukan teknik diagnosis penyakit yang tepat agar babi yang dimanfaatkan tidak menjadi sumber penyakit bagi babi lain ataupun manusia.

Teknik yang seringkali dipakai untuk diagnosis penyakit adalah Computed Tomography (CT scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), X-ray, dan ultrasonografi (USG) (Mucksavage et al. 2012). Ultrasonografi (USG) dinilai lebih baik dikarenakan tidak adanya radiasi ionisasi, bersifat non-invasif, dan biaya yang lebih murah.

Pemanfaatan ultrasonografi dibidang kedokteran hewan misalnya untuk menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi (See 1998), untuk mendeteksi kebuntingan pada babi betina (Almond et al. 1985), evaluasi ovari, kelainan uterin dan organ genital, prediksi waktu ovulasi, memeriksa infeksi pada kantung kemih dan kelenjar mamari, dan evaluasi embrio (Boulot 2010). Penyakit-penyakit yang bisa didiagnosis dengan USG antara lain mengukur ketebalan kapsula hati (Audiere et al 2010), mendeteksi adanya kanker dan juga tingkat keparahan dari kanker pada pankreas (Angelis et al. 2007), mendeteksi adanya kanker di kantung kemih (Gulsen et al 2011). Ultrasonografi juga digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit hati misalnya sirrosis hati, kista hati, kanker hati, kalsifikasi hati, dan kelainan pembuluh darah di hati (Dietrich 2010), untuk mengeluarkan batu dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound (Shah et al. 2012). Sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang teknik yang tepat dalam menggunakan USG agar pencitraan yang dihasilkan menjadi optimal dan sesuai dengan keadaan sebenarnya hewan yang diperiksa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat dalam pencitraan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica) sehingga mendapatkan hasil sonogram yang baik.

Manfaat Penelitian

(16)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi merupakan mamalia dengan struktur anatomi dan fisiologi yang tidak jauh berbeda dengan manusia sehingga seringkali digunakan dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia. Babi juga memiliki karakter waktu generasi yang pendek, gestasi singkat (114 hari), dan keturunan yang banyak (Randall et al. 2008). Genom babi tiga kali lebih dekat dengan genom manusia dibandingkan dengan tikus (Wernersson et al. 2005).

Perkembangan medis kedokteran mendorong pemanfaatan babi sebagai sumber xenotransplantasi dan hewan model bagi manusia. Babi juga menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al. 2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos et al. 2004), penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b). Potensi yang besar dari pemanfaatan babi oleh manusia menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik agar tidak menjadi sumber penyakit zoonosis pada manusia.

Ultrasonografi

Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan karkas pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada domba dan kambing serta estimasi ketebalan lemak pada kuda. Dewasa ini aplikasi USG digunakan sebagai alat bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan dan digunakan untuk membantu pengambilan sampel biopsi guna menentukan spesifitas penyakit (Noviana et al. 2012).

(17)

3 hasil USG, misalnya jaringan lunak. Anechoic akan terlihat hasil USG menunjukkan warna hitam yang berarti tidak adanya echo yang dihasilkan karena pulse tidak dipantulkan kembali ke transduser oleh jaringan misalnya cairan, urin, dan darah ( Noviana et al.2012)

Teknik diagnosa ini sangat berguna dalam menampilkan kelainan dari organ dalam yang berupa jaringan lunak dan lokasi dari cairan yang ingin dikoleksi dari dalam tubuh. Ultrasonografi dapat menunjukkan lokasi lesio yang akurat, yang sangat menunjang keberhasilan dan keamanan dari proses biopsi maupun koleksi cairan dari dalam tubuh (Holt 2008).

Hati

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Beratnya sekitar 3% dari total berat badan pada hewan dewasa, sedangkan pada hewan muda berat hati sekitar 5% dari total berat badan (Akers dan Denbow 2008).

Hati babi terdiri dari lobus lateral kanan dan kiri, medial kanan dan kiri, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Kantung empedu terletak diantara lobus medial dan lobus kanan. Hati sebagian besar dilindungi oleh os costae kecuali bagian ventral. Bagian kranial hati bersentuhan dengan diafragma. Hati babi memiliki daerah berbentuk concave di bagian kaudal yang berbatasan dengan lambung di bagian kiri dengan pankreas di bagian kanan (Dyce et al. 2002).

Hati memiliki kemampuan meregenerasi sel hepatosit sebanyak lebih dari 40 kali saat terjadi kerusakan. Penyakit pada organ hati bisa menurunkan tingkat regenerasi hepatosit hingga beberapa kali, sehingga konsekuensinya adalah terjadi penurunan fungsi hati karena terdapat beberapa sel hati yang mengalami kerusakan (hepatic fibrosis). Hati memiliki fungsi yang sangat penting yaitu mengatur proses metabolik dan homeostasis. Hati juga menghasilkan asam empedu dari pemecahan kolesterol. Hati juga memiliki kemampuan untuk menyimpan beberapa cadangan substansi yang suatu saat akan diperlukan misalnya glikogen, ion logam, dan vitamin dan juga berfungsi memproduksi sel darah merah pada saat embrio. Kasus penyakit hati akut dan sub-akut seringkali tidak hanya bersifat subklinis tetapi juga menimbulkan gejala klinis pada pasien dengan penyakit kerusakan hati bersifat non-spesifik. Penyakit hati seringkali dihubungkan dengan gejala klinis yang tidak spesifik tetapi dikarenakan disfungsi dari organ-organ penting (Steiner 2008).

Menurut Steiner (2008) teknik mendiagnosa gangguan hati agar mendapatkan hasil yang baik adalah :

1. Menganalisis peluang kejadian penyakit hati, misalnya pada ras tertentu yang rentan mengalami gangguan hati.

2. Memperhatikan gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan hati. Meskipun tidak spesifik bisa dijadikan acuan untuk memperkuat data-data lain yang ada (data laboratorium).

(18)

4

4. Melakukan tes laboratorium dengan memeriksa kadar albumin, amonia, blood urea nitrogen (BUN), bilirubin, asam empedu, kolesterol, dan glukosa.

5. Melakukan biopsi hati yang dibantu dengan teknik ultrasonografi.

Ultrasonografi Hati

Metode yang sering digunakan dalam mendiagnosa penyakit hati misalnya pemeriksaan laboratorium darah, ultrasonografi (USG), computed tomography scan (CTscan), X-ray, magnetic resonance imaging (MRI). Gambaran lengkap hasil USG hati dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim hati (Radostits et al. 2005).

Ultrasonografi telah digunakan untuk melihat pembesaran hati (hepatomegali), mendeteksi trombosis di vena cava caudalis, hepatic abscesses, dan cholelithiasis yang akan terlihat dilatasi saluran empedu dan kantung empedu. Ultrasonografi bisa untuk mendiagnosis degenerasi hidrofis hati, diffuse hepatocellular disease, dan fatty liver (Radostits et al. 2005). Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk memprediksi secara non-invasif kejadian hepatorenal failure pada kasus penyakit hati (Platt et al. 1994).

Menurut Braun (2004) USG diindikasikan pada hati babi untuk : 1. Determinasi posisi dan ukuran hati dan pembuluh darahnya.

2. Visualisasi perubahan struktur hati baik yang bersifat fokal ataupun difus misalnya hepatic lipidosis, abses hati, tumor hati, kalsifikasi di saluran empedu, dan cholestasis.

3. Diagnosa trombosis vena cava caudal.

4. Membantu pencitraan dalam melakukan sintesis dan biopsi hati untuk histologi, sitologi, dan pemeriksaan bakteri. Ultrasonografi digunakan untuk membantu dokter hewan melakukan biospi hati pada kasus lesio hati yang bersifat fokal, namun pada kasus lesio hati bersifat difus masih kontroversial (Grant 2008)

5. Percutaneous ultrasound dalam cholecystocentesis untuk pemeriksaan cairan empedu.

6. Percutaneous ultrasound dalam sintesis vena portal untuk kepentingan penelitian.

Pankreas

(19)

5 Ultrasonografi Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hyperechoic (Noviana et al. 2012).

Sistem Urinari

Ginjal

Ginjal babi memiliki bentuk yang pipih, panjang, dan kecil di bagian ektremitasnya. Bentuk ginjal babi menyerupai kacang merah. Panjang ginjal babi berukuran dua kali daripada lebarnya. Ginjal kiri terletak lebih kranial daripada ginjal kanan, tetapi hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama. Bagian kaudal ginjal terletak pada pertengahan rusuk terakhir dan tuber coxae. Bagian kranial ginjal kiri biasanya bersentuhan dengan hati sedangkan pada ginjal kanan tidak (Dyce et al. 2002)

Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam, yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Unit terkecil ginjal atau nefron berfungsi menyaring darah dan menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektiva (Akers dan Denbow 2008).

Kantung Kemih

Kantung kemih memiliki ukuran bervariasi tergantung dari banyaknya urin yang ada di dalamnya. Kantung kemih yang terisi penuh dengan urin akan berbentuk bulat dan sebagian besar ada di rongga abdomen. Permukaan dorsal dari kantung terlapisi sempurna oleh peritoneum, namun lapisan peritoneum ini tidak melapisi sempurna pada bagian permukaan ventralnya (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

(20)

6

Penggunaan USG dalam mendiagnosis penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012). Menurut Le et al. (2012) aplikasi USG dapat digunakan untuk diagnosis awal kejadian kerusakan ginjal akut dan menilai derajat keparahan perfusi ginjal.

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia

Pemilihan penggunaan babi dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia memiliki pertimbangan bahwa babi memiliki perbandingan anatomi dan fisiologi yang sangat mirip dengan sistem dan kondisi manusia.

Penggunaan babi dalam dunia kedokteran sekarang: 1. Xenotransplantasi

Kesamaan fisiologi dan ukuran, babi telah dianggap sebagai sumber potensial dalam transplantasi organ untuk manusia. Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia (Randall et al.2008).

2. Farmaseutik

Produksi hemoglobin (Hb) manusia dalam darah babi. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi Hb manusia dari darah babi transgenik bisa digunakan dalam pengobatan pasien luka.

3. Sebagai hewan model pada penyakit manusia seperti retinitis pigmentosa, penyakit jantung (arterosklerosis, transplantasi jantung, dan bioporesis vulva jantung ), diabetes (Renner et al. 2008), Huntington’s Disease (Uchida et al. 2001), cystic fibrosis, danAlzheimer’s Disease (Kragh et al. 2008).

4. Hibrid organ misalnya pada penelitian tentang produksi hepatosit manusia pada babi sehingga bisa ditansfer dari babi ke manusia (Beschorner et al. 2003a; Beschorner et al. 2003b).

METODE

Bahan penelitian

Babi sebanyak lima ekor jantan dan tiga ekor betina dengan bobot badan 25-31 kg dan berumur rata-rata 4 bulan, acoustic coupling gel, pakan babi, minuman ad libitum, alkohol 70%, obat bius yang terdiri dari tiletamin 2.5%-zolazepam 2.5% (zoletil®).

Peralatan Penelitian

(21)

7 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Radiologi, Bagian Bedah dan Radiologi, Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 8-22 April 2012.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan Hewan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik meliputi penghitungan frekuensi nadi, frekuensi napas, capillary refill time (CRT), dan pemeriksaan mukosa. Pemeriksaan laboratorium darah meliputi pengukuran complete blood cell (CBC), kadar ureum, kreatinin, alanine aminotransferase (ALT), dan aspartate aminotransferase (AST). Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan adalah hewan yang sehat.

Tahap Pengambilan Darah

Babi dianastesi dengan menggunakan kombinasi obat bius tiletamin 2.5%-zolazepam 2.5% (zoletyl®) dosis 8 mg/kg bobot badan (BB) tanpa premedikasi. Babi yang telah teranastesi sempurna segera diambil darahnya melalui vena

auricularis yang ada di telinga dengan menggunakan syringe 10 ml. Darah yang

diambil 5 ml lalu dimasukkan ke vacutainer EDTA.

Proses Pemindaian

Alat USG terlebih dahulu diatur agar memiliki frekuensi yang sesuai. Frekuensi yang digunakan adalah frekuensi 5.5 MHz dan gain sekitar 110. Penyesuaian nilai gain atau derajat warna dan titik fokus dilakukan setiap saat untuk mendapatkan sonogram yang optimal. Rambut dicukur pada daerah pemindaian diolesi acoustic coupling gel. Posisi transduser adalah transversal dan sagital untuk masing-masing organ dapat dilihat pada gambar 3.1. Posisi hewan saat pemeriksaan yaitu dorsal-recumbency untuk pemeriksaan hati, pankreas, dan kantung kemih, sedangkan untuk pemeriksaan ginjal adalah lateral-recumbency. Posisi hewan saat pemeriksaan dapat dilihat pada gambar 3.2.

A B

kranial kranial

(22)

8

A B

kranial

kranial

Gambar 3.2 Posisi hewan saat pemeriksaan ultrasonografi adalah dorsal-recumbency (A) dan lateral-recumbency (B)

Hati

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser cranio-dorsal. Transduser diletakkan di kaudal xiphisternum dan di tengah pasangan kelenjar mamari. Pemindaian dilakukan ke bagian tengah, kanan, dan kiri dengan sudut transduser 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90° seperti pada gambar 3.3 dan 3.4. Hasil sonogram dilakukan penilaian, nilai 0 jika gambaran hati tidak terlihat, nilai 1 jika gambaran hati mulai terlihat, nilai 2 jika hati terlihat jelas, dan nilai 3 jika hati terlihat sangat jelas

A B C

kranial kranial kranial

D E F

\

kranial kranial kranial

(23)

9

A B C

kranial kranial kranial

D E F

kranial kranial kranial

Gambar 3.4 Posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F)

Pankreas

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser dorsal. Transduser diletakkan sekitar 10 cm di caudal xiphisternum dan di tengah pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi. Ginjal

Hewan diposisikan lateral-recumbency dengan arah transduser dorsal di ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama atau di sekitar pertengahan antara rusuk terakhir dan tuber coxae. Pasangan kelenjar mamari digunakan sebagai titik orientasi.

Kantung Kemih

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi hewan dorsal-recumbency dengan arah transduser dorsal. Pencitraan organ kantung kemih dilakukan dengan meletakkan transduser pada daerah os pubis dan di tengah pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi sampai gambaran kantung kemih tercitrakan dengan optimal.

Interpretasi Sonogram

(24)

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Fisik Babi

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui status kesehatan hewan penelitian dan sebagai penunjang data bahwa hewan yang digunakan merupakan hewan sehat. Hasil pemeriksaan fisik babi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik

Babi Parameter

Jenis kelamin Bobot badan (kg) Frekuensi nadi (kali/menit) Frekuensi napas (kali/menit)

Suhu (°C) CRT (s)

1 Jantan 27 116 35 38.8 < 2

2 Jantan 25 93 25 39.2 < 2

3 Jantan 27 60 17 36.0 < 2

4 Jantan 30 68 22 39.5 < 2

5 Jantan 25 80 26 38.2 < 2

6 Betina 31 72 22 35.3 < 2

7 Betina 27 72 27 35.7 < 2

8 Betina 25 88 28 37.9 < 2

Rataan 27.13 81.13 25.25 37.57 < 2

Nilai normal - 60-120 15-30 37.3-38.6 <2

Keterangan : kg= kilogram; CRT= capillary refill time; °C= derajat celcius; s= detik.

Tabel 4.1 merupakan hasil pemeriksaan fisik babi. Menurut Eastamtom Veterinary Service, LLC (2012), babi normal memiliki kisaran frekuensi nadi 60-120 kali/menit, frekuensi napas 15-30 kali/menit, suhu tubuh 37.3º-38.6 ºC, dan CRT < 2 detik. Babi yang digunakan sebagai hewan penelitian memiliki nilai parameter yang sesuai dengan kriteria diatas sehingga berdasarkan hal tersebut babi yang digunakan berada dalam keadaan normal. Keadaan fisik hewan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu tubuh dan frekuensi nadi yang dipengaruhi oleh umur hewan, kondisi lingkungan dan ukuran hewan.

Hasil Pemeriksaan Darah Babi

(25)

11 Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah

Nama Tindakan

Babi Rataan Thrall et

al (2004)

1 2 3 4 5 6 7 8

Hb (g/dL)

9.9 9.6 10.3 9.9 10.7 10.1 9.3 10.9 10.1 9.0-14.0 WBC

(103/ µL) 32. 7

17.3 28.1 9.7 18.5 23.0 9.3 10.5 17.6 8.7-37.9 Trombosit

(103/ µL) 35 4

336 226 154 475 324 257 468 311.8 149.0-679.0 RBC

(106/ µL)

3.3 3.5 3.5 3.0 3.7 3.2 3.3 3.6 3.4 5.1-8.0 PCV

(%)

0 28 31 30 32 30 28 32 30.1

26.0-41.0 Hitung jenis sel darah putih

Eosinofil (%)

2 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0.0-10.0

Batang (%)

1 0 0 0 2 2 0 1 0.8 0.0-1.2

Segmen (%)

46 10 45 9 32 50 52 62 38.5 4.4-62.1

Limfosit (%)

49 90 51 71 61 48 43 35 58.5

19.2-72.0 Monosit

(%)

2 0 4 0 5 0 5 2 2.3 0.0-17,9

Basofil (%)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.0-2.5

Kimia klinik Ureum

(mg/dL)

23 18 19 22 26 20 20 21 21.1 9.2-29.2

Kretinin (mg/dL)

0.8 0.9 1.0 1.0 0.9 1.0 0.7 0.9 0.9 0.5-2.0 AST

(µ/L)

15 0

95 80 106 108 40 96 114 96.1 36.0-272.0 ALT

(µ/L)

55 55 75 60 42 23 64 65 54.9

19.0-76.0 Keterangan: Hb= hemoglobin; WBC=white blood cell; RBC=red blood cell;

PCV=packed cell volume; ALT= alanine aminotransferase, dan AST= aspartate aminotransferase; g= gram; dL= desiliter; µL= mikroliter

Posisi Transduser pada Pemeriksaan USG Organ Abdominal Babi dengan Pasangan Kelenjar Mamari sebagai Titik Orientasi

(26)

12

struktur interna suatu organ (Noviana et al. 2012). Pemeriksaan organ abdominal dengan menggunakan USG menuntut pemeriksa untuk mengetahui letak organ-organ yang ada di rongga abdominal agar transduser tepat diletakkan pada organ-organ yang akan diperiksa. Teknik peletakkan transduser sangat mempengaruhi sonogram yang dihasilkan. Ada beberapa cara untuk memudahkan dalam pengambilan sonogram organ dalam, salah satunya yaitu dengan memakai titik orientasi yang dalam penelitian ini adalah pasangan kelenjar mamari. Hasil pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Letak transduser pada pemeriksaan USG organ abdominal babi dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi

Babi Hati (mamari ke-) Pankreas (mamari ke-) Ginjal Kanan (mamari ke-) Ginjal Kiri (mamari ke-) KantungKemih (mamari ke-)

1 1 3-4 3-4 2-3 6

2 1 4 3-4 2-3 6

3 1-2 3-4 3 2-3 6-7

4 1 3-4 3 3 6

5 2 4-5 4 2-3 6-7

6 1 3-4 3-4 2 6

7 1-2 3-4 3 2 6-7

8 1 3 3-4 2 6

Rataan 1-2 3-4 3-4 2-3 6-7

Hati

Berdasarkan Tabel 4.3 posisi transduser untuk pemeriksaan organ hati yaitu diletakkan pada pasangan kelenjar mamari ke satu sampai ke dua atau dibawah tulang sternum. Hal ini sesuai dengan anatomi hati yang menempel pada diafragma dan berada di bawah tulang sternum (Dyce et al. 2002). Perbedaan posisi transduser akan mempengaruhi hasil sonogram yang diambil. Posisi transduser dan hasil sonogram hati dapat dilihat pada gambar 4.1.

(27)

13 hyperechoic pada bagian dalam jaringan hati (Noviana et al. 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi visualisasi hati antara lain, ukuran hati, konformitas tubuh, dan isi saluran pencernaan.

A B

kranial kranial

C D

ha

ha di

di

1 cm 1 cm

Gambar 4.1 Posisi transduser pada pemeriksaan hati yaitu transversal (A) dengan sonogram hati (B) dan posisi transduser sagital (C) dengan sonogram hati (D). (ha) hati; (di) diafragma

Pankreas

(28)

14

A B

kranial kranial

C D

pa pa

1cm 1 cm

Gambar 4.2 Posisi transduser saat pemeriksaan pankreas dengan kelenjar mamari sebagai titik orientasi, posisi transduser transversal (A) dengan hasil sonogram (C) dan sagital (B) dengan hasil sonogram (D). (pa) pankreas

Gambar 4.2 merupakan gambaran posisi transduser dengan hasil sonogram pankreas. Gambar 4.2.A merupakan gambar posisi transduser transversal dan gambar 4.2.C adalah hasil sonogramnya, gambar 4.2.B gambar posisi transduser sagital dan gambar 4.2.D adalah hasil sonogramnya. Pankreas tampak memanjang dengan pinggiran teragregasi (Fradson 1995). Sonogram organ pankreas terlihat membentuk segitiga memanjang. Gambaran yang dihasilkan pada posisi transduser transversal dan sagital tidaklah jauh berbeda. Hal ini dikarenakan bentuk pankreas yang tidak beraturan dan sulit dibedakan tiap bagiannya. Organ pankreas mulai terlihat pada kedalaman sekitar 2-3 cm tergantung dari tebal kulit dan lemak pada abdomen individu (Badea 2005). Letak transduser pada pemeriksaan organ pankreas dapat dilihat pada Tabel 4.3. Hasil yang didapatkan yaitu dari delapan babi yang digunakan letak transduser pada pemeriksaan organ pankreas adalah pada pasangan kelenjar mamari ketiga sampai keempat untuk hasil sonogram yang paling baik.

Ginjal

(29)

15 sagital. Posisi transduser pada saat pemeriksaan dan hasil sonogram ginjal dapat dilihat pada gambar 4.3.

A B

kranial kranial

C D

ko

me me

ko

ka ka

1 cm 1 cm

(30)

16

yang dihasilkan pada jaringan tersebut (Noviana et al. 2012). Sonogram ginjal yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu batas ginjal yang hyperechoic tetapi dengan batas yang tidak terlihat mulus, korteks bersifat hypoechoic, dan medula yang anechoic. Hasil sonogram ginjal pada posisi transduser transversal akan memperlihatkan ginjal yang berbentuk bulat (gambar 4.3.C) sehingga bisa diketahui tinggi dan tebal ginjal, sedangkan pada posisi transduser sagital sonogram ginjal yang dihasilkan akan berbentuk lebih ellips (gambar 4.3.D) sehingga dapat diketahui panjang dan tinggi ginjal.

Kantung Kemih

Pemeriksaan kantung kemih pada babi bisa dilakukan dengan menggunakan teknik ultrasonografi. Posisi transduser saat pemeriksaan kantung kemih dan hasil sonogram kantung kemih dapat dilihat pada gambar 4.4

A B

kranial kranial

C D

lu lu

di

di

1 cm 1 cm

Gambar 4.4 Posisi transduser pada pemeriksaan kantung kemih dengan kelenjar mamari sebagai titik orientasi, posisi transduser transversal (A) dan hasil sonogram (C), posisi transduser sagital (B) dan hasil sonogram(D). (lu) lumen kantung kemih; (din) dinding kantung kemih

[image:30.595.76.484.203.756.2]
(31)

17 sonogram dengan posisi transduser transversal dan sagital tidak dapat dibedakan secara nyata, hal ini dikarenakan bentuk kantung kemih yang tidak beraturan.

Sudut Transduser Arah Sagital dan Transversal terhadap Sumbu Tubuh Babi untuk Pemeriksaan USG Hati

Organ hati merupakan organ yang cukup besar pada tubuh makhluk hidup. Beratnya rata-rata mencapai 3% dari total berat badan tubuh (Akers dan Denbow 2008). Hasil sonogram organ hati bagian tengah posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.5.

A B

ha

ha di di

1 cm 1 cm

1

C D

ha ha

di di

1 cm

1 cm 1 cm

E F

ha ha di

di

1 cm 1 cm

Gambar 4.5 Hasil sonogram organ hati bagian tengah posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F). (ha) hati; (di) diafragma

[image:31.595.111.471.177.677.2]
(32)
[image:32.595.77.459.70.748.2]

18

Gambar 4.5. A, B, C, D, E, dan F merupakan sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital dan sudut tertentu. Gambar 4.5.A dengan sudut 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F dengan sudut 90°. Sonogram hati yaitu akan terlihat struktur interna hati yang hypoechoic. Diafragma juga akan terlihat pada sonogram hati yaitu hyperechoic dengan bentuk yang curam ke bawah. Gambaran hati yang dihasilkan dengan teknik USG tidak bisa dibedakan antar tiap lobusnya dikarenakan tidak jelas perbedaan antar tiap lobus pada sonogram (Dietrich et al. 2010).

Posisi transduser yang dipakai selanjutnya yaitu posisi transversal. Sudut yang digunakan juga sama dengan posisi sagital yaitu 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Hasil sonogram yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 4.6.

A B

ha

di

1 cm 1 cm

C D

ha ha

di

di 1 cm 1 cm

E F

ha

di di

1 cm 1 cm

Gambar 4.6 Sonogram organ hati bagian tengah dengan posisi transduser transversal dengan sudut (A) 15°, (B) 30°, (C) 45°, (D) 60°, (E) 75°, dan (F) 90°. (di) diafragma; (ha) hati

(33)

19 Teknik pemeriksaan ultrasonografi untuk pengambilan sonogram hati digunakan untuk banyak penyakit hati misalnya hepatomegali, tumor hati, fatty liver, dan lainnya (Wilson et al. 2005). Sonogram hati yang normal akan terlihat struktur interna hati yang hypoechoic dan diafragma yang berbentuk memanjang bersifat hyperechoic (Noviana et al.2012).

Hasil sonogram hati bagian tengah akan dilakukan penilaian untuk melihat perbedaan gambaran yang dihasilkan dengan posisi transduser tertentu dan dengan sudut tertentu pula. Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah disajikan pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu

Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90°

Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr

1 1 0 1 1 2 3 2 2 3 0 3 0

2 2 0 2 1 1 3 1 2 0 0 0 0

3 0 0 0 1 1 3 2 2 3 1 0 0

4 0 0 0 1 3 3 1 2 2 0 0 0

5 1 0 2 1 1 3 2 2 0 0 0 0

6 0 0 0 0 1 3 2 2 3 2 3 0

7 0 0 0 1 2 2 3 2 2 0 1 0

8 0 0 1 0 2 3 3 3 3 2 0 0

Jumlah 4 0 6 6 13 23 16 17 16 5 7 0

Keterangan Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas

Tabel 4.4 menunjukkan hasil penilaian sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital dan transversal dengan kisaran sudut tertentu. Hasil sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser sagital juga berbeda dari setiap sudut. Hasil sonogram pada kisaran 60° sampai 75° merupakan hasil yang terbaik karena gambaran hati yang terlihat paling baik, struktur interna hati terlihat hypoechoic homogen dan diafragma terlihat hyperechoic yang berbentuk curam ke bawah (Dietrich et al. 2010) dengan nilai 16. Sonogram hati bagian tengah dengan posisi transduser transversal sudut 45° didapatkan hasil sonogram yang paling baik dengan jumlah nilai yang paling besar yaitu 23. Sonogram yang terlihat juga paling jelas, struktur interna hypoechoic homogen juga sangat terlihat dengan diafragma terlihat hyperechoic dengan bentuk memanjang (Dietrichet al. 2010).

(34)

20

A B

ke

ha

1 cm 1 cm

C D

ke

ke ha ha

di di

1cm 1 cm

E F

ke

ha ha

di di

1 cm 1 cm

Gambar 4.7 Hasil sonogram hati bagian kanan posisi transduser sagital dengan sudut 15°(A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F). (ke) kantung empedu; (di) diafragma; (ha) hati

[image:34.595.77.437.74.508.2]
(35)

21

A B

1 cm 1 cm

C D

ha ke

ke ha di

1 cm 1 cm

E F

ke

ha ha

di di

[image:35.595.117.465.79.546.2]

1 cm 1 cm

Gambar 4.8 Hasil sonogram organ hati bagian kanan posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C), 60° (D), 75° (E), dan 90°(F). (ke) kantung empedu; (di) diafragma; (ha) hati

(36)

22

Tabel 4.5 Hasil penilaian sonogram hati bagian kanan dengan arah transduser sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu

Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90°

Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr

1 0 0 3 0 2 1 2 2 0 3 0 0

2 0 0 2 1 3 2 0 3 0 2 0 1

3 1 0 2 0 2 2 3 3 0 3 0 0

4 0 - 1 - 3 - 3 - 2 - 2 -

5 0 - 0 - 3 - 3 - 2 - 1 -

6 0 - 0 - 2 - 3 - 3 - 2 -

7 0 - 2 - 3 - 3 - 2 - 0 -

8 0 - 1 - 3 - 3 - 2 - 1 -

Jumlah 1 0 11 1 21 5 20 8 11 8 6 1

Keterangan: Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas

Tabel 4.5 merupakan hasil penilaian sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser transversal dan sagital dengan sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Hasil sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser sagital juga berbeda pada setiap sudut. Jika dilihat dari pandangan dorsal-recumbency pada hati bagian kanan akan terlihat kantung empedu, saluran empedu, dan pembuluh darah (Dietrich et al. 2010). Sonogram organ hati yang paling jelas yaitu pada kisaran sudut 45° dengan jumlah nilai 21, kantung empedu terlihat semakin jelas seperti bulat anechoic dan struktur interna hati hypoechoic atau keabuan yang homogen (Goddard 1995).

Sampel yang digunakan pada pengambilan sonogram hati bagian kanan dengan posisi transduser transversal hanya tiga sampel dikarenakan adanya kesalahan teknis, tetapi data yang dihasilkan dianggap sudah cukup menggambarkan. Hasil sonogram paling bagus ditunjukkan dengan hasil sonogram pada kisaran sudut 60° dan 75°. Kantung empedu paling terlihat pada sonogram ini, struktur interna hati yang hypoechoic juga paling terlihat jelas. Total nilai hasil sonogram pada kisaran sudut 60° dan 75° adalah 8.

Bagian hati yang juga diperiksa yaitu hati bagian kiri. Pengambilan sonogram hati bagian kiri juga menggunakan teknik ultrasonografi dengan posisi transduser transversal dan sagital yang sama dengan pemeriksaan hati sebelumnya. Hasil sonogram organ hati bagian kiri posisi transduser sagital dapat dilihat pada gambar 4.9. Gambar 4.9 merupakan sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser sagital sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Gambar 4.19 A 15°, B 30°, C 45°, D 60°, E 75°, dan F 90°. Hasil sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital tidak memperlihatkan adanya struktur hati, sedangkan sonogram hati bagian kiri posisi transduser transversal dapat dilihat pada gambar 4.10.

(37)

23

A B

1 cm

1 cm 1 cm

C D

1 cm 1cm 1 cm

E F

[image:37.595.125.472.101.542.2]

1 cm 1 cm

Gambar 4.9 Hasil sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45°(C), 60° (D), 75° (E), dan 90° (F)

(38)

24

A B

1 cm 1 cm

C D

1 cm 1 cm

E F

1 cm 1 cm

[image:38.595.99.439.87.664.2]
(39)

25 Tabel 4.6 Hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan arah transduser

sagital dan transversal menggunakan kisaran sudut tertentu

Babi 15° 30° 45° 60° 75° 90°

Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa Tr Sa

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan Tr: transversal, Sa: sagital, nilai 0: hati tidak terlihat, nilai 1: hati mulai terlihat, nilai 2: hati terlihat jelas, nilai 3: hati terlihat sangat jelas

Tabel 4.6 merupakan tabel hasil penilaian sonogram hati bagian kiri dengan posisi transduser transversal dan sagital dengan sudut 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, dan 90°. Sonogram hati bagian kiri posisi transduser sagital dan transversal tidak ditemukannya organ hati. Hal ini dikarenakan hati selalu terletak persis di belakang diafragma, dan cenderung terletak di sisi sebelah kanan terutama pada hewan besar karena lambung akan mendorong bagian-bagian lain ke arah kanan termasuk organ hati ( Fradson 1995).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Teknik ultrasonografi (USG) dapat digunakan dalam pemeriksaan organ dalam rongga abdominal yang terdiri dari hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih. Teknik USG dapat digunakan untuk mengetahui posisi, bentuk, ekhogenitas, dan marginasi dari organ yang diperiksa dengan pasangan kelenjar mamari sebagai titik orientasi. Untuk mendapatkan gambaran ultrasonografi yang baik diperlukan teknik pengambilan gambar yang tepat yang meliputi posisi hewan saat pengambilan gambar, posisi transduser terhadap sumbu tubuh hewan, dan sudut yang tepat antara transduser dan permukaan tubuh hewan.

Saran

[image:39.595.111.503.111.268.2]
(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

Akers RM, Denbow DM. 2008. Anatomy and Physiology of Domestic Animal. Blackwell Publishing Ltd: USA. hlm 107-115.

Almond GW, Boju WTK, King GJ. Pregnancy Diagnosis in Swine: A Comparison of Two Ultrasound Instruments. Can Vet J 1985; 26: 205-208. Angelis CD, Repici A, Carucci P, Bruno M, Goss M, Mezzabotta L, Pellicano R, Saracco G, Rizzetto M. 2007. Pancreatic Cancer Imaging: The New Role of Endoscopic Ultrasound JOP. J Pancreas (Online); 8(1 Suppl.):85-97. Audiere S, Charbit M, Angelini ED, Oudry J, Sandrin L. 2010. Measurement of

the Skin-Liver Capsule Distance on Ultrasound RF Data for 1D Transient Elastography. MICCAI Part II, LNCS 6362, pp. 34–41.

Badea R. 2005. Ultrasonography of acute pankreatitis. Romanian of Journal Gastroenterology. March 2005. Volume 14 No. 1, 83-89.

Barr F. 1990. Diagnostic Ultrasound in the Dog and Cat . Oxford: Blackwell Scientific Publications. hlm.1-19.

Beschorner W, Joshi SS, Prather R, Schieber T, Thompson SC, Yang T, Zhou L, Mirvish S. 2003a. Selective and conditional depletion of pig cells with transgenic pigs and specific liposomes. Xenotransplantation 10, 497. Beschorner W, Prather R, Sosa C, Thompson SC, SchieberT, YangT. 2003b.

Transgenic pigs expressing the suicide gene thymidine kinase in the liver. Xenotransplantation 10, 530.

Boulot S. 2010. New application of imaging techniques in pig reproduction: from research to farm management. Proceedings of the Farm Animal Imaging Congress, Rennes: France.

Braun U. 2004. Diagnostic ultrasonography in bovine internal disease. Department of Farm Animals, University of Zurich, Winterthurerstrasse 260, CH-8057 Zurich, Switzerland.

Dachlan ST. 2008. Pencitraan motion-mode dan color flow Doppler ultrasonografi dalam pengamatan perkembangan organ kardiovaskular fetus kucing (Feliscatus). Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Dietrich C, Carla S, Maciej H. 2010. Ultrasound of liver. Department of Diagnostic Imaging: Bologna. hlm 12-15.

Du ZQ, Vincent NS, Gilbert H, Vignoles F, Crechet F, Shimogiri T, Yasue H, Leplat JJ, Bouet S, Gruand J. 2007. Detection of novel quantitative trait loci for cutaneous melanoma by genome-wide scan in the MeLiM swine model. International Journal of Cancer 120, 303-320.

Dyce KM, Sack WO, Wensing CJ. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy 3rd ed. Saunders: USA. hlm 216-236.

Dyson MC, Alloosh M, Vuchetich JP, Mokelke EA, Sturek M. 2006. Components of metabolic syndrome and coronary artery disease in female Ossabaw swine fed excess atherogenic diet. Comp Med 56, 35-45.

Eastampton Veterinary Services, LLC. 2012. Library: Large and Small Animal and Surgery. Eastampton Veterinary Services: New Jersey.

(41)

27 Goddard PJ. 1995. Veterinary Ultrasonography. England: CAB International.

hlm 1-13.

Graham JS, Reid FM, Smith JR, Stotts RR, Tucker FS, Shumaker SM, Niemuth NA, Janny SJ. 2000. A cutaneous full-thickness liquid sulfur mustard burn model in weanling swine: Clinical pathology and urinary excretion of thiodiglycol. Journal of Applied Toxicology 20. S161-S172.

Grant N. 2008. Guidelines on the use of liver biopsy in clinical practice. liver unit, Queen Elizabeth Hospital, Birmingham B15 2TH: UK.

Herkenne C, Naik A, Kalia YN, Hadgraft J, Guy RH. 2006. Pig ear skin ex vivo as a model for in vivo dermatopharmacokinetic studies in man. Pharmaceutical Research 23, 1850-1856.

Holt P. 2008. Urological Disorders of the Dog & Cat Investigation, Diagnosis, & Treatment. Manson Publishing: London. hlm 43-48

Gulsen F, Dikici S, Mihmanli, Ozbayrak M, Onal B, Obek C, Kantarci F. 2011. Detection of bladder cancer recurrence with real-time three-dimensional ultrasonography-based virtual cystoscopy. The Journal of International Medical Research; 39: 2264-2272.

Ishii A, Vinuela F, Murayama Y, Yuki I, Nien YL, Yeh DT, Vinter HV. 2006. Swine model of carotid artery atherosclerosis: Experimental induction by surgical partial ligation and dietary hypercholesterolemia. American Journal of Neuroradiology 27, 1893-1899.

Kragh PM, Li J, Du Y, Lin L, Schmidt M, Boegh IB, Bolund L, Nielsen AL, Holm IE, Joergensen AL. 2008. Establishment of pregnancies with handmade cloning porcine embryos reconstructed with fibroblasts containing an Alzheimer’s disease gene. Reproduction Fertility & Development 20, 231-232.

Lai LX, Kolber SD, Park KW, Cheong HT., Greenstein JL, Im GS, Samuel M, Bonk A, Rieke A, Day BN. 2002. Production of alpha-1,3-galactosyltransferase knockout pigs by nuclear transfer cloning. Science 295, 1089-1092.

Le DM, Bougle A, Derudde S, Duranteau J. 2012. Renal Doppler ultrasound: a new tool to assess renal perfussion in criticsl illness shock. 2012. Apr; 37(4): 360-5.

Mucksavage P, Ramchandani P, Malkowicz SB, Guzzo TJ. 2012. Is ultrasound imaging inferior to computed tomography or magnetic resonance imaging in evaluating renal mass size?. 2012 Jan; 79(1): 28-31.

Noviana D, Aliambar SH, Ulum MF, Siswandi R. 2012. Diagnosis Ultrasonografi pada Hewan Kecil. PT Penerbit IPB Press: Kampus IPB Taman Kencana. hlm 14-55.

Platt JF, Ellis JH, Rubin JM, Merion RM, Lucey MR. 1994. Renal duplex Doppler Ultrasonography:anoninvasive predictor of kidney dysfunction and hepatorenal failure in liver disease. Department of Radiology, University of Michigan Medical Center, Ann Arbor 48109- 0030.

Radostits OM, Gay CC, Blood DC, Hinchcliff KW. 2005. Veterinary Medicine. W.B. Saunders Company: Philadelphia. hlm 25-28.

(42)

28

Renner S, Kebler B, Herbach N, Waldthausen DC, Wanke R, Hofmann R, Pfeifer A, Wolf E. 2008. Impaired incretin effect in transgenic piglets expressing a dominant negative receptor for glucose-dependent insulinotropic polypeptide in the pancreatic islets. Reproduction Fertility & Development 20, 82.

Schoppler G, Heinzelbecker J, Michaely HJ, Dinter D, Clevert DA, Pelzer AE. 2012. The Impact of Ultrasound in Urology. Urologe A. 2012 Jan; 51(1): hlm 81-98.

See MT. 1998. Evaluating machine and technician effects on ultrasonic measures of backfat and longissimus muscle depth in swine. Swine Health and Production. 1998;6(2):61–66.

Shah A, Harper JD, Cunitz BW, Wang YN, Paun M, Simon JC, Lu W, Kaczkowski PJ, Bailey MR. 2012. Focused ultrasound to expel calculi from the kidney. J Urol. Feb;187(2):739-43.

Shatos MA, Klassen HJ, Schwartz PH, Doherty J, Ziacian B, Kirov I, Nethercott H, Samuel M, Prather RS, Young MJ. 2004. Isolation of progenitor cells from retina and brain of the GFP-transgenic pig. Investigative Ophthalmology & Visual Science 45, U647.

Spangfors. 1992. Blood analysis and its relationship to feeding the performance horse. Euro-vets ab: sweden

Steiner MJ. 2008. Small Animal Gastroenterology. Die Deutsche Bibliothek: Jerman. hlm 119-126.

Stoylen A. 2006. Basic Ultrasound for Clinicians.http://folk.ntnu.no[24Jun2008]. Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, DeNicola D, Fettman MJ, Lassen ED,

Rebar A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Lippincott williams and wilkins: USA. hlm 226-228.

Turk JR, Laughlin MH. 2004. Physical activity and atherosclerosis: which animal model? Can J Appl Physiol 29, 657-83.

Uchida M, Shimatsu Y, Onoe K, Matsuyama N, Niki R, Ikeda JE, Imai H. 2001. Production of transgenic miniature pigs by pronuclear microinjection. Transgenic Research 10, 577-582.

Wernersson R, Schierup MH, Jorgensen FG, Gorodkin J, Panitz F, Staerfeldt HH, Christensen OF, Mailund T, Hornshoj H, Klein A. 2005. Pigs in sequence space: A 0.66X coverage pig genome survey based on shotgun sequencing. BMC Genomics 6, 70-87.

Widmer WR, David SB, Larry GA. 2004. Ultrasonography of the urinary tract in small animals. J Am Vet Med Assoc.225(1): 46-54.

(43)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 2 Januari 1991 dari ayah Haidir Wady dan ibu Purnama Dewi Williyanti. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Prabumulih dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Fakultas Kedokteran Hewan.

(44)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Babi merupakan ternak yang cukup produktif, dapat digunakan sebagai sumber organ xenotransplantasi, dan juga sebagai hewan model yang baik untuk penyakit-penyakit pada manusia. Sehingga diperlukan teknik diagnosis penyakit yang tepat agar babi yang dimanfaatkan tidak menjadi sumber penyakit bagi babi lain ataupun manusia.

Teknik yang seringkali dipakai untuk diagnosis penyakit adalah Computed Tomography (CT scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI), X-ray, dan ultrasonografi (USG) (Mucksavage et al. 2012). Ultrasonografi (USG) dinilai lebih baik dikarenakan tidak adanya radiasi ionisasi, bersifat non-invasif, dan biaya yang lebih murah.

Pemanfaatan ultrasonografi dibidang kedokteran hewan misalnya untuk menghitung ketebalan lemak dan otot pada babi (See 1998), untuk mendeteksi kebuntingan pada babi betina (Almond et al. 1985), evaluasi ovari, kelainan uterin dan organ genital, prediksi waktu ovulasi, memeriksa infeksi pada kantung kemih dan kelenjar mamari, dan evaluasi embrio (Boulot 2010). Penyakit-penyakit yang bisa didiagnosis dengan USG antara lain mengukur ketebalan kapsula hati (Audiere et al 2010), mendeteksi adanya kanker dan juga tingkat keparahan dari kanker pada pankreas (Angelis et al. 2007), mendeteksi adanya kanker di kantung kemih (Gulsen et al 2011). Ultrasonografi juga digunakan untuk mendeteksi penyakit-penyakit hati misalnya sirrosis hati, kista hati, kanker hati, kalsifikasi hati, dan kelainan pembuluh darah di hati (Dietrich 2010), untuk mengeluarkan batu dalam ginjal dengan menggunakan gelombang ultrasound (Shah et al. 2012). Sehingga diperlukan pemahaman yang baik tentang teknik yang tepat dalam menggunakan USG agar pencitraan yang dihasilkan menjadi optimal dan sesuai dengan keadaan sebenarnya hewan yang diperiksa.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik dan lokasi yang tepat dalam pencitraan ultrasonografi organ hati, ginjal, pankreas, dan kantung kemih pada babi (Sus scrofa domestica) sehingga mendapatkan hasil sonogram yang baik.

Manfaat Penelitian

(45)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Babi

Babi merupakan mamalia dengan struktur anatomi dan fisiologi yang tidak jauh berbeda dengan manusia sehingga seringkali digunakan dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia. Babi juga memiliki karakter waktu generasi yang pendek, gestasi singkat (114 hari), dan keturunan yang banyak (Randall et al. 2008). Genom babi tiga kali lebih dekat dengan genom manusia dibandingkan dengan tikus (Wernersson et al. 2005).

Perkembangan medis kedokteran mendorong pemanfaatan babi sebagai sumber xenotransplantasi dan hewan model bagi manusia. Babi juga menjadi sangat penting dalam penelitian biomedis sebagai model yang sangat baik pada penyakit jantung (Turk dan Laughlin 2004), arterosklerosis (Ishii et al. 2006), obat kulit (Herkenne et al. 2006), perbaikan luka (Graham et al. 2000), kanker (Du et al. 2007), diabetes (Dyson et al. 2006), oftalmologi (Shatos et al. 2004), penelitian mengenai toksikologi, metabolisme lipoprotein, kerusakan dan perbaikan sel, dan sebagai sumber potensial penggunaan organ dalam xenotransplantasi (Lai et al. 2002b). Potensi yang besar dari pemanfaatan babi oleh manusia menuntut ketersediaan babi dengan kualitas kesehatan yang baik agar tidak menjadi sumber penyakit zoonosis pada manusia.

Ultrasonografi

Aplikasi USG pertama pada hewan digunakan untuk mengukur ketebalan karkas pada ternak potong seperti sapi potong dan babi, berikutnya mulai digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada domba dan kambing serta estimasi ketebalan lemak pada kuda. Dewasa ini aplikasi USG digunakan sebagai alat bantu diagnostik suatu penyakit dengan melihat gambaran organ dalam hewan dan digunakan untuk membantu pengambilan sampel biopsi guna menentukan spesifitas penyakit (Noviana et al. 2012).

(46)

3 hasil USG, misalnya jaringan lunak. Anechoic akan terlihat hasil USG menunjukkan warna hitam yang berarti tidak adanya echo yang dihasilkan karena pulse tidak dipantulkan kembali ke transduser oleh jaringan misalnya cairan, urin, dan darah ( Noviana et al.2012)

Teknik diagnosa ini sangat berguna dalam menampilkan kelainan dari organ dalam yang berupa jaringan lunak dan lokasi dari cairan yang ingin dikoleksi dari dalam tubuh. Ultrasonografi dapat menunjukkan lokasi lesio yang akurat, yang sangat menunjang keberhasilan dan keamanan dari proses biopsi maupun koleksi cairan dari dalam tubuh (Holt 2008).

Hati

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh. Beratnya sekitar 3% dari total berat badan pada hewan dewasa, sedangkan pada hewan muda berat hati sekitar 5% dari total berat badan (Akers dan Denbow 2008).

Hati babi terdiri dari lobus lateral kanan dan kiri, medial kanan dan kiri, lobus kuadratus, dan lobus kaudatus. Kantung empedu terletak diantara lobus medial dan lobus kanan. Hati sebagian besar dilindungi oleh os costae kecuali bagian ventral. Bagian kranial hati bersentuhan dengan diafragma. Hati babi memiliki daerah berbentuk concave di bagian kaudal yang berbatasan dengan lambung di bagian kiri dengan pankreas di bagian kanan (Dyce et al. 2002).

Hati memiliki kemampuan meregenerasi sel hepatosit sebanyak lebih dari 40 kali saat terjadi kerusakan. Penyakit pada organ hati bisa menurunkan tingkat regenerasi hepatosit hingga beberapa kali, sehingga konsekuensinya adalah terjadi penurunan fungsi hati karena terdapat beberapa sel hati yang mengalami kerusakan (hepatic fibrosis). Hati memiliki fungsi yang sangat penting yaitu mengatur proses metabolik dan homeostasis. Hati juga menghasilkan asam empedu dari pemecahan kolesterol. Hati juga memiliki kemampuan untuk menyimpan beberapa cadangan substansi yang suatu saat akan diperlukan misalnya glikogen, ion logam, dan vitamin dan juga berfungsi memproduksi sel darah merah pada saat embrio. Kasus penyakit hati akut dan sub-akut seringkali tidak hanya bersifat subklinis tetapi juga menimbulkan gejala klinis pada pasien dengan penyakit kerusakan hati bersifat non-spesifik. Penyakit hati seringkali dihubungkan dengan gejala klinis yang tidak spesifik tetapi dikarenakan disfungsi dari organ-organ penting (Steiner 2008).

Menurut Steiner (2008) teknik mendiagnosa gangguan hati agar mendapatkan hasil yang baik adalah :

1. Menganalisis peluang kejadian penyakit hati, misalnya pada ras tertentu yang rentan mengalami gangguan hati.

2. Memperhatikan gejala klinis yang berkaitan dengan kerusakan hati. Meskipun tidak spesifik bisa dijadikan acuan untuk memperkuat data-data lain yang ada (data laboratorium).

(47)

4

4. Melakukan tes laboratorium dengan memeriksa kadar albumin, amonia, blood urea nitrogen (BUN), bilirubin, asam empedu, kolesterol, dan glukosa.

5. Melakukan biopsi hati yang dibantu dengan teknik ultrasonografi.

Ultrasonografi Hati

Metode yang sering digunakan dalam mendiagnosa penyakit hati misalnya pemeriksaan laboratorium darah, ultrasonografi (USG), computed tomography scan (CTscan), X-ray, magnetic resonance imaging (MRI). Gambaran lengkap hasil USG hati dapat memberikan informasi yang rinci dari ukuran, posisi, dan jaringan parenkim hati (Radostits et al. 2005).

Ultrasonografi telah digunakan untuk melihat pembesaran hati (hepatomegali), mendeteksi trombosis di vena cava caudalis, hepatic abscesses, dan cholelithiasis yang akan terlihat dilatasi saluran empedu dan kantung empedu. Ultrasonografi bisa untuk mendiagnosis degenerasi hidrofis hati, diffuse hepatocellular disease, dan fatty liver (Radostits et al. 2005). Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk memprediksi secara non-invasif kejadian hepatorenal failure pada kasus penyakit hati (Platt et al. 1994).

Menurut Braun (2004) USG diindikasikan pada hati babi untuk : 1. Determinasi posisi dan ukuran hati dan pembuluh darahnya.

2. Visualisasi perubahan struktur hati baik yang bersifat fokal ataupun difus misalnya hepatic lipidosis, abses hati, tumor hati, kalsifikasi di saluran empedu, dan cholestasis.

3. Diagnosa trombosis vena cava caudal.

4. Membantu pencitraan dalam melakukan sintesis dan biopsi hati untuk histologi, sitologi, dan pemeriksaan bakteri. Ultrasonografi digunakan untuk membantu dokter hewan melakukan biospi hati pada kasus lesio hati yang bersifat fokal, namun pada kasus lesio hati bersifat difus masih kontroversial (Grant 2008)

5. Percutaneous ultrasound dalam cholecystocentesis untuk pemeriksaan cairan empedu.

6. Percutaneous ultrasound dalam sintesis vena portal untuk kepentingan penelitian.

Pankreas

(48)

5 Ultrasonografi Pankreas

Pankreas merupakan kelenjar yang relatif berukuran kecil dan berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen. Pemeriksaan pankreas cukup sulit untuk dilakukan. Kedekatan posisi anatomi pankreas dengan lambung dan duodenum mempersulit pencitraan jika terdapat akumulasi gas di saluran pencernaan tersebut. Sonogram yang menunjukkan pankreas yang mengalami pembesaran akan terlihat tidak beraturan dan hyperechoic (Noviana et al. 2012).

Sistem Urinari

Ginjal

Ginjal babi memiliki bentuk yang pipih, panjang, dan kecil di bagian ektremitasnya. Bentuk ginjal babi menyerupai kacang merah. Panjang ginjal babi berukuran dua kali daripada lebarnya. Ginjal kiri terletak lebih kranial daripada ginjal kanan, tetapi hampir simetris pada ventral prosesus transversus empat os lumbal pertama. Bagian kaudal ginjal terletak pada pertengahan rusuk terakhir dan tuber coxae. Bagian kranial ginjal kiri biasanya bersentuhan dengan hati sedangkan pada ginjal kanan tidak (Dyce et al. 2002)

Ginjal memiliki tiga bagian yang tersusun secara berlapis dari luar ke dalam, yaitu korteks, medula, dan pelvis (hilus). Unit terkecil ginjal atau nefron berfungsi menyaring darah dan menyerap kembali zat-zat yang masih diperlukan oleh tubuh. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsula Bowman, tubuli proksimal, tubuli distal, lengkung Henle, dan duktus kolektiva (Akers dan Denbow 2008).

Kantung Kemih

Kantung kemih memiliki ukuran bervariasi tergantung dari banyaknya urin yang ada di dalamnya. Kantung kemih yang terisi penuh dengan urin akan berbentuk bulat dan sebagian besar ada di rongga abdomen. Permukaan dorsal dari kantung terlapisi sempurna oleh peritoneum, namun lapisan peritoneum ini tidak melapisi sempurna pada bagian permukaan ventralnya (Dyce et al. 2002).

Ultrasonografi Sistem Urinari

(49)

6

Penggunaan USG dalam mendiagnosis penyakit sistem urinari dinilai lebih aman dan ekonomis daripada menggunakan Computed Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Mucksavage et al. 2012). Menurut Le et al. (2012) aplikasi USG dapat digunakan untuk diagnosis awal kejadian kerusakan ginjal akut dan menilai derajat keparahan perfusi ginjal.

Penggunaan Babi dalam Dunia Kedokteran Manusia

Pemilihan penggunaan babi dalam penelitian perkembangan dunia medis manusia memiliki pertimbangan bahwa babi memiliki perbandingan anatomi dan fisiologi yang sangat mirip dengan sistem dan kondisi manusia.

Penggunaan babi dalam dunia kedokteran sekarang: 1. Xenotransplantasi

Kesamaan fisiologi dan ukuran, babi telah dianggap sebagai sumber potensial dalam transplantasi organ untuk manusia. Dibandingkan dengan hewan primata yang juga sering digunakan sebagai hewan model dalam perkembangan penyakit manusia, babi lebih kecil kemungkinannya dalam mentransmisikan penyakit ke manusia (Randall et al.2008).

2. Farmaseutik

Produksi hemoglobin (Hb) manusia dalam darah babi. Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi Hb manusia dari darah bab

Gambar

Gambar 3.3 Posisi transduser sagital dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C),
Gambar 3.4 Posisi transduser transversal dengan sudut 15° (A), 30° (B), 45° (C),
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan fisik
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan darah
+7

Referensi

Dokumen terkait