• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Dana Desa

2.4.1. Pengertian Dana Desa

Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 294 ayat (3) bahwa:

Dana desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 285 ayat (2) huruf a angka 4 dialokasikan oleh Pemerintah Pusat untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkankewenangan dan kebutuhan Desa sesuai dengan undang-undang mengenai Desa.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Berseumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal (1) poin 2 bahwa:

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditrasfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

2.4.2. Pengelolaan Dana Desa oleh Pemerintah Desa

Pengelolaan Dana Desa yang merupakan bagian dari keuangan Desa adalah kegiatan meliputi:

1. perencanaan, 2. pelaksanaan,

3. pertanggungjawaban

27

Pemerintah Desa yang merupakan penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai bagian dari keuangan desa, dana desa dikelola berdasarkan asas-asas transparansi, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, yang dikelola dalam masa 1 (satu) tahun anggaran yakni dimulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember

2.4.3. Pengalokasian Dana Desa

Dana Desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai Penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat di desa mempunyai alur pengalokasiannya sebagai berikut:

1. Pengalokasian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota

Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun Rencana Dana untuk dialokasikan sebagai anggaran Dana Desa. Berdasarkan Dana Desa tersebut, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan melakukan perhitungan rincian dana Desa setiap Kabupaten/kota. Rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan:

alokasi dasar, dan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan

28

jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota. Rincian dana desa setiap kabupaten/kota berdasarkan alokasi dasar adalah sebesar 90% dari anggaran Dana Desa.

Rincian dana Desa setiap kabupaten/kota berdasarkab alokasi yang dihiting dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap Kabupaten/kota dihitung dengan bobot sebagai berikut:

a. 25% untuk jumlah penduduk Desa b. 35% untuk angka kemiskinan Desa c. 10% untuk luas wilayah Desa

d. 30% untuk tingkat kesulitan geografis Desa setiap Kabupaten/kota.

Angka kemiskinan Desa dan tingkat kesulitan geografis masing-masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin desa dan IKK kabupaten/kota. Penghitungan rincian Dana Desa setiap Kabupaten/Kota dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut: X = (0,25 x Y1) + (0,35 x Y2) + (0,10 x Y3) + (0,30 x Y4)

29

Keterangan:

X = Dana Desa kabupaten/kota yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis Desa setiap kabupaten/kota

Y1 = rasio jumlah penduduk desa setiap kabupaten/kota terhadap total penduduk Desa Nasional

Y2 = rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap kabupaten/kota terhadap total penduduk miskin Desa nasional

Y3 = rasio luas wilayah Desa setiap Kabupaten/kota terhadap luas wilayah Desa Nasional

Y4 = rasio IKK kabupaten/kota terhadap total IKK Kabupaten/kota yang memiliki Desa.

Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan IKK Kabuapten/Kota bersumber dari kemeterian yang berwenang dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik yang disampaikan kepada Menteri keuangan c.q. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Agustus. Namun apabila terlambat atau tidak disampaikan, penghitungan rincian dana desa setiap kabupaten/kota menggunakan data yang digunakan tahun anggaran sebelumnya.

Hasil penghitungan rincian Dana desa setiap Kabupaten/kota berdasarkan alokasi dasar sebesar 90% dan berdasarkan

30

alokasi yang dihitung berdasarkan, jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis disampaikan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada saat pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai APBN untuk mendapatkan persetujuan.

Berdasarkan Pagu Dana Desa dalam Undang-undang mengenai APBN dan hasil pembahasan Dana Desa, maka ditetapkan rinian Dana Desa setiap Kabupaten/kota yang tercantum dalam Peraturan Presiden mengenai rinian APBN.

2. Pengalokasian Dana Desa setiap Desa

Berdasarkan rincian dana Desa setiap Kabupaten, bupati/walikota menghitung dan menetapkan rincian dana desa setiap Desa yang dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan alokasi dasar sebesar 90% dan alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis setiap desa yang dihitung dngan bobot sebagai berikut:

a. 25% untuk jumlah penduduk Desa b. 35% untuk angka kemiskinan Desa c. 10% untuk luas wilayah Desa, dan

d. 30% untuk tingkat kesulitan gegrafis Desa

31

Angka kemiskinan desa dan tingkat kesulitan geografis Desa masing-masing ditunjukkan oleh jumlah penduduk miskin dan IKG Desa. Perhitungan rincian Dana Desa setiap Desa dilakukan dngan menggunakan formula sebagai berikut:

W = 0,25 x Z1) + 0,35 x Z2) + (0,10 x Z3) + (0,30 x Z4) Keterangan:

X = Dana Desa setiap Desa yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap Desa

Z1 = rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk Desa kabupaten/kota yang bersangkutan

Z2 = rasio jumlah pendudk miskin setiap Desa terhadap total penduduk miskin Desa kabupaten/kota yang bersangkutan

Z3 = rasaio luas wilayah setiap Desa terhadap luas wilayah Desa kabupaten/kota yang bersangkutan

Z4 = rasio IKG setiap desa terhadap total IKG Desa kabupaten/kota yang bersangkutan.

Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah dan tingkat kesulitan geografis bersumber dari lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik yang ditetapkan oleh bupati/walikota

32

Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa ditentukan oleh bupati dengan beberapa faktor, meliputi: ketersediaan prasarana pelayanan dasar, kondidsi infrastruktur dan aksebilitas/transportasi.

Penyusunan IKG Desa dapat mengacu pada tata carapenyusunan IKG desa yaitu:

a. Faktor Ketersedian Pelayana Dasar

Faktor ketersediaan pelayanan dasar terdiri dari ketersediaan/akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Terdiri 12 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor ketersediaan pelayanan dasar yaitu:

1. Ketersediaan dan aksers ke TK/RA/BA 2. Ketersediaan dan akses ke SD/MI/sederajat 3. Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/ sederajat 4. Keresediaan dan akses ke SMA/MA/SMK/sederajat 5. Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit 6. Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit

bersalin

7. Ketersediaan dan kemudahan akses ke puskesmas 8. Ketersediaan dan kemudahan akses ke poliklinik/balai

pengobatan

9. Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek dokter

33

10. Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek bidan

11. Ketersediaan dan kemudahan akses ke poskesdes atau pondes

12. Ketersediaan dan akses ke apotek b. Faktor Kondisi Infrastruktur

Faktor kondisi infrastrukrur terdiri dari fasilitas ekonomi (kelompok pertokoan, pasar, rumah makan/kedai makanan, hotel, penginapan, bank), jenis bahan bakar untuk memasak dan keberadaan agen /penjual LPG/minyak tanah, jumlah keluarga pengguna listrik dan keberadaan penerangan di jalan utama Desa. Terdapat 8 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor kondisi infrastruktur, yaitu:

1. Ketersediaan dan akses ke kelompok pertokoan 2. Ketersedian dan akses ke pasar

3. Akses ke restoran, rumah makan, atau warung/kedai makan

4. Akses ke akomodasi hotel atau penginapan 5. Akses ke bank

6. Akses ke energi listrik 7. Akses ke penerangan jalan 8. Akses ke bahan bakar

34

c. Faktor Aksebilitas/Transportasi

Faktor aksebilitas/trasportasi terdiri dari jenis dan kualitas jalan, aksebilitas jalan, keberadaan dan operasional angkutan umum, serta trasportasi dari kantor desa ke kantor camat dan kantor bupati/walikota. Terdapatr 8 variabel yang digunakan untuk mengukur faktor aksebilitas/transportasi, yaitu:

1. Lalu lintas dan kualitas jalan 2. Aksebilitas jalan

3. Ketersediaan angkutan umum 4. Operasional angkutan umum

5. Lama waktu per kilometer menuju kantor camat 6. Biaya per kilometer menuju kantor camat

7. Lama waktu per kilometer menuju kantor bupati/walikota 8. Biaya per kilometer menuju kantor bupati/walikota.

2.4.4 Tujuan dan Penggunaan Dana Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 294 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Berseumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal (1) poin 2 bahwa: “untuk membiayai penyelenggaraan

35

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.”

Dana desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasyarakatan. Meski demikian Dana Desa tersebut diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Dalam penggunaan dana desa untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan sesuai dengan prioritas penggunaan dana desa yang ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi. Prioritas tersebut dilengkapi dengan pedoman umum pelaksanaan penggunaan dana desa dan pedoman teknis yang diterbitkan oleh bupati/walikota.

Dalam hal pembanguanan, seperti Penulis kutip pernyataan Marwan Jafar Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, (Majalah Swadesa Edisi 7, 2015:9) bahwa:

...diprioritaskan untuk membangun atau memperbaiki inprastruktur desa yang sifatnya vital dan mendesak. Seperti jalan desa, jalan usaha tani, embung desa, sarana irigasi tersier, saluran budidaya perikanan, dan sarana prasarana produksi di desa.

prioritaskan dana desa untuk membangun infrastruktur karena ketersediaan infrastruktur ini sangat penting untuk menggerakkan perekonomian desa dan juga untuk melancarkan berbagai aktifitas penting lainnya.

36

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 tentang Pedoman Umum Mengenai Pengaturan Desa (HAW Wijaya.

2014:37) bahwa:

Pemberdayaan masyarakat memiliki makna penyelenggaraan pemerintahan desa diabdikan untuk meningkatakan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritaskebutuhan masyarakat.

Menurut Edi Suharto ( 2014: 58) bahwa

pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.

Menurut Ife dalam Edi Suhartono (2014:59) pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah.

Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan untuk klien atas:

a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup:

kemampuandalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan

b. Pendefinisian kebutuhan: kemampuan menentukan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

c. Ide atau gagasan: kemampuan mengeksprsikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tampa tekanan

37

d. Lembaga-lembaga: kemampuan mengjangkau, menggunakan dan mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

e. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

f. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang dan jasa.

g. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawan anak, pendidikan dan sosialiasi.

Lebih lanjut Edi Suhartono menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitumasyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisifasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses.

Meski dalam penggunaan dana desa ada yang diprioritaskan yaitu untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, namum dana tersebut tetap dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk dalam prioritas penggunaan dana desa. Namun,

38

hal itu dapat dilakukan setelah mendapat persetuajuan oleh bupati/walikota yang diberikan pada saat evaluasi rancangan peraturan Desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja (yang selanjutnya disebut APB) Desa.

Dalam memberikan persetujuan, bupati/walikota memastikan pengalokasian Dana Desa untuk kegiatan yang menjadi prioritas kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi. Jadi penggunana dana desa untuk membiayai kegitan yang bukan prioritas seperti penyelenggaraan pemerintahan dan kemasyarakatan baru bisa dilakukan apabila yang menjadi prioritas sudah terpenuhi serta mendapat persetujuan dari bupati/walikota.

Menurut Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan 2016 dengan judul makalahnya Kebijakan Dana Desa Yang Bersumber Dari APBN TA 2016, disajikan pada Hasanuddin Accounting Days, Universitas Hasanuddin, Makassar 13 Februari 2016 bahwa penggunaan dana desa harus:

a. Mengacu pada RPJMDesa dan RKPDesa

b. Mendes menetapkan prioritas penggunaan Dana desa;

c. Dana Desa dapat digunakan di luar bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat denga persetujuan kepala daerah, dengan syarat kedua bidang tersebut sudah terpenuhi;

d. Dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaannya diutamakan secara swakelola dengan menggunakan sumber daya/bahan baku lokal, dan diupayakan denganlebih banyak menyerap tenaga kerja dari masyarakat desa setempat.

39

Dokumen terkait