• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Penanaman modal asing

Penanaman modal asing diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM). Pengertian penanaman modal asing menurut Pasal 1 angka 3 UUPM adalah kegiatan

menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.10

Sebelum berlakunya UUPM. Keberadaan penanaman modal asing diatur dalam suatu ketentuan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (selanjutnya disebut UUPMA) yang merupakan undang-undang awal yang mengatur mengenai penanaman modal asing. Namun, penanaman modal asing yang diatur dalam UUPMhanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.11

Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture),

di mana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) sebesar 95% dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri (domestic capital) sebesar 5%.12

2. Penanaman modal dalam negeri

Penanaman modal dalam negerimenurutPasal 1 angka 2 UUPM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik

10

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 1

11

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Malang:Sinar Grafika, 2009), hlm. 30.

12

Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.13

Sama hal nya dengan penanaman modal asing, keberadaan penanaman modal dalam negeri sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri(selanjutnya disebut UUPMDN). Namun, UUPMDN ini dinyatakan tidak berlaku lagi dan telah dicabut dengan UUPM yang baru. Dengan demikian, bahwa yang menjadi payung hukum dari penanaman investasi di Indonesia saat ini adalah UUPM Nomor 25 Tahun 2007.

Yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri menurut UUPMadalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI.

14

Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri, maka dalam UUPM yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negei diatur dalam kesatuan. Pembedaan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri masih di lakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya modal tersebut, apakah berasal dari sumber dalam negeri atau dari sumber luar negeri, atau berdasarkan pihak yang melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor lokal/domestik atau investor asing.15

13

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman ModalPasal 1 Angka 2

14

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 108.

15

3. Joint Venture Agreement

Joint VentureAgreement merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Kerja sama antara penanama modal dalam negeri dan penanam modal asing dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kontrak (joint venture agreement). Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan penanaman modal asing sebagaimana didefinisikan dalam UUPM.16

Pada umumnya perusahaan patungan dimulai dengan suatu perjanjian patungan (joint venture agreement). Di mana dalam joint venture agreement

berisikan kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan berakhirnya perjanjian joint venture. Hubungan-hubungan antar pihak dalam joint venture

diserahkan pada kehendak para pihak yang akan ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya berlaku untuk penafsiran kontrak.17Landasan pembentuk perusahaan joint venture tersebut adalah joint venture agreement dan ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.18

Joint Venture Agreement di Indonesia tunduk pada ketentuan hukum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.Joint Venture Agreementharus tetap

16

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 100.

17

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm. 162.

berpedoman kepada syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320, yaitu sebagai berikut:19

a. Para pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya.

b. Para pihak cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum. c. Perbuatan hukum tersebut harus mengenai suatu hal tertentu.

d. Persetujuan tersebut harus mengenai sesuatu hal yang tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan dan ketertiban umum.

Joint venture agreement ini sebenarnya tidak lain merupakan bentuk perjanjian patungan yang tidak terlepas dari Buku III KUHPerdata Pasal 1319, yang menyebutkan:

“Semua persetujuan, baik yang memiliki suatu nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat daam bab-bab ini dan bab-bab yang lalu.”

Joint venture Agreement jika ditinjau berdasarkan hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia, sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam buku ke III KUHPerdata. Diantaranya menyangkut subjek perjanjian, objek perjanjian, tujuan perjanjian, dan pelaksanaan perjanjian.

4. Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara(selanjutnya disebut UU BUMN). Undang-undang ini mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu

Indonesische Berdrijivenwet (Stb Nomor 419 Tahun 1927) sebagaimana telah

19

beberapa kali di ubah dan di tambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955, Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk- Bentuk Usaha Negara menjadi undang-undang. Ketiga undang-undang tersebut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi yang kemudian diganti dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2003. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 19 Juni 2003.20

Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Bentuk BUMN terdiri atas:21

a. Perusahaan perseroan yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara Republik Indonesia.

b. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.

c. Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau

20

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 169.

jasa yang bermutu tinggi sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.

Dokumen terkait