• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Tinjauan Studi Terdahulu

Setiap individu sangat dipengaruhi oleh anggota rumahtangga yang lain

dalam keputusannya untuk mencari nafkah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Mangkuprawira (1985) di dua desa Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa

dalam mengalokasikan waktunya untuk berbagai kegiatan, tiap anggota keluarga

dipengaruhi oleh faktorfaktor dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Faktor

-faktor dari dalam keluarga meliputi usia/umur, jumlah t anggungan keluarga,

pengalaman kerja, pengetahuan, keterampilan, pendapatan kepala keluarga, dan

jenis kelamin. Faktor-faktor dari luar keluarga meliputi tingkat upah, harga

barang-barang, jenis pekerjaan, dan struktur sosial.

Hasil penelitian Madirini (19 98) menunjukkan bahwa curahan kerja para

pekerja di dalam industri kecil pakaian jadi dipengaruhi secara nyata oleh umur

dan skala usaha. Curahan kerja di dalam industri pekerja tersebut tidak responsif

terhadap perubahan semua peubah penjelasnya.

Menurut Selometa (2000), tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang

pendapatan karena memberikan kondisi yang sangat menunjang dalam

perkembangan segala aspek kepribadian manusia. Semakin ti nggi pendidikan

seseorang maka peluang untuk memperoleh kesempatan kerja terutama di sektor

non pertanian akan semakin besar. Hal ini tentunya dapat menyebabkan curahan

kerja di sektor pertanian akan berkurang.

Hasil penelitian Irani (1998), memperlihatkan bahwa pengalaman kerja,

jenis kelamin, angkatan kerja keluarga, dan biaya bahan baku berpengaruh nyata

terhadap curahan kerja di dalam industri tempe sedangkan pendapatan dari luar

berpengaruh nyata terhadap curahan kerja di luar industri. Pada rumahtangg a

pengusaha industri kecil tahu, curahan kerja di dalam industri dipengaruhi secara

nyata oleh umur, pengalaman, dan jumlah produksi sedangkan curahan kerja di

luar industri dipengaruhi secara nyata oleh penyerapan tenaga kerja di luar

keluarga. Pada rumahtangga pengusaha industri kecil tempe maupun tahu,

curahan kerja di dalam dan di luar industri tidak responsif terhadap perubahan

semua peubah penjelasnya.

2.2.2. Pendapatan

Hasil penelitian Indrawati (1997) menunjukkan bahwa faktor -faktor yang

berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumahtangga industri kecil batik adalah

alokasi waktu membatik dan luas penggunaan lahan pertanian. Peningkatan

pendapatan per potong batik merupakan salah satu usaha untuk memotivasi

pembatik agar lebih banyak mencurahkan waktu pada kegiatan membatik.

Penambahan modal kerja pembatik dan alokasi waktu untuk membatik itu sendiri

Menurut Selometa (2000), pendapatan para nelayan juragan dan nelayan

pandega dipengaruhi ole h faktor jenis kelamin. Pada umumnya laki -laki

mempunyai kesempatan yang lebih besar daripada perempuan untuk mendapatkan

pekerjaan karena dianggap memiliki kondisi tubuh yang lebih kuat dibandingkan

perempuan. Selain itu, pekerja laki -laki mempunyai waktu yang lebih banyak bila

dibandingkan pekerja perempuan dimana sebagian waktunya dipakai untuk

mengurus rumahtangga dan anak.

Mangkuprawira (1985) menyatakan bahwa pendapatan tiap anggota

keluarga atau rumahtangga di dua desa Kabupaten Sukabumi dapat berasa l dari

upah, keuntungan usaha, dan dari bukan upah. Tergantung dari berbagai faktor

setiap anggota memperoleh pendapatannya bisa dari satu sumber atau lebih.

Krisnamurthi (1991) menyatakan bahwa faktor -faktor yang berpengaruh

positif terhadap pendapatan us ahatani adalah curahan tenaga kerja keluarga, luas

lahan dan luas efektif, modal, umur petani, dan pendidikan. Faktor -faktor yang

berpengaruh positif terhadap pendapatan non usahatani adalah curahan tenaga

kerja, pendidikan, dan tanggungan keluarga. Faktor umur dapat berpengaruh

positif atau negatif. Faktor lain yang diduga mempengaruhi pendapatan pekerja

adalah faktor jenis kelamin. Pekerja laki -laki pada umumnya memiliki

kesempatan lebih besar daripada pekerja perempuan untuk mendapatkan

pekerjaan karena dianggap memiliki kondisi tubuh yang lebih kuat. Selain itu,

pekerja laki-laki mempunyai waktu luang yang lebih banyak dibandingkan

pekerja perempuan dimana sebagian waktunya dipakai untuk mengurus

2.2.3. Konsumsi

Setiap rumahtangga akan memprioritaskan pendapatannya untuk konsumsi

pangan kemudian selanjutnya untuk investasi dan tabungan. Proporsi pendapatan

yang dibelanjakan untuk makanan dapat dipakai sebagai ukuran kesejahteraan

rumahtangga. Semakin baik tingkat kesejahteraan rumah tangga maka proporsi

pendapatan yang dibelanjakan untuk konsumsi di luar pangan akan semakin besar.

Selain itu, semakin baik tingkat kesejahteraan rumahtangga maka kualitas dan

kuantitas konsumsi rumahtangga akan semakin tinggi.

Hasil penelitian yang dilak ukan oleh Irani (1998) menunjukkan bahwa

pada industri kecil tempe, konsumsi rumahtangga pengusaha dipengaruhi secara

nyata oleh pendapatan yang siap dibelanjakan, investasi pendidikan, dan tabungan

tetapi konsumsi hanya responsif terhadap perubahan pendap atan yang siap

dibelanjakan. Sedangkan pada industri kecil tahu, konsumsi dipengaruhi secara

nyata oleh jumlah anggota keluarga, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan

investasi pendidikan tetapi tidak responsif terhadap perubahan faktor -faktor

tersebut.

Mangkuprawira (1985) menyimpulkan bahwa faktor -faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumsi dalam rumahtangga terdiri dari faktor di dalam

dan faktor di luar. Faktor -faktor di dalam rumahtangga diantaranya adalah jumlah

anggota rumahtangga, tingkat pendidikan rumahtangga, adat istiadat, dan tingkat

pendidikan ibu rumahtangga. Faktor -faktor di luar rumahtangga diantaranya

adalah harga-harga bahan makanan, reit upah, dan tempat tinggal.

Hasil penelitian Madirini (1998), menunjukkan bahwa konsumsi barang

nyata oleh investasi pendidikan, pendapatan yang siap dibelanjakan, dan jumlah

tanggungan keluarga.

Menurut Anggriani (1998), pola konsumsi pengusaha industri kecil kulit

dipengaruhi secara nyata oleh peubah pendapatan yang siap dibelanjakan,

investasi produksi, investasi pendidikan, dan tabungan.

2.2.4. Investasi

Investasi yang dilakukan oleh rumahtangga dapat berupa modal fisik dan

modal manusia. Invesatasi dalam modal manusia dapat di lakukan melalui

pendidikan, urbanisasi dan peningkatan kesehatan. Investasi dalam modal

manusia ini bertujuan untuk memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi

sehingga tingkat konsumsi yang lebih tinggi dapat tercapai (Simanjuntak, 1998).

Hasil penelitian Madirini (1998) menyatakan bahwa pada rumahtangga

industri kecil pakaian jadi, investasi dipengaruhi oleh pendapatan yang siap

dibelanjakan, jumlah anak sekolah, dan konsumsi. Pada rumahtangga karyawan

dan pegawai non staf di perkebunan, i nvestasi dipengaruhi oleh pendapatan yang

siap dibelanjakan, konsumsi, kredit, suku bunga tabungan, jumlah aset, dan

pendidikan (Purba, 1997).

Irani (1998) menyatakan bahwa pada rumahtangga pengusaha industri

kecil tempe dipengaruhi secara nyata oleh jumla h anak sekolah, pendapatan

disposabel, konsumsi, dan tabungan. Investasi pendidikan juga responsif terhadap

perubahan pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan. Pada rumahtangga

pengusaha industri kecil tahu, investasi pendidikan dipengaruhi secara ny ata oleh

pendapatan disposabel, konsumsi, dan tabungan tetapi hanya responsif terhadap

Mangkuprawira (1985) menyatakan bahwa pengeluaran rumahtangga di

dua desa Kabupaten Sukabumi dalam sektor pendidikan, menci rikan adanya

investasi sumberdaya manusia dalam kegiatan ekonomi rumahtangga guna

meningkatkan kemampuan kerja dan tingkat penghasilan seseorang di masa yang

akan datang.

2.2.5. Tabungan

Tujuan masyarakat untuk menabung adalah untuk transaksi, berjaga -jaga,

dan spekulasi. Bagi masyarakat pedesaan tujuan menabung adalah untuk berjaga

-jaga. Hal ini terlihat dari kebiasaan mereka menabung masih bersifat tradisional,

misalnya menabung dalam bentuk perhiasan.

Variabel utama yang menentukan seseorang akan menabun g adalah

tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan

semakin besar kemampuannya untuk menyisakan pendapatan yang akan

digunakan untuk menabung. Sebaliknya, apabila semakin rendah tingkat

pendapatan seseorang maka akan semakin kecil kemampuannya untuk

menyisakan pendapatan yang akan digunakan untuk menabung.

Selometa (2000) menyatakan bahwa tabungan berkorelasi negatif terhadap

konsumsi karena semakin besar proporsi pendapatan yang digunakan untuk

mengkonsumsi barang dan jasa ma ka proporsi yang digunakan untuk tabungan

semakin kecil.

Hasil penelitian Purba (1997), memperlihatkan bahwa tabungan

rumahtangga karyawan dan pegawai non staf di perkebunan dipengaruhi secara

Tabungan rumahtangga karyawan ternyata responsif terhadap perubahan

Dokumen terkait