• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema perancangan yang akan dipakai adalah Arsitektur Neo-vernakular.

2.2.1. Pengertian

Arsitektur menurut kamus lengkap bahasa Indonesia diartikan sebagai lingkungan binaan yang dapat dihasilkan oleh dan menjadi tempat manusia berbudaya.

Menurut Fransis D.K. Ching dalam bukunya “Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya”, arsitektur adalah:

 Lingkungan binaan

Adalah satuan ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.

 Ilmu dalam merancang bangunan

Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan fungsional.

 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan Merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasiyang teratur dan nyaman.

 Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika

Yaitu pengolahan unsure-unsur bentuk dan ruang yang merupakan sarana pemecahan masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan, dan ruang lingkupnya

Vernakular: semua yang asli

Kata Vernakular berasal dari vernaculus (latin) berarti asli (native). Maka vernakular arsiektur dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat.

Paul Oliver dalam bukunya Ensikolopedia Arsitektur Vernakular menjabarkan bahwa arsitektur vernakular konteks dengan lingkungan

yang mengakomodasi nilai ekonomi dan tantanan budaya masyarakat dari masyarakat tersebut. Arsitektur vernakular ini terdiri dari rumah dan bangunan lain seperti lumbung, balai adat dan lain sebagainya.

Menurut Turan dalam buku Vernacular Architecture, arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun berdasarkan pengalaman, menggunakan teknik dan material local serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu terbuka untuk terjadinya transformasi.

Bernard Rudofsky (1964) dalam bukunya “Architecture without Architect” menuliskan …”Vernacular architecture does not go through fashion cycles. It is nearly immutable, indeed, unimprovable, since it serves its purpose to perfection. Sedangkan Amos Rapoport (1969) dalam bukunya “House, Form, and Culture”, mengartikan arsitektur vernakular sebagai “folk tradition”.

Vernacular architecture is a generalized way of design derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk Architecture” (Bruce Allsopp–1977:6). Dengan demikian arsitektur vernakular yang merupakan pengembangan diri dari arsitektur rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan alami karena mengacu pada kondisi, potensi iklim, budaya, dan masyarakat lingkungannya. (Victor Papanek 1995:113-138)

Arsitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidupnya menjadi lebih baik, sehingga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan. Arsitektur itu sendiri adalah buah dari budaya (Mario Salvadori/ Ruskin-1974:12)

Perkataan ‘tradisi’ sebenarnya berasal dari bahasa latin “trado-transdo”, yang berarti “sampaikanlah kepada yang lain”. Banyak orang mencoba mendefinisikan apa itu tradisi. Namun aspek yang tak dapat dipungkiri bahwa dalam tradisi ada makna untuk melanjutkan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu istilah ‘vernakular’ dan ‘tradisi’ sering kali dipakai bersamaan untuk saling melengkapi. Penghayatan akan tradisi tidak berarti mengharuskan kita hidup kembali seperti di masa lampau. Namun penjiwaan akan sebuah tradisi yang baik akan lebur dalam pikiran kita dan mampu mendorong

seorang arsitek untuk menciptakan suatu karya yang mempunyai karakter yang kuat.

Room Manguwijaya dalam buku Wastu Citra juga memberikan pendapat yang hampir senada mengenai definisi dari arsitektur vernakular itu sendiri. Menurut beliau, arsitektur vernakular itu adalah pengejawentahan yang jujur dari tata cara kehidupan masyarakat dan merupakan cerminan sejarah dari

suatu tempat

Jadi arsitektur vernakular bukanlah semata-mata produk hasil dari ciptaan manusia saja, tetapi lebih penting adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya.

Neo berarti baru, masa peralihan. Kata “neo” berasal dari bahasa Yunani dan digunakan sebagai fonim yang berarti baru. Jadi, Neo Vernakular berarti bahasa setempat yang diucapkan dengan cara baru.

Arsitektur Neo Vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang telah ada, baik fisik maupun non-fisik dengan tujuan melestarikan unsur-unsur lokal yang telah terbentuk secara empiris oleh sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mangalami pembaruan menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesampingkan nilai-nilai tradisi setempat (Nauw & Rengkung, 2013).

Arsitektur Neo-Vernakular berarti suatu lingkungan binaan yang didalamnya ditonjolkan bentuk-bentuk yang mengacu pada “bahasa setempat” dengan mengambil elemenelemen arsitektur yang ada ke dalam bentuk modern. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular, melainkan menampilkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Maka dapat dipahami bahwa pada dasarnya prinsip arsitektur Neo-Vernakular adalah menerapakn unsur-unsur local yang dipadukan dengan teknologi modern ke dalam bentuk dan sistemnya. Dalam pendekatan ini Arsitektur Neo-Vernakular yang digunakan adalah Arsitektur Batak Toba.

2.2.2. INTERPRETASI TEMA

Arsitektur post modern dan aliran-alirannya (Neo-vernakular) merupakan arsitektur yang menggabungkan antara tradisional dengan non

dengan yang baru. Dalam timeline arsitektur modern, vernakular berada pada posisi arsitektur modern awal dan berkembang menjadi Neo Vernakular pada masa modern akhir setelah terjadi eklektisme dan kritikan-kritikan terhadap arsitektur modern.

Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut.

a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen)

b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya).

Salah satu pencetus arsitektur neo-vernakular adalah Leon Krier. Ia mengatakan bahwa “Bangunan adalah sebuah kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas dan dalam penyesuaiannya terhadap iklim lokal, material dan adat istiadat.( Leon Krier

, 1971)”.

Menurut Charles Jencks dalam bukunya “Language of Post-Modern Architecture (1990)” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut:

a. Selalu menggunakan atap bumbungan.

b. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang diibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan.

c. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal).

d. Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat.

e. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal.

f. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan.

g. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Arsitektur Neo-vernakular dengan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen).

b. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non-fisik yaitu budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religi dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.

c. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mangutamakan penampilan visualnya).

Prinsip – Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernakular

Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci adalah sebagai berikut.

a. Hubungan Langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

b. Hubungan Abstrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. c. Hubungan Lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan

seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.

d. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur.

e. Hubungan Masa Depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

2.2.3. KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL PROYEK

Bandara Sibisa adalah bandara yang terletak di Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Proyek pengembangan bandara Sibisa bertujuan untuk mendukung unsur aksesibilitas Danau Toba sebagai potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara.

Melihat bagaimana melekatnya unsur kebudayaan suku Batak Toba yang ada di kawasan Sibisa serta Danau Toba, serta suku yang mendiami wilayah Ajibata maupun wilayah kawasan wisata Danau Toba mayoritas adalah Batak Toba, maka tema yang diangkat adalah Neo-vernakular dengan pendekatan terhadap arsitektur Batak Toba.

Melalui tema yang diangkat, diharapkan Bandara Sibisa dapat menunjukkan identitasnya sebagai bagian dari suku Batak,serta kawasan Danau Toba dan tetap memberikan respon sebuah bangunan modern yang menjalani fungsi utamanya sebagai bandar udara.

Dokumen terkait